Anda di halaman 1dari 10

PERBEDAAN PENGGUNAAN HEATED MOISTURE EXCHANGERS (HME)

DAN HEATED HUMIDIFICATIONS (HH) TERHADAP ANGKA KEJADIAN


VAP PADA PASIEN YANG TERPASANG VENTILATOR
DI RUANG ICU RS INDRIATI SOLO BARU

Noviana Nur Zaidah1 Setiyawan 2, Noerma Shovie Rizqiea3


1)
Mahasiswa Program Studi Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
2) 3)
Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

Abstrak

Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah salah satu infeksi


nsooskomial yang sering ditemukan di rumah sakit, yang terjadi setelah 48 jam
pemakaian ventilator. Pada penggunaan ventilator saluran udara bagian atas
dilewati, sehingga sistem pernapasan tidak lagi mampu menghangatkan dan
melembabkan gas yang dihembuskan. Untuk mencegah masalah ini, gas
dipanaskan dan dilembabkan secara buatan. Ada 2 bentuk pelembapan yaitu
Heated Moisture Exchangers (HME) dan Heated Humidifications (HH). HME
adalah humidifikasi pasif dengan cara melembabkan udara dan menukar
panasnya. Sedangkan HH adalah humidifikasi dengan cara udara dipanskan
melalui reservoir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
penggunaan HME dan HH Terhadap Angka Kejadian VAP pada pasien yang
terpasang ventilator di Ruang ICU RS Indriati Solo Baru.
Penelitian ini merupakan penelitian kuanitatif dengan metode penelitian
Quasy Experiment dengan pendekatan Post Test Only Non equivalent Control
Group. Populasi dalam penelitian ini adalah 32 orang, teknik sampel yang
digunakan adalah consecutive sampling dengan 16 kelompok perlakuan dan 16
kelompok kontrol.
Hasil penelitian ini menunjukan jenis kelamin mayoritas adalah laki-laki
yaitu 22 orang (68,75%), mayoritas usia responden responden adalah 45 – 59
sebanyak 17 orang (53,12%), mayoritas pendidikan responden lulusan SMA
sebanyak 22 orang (68,75%) dan hasil uji stastistik menggunakan uji Mann-
Whitney dengan nilai post-test p-Value= 0,035 (ɑ < 0,05) sehingga Ho ditolak dan
H1 diterima.
Kesimpulan penelitian ada perbedaan penggunaan HME dan HH terhadap
angka kejadian VAP. Sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan
untuk melakukan intervensi secara mandiri untuk mengurangi resiko VAP.

Kata kunci : Heated Moisture Exchangers (HME), Heated Humidifications


(HH), Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
Daftar Pustaka : 34 (2010-2019).

1
DIFFERENCES IN THE USE OF HEATED MOISTURE EXCHANGERS
(HME) AND HEATED HUMIDIFICATIONS (HH) TO EVENT
NUMBERS VAP IN PATIENTS INSTALLED VENTILATOR
IN THE ICU ROOM INDRIATI SOLO BARU HOSPITAL

Noviana Nur Zaidah1 Setiyawan 2, Noerma Shovie Rizqiea3


1)
Bachelor of Nursing Study Program Student at University Kusuma Husada Surakarta
2)
Bachelor of Nursing Study Program Lecturer at University Kusuma Husada Surakarta3)

