Anda di halaman 1dari 17

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS PADA

SISWA KELAS III SEMESTER 1 SDLB MUHAMMADIYAH KERTOSONO


KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK
DENGAN METODE ROLE PLAYING

Oleh: UMI NAFI’AH, S.Pd*)

ABSTRAK

Di dalam proses belajar mengajar berlangsungnya kegiatan guru


mengajar disatu pihak dan siswa belajar dilain pihak, berinteraksi, pada kegiatan
mengajar dan kegiatan belajar sering disatukan dengan kata kegiatan belajar
yang dilakukan guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Tujuan
penelitian ini, antara lain : Mendeskripsikan proses penerapan metode role
playing dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil siswa Kelas III semester 1
SDLB Muhammadiyah Kertosono Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk
tahun Pelajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPS materi Lingkungan;
Mendeskripsikan motivasi dan hasil siswa Kelas III semester 1 SDLB
Muhammadiyah Kertosono Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk tahun
Pelajaran 2016/2017 setelah diterapkan metode role playing. Rancangan
penelitian ini menggunakan model spiral Hopkins yaitu penelitian tindakan kelas
yang digambarkan dalam bentuk spiral terdiri dari empat fase. Keempat fase
tersebut adalah perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan
(observation), dan refleksi (reflection).Hasil Belajar (prestasi) yang diperoleh
sangat menunjukkan hasil yang signifikan dengan menggunakan metode Role
Playing kepada siswa, motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang
berdampak pada hasil belajar yang meningkat. Hasil yang diperoleh siklus I
adalah 63% dan Siklus II meningkat 84%.

