Artikel Umi ..Modal Sosial - 1 Rev
Artikel Umi ..Modal Sosial - 1 Rev
Abstrack Nilai-nilai modal sosial dapat dimanfaatkan dalam rangka pembentukan karakter wirausaha
dapat diintegrasikan pada proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah Menemukan pemodelan
persamaan struktural yang menggambarkan peran modal sosial terhadap pembentukan karakter
wirausaha mahasiswa dalam proses pendiidkan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori
digunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei untuk menjelaskan pengukuran modal
sosial terhadap karakter wirausaha mahasiswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa semester empat dan enam semester genap tahun ajaran 2017/2018, Universitas AMIKOM
Yogyakarta. Sampel yang diambil dari populasi penelitian ini menggunakan teknik stratified cluster
random sampling, Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 360 responden. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Modal Sosial memiliki koefisien jalur dengan Karakter Wirausaha sebesar 1.07.
Angka tersebut menunjukkan angka positif dan cukup tinggi. Hal ini berarti bahwa jika Modal Sosial
yang dimiliki kampus dimanfaatkan mahasiswa dengan baik; maka akan mendukung pembentukan
karakter wirausaha. Hasil analisis untuk mengetahui signifikansi pengaruh dapat dilihat dari nilai p-
value ≥ 0,05, nilai p-value sebesar 0,31525. yang berarti bahwa Modal Sosial memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Karakter Wirausaha mahasiswa. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan nilai koefisien jalur bernilai positif dan signifikan.
Introduction
pendidikan yang dilaksanakan harus didesain untuk mengembangkan kemampuan membangun
jejaring, berkerja sama, bersinergi, dan membangun kepercayaan serta berbagi pengetahuan
atau informasi bagi mahasiswa. Pendidikan kewirausahaan sebagai upaya edukatif untuk
mewujudkan wirausahawan yang sukses. peran penting pengusaha dalam pembangunan
diperlukan potensi wirausaha untuk pertumbuhan ekonomi adalah dengan mengidentifikasi
dan memahami nilai dan sistem nilai yang mempengaruhi sikap dan perilakunya (Uy, 2011).
Dalam studi kewirausahaan, karakter menjadi hal yang sangat penting untuk dibentuk
sebelum usaha itu sendiri. Untuk menjadi wirausahawan yang berkarakter membutuhkan
waktu yang lama. Beberapa kajian menunjukkan pengaruh yang signifikan antara
karakteristik wirausaha dan lingkungan bisnis terhadap keberhasilan usaha (Setyawati et al.,
2013).
Proses pendidikan kewirausahaan diarahkan pada pembentukan dan pengembangan
kompetensi modal sosial. Modal sosial adalah nilai-nilai kebaikan dalam hubungan kerjasama
timbal balik positif individu atau kelompok, yang membentuk kepribadian dan karakter
komunitas dalam mencapai kesejahteraan hidup. Modal sosial dalam pendidikan karakter
adalah nilai-nilai kebaikan dalam hubungan kerjasama timbal balik positif ancara peserta
didik, guru, sivitas akademika, keluarga dan masyarakat yang membentuk kepribadian dan
karakter peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan.
Konteks sosial masyarakat memainkan peran penting dalam mendorong atau mengurangi
kewiraswastaan. Proses sosial tingkat masyarakat di mana tingkat kepercayaan sosial,
keanggotaan organisasi yang terhubung, dan keanggotaan organisasi merupakan indikator
yang mempengaruhi kewiraswastaan. (Seok-Woo Kwon, 2013:980). Modal sosial adalah
konsep yang berguna untuk memahami pencapaian pendidikan. Siswa yang berinteraksi
dengan rekan kerja dengan kemampuan tinggi dapat memiliki efek yang berarti terhadap
kinerja akademis (Sharique Hasan, 2013:1022). Peran modal sosial dalam pengembangan
wirausaha telah menjadi bahasan dalam berbagai literatur. Aktivitas kewirausahaan
ditentukan secara bersama oleh modal sosial pada tingkat individu dan modal sosial di
tingkat negara untuk mendapatkan peluang kewirausahaan (Seok-Woo Kwon & Pia
Arenius, 2010: 326). Pemberdayaan modal sosial yang ada dapat dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan
(entrepreneurial) untuk mengorganisir, menciptakan, dan mengelola sebuah usaha agar
tercapai tujuan sosial.