Abstract
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) is one of the most common
nsooscomial infections in hospitals, which occurs after 48 hours of using a
ventilator. In the use of a ventilator, the upper airway is passed, so that the
respiratory system is no longer able to warm and humidify the exhaled gas. To
prevent this problem, the gas is artificially heated and humidified. There are 2
forms of moisturization, namely Heated Moisture Exchangers (HME) and Heated
Humidifications (HH). HME is a passive humidification by humidifying the air
and exchanging heat. Meanwhile, HH is humidification by means of air being
heated through a reservoir. This study aims to determine the differences in the use
of HME and HH on the incidence rate of VAP in patients who have a ventilator in
the ICU Room of Indriati Hospital Solo Baru.
This research is a quantitative research using Quasy Experiment
research method with Post Test Only Non Equivalent Control Group approach.
The population in this study was 32 people, the sampling technique used was
consecutive sampling with 16 treatment groups and 16 control groups.
The results of this study indicate that the majority gender is male,
namely 22 people (68.75%), the majority of respondents' age is 45-59 as many as
17 people (53.12%), the majority of respondents are high school graduates as
many as 22 people (68, 75%) and the results of statistical tests used the Mann-
Whitney test with a post-test p-value = 0.035 (ɑ <0.05) so that Ho was rejected
and H1 was accepted
The conclusion of this study is that there are differences in the use of
HME and HH on the incidence of VAP. So this research can be used as a
reference for independent intervention to reduce the risk of VAP
.
Keywords: Heated Moisture Exchangers (HME), Heated Humidifications (HH),
Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
References: 34 (2010-2020)

2
PENDAHULUAN Pada penggunaan ventilasi
Intensive Care Unit (ICU) mekanik saluran udara bagian
merupakan area khusus pada atas dilewati, sehingga sistem
sebuah rumah sakit dimana pernapasan tidak lagi mampu
pasien yang mengalami sakit menghangatkan dan
kritis atau cidera memperoleh melembabkan gas yang
pelayanan medis, dan dihembuskan (Al Ashry, 2014).
keperawatan secara khusus Untuk mencegah masalah ini, gas
(Pande, Kolekar, dan Vidyapeeth, dipanaskan dan dilembabkan
2013). Berdasarkan keputusan secara buatan. Ada dua bentuk
Menteri Kesehatan Nomor: 1778/ utama pelembapan, penukar
Menkes/ SK/XII/ 2010 panas dan kelembaban Heat
mendefinisikan Intensive Care Moisture Exchangers (HME)
Unit ( ICU) adalah suatu bagian atau pelembap yang dipanaskan
dari rumah sakit yang mandiri Heated Humidifiers (HH)
dengan staf yang khusus dan (Lucato, 2017).
perlengkapan yang khusus pula Pada perbandingan HME dan
yang ditujukan untuk obervasi, HH, menunjukkan penyebab
perawatan, dan terapi pasien- VAP karena aspirasi
pasien yang menderita penyakit, oropharyngeal, dimana
cidera atau penyulit- penyulit kondensasi yang disimpan dalam
yang mengancam nyawa atau sirkuit ventilator merupakan
potensial mengancam nyawa. sumber infeksi karena tingginya
Unit perawatan ini melibatkan tingkat kolonisasi dalam sistem,
berbagai tenaga professional terutama setelah tujuh atau lebih
yang terdiri dari multidisiplin (Cerpa et.al, 2015) Pada titik ini
ilmu yang bekerja sama dalam kita harus mempertimbangkan
tim. memasukkan sirkuit kabel
Salah satu peralatan standar pemanas untuk meminimalkan
minimal di ICU diantaranya kemungkinan kondensasi pada
ventilasi mekanik yang berfungsi sirkuit dan mencegah kolonisasi
untuk membantu pasien bernafas yang dihasilkan oleh kondensasi
melalui Endotrakeal Tube (ETT) pada sirkuit ventilator.
atau trakheostomi. Ventilasi Ventilator Associated
mekanik digunakan untuk Pneumonia (VAP) adalah salah
membantu atau mengganti satu infeksi nsooskomial yang
pernapasan saat orang tidak dapat sering ditemukan di rumah sakit
bernapas sendiri (AARC, 2012). dan merupakan infeksi
Ventilasi mekanik disediakan pneumonia yang terjadi setelah
melalui endotracheal tube (ETT) 48 jam pemakaian ventilasi
yang dimasukkan ke dalam mekanik baik pipa endotracheal
trakea melalui mulut atau hidung, maupun tracheostomy
atau langsung ke trakea melalui (Kemenkes RI, 2017). Menurut
sayatan bedah yang dikenal Ban (2011) yang dikutip
sebagai trakeostomi Susmiarti et.al. (2015).
(Mehta, 2017). Penggunaan ventilator

