Belya Meirose Osteomyelitis
Belya Meirose Osteomyelitis
KEPERAWATAN OSTEOMYELITIS
Disusun oleh :
P1337420418081
2A
POLTEKKES SEMARANG
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas (Brunner dan suddarth, 2001).
Osteomielitis adalah infeksi entukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati) (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000)
Osteomielits adalah infeksi pada tulang dan medula tulang baik karena infeksi
piogenik atau non piogenik misalnya mikrobakterium tuberkolosa. Infeksi dapat
bersifat akut maupun kronik (Nanda Nic-noc jilid 3).
B. ETIOLOGI
Faktor risiko yang dapat menyebabkan osteomielitis antara lain (Suratun dkk, 2008):
a. Nutrisi buruk
b. Lansia
c. Kegemukan
d. Diabetes melius
e. Artritis reumathid
f. Mendapatkan terapi kortikosteroid jangka panjang
g. Pernah menjalani pembedahan sendi
h. Menjalani operasi othopedi lama
i. Mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus
j. Mengalami infeksi insisi marginal/dehisensi luka.
dan mikroorganisme lain dapat berperan pula (Corwin, 2009).
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang terjadi pada pasien dengan isteomielitis adalah sebagai berikut
(Suratun dkk, 2008):
1. Jika infeksi hematogen, pasien mengalami demam tinggi, pasien menggigil,
denyut nadi cepat, dan malaise umum.
2. Setelah infeksi menyebar dari rongga susmsum ke korteks tulang, akan mengenai
periosteum dan jaringan lunak. Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak,
dan mengalami nyeri tekan.
3. Jika infeksi terjadi akibat penyebaran infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung, tidak ada gejala septikemia. Gejalanya yaitu daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri, dan terjadi nyeri tekan.
4. Osteomielitis kronis ditandai oeh pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau
mengalami periode nyeri berulang, inflamasi, pembengkakan, dan pengeluaran
pus.
D. PATOFISIOLOGI
Patologi yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung pada usia, daya
tahan klien, lokasi infeksi, dan virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui saluran darah
dari focus ditempat lain dalam tubuh pada fase bakteremia dan dapat menimbulkan
septikimia. Embulus infeksi kemudian masuk ke dalam juksta empifisis pada daerah
metafisis tulang panjang. Proses selanjutnya adalah tejadi hyperemia dan edema di
daerah metafisis di sertai dengan pembentukan pus. Terbentuknya pus ketika jaringan
tulang tidak dapat bersekpensi, menyebabkan tekanan dalam tulang meningkat.
Peningkatan tekanan dalam tulang menyebabkan terjadinya sirkulasi dan timbul
trombosis pada pembuluh darah tulng dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang.
Disamping proses yang di sebutkan di atas, pembentukan tulang baru yang ektensif
terjadi pada dalam poreosteus sepanjang deafisis (terutam pada anak-anak) sehingga
terbebtuk suatu lingkuangan tulang seperti peti mayat dengan jaringan sekuestrum di
dalamnya. proses ini terlihat jelas pada akhir minggu ke dua. Apabila pus menembus
tulang ,terjadi pengalian pus (discharge) keluar melalui lubang yang di sebut kloaka
atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada tahap selanjutnya, penyakit
osteomielitis kronis. Pada daerah tulang kanselus, infeksi dapat terlokalisasi serta
diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang kronis (Smeltzer, Suzanne
C, 2002).