Hubungan positif antara aktivitas jaringan pengusaha dan keberhasilan awal wirausaha juga
dinyatakan oleh Enrico Santarelli (2013, 454). Keanggotaan dalam organisasi yang
terhubung dengan masyarakat yang lebih besar dikaitkan dengan tingkat wirausaha yang
lebih tinggi, namun keanggotaan dalam organisasi terisolasi yang tidak memiliki koneksi ke
komunitas yang lebih besar dikaitkan dengan tingkat wirausaha yang lebih rendah (Seok-
Woo Kwon, 2013:980). Bourdieu (1993) menjelaskan modal sosial yang dibentuk melalui
'kontak dan keanggotaan kelompok yang, melalui akumulasi pertukaran, kewajiban dan
identitas bersama, memberikan dukungan aktual dan potensial dan akses terhadap sumber
daya berharga. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa seorang pengusaha mengumpulkan
informasi dan sumber daya lainnya dari jaringan sosialnya. Pengusaha harus secara proaktif
membangun jaringan sosial yang beragam pada tahap startup karena akan berdampak
positif pada model inovasi kognitif internal berupa kreativitas usaha baru (Yang Xu,
2011:921). Hasil penelitian Paige Johnson Hunter (2004:5) menemukan bahwa wirausaha
memiliki kebiasaan mengumpulkan informasi berharga, pengalaman atau keterampilan
melalui partisipasi mereka dalam sistem pendidikan formal.
Hasil penelitian (Arnel Onesimo, 2011:95) menegaskan bahwa faktor budaya seperti nilai
pribadi mempengaruhi atau bahkan mengarah pada perkembangan ekonomi. Definisi
kewiraswastaan berevolusi dari karakteristik pribadi hingga aspek organisasi dan budaya
(Arjo Klamer, 2011:155) Kewirausahaan budaya adalah karakter baru di sektor budaya,
yaitu tokoh yang berwirausaha dalam mewujudkan nilai-nilai budaya. Teori yang lain
menambahkan bahwa interaksi memungkinkan orang membangun kepercayaan dan kerja
sama, untuk saling berkomitmen merajut jalinan sosial. Penelitian ini membahas tentang
pembentukan modal sosial melalui pengembangan sumber daya manusia yang tercipta
melalui peningkatan pendidikan dan/atau inklusi sosial (Soumyananda Dinda, 2014:878).
Modal sosial berperan dalam mendorong pertumbuhan dan internasionalisasi usaha kecil
dan menengah (UKM) di pasar yang sedang berkembang. Modal sosial memiliki potensi
manfaat yang terkait dengan jaringan, kepercayaan, pertukaran informasi dan komunikasi,
kohesi sosial dan pemberdayaan politik (Ruth Clarke, 2017:140). Hasil penelitian Alistair
Anderson (2014:264) menegaskan bahwa individu hanya dapat memanfaatkan modal
sosial yang berada dalam jaringan tertentu dengan menjadi bagian dari jaringan itu, baik
secara langsung maupun tidak langsung yaitu dengan memanfaatkan hubungan sosial yang
lebih luas di mana ikatan mereka tertanam (Kim dan Aldrich, 2005). Modal sosial hanya
bisa dikembangkan melalui interaksi sosial. Dengan modal sosial yang ada pada jaringan,
maka sesorang akan memperoleh akses ke sumber daya lainnya.
Modal sosial juga dapat ditumbuhkembangkan melalui lembaga-lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan tidak hanya memberikan pelajaran keilmuan semata, tetapi idealnya
sebagai tempat membangun modal sosial dalam bentuk aturan-aturan, norma dan nilai. Hal
ini tidak hanya melalui lembaga pendidikan di tingkat dasar dan menengah, tetapi juga
melalui lembaga pendidikan tinggi. Selain penguasaan ilmu dan teknologi, pendidikan juga
bertugas menciptakan nilai-nilai yang berorientasi pada dimensi profesionalisme, kejujuran,
integritas, kebebasan berpendapat, kesamaan kedudukan, dan etika yang tinggi. Lembaga
pendidikan yang maju dan berkualitas unggul disebabkan oleh adanya modal sosial yang
kokoh di semua komponen yang terlibat dalam aktivitas pendidikan itu. Perguruan tinggi
sebagai salah satu mediator dan fasilitator terdepan dalam membangun generasi muda
bangsa mempunyai kewajiban dalam mengajarkan, mendidik, melatih dan memotivasi
mahasiswanya sehingga menjadi generasi cerdas yang mandiri, kreatif, inovatif dan mampu
menciptakan berbagai peluang pekerjaan. Dalam hal ini, modal sosial dapat diberdayakan
untuk pendidikan kewirausahaan dan pembentukan karakter wirausaha mahasiswanya.
