Anda di halaman 1dari 7

Potensi Tulang dan Sisik Ikan Etong (Abalistes steallaris) dalam Produk

COLAGEN JELLY WITH KEFIR Sebagai Agen Anti-Aging


Novitasari1 Vena Herlinda1 Angie Pricillia Aura Dewi1 Dinda Amalia1 Muhammad Kaesa1

Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati,
Bandung 40614, Indonesia

Abstrak
Masyarakat mengkonsumi daging ikan etong sebagai sumber protein sedangkan tulang
ikan dan kulit ikan etong hanya dibuang sebagai limbah dan belum termanfaatkan,
padahal didalamnya mengandung gelatin yang merupakan salah satu turunan protein
yang mempunyai efek untuk mempertahankan kekenyalan kulit. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi potensi dari tulang dan sisik ikan etong dalam produk Gellyfir sebagai
anti-aging. Penelitian dilakukan menggunakan metode eksprerimen dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang dikumpulkan berupa uji organoleptik, uji pH,
uji rendemen, dan derajat putih gelatin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gelatin yang
digunakan dalam produk jelly collagen ini memiliki kualitas yang telah sesuai dengan SNI,
yaitu dalam kriteria wujud, pH, dan derajat putih gelatin. Namun, dalam hasil uji rendemen
menunjukan hasil yang sangat rendah yaitu hanya 0,1% yang dipengaruhi oleh rusaknya
jaringan fibril gelatin.
I. PENDAHULUAN paparan berulang sinar ultraviolet. Kulit
yang mengalami photoaging ditandai
LATBEL : Semakin bertambahnya usia
dengan kerutan, kekenduran, perubahan
maka jaringan serat kolagen dermal
pigmentasi, flek kecoklatan, dan tampak
menjadi semakin terfragmentasi, artinya
kasar (Wahyuningsih, 2011).
serat yang lebih pendek dan kurang
terorganisir yang terakumulasi muncul Penuaan juga menyebabkan enzim
sebagai fragmen kolagen terdegradasi. pembentukan metalloproteinase (enzim
Pengaruh usia ini disebut sebagai salah satu yang mendegradasi kolagen) meningkat
faktor penuaan intrinsik (Varani et al., sehingga dapat menurunkan sintesis
2006). komponen penyusun ekstraseluler baru
salah satunya yaitu kolagen. Penuaan
Selain pengaruh usia, penuaan juga dapat
intrinsik dan ekstrinsik dapat menyebabkan
terjadi karena adanya faktor luar
perubahan struktural dan fungsional pada
(ekstrinsik) seperti paparan sinar UV yang
lapisan kulit bagian dalam, seperti
semakin meningkat ketika lapisan stratosfer
pengurangan volume, hilangnya elastisitas,
dari ozone semakin menipis mengakibatkan
peningkatan kerutan, dan penurunan
semakin banyak pula jumlah radiasi UVB
kapasitas untuk mempertahankan
yang mencapai permukaan bumi sehingga
kelembapan kulit (disebabkan penurunan
dapat menimbulkan efek langsung terhadap
asam hialuronat) dalam matriks
kesehatan manusia. Paparan ultraviolet ini
ekstraseluler. Maka untuk mengatasi hal
memegang peranan penting terhadap
tersebut dapat dilakukan dengan pemberian
terjadinya penuaan dini kulit. Penuaan dini
oral peptida kolagen bioaktif yang
kulit merupakan akibat dari akumulasi
diperoleh dari hidrolisis enzimatik kolagen
kerusakan yang yang disebabkan oleh
alami. Pemberian oral peptida kolagen
bioaktif menurut penelitian yang dilakukan Perkembangan industri perawatan kulit
(de Miranda et al., 2021) menunjukan mendorong inovasi berbagai produk yang
bahwa konsumsi kolagen terhidrolisis digunakan untuk merawat kulit tergantung
selama 90 hari efektif dalam mengurangi pada aplikasinya. Saat ini, bagi sebagian
penuaan kulit. Setelah kolagen dicerna, orang, perawatan kulit lebih dari sekadar
mereka akan di metabolism menjadi proses satu langkah, namun berkembang
dipeptide dan tripeptida di saluran menjadi beberapa langkah dengan produk
pencernaan, kemudian diangkut melalui yang berbeda. Kemudian isu lingkungan
aliran darah dan menumpuk di kulit untuk menjadi hangat diperbincangkan saat ini
membentuk serat kolagen baru. menjadikan konsumen (masyarakat) lebih
peduli dengan dampak dari berbagai
Bunga telang (Clitoria ternatea L.)