E. PATHWAY
Faktor predisposisi:
Infasi mikroorganisme dari Masuk kejuksta epifisis
usia, virulensi kuman, tempat lain yang beredar tulang panjang
riwayat trauma, nutrisi melalui sirkulasi darah
dan luka infeksi
Fagositosisi Osteomyelitis
Resiko infeksi
Kemampuan tonus otot Peningkatan tekanan
menurun jaringan tulang dan
Nyeri
medula
Pembentukan tulang
baru,pengeluaran pus
Kelemahan fisik Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Deformitas dan bau dari
tubuh
adanya luka
Kerusakan integritas
kulit
F. KOMPLIKASI
a. Dini :
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
3) Atritis septik
b. Lanjut :
1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan
penurunan fungsi tubuh yang terkena
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Osteomyelitisakut
- Pemeriksaan sinarX awalnya menunjukan pembengkakakn jaringan lunak dan
setelah dua minggu terdapat daerah dekalsifikasiireguler, nekrosis tulang,
pengangkatan perioteum, dan pembentukantulang baru
- Pemeriksaan MRI
- Pemeriksaan darah ; leukosit,meningkatdan peningkatan laju endap darah
- Kultur darah dan kultur abses untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai
2. Osteomyelitis kronik
- Pemeriksaan sinar , besar,kavitas iregular, peningkatan periosteum sequestra
atau pembentukan tulang padat
- Anemia biasanya dikaikan dengan infeksi kronik
- Pemeriksaan laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih
- Bone scan
H. PENATALAKSANAAN
Antibiotik dapat diberikan pada individu yang mengalmi patah tulang atau luka tusuk
pada jaringan lunak yang memgelilingi suatu tulang sebelum tanda-tanda infeksi
timbul. Apabila infeksi tulang terjadi, diperlukan antibiotik agresif (Corwin, 2009).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan osteomielitis antara lain
(Suratun dkk, 2008):
a. Daerah yang terkena diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyaman dan
mencegah terjadinya fraktur.
b. Lakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali sehari unuk
mengingkatakan aliran darah.
c. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi.
d. Berdasarkan hasil kultur, dimulai pemberian antibiotik intravena. Jika infeksi
tampak terkontrol dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan
e. Pembedahan dilakukan jika tidak menujukkan respon terhadap antibiotik
f. Lakukan irigasi dengan larutan salin fisiologis steril 7-8 hari pada jaringan
purulen dan jaringan nekrotik di angkat. Terapi antibiotik dilanjutkan.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit ini antara lain (Suratun dkk, 2008):
a. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen
b. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang.
c. Lingungan operasi dan teknik operasi dapat menurunkan insiden osteomielitis
d. Pemberian antibiotik profilaksis pada pasien pembedahan
e. Teknik merawat luka aseptik pada pasca operasi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMYELITIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya, keluhan
utama pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat
dapat menggunakan metode PQRST :
a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu faktor predis posisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifak
menusuk
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat,
nyeri tidak menjalar atau menyebar
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif anatara 2-3
pada rentang skala pengukuran 0-4
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala
akut (misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan
sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma tulang,
infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun
biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.
3. Psikososisl
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh,
takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat
perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan
keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik
menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah
bengkak, nyeri, maupun eritema.
5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon
a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti bahwa
penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlu
mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang dideritanya, apakah
klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan
karena demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena
pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
d. Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan
aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena
rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan
kognitif dan persepsinya.
g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri,
mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak,
menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
h. Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit
yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan
klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan baik.
i. Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam
masalah seksual.
j. Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat
karena kondisinya saat itu.
k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien
agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di
RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien
biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.
C. IMPLEMENTASI
Tahap pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan sistematis berdasarkan perencanaa untuk mencapai kriteria hasil
yang optimal.
D. EVALUASI
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi ini berguna untuk menilai dan mengukur kemajuan klien dalam
menentukan keefektifan rencana atau menentukan apakah rencana tersebut dapat
diteruskan, perlu diubah atau sudah selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma Hadi, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-NOC Jilid 2. Mediaction Jogja.
https://books.google.co.id/books?id=KdJfk2qazVIC&pg=PA127&dq=patofisiologi+o
steomielitis&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwie1cz-
2fbpAhVIfSsKHadRASYQ6AEIJzAA#v=onepage&q=patofisiologi%20osteomielitis
&f=false