Kata Kunci: Motivasi dan Hasil Belajar; IPS; metode Role Playing
PENDAHULUAN
Tantangan terhadap peningkatan mutu relevansi dan efektifitas
pendidikan sebagai tuntutan nasional sejalan dengan perkembangan dan
kemajuan masyarakat, berimplikasi secara nyata dalam program pendidikan dan
kurikulum sekolah. Tujuan dari program kurikulum dapat tercapai dengan baik
jika programnya didesain secara jelas dan plikatif. Dalam hubungan inilah para
guru dituntut untuk memiliki kemampuan mendesain programnya dan sekaligus
menentukan strategi instruksional yang harus ditempuh. Para guru harus
memiliki keterampilan memilih dan menggunakan metode mengajar untuk
diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif (Hamalik, 2001).
Di dalam proses belajar mengajar berlangsungnya kegiatan guru
mengajar disatu pihak dan siswa belajar dilain pihak, berinteraksi, pada kegiatan
mengajar dan kegiatan belajar sering disatukan dengan kata kegiatan belajar
yang dilakukan guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa.
Kelas merupakan suatu ruangan yang berisi siswa yang tidak sedikit,
didalaminya merupakan suatu kumpulan siswa dan siswi yang sedang menimba
ilmu sesuai bidang keahlian yang diikutinya.Proses belajar adalah
aktivitas/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan nilai dan sikap. Perubahan ini relatif konstan (tetap) atau berbekas
(Winkel, 1987:200).
Guru mempunyai peranan penting dalam suatu kelas, yakni tugas utama
seorang guru adalah memberikan suatu cabang ilmu dalam bentuk informasi
dengan cara menyampaikan melalui komunikasi dan interaksi langsung dengan
siswa dengan menggunakan media dan metode pembelajaran tertentu agar
siswa dapat menyerap semua informasi yang diberikan oleh guru untuk berbagai
kepentingan, misalnya: melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi atau masuk
dalam dunia kerja.
Dewasa ini telah dikembangkan suatu pendekatan pembelajaran
kooperatif untuk menghasilkan tujuan belajar yang baik. Mengapa harus
kooperatif? Menurut Nurhadi (2002) sejauh ini pendidikan di Indonesia masih
didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta
yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan, kemudian ceramah menjadikan pilihan utama strategi belajar.
Untuk itu diperlukan sebuah strategi baru yang lebih memberdayakan siswa.
Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta,
tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan
dibenak mereka sendiri.
Banyak pihak yang mensinyalir rendahnya kwalitas pendidikan saat ini
berkaitan erat dengan rendahnya motivasi siswa. Untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang demikian perlu diberlakukan upaya yang berupa
pengembangan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan motivasi
belajar siswa dalam rangka peningkatan kwalitas pembelajaran secara
menyeluruh dalam belajar.
Kondisi pembelajaran yang baik kemampuan guru untuk dapat memilih
metode pembelajaran yang sesuai karakteristik siswa yang dapat melibatkan
siswa secara langsung. Peran guru dan siswa dalam proses pembelajaran
ditentukan oleh metode pembelajaran yang digunakan, kondisi ini tidak mudah
untuk menciptakannya sebab setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar. Untuk meningkatkan keaktifan siswa guru harus dapat menguasai
metode pembelajaran yang akan diterapkan agar terjadi keaktifan yang optimal
dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran mata pelajaran IPS materi Lingkungan di Kelas III
semester 1 SDLB Muhammadiyah Kertosono Kecamatan Kertosono Kabupaten
Nganjuk tahun Pelajaran 2016/2017 mengalami masalah pada materi
Lingkungan. Pada apersepsi dijelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
dan bertanya seputar materi yang akan diajarkan. Kemudian pada kegiatan inti,
dijelaskan tentang Lingkungan tanpa menggunakan media. Setelah agak lama,
siwa mulai kelihatan bosan. Ada yang mengganggu temannya, ada yang ljin
keluar dan ada yang bermain pensil di mejanya. Guru hanya menegur mereka
tanpa mengubah metode pembelajaran. Pada kegiatan akhir, siswa diminta
untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Karena tidak ada yang
bertanya, maka diberikan 5 soal untuk dikerjakan. Setelah semua selesai,
ternyata hanya ada 3 siswa dari 10 siswa yang dapat menjawab soal dengan
benar.
Dengan memperhatikan fakta yang terjadi, dalam refleksi ditemukan hal-
hal yang mengakibatkan masalah di atas, yaitu : Metode yang di gunakan hanya
metode ceramah; Guru tidak menggunakan media yang relevan; Siswa pasif
(berbicara dengan temannya, sering ijin keluar); Guru tidak memperdulikan
keadaan siswa yang mulai bosan mengikuti pembelajaran; Guru tidak
memberikan pemahaman kepada siswa tentang soal yang diberikan
Untuk itulah PTK berjudul “Upaya Meningkatkan Pemahaman Terhadap
Materi Pembelajaran, Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas III semester 1
SDLB Muhammadiyah Kertosono Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk
tahun Pelajaran 2016/2017 Pada Mata Pelajaran IPS dengan Metode Role
Playing (bermain peran)” dibuat untuk membantu guru dalam memperlancar
proses pembelajaran di SDLB Muhammadiyah Kertosono Kecamatan Kertosono
Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan meliputi hal-hal sebagai
berikut : Metode yang digunakan tidak hanya model ceramah, melaikan dengan
model role playing; Guru menyiapkan media yang sesuai; Siswa terlibat langsung
dalam bermain peran; Guru memberi motivasi kepada siswa selama
pembelajaran; Guru memberikan pemahaman materi sejarah uang
Atas dasar latar belakang masalah di atas, maka Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini difokuskan pada kajian permasalahan : Bagaimana proses
meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran IPS materi Lingkungan
pada siswa Kelas III semester 1 SDLB Muhammadiyah Kertosono Kecamatan
Kertosono Kabupaten Nganjuk tahun Pelajaran 2016/2017 dengan metode role
playing?; Bagaimana meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran
IPS materi Lingkungan pada siswa Kelas III semester 1 SDLB Muhammadiyah
Kertosono Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk tahun Pelajaran
2016/2017 dengan metode role playing?
Dalam menyusun Penelitian Tindakan Kelas, tujuan penyusunan harus
jelas.Berikut tujuan penelitian ini, antara lain : Mendeskripsikan proses
penerapan metode role playing dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil
siswa Kelas III semester 1 SDLB Muhammadiyah Kertosono Kecamatan
Kertosono Kabupaten Nganjuk tahun Pelajaran 2016/2017 pada mata pelajaran
IPS materi Lingkungan; Mendeskripsikan motivasi dan hasil siswa Kelas III
semester 1 SDLB Muhammadiyah Kertosono Kecamatan Kertosono Kabupaten
Nganjuk tahun Pelajaran 2016/2017 setelah diterapkan metode role playing.
Manfaat penelitian mencakup seluruh aspek yang terkait dengan
pendidikan di sekolah, manfaat penelitian ini antara lain : Bagi siswa, dapat
meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar yang baik karena metode
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan; Bagi siswa terbiasa berfikir aktif
dan menggunakan keterampilannya dalam melaksanakan pembelajaran; Bagi
guru, dapat berfikir analis dan ilmiah serta mengembangkan berbagai
keterampilan dan metode baru dalam pembelajaran; Bagi sekolah, meningkatkan
mutu sekolah secara keseluruhan.