3
meningkatkan terjadinya HAIs terpasang ventilator di Ruang
sebanyak 6–21 kali dengan ICU RS Indriati Solo Baru.
tingkat kematian akibat VAP
adalah 24-70% (Susmiarti et.al, METODE PENELITIAN
2015). Kejadian pneumonia Penelitian ini telah
nosokomial di ruangan ICU lebih dilaksanakan di Ruang ICU
banyak dijumpai kurang lebih Rumah Sakit Indriati pada bulan
25% dari semua infeksi dan Juni-Agustus 2020. Populasi
menyebabkan mortalitas sebesar dalam penelitian ini adalah semua
33-50% Dick, A et.al (2012) pasien yang terpasang ventilator
Di Indonesia belum di ICU Rumah Sakit Indriati Solo
ada penelitian mengenai jumlah Baru dengan jumlah populasi 32
kejadian VAP, namun orang dalam 2 bulan dengan
berdasarkan kepustakaan luar sampel masing-masing 16
negeri diperoleh data bahwa responden.Jenis penelitian ini
kejadian VAP cukup tinggi, adalah penelitian kuantitatif.
bervariasi antara 9–27% dan Rancangan yang digunakan dalam
angka kematiannya bisa melebihi penelitian ini adalah Quasy
50%. Faktor-faktor risiko yang Experimental dengan pendekatan
berhubungan dengan VAP seperti Post Test Only Non equivalent
usia, jenis kelamin, trauma, Control Group.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik Kriteria inklusinya adalah
(PPOK) dan lama pemakaian Pasien prioritas 1 (satu)
ventilasi telah banyak diteliti. merupakan pasien sakit kritis,
Sebagian besar faktor risiko tidak stabil yang memerlukan
tersebut merupakan predisposisi terapi intensif dan tertitrasi,
kolonisasi mikroorganisme seperti: bantuan ventilasi
patogen saluran cerna maupun mekanik, obat-obat vasoaktif,
aspirasi (Wiryana, 2007). pengobatan kontinyu tertitrasi.
Dari paparan kasus tersebut Contoh pasien sepsis, pasien
maka penulis tertarik untuk gangguan keseimbangan asam
melakukan penelitian tentang: basa dan elektrolit yang
Perbedaan Penggunaan Heated mengancam nyawa. Pasien
Moisture Exchangers (HME) dan Prioritas 2 (dua) pasien yang
Heated Humidifications (HH) memerlukan pemantauan khusus
Terhadap Angka Kejadian VAP di ICU. Misalnya pemantauan
Pada Pasien yang terpasang pulomary arterial catheter, pasien
ventilator di Ruang ICU RS yang mengalami pembedahan
Indriati Solo Baru. Tujuan dari mayor seperti: pasien gagal
penelitian ini adalah Untuk jantung, pasien gagal ginjal.
mengetahui Perbedaan Pasien Prioritas 3 (tiga). Pasien
Penggunaan Heated Moisture kritis yang tidak stabil,
Exchangers dan Heated kemungkinan sembuh atau
Humidifications Terhadap Angka manfaat terapi di ICU sangat
Kejadian VAP Pada Pasien yang kecil. Contoh : pasien dengan
keganasan metastatik disertai