Seseorang dapat menjadi wirausahawan yang sukses ditentukan oleh sejauh mana modal
manusia dan modal sosial yang dimilikinya, terutama dalam lingkungan yang semakin
kompleks dan berubah cepat. Menunat Neace (1999:152) modal manusia yang ada dalam
wirausahawan mencakup kemampuan bervisi, percaya diri, berpengetahuan, memiliki ambisi,
memiliki kharisma, dan memiliki keterampilan/pengalaman, dan modal sosial yang
berkontribusi pada keberhasilan wirausahawan adalah asosiasi yang dimiliki, kepercayaan
organisasi dan antar personal, jaringan yang memediasi, dan pengguna dan penyebar
informasi. (Westlund & Bolton, 2003:3).
Institusi pendidikan tinggi harus didorong untuk memberikan kontribusi lebih besar
terhadap budaya kewirausahaa. Pendekatan "pembelajaran-tindakan" yang berkonsentrasi
pada pengembangan ide bisnis yang realistis, dengan membangun dan memperkuat jaringan
yang menjadi basis modal sosial mereka (David W. Taylor, 2004:234). Pendidikan yang
dilaksanakan harus didesain untuk mengembangkan kemampuan membangun jejaring,
berkerja sama, bersinergi, dan membangun kepercayaan serta berbagi pengetahuan atau
informasi bagi mahasiswa. Pendidikan kewirausahaan sebagai upaya edukatif untuk
mewujudkan wirausahawan yang sukses perlu diselenggarakan dengan berorientasi pada
pendayagunaan dan pengembangan modal sosial. Proses pendidikan kewirausahaan diarahkan
pada pembentukan dan pengembangan kompetensi modal sosial yang meliputi: penguasaan
nilai, norma, kemampuan mengembangkan kepercayaan, kemampuan membangun jejaring,
dan kemampuan mengelola informasi dan/atau pengetahuan. Hasil penelitian Tattwamasi
Paltasingh (2012, 240) pendidikan kewiraswastaan sangat penting karena mendorong
inovasi, mendorong penciptaan pekerjaan, dan meningkatkan daya saing global.
Pendayagunaan modal sosial dapat diaplikasikan pada semua proses kegiatan pembelajaran
baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler termasuk dalam budaya sekolah. Aspek
pelaksanaan pembelajaran didesain agar mengedepankan kerja sama penyelenggara dengan
para pendidik atau narasumber teknis dan pihak lain yang dilibatkan, dan pelaksanaan proses
pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kelompok dan berbasis
pengalaman. Pendayagunaan modal sosial terbukti sangat mendukung dan memperkuat
pendidikan karakter melalui penanaman (inkulkasi) nilai-nilai karakter dan keteladanan
(model) yang dilakukan secara integral dan timbal balik oleh seluruh sivitas akademika,
orang tua dan masyarakat. Aspek-aspek modal sosial yang didayagunakan dalam
pendidikan karakter adalah kerjasama dan tindakan kolektif, informasi dan komunikasi,
kelompok dan jaringan, kepercayaan dan solidaritas, kohesi dan inklusi sosial,
pemberdayaan. Untuk keperluan analisis dengan path diagram konseptual dan kajian
referensi seperti dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian Apakah
Modal Sosial mempunyai pengaruh positif terhadap karakter wirausaha mahasiswa.
Method
Research Design
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori digunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode survei untuk menjelaskan pengukuran modal sosial terhadap karakter wirausaha mahasiswa.
Kategori modal sosial dalam model ini merupakan variabel-variabel yang akan diteliti secara
mendalam hingga diharapkan menghasilkan sebuah hubungan terhadap karakter wirausaha
mahasiswa.
The data were collected from angket angket bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai modal
sosial dan karakter wirausaha mahasiswa. Modal sosial dalam penelitian ini meliputi tindakan kolektif
dan kerjasama, kepercayaan dan solidaritas, kelompok dan jaringan, informasi dan komunikasi,
kohesi dan inklusi sosial, pemberdayaan. Karakter wirausaha adalah watak atau ciri khas yang
melekat pada seorang wirausaha, terdiri dari : (1) dorongan untuk berprestasi; (2) rasa tanggung
jawab; (3) sikap terhadap resiko; (4) percaya diri; (5) menggunakan umpan balik; (6) orientasi jangka
panjang; (7) kemampuan dan ketrampilan manajerial dan (8) sikap terhadap uang. Alternatif jawaban
disesuaikan dengan skala Likert yang dibuat menjadi lima alternatif jawaban. Untuk setiap tanggapan
akan diberi skor antara 1 sampai 5 yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Skor 5 untuk jawaban Selalu
(SL), Skor 4 untuk jawaban Sering (SR), Skor 3 untuk jawaban Kadang-kadang (KD), Skor 2 untuk
jawaban Jarang (JR) dan Skor 1 untuk jawaban Tidak Pernah (TP).