aktivitas manusia termasuk dalam kegiatan
mengandung senyawa yang bermanfaat
produksi bagi lingkungan. Produk green
bagi kesehatan. Ekstrak bunga telang
skincare dapat menjadi solusi yang
dengan konsentrasi 2,5% dapat melarutkan
merupakan produk yang menggabungkan
kalsium dan natrium penyusun dari
bahan-bahan alami dengan pembawa
molekul katarak masing-masing 8,37 dan
alami, pengawet, surfaktan, pelembab dan
4,43 kali dibandingkan dengan air sebagai
pengemulsi untuk menciptakan kulit yang
control. Bunga telang berfungsi sebagai
sehat. Produk green skincare dibuat dengan
anti-katarak ( Eny & Dewi, 2017)
cara yang ramah lingkungan untuk menjaga
Ikan Etong (Abalistes Steallaris) atau biasa keutuhan bahan-bahan alami yang
disebut Ikan Ayam-Ayam, Ikan Kambing- digunakan.
Kambing, dan Ikan Jebung berdasarkan
URGENSI : Berdasarkan latar belakang
nama panggilan dari berbagai daerah
tersebut merujuk pada jenis skincare yang
(Rahmi & Perdana, 2020) pada bagian
saat ini semakin dikembangkan peneliti
tulang dan sisiknya menjadi limbah padat
akan mengidentifikasi potensi dari tulang
yang saat ini belum termanfaatkan, padahal
dan sisik ikang etong sebagai gelatin untuk
limbah tersebut dapat berpotensi
membuat Gellyfir. Gellyfir (Collagen jelly
mengandung kalsium dan gelatin. Menurut
with kefir) sendiri merupakan produk
Moranda dan Rosida (2018) dalam (Husna
konsumsi berupa jelly yang dapat dimakan
et al., 2020) bahwa limbah perikanan dapat
yang mengandung agen anti-aging dari
dimanfaatkan sebagai sumber gelatin.
gelatin yang dihasilkan sisik dan tulang
Produk alami hasil hidrolisis parsial dari
ikan etong, serta mengandung antioksidan
kolagen disebut gelatin. Gelatin sendiri
yang dari kefir dan bunga telang sebagai
merupakan protein larut yang berasal dari
pewarna.
tulang sapi, kulit babi, dan kulit ikan serta
dapat dijadikan gelling agent (bahan Urgensi : penggunaan kosmetik dan
pembuat gel) (Hastuti D, 2007). berbagai paparan radiasi bisa
menyebabkan penuaan dini
Kemudian terkait dengan penggunaan
skincare (perawatan kulit) kini menjadi Green skincare
sesuatu yang lebih diperhatikan oleh
isu lingkungan
masyarakat luas, industri skincare di
Indonesia pada saat tahun 2017 mengalami
peningkatan produksi mencapai 6% dan
terus bertambah seiring berjalannya waktu. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di laboratorium bantuan oven vakum lalu tunggu hingga
terpadu UIN Sunan Gunung Djati Bandung. terbentuk serbuk gelatin (Kurniawan et al.,
2017).
Materi
Materi yang digunakan terdiri dari tulang Uji Organoleptik dan Uji pH.
dan sisik ikan etog sebagaai bahan baku Pengujian Organoleptik merupakan
pembuatan gelatin. Bahan lain yang cara atau teknik pengujian dengan
digunakan yaitu, kefir, bunga telang, menggunakan indera manusia sebagai alat
glukosa. utama dalam menilai mutu / kualitas dari
sampel (wahyuningsih D., 2010). Pada
percobaan kali ini pengujian tersebut
Potensi limbah tulang dan sisik ikan etong dilakukan untuk mengetahui bagaimana
yang belum termanfaatkan dapat dijadikan bau, bentuk dan warna dari Gelatin Serbuk.