4
penyulit infeksi, sumbatan jalan HASIL DAN PEMBAHASAN
nafas, penyakit paru terminal a. Analisis Univariat
disertai komplikasi penyakit lain.
Sedangkan untuk kriteria Tabel 1 Karakteristik Responden
eksklusinya adalah semua pasien (n=32)
yang terpasang ventilator dengan
Variabel Total
keadaan umum Mati Batang Otak
(MBO), semua pasien yang dalam
frekuensi Persen-
kondisi vegetatif permanen
(f) tase
misalnya terdiagnosis Kanker,
(%)
semua pasien yang
Usia
menandatangani form Do Not
45-59 17 53,1
Rescucitation (DNR)
60-74 11 34,4
Alat yang digunakan
75-90 4 12,5
dalam penelitian ini adalah
Jumlah 32 100
Lembar Obsevasi Clinical
Jenis
Pulmonary Infection Score
Kelamin
( CPIS) dengan skor Skor ≥6 :
Laki-laki 22 68,7
VAP, Skor <6: tidak VAP. CPIS
Perempuan 10 31,3
skor terdiri dari temperatur,
Jumlah 32 100
leukosit, sekret trakea, foto
Tingkat
thorax, PaO2, dan kultur sputum.
Pendidikan
Peneliti melakukan
SD 3 9,4
pengukuran masing- masing
SMP 3 9,4
kelompok perlakuan HME dan
SMA 22 68,8
kelompok kontrol HH
Sarjana 4 12,4
berdasarkan skor CPIS.
Jumlah 32 100
Peneliti menggunakan
VAP
Uji Wilcoxon untuk mengukur
Postest
perbedaan sesudah perlakuan
Kelompok
pada kelompok kontrol dan
Perlakuan
perlakuan. Kemudian peneliti
Tidak VAP 15 93,8
menggunakan Uji Mann Whitney
VAP 1 6,2
untuk melihat perbedaan kejadian
Jumlah 16 100
VAP pada kelompok HME dan
Kontrol
HH.
Tidak VAP 10 62,5
VAP 6 37,5
Jumlah 16 100

Hasil analisis univariat


didapatkan bahwa rata-rata usia
responden di ruang ICU RS Indriati
Solo Baru pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol yaitu berusia
45-59 tahun dengan persentase
53,12%.

5
Menurut peneliti adapun Hasil penelitian ini
usia yang lebih tua terutama yang menunjukan bahwa tingkat
memiliki komorbiditas akan pendidikan responden pada kelompok
meningkatkan prevalensi perlakuan yang tertinggi yaitu SMA
berbagai penyakit dan beresiko sebanyak 10 orang dengan persentase
lebih tinggi terkena VAP. Oleh 62,5% sama halnya pada kelompok
karena usia merupakan faktor kontrol yang tertinggi yaitu SMA
yang tidak dapat dimodifikasi, sebanyak 22 orang dengan persentase
maka usaha pencegahan VAP 68,75%.
sebaiknya dilakukan lebih Menurut Fischa (2019) latar
optimal. belakang pendidikan responden tidak
Menurut (Susanti, 2015) mempengaruhi terhadap infeksi
Usia merupakan faktor penting nosokomial. Infeksi Nosokomial lebih
yang dapat memicu timbulnya sering terjadi karena diperoleh dari
kejadian VAP pada pasien yang rumah sakit baik itu dari peralatan
terpasang ventilator. Semakin tua tindakan atau dari petugas rumah
usia pasien maka semakin besar sakit.
resiko pasien terkena VAP. Hal
ini dikarenakan pada usia tua b. Analisis Bivariat
terjadi penurunan fungsi anatomi
dan fisiologi serta imun tubuh Tabel 3. Perbedaan Skor VAP Post-
sehingga lebih beresiko dan Test pada Kelompok Perlakuan dan
rentan untuk terserang penyakit. Kelompok Kontrol
Hasil penelitian menunjukan
bahwa mayoritas responden Kelompok Kelompok Analisis
penelitian berjenis kelamin laki-laki Kontrol Perlakuan
sebanyak 22 orang dengan persentase
N Mean N Mean Z Asym.Sig
68,7% dan diikuti oleh perempuan
Rank Rank
sebanyak 10 orang dengan persentase (2-tailed)
31,3%.
Hasil penelitian menunjukan 16 14.00 16 19.00 -2.104 0,0035
bahwa mayoritas responden
mayoritas responden penelitian
berjenis kelamin laki-laki Berdasarkan tabel 3, hasil uji
dikarenakan distribusi frekuensi jenis analisis dengan menggunakan uji
kelamin yang dirawat dengan Mann-Whitney didapatkan nilai post-
ventilator di ruang ICU RS Indriati test p-Value=0,0035 (ɑ < 0,005) nilai
Solo baru paling banyak adalah laki- ini menunjukan bahwa ada perbedaan
laki. yang signifikan antara penggunaan
Menurut penelitian Fischa HME dan HH terhadap angka
(2019) bahwa jenis kelamin kejadian VAP, sehingga Ha diterima
responden yang terjadi VAP paling yang artinya ada perbedaan angka
banyak adalah laki-laki daripada kejadian VAP
perempuan untuk jumlah score CPIS Hal ini diperkuat dengan
≥ 6. penilitian Vargas (2017),
mengungkapkan bahwa salah satu