Kisi-kisi instrumen pengukuran modal sosial dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1.
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengukur Modal Sosial
Kelompok dan jaringan, 1. Keterlibatan mahasiswa dalam 22, 23, 24, 25, 26,
organisasi di kampus seperti BEM atau
organisasi ekstra kurikuler.
2. Kampus memfasilitasi organisasi di
27, 28, 29, 30, 31,
kampus.
3. Kampus mengadakan pelatihan
kepemimpinan untuk mahasiswa secara 32
berkala. 33
4. Pemilihan pemimpin organisasi
dilakukan secara demokratis. 34
5. Jaringan dengan organisasi di kampus
lain. 35, 36, 37
Informasi dan komunikasi, 1. Fasilitas, sarana dan prasarana yang 38, 39, 40
tersedia di kampus. 41
2. Persebaran informasi.
3. Tingkat kesulitan untuk mendapatkan 42, 43, 44
informasi.
Kohesi dan inklusi sosial, 1. Kebersamaan atau kedekatan yang 45
dimiliki lingkungan kampus.
2. Kemampuan mahasiswa dalam 46
menghargai pendapat temannya.
3. Menghargai perbedaan suku, agama,
47, 48
ras, dan antar golongan.
4. Kampus memfasilitasi perbedaan
mahasiswa. 49
5. Kampus mengakomodir kepentingan
seluruh mahasiswa. 50
Instrumen penelitian yang mengukur karakter wirausaha mahasiswa berdasarkan pendapat David C.
Tabel 2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengukur Karakter Wirausaha Mahasiswa
Indikator Aspek Butir Instrumen
Dorongan untuk berprestasi 1. Selalu ingin berprestasi. 1
2. Berorientasi pada sasaran dan 2
keuntungan.
3. Berusaha melebihi orang lain 3
(competitiveness).
4. Melakukan sesuatu yang belum
dilakukan oleh orang lain (innovation).
4
Finding
Model dalam penelitian ini yaitu modal sosial dalam pembentukan karakter wirausaha
mahasiswa Universitas AMIKOM Yogyakarta. Temuan empiris mengenai model hasil
penelitian adalah seperti diuraikan berikut ini. Pengaruh Modal Sosial terhadap Karakter
Wirausaha Mahasiswa. Hasil analisis model penuh dari hasil perhitungan LISREL
ditunjukkan seperti gambar berikut.
Dengan mengunakan indikator chi-square yang rendah (mendekati nol), Model Fit P Value >
0,05, RMSEA < 0,08 Gambar 20 menunjukkan bahwa hubungun variabel Modal Sosial (MS)
terhadap Karakter Wirausaha Mahasiswa (KW) menunjukkan model yang belum fit.
Selanjutnya dengan rekomendasi model yang dianjurkan sistem (modification indices)
LISREL maka dapat diperoleh model fit setelah dilakukan modifikasi sesuai rekomendasi
sebagai berikut.
Normed Fit Index 0,99 Nilai NFI lebih besar dari 0,9
(NFI) maka model fit
Relative Fit Index 0,99 Nilai RFI lebih besar dari 0,9
(RFI) maka model fit
Setelah analisis model struktural dilakukan, maka hasil perhitungan yang diperoleh
dapat digunakan untuk menguji hipotesis. Semua hipotesis akan menggunakan
koefisien jalur dan nilai signifikansi p - value ≥ 0,05.
Discussion
Dari hasil analisis data yang telah dipaparkan sebelumnya menunjukkan jawaban
permasalahan penelitian ini. Masalah penelitian yang telah dijawab adalah modal
sosial dalam pembentukan karakter wirausaha mahasiswa Universitas AMIKOM
Yogyakarta. Model teoritis yang dibangun dalam paradigma penelitian didukung oleh
data empiris walaupun terdapat komponen yang mengalami pengembangan. Ada
indikator variabel yang tetap akan tetapi ada juga yang berubah. Pada pengujian tahap
pertarna dilakukan dengan analisis faktor konfirmatori model pengukuran Modal
Sosial terhadap Karakter Wirausaha mahasiswa. Model pengukuran yang dibangun
berdasarkan teori diuji kesesuaiannya dengan data empiris. Hasilnya seluruh dimensi
didukung oleh data empiris akan tetapi ada bebempa indikator yang tidak didukung
oleh data empiris sehingga harus dilakukan perubahan komponen indikator. Indikator
yang telah dirubah sesuai hasil analisis selanjutnya diikutkan dalam pengujian tahap
berikutnya untuk mendapat model yang fit.