gelatin sebagai gelling agent dalam produk Prinsip cara uji derajat keasaman
jelly sekaligus sebagai agen anti-aging (pH) dengan menggunakan alat pH
dengan dipadukan bahan lain seperti kefir meter adalah sebuah Metode
dan bunga telang sebagai anti-oksidan. pengukuran pH berdasarkan pengukuran
aktifitas ion hidrogen secara
potensiometri/elektrometri dengan
Metode menggunakan pH meter. Pada percobaan
Metode penelitian yang digunakan bersifat kali ini sampel dimasukan kedalam gelas
eksperimental laboratoris dengan kimia sebanyak mL, kemudian di uji
menggunakan Rancangan Acak Lengkap menggunakan pH meter (Kesmas, 2016).
(RAL). Ekstrak bunga telang
Isolasi Kolagen Bunga telang dikeringkan terlebih dahulu.
Sisik & Tulang dari ikan etong Bunga yang telah kering, kemudian diseduh
dibersihkan. Selanjutnya dimasukan ke dengan air panas dan diambil ekstraknya
dalam lemari pendingin kurang lebih 24 untuk pewarna pada jelly ( Faiz et al.,
jam. Sisik ikan 100 gr yang telah ditiriskan 2021).
kemudian direndam dengan asam asetat 0,5 Prosedur Pembuatan Jelly
% sebanyak 5 kali lipat dari Tulang & Sisik Gelatin yang telah dibuat sebelumnya
Ikan yaitu 500 mL setelah itu simpan dalam ditimbang dengan berat 0,11 gram. Gelatin
lemari pendingin. Sisik & Tulang yang tidak berbau dan tidak berwarna.
telah di rendam dengan asam asetat di bilas Selanjutnya dilakukan uji rendemen,
dengan air yang mengalir lalu tiriskan. rendemen diperoleh dari perbandingan
Sisik ikan yang telah direndam larutan antara serbuk kering gelatin yang
asam kemudian di ekstraksi dengan dihasilkan dengan berat bahan segar (kulit
perbandingan 1 : 2 dengan menggunakan yang telah dicuci bersih) perhitungannya
mikrowave selama 10 menit. Setelah di sebagai berikut : Rendemen : (berat
ekstraksi kemudian hasil filtrat ekstraksi, gelatin / berat basah sisik ) × 100%.
disaring dan dimasukan ke dalam wadah Selanjutnya dilakukan uji pH, berdasarkan
nampan beralumunium foil untuk proses SNI standar gelatin berada pada PH anafad
pengeringan. Proses pengeringan dapat 4,5- 6,5 sedangakan pada penelitian ini pH
dilakukan dengan cara di angin-anginkan yang didapatkan yaitu sebesar pH 6. Bunga
atau dengan bantuan oven pada suhu 50- telang yang telah dikeringkan sebelumnya
70°C dan juga bisa dengan menggunakan dimasukan kedalam 50 ml air dalam gelas
kimia. Selanjutnya disaring sehingga Suhu 60O C terhadap parameter bentuk,
didapatkan 50 ml larutan bunga telang dan warna dan bau dapat dilihat pada tabel I.
dihasilkan larutan berwarna biru pekat. Mengacu pada Farmakope Indonesia edisi
Prosedur selanjutnya yaitu menimbang IV bahwa pemerian gelatin adalah serbuk
karangen sebanyak 0,1 gram. Setelah berwarna kuning agak putih atau coklat
karangen ditimbang, timbang glukosa kekuningan. Pada ekstrak gelatin yang
sebanyak 2 gram. Panaskan larutan bunga dihasilkan dari ikan etong adalah serbuk
telang dalam penanggas lalu setelah berwarna coklat kekuningan dan berbau
mendidih tambahkan gelatin, karagen juga khas. Warna gelatin yang dihasilkan
glukosa lalu aduk sampai larutan dipengaruhi oleh konsentrasi asam asetat
mengental. Larutan yang telah mengental yang digunakan. Semakin tinggi
lalu masukkan ke dalam cetakan dan konsentrasi asam asetat maka warna yang
tunggu sampai dingin hingga terbentuk terlihat pada gelatin akan semakin terang.
jelly.