6
faktor penyebab VAP yang SARAN
berhubungan dengan alat adalah pada a. Bagi Rumah Sakit
penggunaan HME atau HH. Beberapa Indriati Solo Baru
penyebab VAP karena aspirasi Hasil penelitian ini dapat
oropharyngeal, dimanas kondensasi digunakan sebagai bahan
yang disimpan dalam sirkuit pertimbangan dalam rangka
ventilator merupakan sumber infeksi mengurangi angka kejadian
karena tingginya tingkat kolonisasi VAP di ICU RS Indriati Solo
dalam sistem, terutama setelah tujuh Baru dimana VAP menjadi
atau lebih. salah satu indikator mutu unit.
b. Institusi Pendidikan
KESIMPULAN Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan
a. Karakteristik responden untuk memperkaya
berdasarkan usia, rata-rata usia pengetahuan dan referensi
responden pada kelompok ilmu keperawatan kritis
perlakuan dan kontrol berusia 45- tentang Heated Moisture
59 tahun dengan presentase 53,1%. Exchangers (HME) dan
Jenis kelamin pada kelompok Heated Humidifications (HH)
perlakuan dan kontrol mayoritas pada pasien yang
responden berjenis kelamin laki- menggunakan ventilator.
laki sebanyak 22 orang dengan c. Bagi Peneliti Lain
presentase 68,7%. Riwayat Hasil penelitian ini dapat
pendidikan pada kelompok menjadi acuan bagi peneliti
perlakuan dan kontrol, mayoritas selanjutnya yang ingin
riwayat pendidikan responden meneliti dengan obyek yang
yaitu SMA sebanyak 22 orang sama. Namun demikian, bagi
dengan presentase 68,8%. peneliti yang ingin meneliti
b. VAP pada saat post-test pada dengan obyek yang sama
kelompok perlakuan responden hendaknya meningkatkan
yang mengalami VAP sebanyak 1 jumlah responden dan faktor-
orang dengan presentase 6,25% faktor yang berhubungan
sedangkan pada kelompok kontrol dengan VAP pada pasien dan
responden yang mengalami VAP luas wilayah penelitian,
sebanyak 6 orang dengan sehingga diperoleh suatu hasil
presentase 37,5%. Perbedaan VAP kesimpulan yang lebih bersifat
pada kelompok perlakuan dan general dan diketahui faktor-
kelompok kontrol, menunjukan faktor apakah yang paling
bahwa terdapat perbedaan yang dominan berhubungan dengan
signifikan antara VAP kelompok Heated Moisture Exchangers
perlakuan dan kelompok kontrol (HME) dan Heated
(P=0.035<0,05). Humidifications (HH).
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai
pengalaman yang berharga
untuk meningkatkan