Model hubungan Modal Sosial terhadap Karakter Wirausaha Mahasiswa dari hasil
pengujian model fit ( gambar ) dapat diketahui bahwa variabel Modal Sosial yang
terbentuk dari Kerjasama sebesar 0.81, Kepercayaan dan Solidaritas sebesar 0.73,
Kelompok dan Jaringan sebesar 0.79, Informasi dan Komunikasi sebesar 0.74, Kohesi
/dan Inklusi Sosial sebesar 0.76, dan Pemberdayaan sebesar 0.75. Modal Sosial
memiliki koefisien jalur dengan Karakter Wirausaha sebesar 1.07. Angka tersebut
menunjukkan angka positif dan cukup tinggi. Hal ini berarti bahwa jika Modal Sosial
yang dimiliki kampus dimanfaatkan mahasiswa dengan baik; maka akan mendukung
pembentukan karakter wirausaha. Hasil analisis untuk mengetahui signifikansi
pengaruh dapat dilihat dari nilai p-value ≥ 0,05, nilai p-value sebesar 0,31525. Hal ini
berarti nilai p-value ≥ 0,05 (0,31525 > 0,05) yang berarti bahwa Modal Sosial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Karakter Wirausaha mahasiswa. Hasil
pengujian hipotesis menunjukkan nilai koefisien jalur bernilai positif dan signifikan,
sehingga Ha1 yang menyatakan Modal Sosial yang meliputi Kerjasama, Kepercayaan
dan Solidaritas, Kelompok dan Jaringan, Informasi dan Komunikasi, Kohesi dan
Inklusi Sosial, dan Pemberdayaan mempunyai pengaruh positif dengan pembentukan
karakter wirausaha mahasiswa diterima.
Conclusion
References
Alistair Anderson, John Park, & Sarah Jack. (2014). Entrepreneurial Social Capital
Conceptualizing Social Capital in New High-tech Firms. International Small
Business Journal Vol 25(3): 245–272.
Arnel Onesimo O. Uy. (2011). What Motivates Entrepreneurs? A Study of the Value
Systems of Filipino Entrepreneur. International Journal of Entrepreneurship,
Volume 15
Bourdieu, P. (1993) Sociology in Question. London: SAGE.
David Javakhadze, Stephen P. Ferris & Dan W. French. (2016). Social capital,
investments, and external financing. Journal of Corporate Finance 37 pp. 38–55
Edwin Cahya Ningrum Setyawati, Hari Susanta Nugraha, & Ilham Ainuddin. (2013).
Karakteristik kewirausahaan dan lingkungan bisnis sebagai faktor penentu
pertumbuhan usaha (Studi IKM di Sentra Kerajinan Rotan Amuntai Kab. Hulu
Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan). Jurnal Administrasi Bisnis, Volume
2, Nomor 1, Maret 2013
Enrico Santarelli & Hien Thu Tran. (2013). The interplay of human and
social capital in shaping entrepreneurial performance: the case of
Vietnam. Small Business Economics, Vol. 40, No. 2, pp. 435-458.
Joreskog, K.G., dan Sorbom, D. (1996). LISREL 8: Users Reference Guide. Chicago:
Scientific Software International In.
Latan, Hengky. (2013). Model Persamaan Struktural: Teori dan Implementasi AMOS
21.0. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Phillip H. Kim and Howard E. Aldrich. (2005). Social Capital and Entrepreneurhip.
Foundation and Trends in Entrepreneurship. Vol 1, No 2, 55-104
Ruth N. Lopez Turley, et al. (2017). Reducing children’s behavior problems through
social capital: A causal assessment. Social Science Research 61 pp. 206-217
Seok Woo Kwon, Heflin, C. & Ruef, M. (2013). Community Social Capital and
Entrepreneurship. American Sociological Review. 78(6) 980–1008.
Seok-Woo Kwon & Pia Arenius. (2010). Nations of entrepreneurs: A social capital
perspective. Journal of Business Venturing 25 pp. 315–330
Westlund, H. and Bolton, RE. (2003). Local social capital and entrepreneurship. Small
Business Economics, 21(1): 77 – 113.
Yang Xu. (2016). Entrepreneurial social capital, cognitive orientation and new venture
innovation. Management Research Review. Vol. 39 No. 5, pp. 498-520.