Gelatin komersil tidak berbau sedangkan
gelatin tulang ikan etong agak berbau khas
(Sudarmadji, 1995). Berdasarkan hal
II. HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut, bau ikan pada gelatin tulang ikan
etong diduga disebabkan oleh unsur
3.1 Hasil Perbandingan Teori dengan
nitrogen yang terikat pada asam-asam
Praktik
amino pada kolagen atau gelatin tulang
Gelatin adalah ikatan polipeptida yang ikan etong.
dihasilkan dari hidrolisa kolagen tulang,
Gelatin yang dihasilkan dari ikan etong
dan kulit (Gomez-Guillen, 2002). Sehingga
selanjutnya diolah menjadi bahan dalam
dapat dikatakan bahwa gelatin adalah hasil
pembuatan produk jelly kolagen, hal ini
dari denaturasi kolagen. Gelatin dengan air
merupakan salah satu aplikasi gelatin
apabila dipanaskan akan membentuk gel
dalam bidang industri pangan. Jelly yang
pada temperature 35O C . Menurut Gomez-
dihasilkan dari gelatin ikan etong bersifat
Guillen, (2002) beberapa gelatin dapat
kenyal, elastis, rasanya manis, berwarna
dihasilkan dari ikan. Gelatin bersifat padat,
ungu serta berbau kefir. Berdasarkan
terang, rapuh, agak kekuningan sampai
penilaian organoleptik, jelly kolagen yang
tidak berwarna dan tidak berbau, serta
dihasilkan dari gelatin ikan etong secara
mengandung 9 asam amino essensial yaitu:
keseluruhan memenuhi standar mutu SNI
Leusin, Sistein, Methionin, phenilalanin,
3574.2.2008.
Serin, Valin, Threonin, Isoleusin dan
Tirosin. II.3 Uji pH
Hasil pengujian pH pada gelatin yang
Gelatin yang diekstrak dari ikan etong
telah diekstraksi dari tulang dan sisik ikan
memiliki karakteristik yang serupa
menunjukan nilai pH 7,5. Gelatin yang
berdasarkan teorinya, yaitu berwujud
berasal dari sisik dan tulang ikan ini
serbuk (padat), membentuk gel ketika
termasuk ke dalam golongan gelatin tipe A
dipanaskan pada suhu 35O C , berwarna
yang memiliki titik isoelektrik (titik
agak kekuningan, namun sedikit berbau. pengendapan protein) pada pH yang tinggi
3.2 Uji Organoleptik yaitu rentang 7,5 – 9,0 (Hastuti D, 2007).
pH gelatin ini masih berada dalam rentang
Hasil uji organoleptik ekstrak gelatin pH normal menurut SNI (1995) yaitu
dengan perlakuan CH 3 COOH 0,1% dan memiliki pH yang mendekati netral (pH 7).
menyebabkan larutan asam asetat masuk ke
II.4 Prosedur dalam struktur kulit sehingga kulit ikan
Setelah melalui proses ekstraksi gelatin menjadi semakin menggembung dan
awalnya berupa cairan keruh putih, menyebabkan kulit ikan semakin hancur
kemudian setelah melalui proses sehingga gelatin akan terlarut dalam larutan
pengeringan menggunakan oven pada suhu perendaman dan ikut terbuang pada saat
sekitar 150-180°C didapatkan 0,100 gram proses pencucian dengan air mengalir.
serbuk berwarna putih agak kekuningan Semakin lama perendaman maka nilai
dan berbau. Kemudian proses selanjutnya rendemen juga cenderung menurun.