7
pengetahuan dan keterampilan Respiratory Medicine
di bidang riset dan terapi, Journal (Suppl 2:M5) 104-
khususnya dalam penanganan 111.
pasien kritis. Penelitian ini Dahlan, S. (2011). Statistik untuk
juga dapat menjadi referensi Kedokteran dan Kesehatan
peneliti Edisi 5. Jakarta: Salemba
Medika.
REFERENSI Deger,Ogus.S. (2013). Ventilator-
AARC. (2012). AARC Clinical Associated Pneumonia in
Practice Guidline: Patients using HME Filters
Humidification During and Heated Humidifiers.
Invasive and Non Invasive Journal Springer: Royal
Mechanical Ventilation. Academy of Medicine in
www.rcjournal.com/cpgs/p Ireland.
df/12.05.0782.pdf . diakses Dharma, K.K. (2011). Metodologi
pada tanggal 15 Oktober Penelitian Keperawatan.
2019 pukul 20.00 WIB Jakarta: TIM
American Thorasic Society. Dick.A, Liu H,et al. (2012). Long
(2016). Guidlines for the Term Survival and
Management of Adults HealthcareUltilazation
with Hospital-Acquired, Outcomes Atributable to
Ventilator-Associated, and Sepsis and
Healthcare-Associated Pneumonia.BMC Health
Pneumonia.Am J Services Reasearch:
Respiratory Critical Care EBSCO 12:432.
Med 171,388-416 Gani, Irwan dan Siti Amalia.
Andini, Aulia Rizky. (2012). (2015). Alat Analisis Data:
Pengaruh Pemberian Aplikasi Statistik Untuk
Povidone Iodine 1% Penelitian Bidang Ekonomi
Terhadap Jumlah Bakteri dan Sosial. Yogyakarta:
Orofaring Pada Penderita PT. Andi Offset
Dengan Ventilator Gillies, Dona et.al. (2017). Heat
Mekanik. Jurnal Medika and Moisture Exchangers
Muda: Universitas Versus Heated Humidifiers
Diponegoro. for Mechanically
Burnham JP., Kollef MH. (2017). Ventilated Adults and
CAP,HCAP, HAP, VAP: Children. Database of
The Diachronic Linguistics Systematic Reviews:
of Pneumonia. Chest. Chocrane Library
152(5): 909-910. \Hidayat,A. A. (2010). Metode
Cerpa,F, et.al. (2015). Penelitian Kebidanan dan
Humidification on Teknik Analisa Data.
Ventilated Patients: Heated Jakarta: Salemba Medika.
Humidifications or Heat Kementrian Kesehatan RI. (2010).
and Moisture Keputusan Menteri
Exchangers?.The Open Kesehatan Republik