KAJIAN PUSTAKA
Hakikat Belajar
Seorang guru yang profesional, dia tentu tidak sekedar bertugas
mentransfer materi dan mengajarkan hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun
proses pencerdasan siswa, maka guru harus berani bertindak dan
mengemukakan ide-ide yang inovatif untuk mampu mendorong tumbuhnya sikap
kreatif siswa dan senantiasa kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran alternatif.
Di samping itu, guru juga dituntut tidak stagnan, melainkan terus secara dinamis
mengembangkan diri melalui proses pembelajaran terbuka dan menyenangkan.
Belajar pada hakekatnya adalah melibatkan semua aspek kepribadian
manusia antara lain pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping
pengetahuan, sikap dan keyakinan. Hal ini tidak sepenuhnya dilakukan dalam
pembelajaran siswa di SD. Berdasarkan hasil studi intensif yang dilakukan oleh
Direktorat Dikmenum (1996-1997) menyimpulkan bahwa pembelajaran di
SD/SLTP cendrung tex book oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-
hari siswa, sehingga motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar
mereka cendrung menghafal (Rustana, 2002).
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan praktek dan pengalaman tertentu hal ini di kemukakan oleh para
ahli psikolog Asmawi Zainul (2005). Secara khusus dari aliran psikologi kognitif
mengemukakan bahwa belajar tidak harus berpusat pada guru, tetapi anak harus
lebih aktif.Oleh karenanya menurut Mikarsa dkk (2005) siswa harus dibimbing
agar aktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Konsekuensinya materi yang
dipelajari harus menarik minat pendidik dan menantang sehingga mereka asyik
dan terlibat dalam proses pembelajaran.
Menurut Asmawi Zainul (2005) pembelajaran merupakan kegiatan
formal yang dilakukan di sekolah.Dalam pembelajaran ini terjadi kegiatan belajar
mengajar.Dua pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar
adalah siswa dan guru.Dalam teori-teori yang modern kegiatan belajar mengajar
harus di bangun berdasarkan hubungan timbal balik antara guru dan siswa,
diminta kedua belah pihak berperan dan berbuat baik secara aktif di dalam suatu
kerangka belajar (frame work) dan dengan menggunakan kerangka berpikir
(frame of reference) yang seyogyanya dipahami dan disepakati bersama.
Selanjutnya Asmawi Zainul (2005) menyatakan bahwa proses belajar
mengajar yaitu suatu interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai
tujuan. Guru dapat dikatakan berhasil mengajar apabila perubahan yang
diharapkan, terjadi pada perilaku dan pribadi siswa. Begitu pula dengan siswa
dapat dikatakan belajarnya berhasil kalau ia mengalami perubahan perubahan
setelah menjalani proses belajar tersebut pada perilaku dan pribadi seperti yang
diharapkan oleh guru.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
merupakan suatu tahap perubahan tingkah laku seseorang atau individu yang
diperoleh dari hasil pengalaman dan latihan sehingga menciptakan hasil belajar
yang baik. yang dikehendaki dalam tingkah laku seorang pelajar.Perubahan
dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk
mencapai tujuan dengan memilih metode yang tepat (Nur, 2000).
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada
faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk
menghasilkan keluaran atau output proses pengajaran yang bermutu. Namun
pada hakekatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling
menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem
pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan (Amiruddin, 1989).
Proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan dan
cara penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa
berinteraksi dengan informasi itu (Wartono, 2004).
Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan.
Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai tekhnik-
tekhnik atau metode mengajar (Soetardjo, 1998).
Motivasi Belajar.
Menurut Purwanto (200:71) ''Motivasi belajar adalah suatu usaha yang
disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak batinnya
untuk melakukan sesuatu sehingga tujuan yang telah ia tetapkan dapat tercapai
dengan baik. Berdasarkan pendapat tersebut dikaitkan dengan penelitian ini
bahwa motivasi belajar yang ada pada diri anak akan menentukan hasil belajar
siswa. Apabila motivasi belajar anak tinggi maka anak akan bersemangat
melakukan aktivitas dalam proses interaksi belajar mengajar di dalam kelas dan
akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajarnya. Begitu juga sebaliknya,
apabila motivasi belajar anak rendah maka aktivitas belajar anak akan rendah,
sehingga akan berdampak pada hasil belajar. Dengan demikian, tinggi
rendahnya hasil belajar siswa tergantung pada motivasi belajar yang dimiliki baik
yang berasal dari dalam diri siswa (instrinsik) maupun yang berasal dari luar
(ekstrinsik).
Menurut Winata, (1995:102) "Motivasi belajar adalah dorongan dasar
yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku". Dorongan tersebut ada
dan mendasari perbuatan seseorang serta menggerakkannya untuk melakukan
sesuatu sesuai denan dorongan yang timbul pada dirinya.Perbuatan seseorang
yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tujuan sesuai dengan
motivasi demi mencapai suatu hasil yang diinginkan.
Hubungan motivasi dengan kegiatan belajar sangat erat, adanya energi
pendorong yang kuat dari seseorang untuk memenuhi kebutuhan, maka pada diri
anak akan timbul usaha yang keras untuk aktif melakukan kegiatan belajar.
Kegiatan belajar akan berhasil dengan baik apabila ada proses yang baik pula.
Menurut Winata, (1995:104) pada pokoknya "Motivasi dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu Motivasi Instrinsik dan Motivasi Ekstrinsik". Motivasi Instrinsik adalah
motivasi yang tercakup dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan, serta
tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini datang dari diri anak sendiri, misal : adanya
kebutuhan akan belajar. Sedangkan yang dimaksud dengan Motivasi Ekstrinsik
adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi pelajar,
seperti dalam bentuk pujian, hadiah, dan adanya hukuman.
Menurut Hakim (2004:27) motivasi memiliki beberapa manfaat, antara
lain : Memberikan dorongan semangat kepada anak untuk rajin belajar dan
mengatasi kesulitan belajar; Mengarahkan kegiatan belajar anak kepada suatu
tujuan tertentu yang berkaitan dengan masa depan dan cita-cita; Membantu anak
untuk mencari suatu metode belajar yang tepat dalam mencapai tujuan belajar
yang diinginkan.

