Anda di halaman 1dari 2

Potensi energi panas bumi di Indonesia sangat besar karena sampai tahun 2009 diperkirakan ada sekitar

28,5 GW yang tersebar di 265 lokasi. Besarnya potensi energi panas bumi tersebut terjadi karena
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Eropa-Asia, lempeng
India-Australia, dan lempeng Pasifik (Badan Geologi Kementerian ESDM, 2010). Pertemuan ketiga
lempeng tektonik tersebut mengakibatkan terbentuknya gunung berapi, yang kemudian memunculkan
daerah-daerah barisan pegunungan atau sabuk pegunungan atau juga cincin gunung api, yang
berpotensi mengandung energi panas bumi. Wilayah tersebut memanjang dari bagian barat Sumatra,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua (lihat Tabel 1.1).Dilihat dari
sebaran potensi energi panas bumi yang ada di Indonesia, Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang
memiliki potensi energi panas bumi terbesar, yaitu sekitar 9.996 MWe untuk sumber daya dan cadangan
dengan kapasitas terpasang sebesar 1.117 Mwe. Dengan jumlah tersebut, berarti 35% potensi energi
panas bumi yang ada di Indonesia berada di Pulau Jawa.

Sebagian besar potensi panas bumi yang ada di Pulau Jawa berada di Provinsi Jawa Barat. Menurut data
dari Bappeda Jawa Barat (2011), potensi energi panas bumi di Jawa Barat diperkirakan sebesar 5.311
MWe atau 20% dari potensi panas bumi Indonesia. Potensi tersebut tersebar di 11 kabupaten. Dari
beberapa wilayah kerja pertambangan (WKP) panas bumi yang ada di Jawa Barat, beberapa di antaranya
telah beroperasi sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi yang terhubung ke jaringan listrik
nasional, di antaranya PLTP Gunung Salak di Kabupaten Bogor, PLTP Wayang Windu, dan PLTP Kamojang
di Kabupaten Bandung serta PLTP Darajat di Kabupaten Garut. Selain untuk pembangkit listrik, sumber
daya panas bumi ini juga dimanfaatkan untuk tujuan wisata alam dan pemandian air panas, seperti di
Ciater, Tangkuban Perahu, Cimanggu, dan Rancawalini. Adapun WKP panas bumi yang ada di Jawa Barat
sampai dengan tahun 2011 berjumlah 12 WKP, yaitu 4 WKP berada dalam kualifikasi eksisting, 4 WKP
dalam tahap pengembangan, 3 WKP hasil lelang, dan 1 WKP akan dilelang.

Potensi penggunaan energi panas bumi untuk pembangkit listrik ataupun panas dunia, menurut laporan
International Energy Agency (IEA), diprediksi akan meningkat sedikitnya sepuluh kali lipat hingga 2050
nanti. Sementara menurut laporan Technology Roadmap: Geo-thermal Heat and Power, pada konferensi
Eurelectric tahun 2011 di Swedia, terungkap bahwa penggunaan energi panas bumi dapat mencapai
sekitar 3,5% dari produksi listrik global dan 3,9% energi untuk pemanas pada 2050.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, kebutu-han terhadap pasokan listrik semakin
meningkat. Namun, saat ini sektor energi di Indonesia masih mengalami hambatan dalam me-menuhi
kebutuhan listrik nasional. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan listrik, pemerintah
meluncurkan proyek listrik 10.000 MW pada 2006. Dalam proyek ini dibangun sejumlah pembangkit
listrik baru di berbagai daerah dengan menggunakan batu bara10 untuk menggantikan bahan bakar
BBM. Akan tetapi, penggunaan batu bara yang semakin besar membuat Indonesia semakin bergantung
pada bahan bakar fosil (sampai saat ini 80% listrik Indonesia bersumber dari bahan bakar fosil) serta
memperparah kondisi lingkungan yang ada.Kondisi ini mendorong pemerintah untuk memikirkan upaya-
upaya pengembangan sumber-sumber energi alternatif, salah satunya melalui pemanfaatan energi
panas bumi. Upaya peningkatan peman-faatan energi panas bumi ini tertuang dalam roadmap
pengembangan energi panas bumi 2004–2025. Pada 2008, peme-rintah menargetkan pemanfaatan
energi panas bumi sebesar 2.000 MW kemudian pada 2020 sebesar 6.000 MW, dan pada 2025 naik
menjadi 9.500 MW. Selain itu, dalam roadmap tersebut pemerintah juga telah menetapkan target, baik
dari sisi pasar, produk, teknologi maupun litbang dari tahun 2005 sampai dengan 2025 sehingga energi
panas bumi dapat berkompetensi.
Secara lebih terperinci, Kementerian Riset dan Teknologi (2006) menjabarkan roadmap yang ada
berdasarkan jangka waktu, yaitu pendek, menengah, dan panjang agar energi panas bumi dapat
berkembang. Misalnya dalam menciptakan peluang pasar, pada jang-ka pendek dan jangka menengah
(2005–2015), peran pemerintah adalah mendorong pengusahaan dan memberikan insentif kepada
industri di bidang pengusahaan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya energi panas bumi. Sementara
jangka panjang (2016–2025) adalah mendorong pemanfaatan energi panas bumi sebagai pem-bangkit
listrik ataupun penggunaan secara langsung. Peran industri sendiri dalam jangka pendek dan menengah
adalah meningkatkan kegiatan pengusahaan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya panas bumi dan
pemanfaatannya, sedangkan dalam jangka panjang adalah meningkatkan pemakaian sumber daya
energi panas bumi untuk pembangkit listrik dan pemanfaatannya secara langsung.

Anda mungkin juga menyukai