8
Indonesia Nomor Meta- Analysis. Journal Of
1778/MENKES/SK/XII/20 BMC Anesthesiology:
10 Tentang Pedoman BioMed Central.
Penyelenggaraan Pelayanan Martin et.al. (2012). Effect of
ICU di Rumah Sakit. Heat and Moisture
Jakarta: Kementrian Exchanger On The
Kesehatan RI. Prevention of Ventilator-
Kemenkes RI. (2017). Peraturan Associated Pneumonia in
Menteri Kesehatan Critically Ill Patients.
Republik Indonesia Nomor Brazilian Journal:Medical
27 Tahun 2017 Tentang and Biological Research.
Pedoman Pencegahan dan Mehta,Chitra & Mehta Yatin.
Pengendalian Infeksi di (2017). Percuntaneous
Fasilitas Pelayanan Tracheostomy. Annals of
Kesehatan. Cardiac Anaesthesia 20
Kollef,Marin.H. (2015). (Suppl 1), S19.
Ventilator-Associated https://ncbi.nlm.nih.gov
Pneumonia: The Role Of diakses tanggal 18
Emerging Therapis and Desember 2019 pukul
Diagnostics.Journal 20.00 WIB.
Publication: St.Louis Ningtiar, Hapsari, W. 2019.
Krisna,Sundana.(2015). Ventilator “Kesesuaian Antara
Pendekatan Praktis di Unit Kriteria Clinical Pulmonary
Perawatan Kritis. Infection Score/CPIS dan
Bandung. CICU. Center of Disease Control
Lucato, Jeanette,et.al. (2017). and Prevention-PNU 1
Ventilatory Chnages Sebagai Alat Diagnosis
During The Use of Heat Ventilator Associated
and Moisture Exchangers Pneumonia Pada Anak
in Patients Submitted to Sakit Berat yang Dirawat di
Mechanical Ventilation PICU”. Skripsi. Universitas
With Support Pressure and Airlangga.
Adjusment in Ventilation Notoatmodjo,S. (2018).
Parameters To Compensate Metodologi penelitian
for These Possible Kesehatan. Jakarta: Rineka
Changes: a Self- Cipta.
Controlled Intervention Nursalam. (2017). Metodologi
Study in Humans. Original Penelitian Ilmu
Article: Department of Keperawaatann Pendekatan
Critical Patients. Praktis. Jakarta: Salemba
Manegueti,et.al. (2014). Medika.
Effectiveness of Heat And Pande,S., Kolekar, B.D&
Moisture Exchangers in Vidyapeeth, D.Y.P.(2013).
Preventing Ventilator- Training Programs of
Associated Pneumonia in Nurses Working In
Criticallt Ill Patients: a Intensive Care Unit.

9
International Journal Of https://doi.org/10.14710/jai.
Advanced Research in v3i1.6450. Diakses 1
Management and Social Januari 2020 pukul 17.00
Sciences,2 (suppl,6),85- Sugiyono. (2017) . Metode
87.Purnawan, I. Saryono. Penelitian, Kuantitatif,
(2010). Mengelola Pasien Kualitatif dan RD.
dengan Ventilator Mekanik. Bandung: Alfabeta
Jakarta: Rekatama. Susmiarti,D., Harmayetty &
Rahman,D., Huriani,E.,& Julita,E. Dewi, Y.S (2015)
(2011). Kejadian Ventilator Intervensi VAP Bundle
Associated Pneumonia dalam Pencegahan
(VAP) pada Klien dengan Ventilator Associated
Ventilasi Mekanik Pneumonia Pada Pasien
Menggunakan Indikator dengan Ventilasi
Clinical Pulmonary Mekanis.Jurnal Ners, 10
Infection Score (CPIS). (1), 138-146.
Jurnal Ners,6(2), 126-135. Wiryana,M. (2007). Ventilator
Ramadhan, Heru Noor. (2019). Associated Pneumonia.
Pelaksanaan Pencegahan Journal of Internal
dan Pengendlian Ventilator Medicine, 8(3)
Associated Pneumonia Vargas, et.al (2017). Heat and
(VAP) di Ruang ICU. Moisture Exchangers
Journal Of Accreditation: (HMEs) and Heated
RSUP Dr.Kariadi Humidifiers (HHs) In Adult
Semarang. Critically Ill Patients: a
Riwidikdo, Handoko. (2013). Systematic Review, Meta-
Statistik Kesehatan Dengan Analysis and Meta-
Aplikasi SPSS Dalam Regegression of
Prosedur Penelitian. Randomized Controlled
Cetakan Pertama. Trials. Journal Critical
Yogyakarta: CV.Rihama- Care Open Access. BioMed
Rohima. Central
SARI, (2011). Guidlines for
Prevention Of Ventilator-
Associated pneumonia in
Adults in Ireland: HSE.
Sebayang,J & Arifin, J. (2011).
Perbedaan Efektifitas Oral
Hygiene Antara Povidone
Iodine Dengan
Chlorhexidine Terhadap
Clinical Pulmonary
Infection Score Pada
Penderita Dengan
Ventilator Mekanik. Jurnal
Anestesiologi Vol.3 No.1.

10

Anda mungkin juga menyukai