Hasil Belajar
Menurut Sudjana (1990) mendefinisikan hasil belajar sebagai
kemampuan yang dimiliki siswa, yang ditunjukkan melalui perubahan tingkah
laku (behavioral change), setelah ia mengalami pengalaman belajar. Wujud
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu, misalnya, adalah dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, atau dari tidak memahami
menjadi memahami.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yang dalam garis
besarnya dapat diklasifikasikan menjadi dua antara lain : Faktor internal, yakni
faktor dari dalam diri siswa; Faktor eksternal, yakni faktor dari luar diri siswa.
Termasuk dalam kategori faktor kedua ini antara lain adalah :Faktor lingkungan,
baik fisik/alam maupun social; Faktor instrumen, seperti kurikulum, program,
guru, tak terkecuali sarana dan prasarana (media pembelajaran).
Hasil belajar tergantung pada apa yang dipelajari dan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar tersebut baik secara intern atau pun ekstern.
Pembagian hasil belajar menurut Bloom terbagi atas tiga kategori yaitu : a.
Ranah kognitif yang mencakup tentang pengetahuan; b. Ranah afektif
yang mencakup tentang sikap dan penerimaan; c. Ranah psikomotorik yang
mencakup tentang kesiapan dan persepsi

Pembelajaran IPS
Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1991 : 1) menyatakan bahwa IPS
merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari
berbagai ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta kelayakan
dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Adanya mata pelajaran
IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan
wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki
kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta
memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial
tersebut.
Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek "pendidikan" dari pada
transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh
pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih
sikap, nilai, moral, dan keterampilanya berdasarkan konsep yang telah
dimilikinya.
Pelajaran IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan
lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan
berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai
permasalahan dilingkungan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian IPS atau pembelajaran IPS sebagai proses belajar yang
mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan
humaniora siswa agar berlangsung secara optimal.

Metode Role Playing (bermain peran).