yaitu dengan membuat ekstrak bunga Menurunnya nilai rendemen yang
telang yang berfungsi sebagai pewarna dihasilkan disebabkan oleh banyaknya
sekaligus sebagai antioksidan sebanyak 50 jaringan fibril gelatin yang rusak dengan
mL menggunakan air panas, menghasilkan meningkatnya waktu perendaman sehingga
ekstrak berupa cairan dan berwarna ungu jumlah komponen gelatin yang terlarut
pekat. dalam asam lebih tinggi (Fauziyyah et al.,
Kemudian larutan bunga telang 2017)
dipanaskan dalam penanggas sampai
mendidih dan ditambahkan gelatin, karagen
yang berfungsi sebagai agen penstabil serta 3.6 Derajat Putih Gelatin
glukosa sebagai pemanis lalu aduk sampai
larutan mengental. Larutan yang telah Derajat putih merupakan gambaran
mengental, masukkan ke dalam cetakan dan secara umum dari warna gelatin. Pada
ditunggu hingga mendingin, menghasilkan umumnya derajat putih gelatin diharapkan
jelly berwarna ungu. mendekati 100%, karena gelatin yang
bermutu tinggi biasanya tidak bewarna,
sehingga aplikasinya lebih luas karena
3.5 Hasil Uji Rendemen Gelatin berpengaruh pada aplikasi suatu produk.
Tahap rendemen gelatin merupakan Derajat putih gelatin ikan etong secara
salah satu parameter dalam menilai organoleptik masih rendah jika
pentingnya suatu proses produksi gelatin dibandingkan dengan standar mutu gelatin
dan sebagai bahan dasar perhitungan yang disyaratkan SNI 1995 yaitu tidak
analisis finansial. Rendemen diperoleh dari bewarna. Rendahnya nilai derajat putih
perbandingan antara berat serbuk kering pada gelatin kulit ikan etong diduga karena
gelatin yang dihasilkan dengan berat bahan selama pemanasan pada saat ekstraksi
segar (kulit yang telah dicuci bersih). terjadi proses pencoklatan non-enzimatis
Besarnya rendemen dapat diperoleh dengan atau reaksi mailard antara gugus amimo
rumus : pada asam amino dan hasil oksidasi lemak
yang masih cukup tinggi sehingga
Rendemen (%)
menyebabkan terbentuknya pigmen coklat
Total berat gelatin kering atau melanoidin (Trilaksani et al., 2012).
= ×100 %
berat bahan kulit segar
Hasil uji organoleptik ekstrak gelatin
Hasil rendemen gelatin yang dengan perlakuan CH 3 COOH 0,1% dan
diperoleh pada perlakuan konsentrasi asam Suhu 60O C terhadap parameter bentuk,
asetat 0,5% dengan lama perendaman 24 warna dan bau dapat dilihat pada tabel I.
jam sebesar 0,1 %. Semakin tinggi
konsentrasi asam asetat yang digunakan Tabel 1. Data Hasil Analisis Karakteristik
Gelatin Tulang Ikan Etong dengan CH 3 COOH menunjukan nilai pH 7,5, dan hasil
Hasil Pengamatan randemen gelatin 0,1% sehingga mutu
No Kadar Bentuk Warna Bau gelatin dari ikan etong
CH 3 COOH telah sesuai dengan Standar Nasional
1. 0,1% Serbuk Coklat Khas Indonesia (SNI).
kekuningan Namun berdasarkan parameter uji lainnya
yaitu derajat putih gelatin ikan etong yang
Hasil uji organoleptik gelatin terhadap dihasilkan secara organoleptik dinyatakan
parameter bentuk serta warna dapat dilihat masih rendah. Derajat putih gelatin yang
pada tabel 2. memiliki mutu tinggi mendekati 100%
biasanya tidak bewarna.

SARAN
Tabel 2. Uji Kualitatif (Identifikasi Gelatin) 1. Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang
pengemasan dan daya tahan simpan jelly
No Reagen Hasil
kolagen dari gelatin ikan etong.
1. Asam Asetat 0,1% Endapan
kuning 2. Peneliti lain, dapat mengkaji lebih dalam
aspek lain seperti kadar air, kadar abu,
derajat keasaman jelly kolagen dari ikan
Hasil uji organoleptik jelly kolagen etong supaya bisa dikembangkan lagi
terhadap parameter tekstur, warna, rasa dan menjadi olahan produk yang lebih
bau dapat dilihat pada tabel 3. variatif.
3. Perlu diteliti alternatif penggunaan
Tabel 3. Uji kualitatif (Identifikasi Jelly
bahan tambahan lainnya dalam
kolagen)
pembuatan jelly kolagen dari ikan etong.