Metode Sosio Drama dan Role Playing ( bermain peran ) bersamaan dan
dalam pemakaiannya sering disilih gantikan. Sosio Drama artinya
mendramatisasikan cara tingkah laku didalam hubungan sosial. Sedangkan
bermain peran menekankan kenyataan dimana siswa diikutsertakan dalam
memainkan peranan didalam mendramasasikan masalah-masalah hubungan
sosial.
Tujuan yang hendak dicapai dengan metode Role Playing(bermain peran)
di antaranya : 1. Mengerti perasaan orang lain; 2. Membagi tanggung jawab
dan ikut memikulnya; 3. Menghargai pendapat orang lain; 4. Mengambil
keputusan dalam kelompok.
Langkah-langkah guru dalam menggunakan metode Role Playing
(bermain peran) menurut Winarno Surahmad (1965) sebagai berikut: 1. Guru
menerangkan tekhnik ini dengan cara yang sederhana; 2. Situasi masalah yang
akan dimainperankan ditetapkan sedemikian rupa sehingga masuk perhatian; 3.
Guru menceritakan suatu peristiwa itu secukupnya, untuk mengatur adegan
secara spontan dan memberikan kesiapan mental; 4. Guru memilih beberapa
siswa untuk menjadi pemain; 5. Guru menetapkan dengan jelas masalah dan
peranan yang harus mereka mainkan; 6. Guru menetapkan peranan penonton
sekaligus pendengar, yaitu siswa yang tidak ikut bermain peran (melaksanakan
tugas); 7. Guru menyarankan kalimat pertama yang baik diucapkan oleh pemain
untuk memulai; 8. Guru menghentikan bermain peran ini pada detik-detik
situasi sedang memuncak dan kemudian membuka diskusi umum; 9. Guru dan
siswa bersama-sama menarik kesimpulan
Bermain peran tidak menggunakan teks yang harus dihafal, tidak
memerlukan latihan dan persiapan yang banyak berlangsung antara 4-5
menit.Metode ini memupuk keberanian dan dapat menghayati yang lebih realistis
daripada isi buku, dan materi yang dibahas lebih menarik.
Ada tiga syarat yang perlu diperhatikan dalam bermain peran yaitu
sebagai berikut : 1. Para pelaku harus menaruh perhatian atas masalah yang
dikemukakan. 2. Para pelaku harus mempunyai gambaran yang jelas mengenai
pokok masalah (bahasan) yang dibahas. 3. Bermain peran harus dipandang
sebagai suatu masalah sosial bukan sebagai permainan hiburan semata.
Untuk melaksanakan bermain peran ada tiga langkah yaitu : a.
Menentukan situasi sosial yang dimain perankan; b. Memilih pelaku; c.
Mempersiapkan para penonton.

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian dan Pihak yang Dilibatkan
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang menjadi subyek
penelitian adalah siswa Kelas III semester 1 SDLB Muhammadiyah Kertosono
Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk tahun Pelajaran 2016/2017 yang
pelaksanaannya bertempat di SDLB Muhammadiyah Kertosono Kecamatan
Kertosono Kabupaten Nganjuk tahun Pelajaran 2016/2017 dengan 2 siklus.
Dalam kegiatan perbaikan pembelajaran ini peneliti meminta bantuan
teman sejawat beliau adalah guru kelas 4 SDLB Muhammadiyah Kertosono
Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk tahun Pelajaran 2016/2017.

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini peneliti sebagai guru Kelas III
semester 1 SDLB Muhammadiyah Kertosono Kecamatan Kertosono Kabupaten
Nganjuk tahun Pelajaran 2016/2017 melaksanakan kegiatan pembelajaran di
kelas. Dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang
relevan secara kreatif. Selain sebagai peneliti, guru melaksanakan tugas
utamanya mengajar kelas di kelas, jadi tidak perlu meninggalkan siswanya.
Dalam kegiatan pembelajaran guru mengangkat masalah-masalah aktual
yang muncul saat proses pembelajaran berlangsung maupun saat diskusi dan
evaluasi berlangsung atau masalah lain yang sedang dihadapi oleh guru di
lapangan. Kemudian diadakan observasi berupa pengamatan langsung dan
evaluasi yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas
apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refleksi ini kemudian
melandasi upaya perbaikan dan penyempurnaan rencana tindakan selanjutnya.
Melalui tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan
berkesinambungan sampai hasil belajar yang diinginkan berhasil secara optimal
dan tujuan pembelajaran yang direncanakan akan dapat tercapai dengan hasil
yang memuaskan.
Langkah-langkah yang diambil dalam tiap siklus meliputi beberapa hal,
diantaranya yaitu : Rancangan penelitian ini menggunakan model spiral Hopkins
yaitu penelitian tindakan kelas yang digambarkan dalam bentuk spiral terdiri dari
empat fase. Keempat fase tersebut adalah perencanaan (planning), tindakan
(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Langkah-langkah
yang ditempuh pada semua siklus adalah sebagai berikut: Perencanaan:
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi : a. Identifikasi
Masalah:
Yaitu melakukan pengumpulan data dan identifikasi dari berbagai masalah yang
diangkat dalam penelitian. b. Analisis Masalah: Menganilisis masalah yang
menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa sehingga diperlukan adanya
perbaikan pembelajaran. c. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah:
Membuat suatu alternatif dan pemecahan dari permasalahan yang ada yang
mengakibatkan motivasi dan hasil belajar siswa rendah. d. Perumusan Masalah:
Dari berbagai masalah yang terkumpul, kemudian dirumuskan menjadi satu
permasalahan yang singkat dan padat. Yang dilakukan pada tahap ini yaitu :
Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) yang materi dan langkah-
langkah pembelajarannya menggunakan metode demonstrasi; Mempersiapkan
tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa; Menyiapkan lembar analisis nilai untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Pelaksanaan: Dalam tahap ini peneliti memulai
kegiatan perbaikan pembelajaran dengan menjelaskan kembali tujuan yang ingin
dicapai dalam proses ini yaitu Lingkungan. Sedangkan pada kegiatan inti pada
proses perbaikan pembelajaran ini Lingkungan diperagakan oleh guru kepada
salah seorang siswa di depan kelas dengan tujuan siswa dapat lebih mengenal
apa yang dimaksud Lingkungan, walaupun bukan hal yang mudah untuk
menjelaskannya karena kegiatan Lingkungan yang dimaksud sulit ditemui oleh
siswa di lingkungannya. Tahap selanjutnya empat orang siswa dipanggil maju ke
depan kelas untuk memperagakan seperti apa yang dicontohkan oleh guru
sebagai peneliti. Berbagai kendala yang dihadapi dalam tahap terutama dengan
sulitnya siswa dalam melafalkan dialog yang akan disampaikan dalam proses
bermain peran tentang Lingkungan. Pengamatan: Dari pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti serta dibantu oleh teman sejawat masih ada 4 siswa yang
belum melaksanakan semua yang diharapkan oleh peneliti. Tampak dari
kegiatan ini permasalahan yang ditemui adalah mulai dari siswa yang malu
bermain peran di depan kelas, sulitnya berdialog serta kurangnya pemahaman
terhadap apa dan bagaimana Lingkungan itu. Refleksi: Setelah diketahui hasil
belajar siswa, guru segera mengevaluasi apakah pelaksanaan perbaikan
pembelajaran berhasil atau tidak, jika berhasil maka perlu ditingkatkan lagi,
namun jika tidak berhasil maka belanjut ke siklus II dengan berpedoman pada
kekurangan yang terdapat pada siklus I, artinya guru berusaha memperbaiki apa
yang salah dan kurang pada siklus tersebut.

Teknik Analisis Data


Miles & Hubermen (1984) menerapkan dua alur kegiatan dalam analisis
deskriptif yang menjadi satu kesatuan yang tak dapat terpisahkan, yaitu: (1)
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi: 1. Penyajian
data, tekniki ini memaparkan hasil temuan secara narasi. 2. Penarikan
kesimpulan atau verifikasi, teknik ini peneliti berusaha agar dapat
menggambarkan kerepresentatifan suatu peristiwa, kejadian atau suatu subyek.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan tekhnik analisis data
kualitatif. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data yaitu : Melakukan
pengolahan data yang telah terkumpul : Dalam tahap ini dilakukan
penelaahan terhadap data yang telah dikumpulkan; Melakukan
pengklasifikasian data: Dalam tahap ini dilakukan pengelompokan /
pengklasifikasian dan pengkategorian dari data-data yang diperoleh, sehingga
dapat diketahui pola-pola yang dihasilkan dari pengamatan data. Melakukan
penyimpulan data: Pada tahap ini dilakukan penyimpulan akhir dari data-data
yang telah dikumpulkan.Jika perlu dilakukan verifikasi atau pengujian terhadap
temuan penelitian tersebut, sehingga dapat diketahui apakah hasil yang didapat
benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.
Selama melaksakan penelitian data hasil penelitian ini, peneliti akan
menjabarkan kegiatan yang direncanakan oleh peneliti dengan menjabarkan
kegiatan persiklus yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung.
Penjabarannya adalah sebagai berikut :