N Tekstu Warn Rasa Bau
o r a
1. Kenyal Ungu Mani Asam IV. DAFTAR PUSTAKA
dan s , kefir
elastis de Miranda, R. B., Weimer, P., & Rossi, R.
C. (2021). Effects of hydrolyzed
collagen supplementation on skin
III. KESIMPULAN aging: a systematic review and meta-
Tulang serta sisik ikan Etong (Abalistes analysis. International Journal of
Steallaris) diketahui mengandung gelatin Dermatology, 60(12), 1449–1461.
sehingga dapat berpotensi sebagai Anti https://doi.org/10.1111/ijd.15518
aging agent. Adapun gelatin yang Fauziyyah, P., Yusasrini, N. L. A., Putu, L.,
dihasilkan dari 2 ekor ikan etong yaitu & Darmayanti, T. (2017). Pengaruh
sebanyak 0.11 gram. Karakteristik gelatin Konsentrasi Larutan Asam Asetat Dan
ikan etong Lama Perendaman Terhadap
dalam menggunakan Karakteristik Gelatin Kulit Ikan Mahi-
perlakuan asam Ch3COOH 0,1% yaitu Mahi (Coryphaena hippurus). Jurnal
berwujud serbuk, berwarna coklat Ilmiah Teknologi Pertanian
kekuningan dan berbau khas, hasil AGROTECHNO, 2(2), 248–257.
pengujian pH pada gelatin yang telah Gomez-Guillen. (2002). Structural and
diekstraksi dari tulang dan sisik ikan Physical Properties of gelatin
extracted from different Marine collagen production in chronologically
species. Food Hidrtocolloids, 16, 25– aged skin: Roles of age-dependent
34. alteration in fibroblast function and
defective mechanical stimulation.
Hastuti D, I. S. (2007). Pengenalan Dan American Journal of Pathology,
Proses Pembuatan Gelatin. Ilmu-Ilmu 168(6), 1861–1868.
Pertanian, 3(1), 39–48. https://doi.org/10.2353/ajpath.2006.05
http://digilib.unila.ac.id/4949/15/BAB 1302
II.pdf
Wahyuningsih, K. A. (2011). Astaxanthin
Husna, A., Handayani, L., & Syahputra, F. memberikan efek proteksi terhadap
(2020). Pemanfaatan tulang ikan photoaging. Damianus Journal of
kambing-kambing (Abalistes stellaris) Medicine, 10(3), 149–160.
sebagai sumber kalsium pada produk
tepung tulang ikan. Acta Aquatica:
Aquatic Sciences Journal, 7(1), 13.
https://doi.org/10.29103/aa.v7i1.1912
Kurniawan, H., Garchia, C. H., Ayucitra,
A., & Antaresti. (2017). GELATIN
DARI TULANG IKAN LELE
(Clarias batrachus): PEMBUATAN
DENGAN METODE ASAM,
KARAKTERISASI DAN
APLIKASINYA SEBAGAI.
GELATIN DARI TULANG IKAN
LELE (Clarias Batrachus):
PEMBUATAN DENGAN METODE
ASAM, KARAKTERISASI DAN
APLIKASINYA SEBAGAI, 16(1), 26–
31.
Rahmi, D., & Perdana, Y. (2020).
Karakterisasi Mutu Fisik dan
Makroutrisi Fillet Ikan Jebung
( Abalistes stellaris ). Jurnal Manfish,
1(1), 15–20.
Sudarmadji, S. (1995). Prosedur Analisa
Bahan Makanan Pertanian. Liberty.
Trilaksani, W., Nurilmala, M., & Setiawati,
I. H. (2012). EKSTRAKSI GELATIN
KULIT IKAN KAKAP MERAH
(Lutjanus sp.) DENGAN PROSES
PERLAKUAN ASAM. Jphpi, 15(3),
240–251.
https://doi.org/10.17844/jphpi.v15i3.2
1436
Varani, J., Dame, M. K., Rittie, L., Fligiel,
S. E. G., Kang, S., Fisher, G. J., &
Voorhees, J. J. (2006). Decreased

Anda mungkin juga menyukai