Siklus 1
Inti kegiatan pada siklus 1 adalah planning. Artinya perencanaan secara
umum kegiatan pembelajaran dengan cara menyampaikan materi-materi yang
akan dipelajari dalam proses belajar. Namun dalam kegiatan siklus 1 ini sudah
dilakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru
mata pelajaran IPS Kelas III. Adapun kegiatannya sebagai berikut : Pada siklus
ini rencana tindakan dilakukan selama 2 jam pertemuan dengan alokasi waktu
2x35 menit setiap pertemuan. Dalam melaksanakan strategi pembelajaran, guru
mengemukakan orientasi dan prosedur kerja siswa sebagai kegiatan pembuka
dengan memberikan materi pelajaran yang akan dipelajari. Pada kegiatan inti
pelajaran, guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
Sedangkan kegiatan penutup siswa dengan diskusi kelas bersama guru
menyimpulkan pembahasan dari kegiatan siswa sebagai pemantapan. Adapun
proses kegiatannya adalah sebagai berikut : a. Apersepsi dan apresiasi
antara 10 menit oleh guru dengan penjelasan sesuia dengan pokok bahasan
yang akan dibahas yaitu Lingkungan. b. Kegiatan pokok siswa
mendemonstrasikan kegiatan Lingkungan di sela-sela guru menjelaskan tentang
Lingkungan. c. Setelah guru menjelaskan tentang proses terjadinya Lingkungan
siswa diberi tugas untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Setelah menggunakan metode Demonstrasi, refleksi
awal perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran IPS dengan materi
“Lingkungan” ada peningkatan hasil belajar. Siklus I ini keaktifan siswa dalam
mengerjakan tugas belum memenuhi harapan (masih di bawah 75 %) namun
sudah ada peningkatan dari sebelum siklus I.
Selanjutnya guru mengadakan perbaikan dan penyempurnaan dalam
proses pembelajaran pemantapan penggunaan metode Role Play untuk
menghadapi kegiatan selanjutnya yaitu siklus II.Penjabarannya adalah sebagai
berikut : a. Apersepsi dan apresiasi antara 10 menit oleh guru dengan
penjelasan sesuia dengan pokok bahasan yang akan dibahas yaitu Lingkungan;
b. Kegiatan pokok siswa memainkan peran untuk pelaksanaan kegiatan
Lingkungan, sedang siswa lain menulis kejadian-kejadian penting yang terjadi
selama bermain peran sedang berlangsung; c. Siswa dibentuk kelompok
yang masing-masing berjumlah 4 siswa; d. Masing-masing kelompok dengan
bimbingan guru mencatat kejadian- kejadian penting yang terjadi selama bermain
peran berlangsung; e. Setelah selesai, masing-masing kelompok
membacakan hasil temuannya untuk didengarkan seluruh siswa dan kelompok
lain mencatat hasil temuan temannya yang tidak ada di kelompoknya; f. Diskusi
selesai kegiatan penutup selama 10 menit. Kegiatan ini merupakan penyimpulan
hasil belajar dan selanjutnya kegiatan ditutup oleh guru.
Setelah dilaksanakannya perbaikan siklus II, keaktifan siswa dalam
mengerjakan tugas dari guru menjadi semakin meningkat. Adanya peningkatan
itu dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas siklus II
No Indikator Jumlah Siswa Persentase %
1 Berdisiplin waktu 17 89
2 Aktifitas yang tinggi 17 89
3 Mengerjakan tepat waktu 16 84
4 Mengerjakan sebaik mungkin 15 79
5 Bergairah belajar 15 79
Rata-rata 15 84
Dari data di atas menunjukkan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas
di Siklus II mencapai nilai rata-rata 84 atau 84 % berarti ada peningkatan nilai
dibanding dengan hasil Evaluasi Siklus I yang mencapai rata-rata 63 atau 63 %,
yaitu ada kenaikan nilai 21 atau 21%.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.
Pembahasan hasil penelitian ini Hasil Belajar (prestasi) yang diperoleh
sangat menunjukkan hasil yang signifikan,penggunaan metode Role Playing
kepada siswa memotivasi siswa dalam pembelajaran yang berdampak pada
hasil belajar yang meningkat pada siswa Kelas III SDLB Muhammadiyah
Kertosono Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran
2016/2017.
Lebih lanjut penelitian akan membahas beberapa fokus penelitian
tindakan kelas yang telah dirumuskan, diantaranya :
Proses Pembelajaran IPS denganMetode Role Playing.
Kenyataan dilapangan pendidikan SDLB Muhammadiyah Kertosono
Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2016/2017, proses
belajar mengajar yang digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar mata
pelajaran IPS dengan menggunakan metode role playing ternyata dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan hasil penelitian tersebut, ada
upaya yang dilakukan oleh beberapa guru agar hasil belajar siswa Kelas III
SDLB Muhammadiyah Kertosono Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk
Tahun Pelajaran 2016/2017 dan kelas lain pada umumnya, yaitu dengan
meningkatkan kualitas guru pengajar dan lebih menggunakan strategi belajar
yang lebih bervariatif.

Prestasi Belajar Siswa dalam Pelajran IPS' dengan Metode Role Playing.
Upaya yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan metode role playing dalam pembelajaran, ternyata membawa
dampak yang positif terhadap prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa,
khususnya siswa Kelas III SDLB Muhammadiyah Kertosono Kecamatan
Kertosono Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2016/2017.
Hal ini ditunjukkan oleh peneliti, dari hasil penelitian tindakan kelas yang
dilakukan. Dari hasil penelitian itu terdapat peningkatan hasil belajar yang
signifikan yang didapatkan oleh siswa dalam belajar.

Dampak Penggunaan Metode Role Playing dengan Prestasi Belajar.


Berdasarkan pada penjabaran fokus penelitian tersebut diatas,
menunjukkan bahwa dampak yang diperoleh siswa dalam belajar IPS dengan
menggunakan metode role playing sangat terlihat positif. Dengan demikian dapat
dipastikan bahwa semakin kreatif guru dalam menggunakan strategi dalam
belajar mengajar, cenderung akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar,
sehingga akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal.

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT


Simpulan.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat dibuat simpulan sebagai
berikut : 1. Proses meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran
IPS materi Lingkungan pada siswa Kelas III SDLB Muhammadiyah Kertosono
Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan
metode role playing berjalan baik dan sesuai harapan; 2. Pembelajaran metode
role playing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran ips
materi Lingkungan pada siswa Kelas III SDLB Muhammadiyah Kertosono
Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2016/2017.

Saran Tindak Lanjut


Beberapa saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan ini adalah :
Proses meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran IPS materi
Lingkungan pada siswa Kelas III SDLB Muhammadiyah Kertosono Kecamatan
Kertosono Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan metode role
playing dapat digunakan pada pembelajaran IPS di masa yang akan datang.
Meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran IPS materi Lingkungan
pada siswa Kelas III SDLB Muhammadiyah Kertosono Kecamatan Kertosono
Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan metode role playing
dipandang perlu digunakan dengan perbaikan sesusi dengan tuntutan jaman.

DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih,C.A. 20Q5.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik,0. 1992.Psikologi Belajar Mengajar, Bandung:Sinar Baru.
Moekjizat. ]9S4.Dasar-Dasar Motivasi, Bandung:Sumur.
Santrock, J. W. 2007. Psikologi Pendidikan, Terjemahan oleh: Tri Wibowo B.S.
Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Sardiman. 1996.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:Raja Grafmdo
Persada.
Usman, U.2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Wlodsowski, R.J.& Jaynes, J.H. 2004.Hasrat Untuk Belajar. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar
Asmawi, Zainul, dan Maulana,Agus (2005). Tes dan Assessment di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka
Winkel, 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia
Miles, M. B., & Hubermen, A.M. 1984. Ana Lisis Data Qualitatif. Terjemahan oleh
Tjetjep Rohendi Rohidi. Unifersitas Indonesia, Jakarta
Muleong, L. J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nasution, S. 1988. Metode Penelitia Nateralistik Kualitatif. Bandung: Penerbit
Tarsito
Bogdan, R. C, & Biklen, S. K. 1982. Qualitative Research In Education. Boston:
Allyn & Bacon
Patton, Q. M. 1980. Qualitative Evaluations Methods. London: Sage Publications
Purwanto, N. M . 1995. Ilmu Pendidikan Teoritis dat} Praktis. Edisi Kedua .
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai