TESIS
Oleh
RIFYAL RAMADHANU
187039030/MAG
i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister
Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh
RIFYAL RAMADHANU
187039030/MAG
ii
iii
Telah diuji dan dinyatakan L U L U S di depan Tim Penguji pada
Jum’at, 5 Pebruari 2021
Tim Penguji :
Ketua : Dr. Ir Rahmanta, M.Si
Anggota : Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA
: Dr. Ir Tavi Supriana M.S
: Dr. Ir. Salmiah, M.S
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
RIFYAL RAMADHANU
NIM. 187039030
v
RIWAYAT HIDUP
Provinsi Sumatera Utara, tanggal 19 Februari 1996, anak kedua dari tiga
bersaudara bersaudara, putra dari ayahanda Ir. Asrul dan Ibunda Dra. Fitri
Fatimah.
1. Sekolah Dasar Islam Terpadu Al- Fauzi, Medan tamat tahun 2007.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan
baik.
Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Sri Fajar
Ayu, S.P, M.M, DBA Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu penulis
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
saya Ayahanda Ir. Asrul dan Ibunda Dra Fitri Fatimah M.M dan seluruh keluarga
yang telah mendorong dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S. Sos, M.Si selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS selaku dekan dan para wakil dekan Fakultas
3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku ketua program Studi Magister
4. Ibu Dr. Ir Tavi Supriana M.S dan Bapak Dr. Ir. Salmiah, M.S selaku komisi
penguji, atas bimbingan arahan dan waktu yang telah diberikan kepada
vii
6. Seluruh Keluarga Besar Penulis Elvita Fitri S.TP, Eko Supriadi S.P, Syukri
Mulia S.P, Swandi Harahap S.Sos, Sonia Ramadhani S.P, Syafia Zulfa S.P,
Anita Rizky Lubis S.P, Lutfiah Hanifah, Rizqi Khairuna S.P.Di, M.Li yang
7. Alm. Atok saya H. Ahmad Chalid Husein yang selalu memberi motivasi
kepada saya
Sumatera Utara, atas bantuan dan dukungan selama peneliti menempuh studi
Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua
Penulis.
viii
ABSTRAK
Salah satu indikator yang menunjukkan kesejahteraan petani adalah Nilai Tukar
Petani (NTP). Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh inflasi, suku bunga,
tenaga kerja, PDRB, dan Nilai Tukar Petani tahun sebelumnya terhadap Nilai
Tukar Petani di Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah data
sekunder dari tahun 1989-2018. Model analisis yang digunakan adalah metode
Autoregressive Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sumatera Utara dalam
kurun waktu 30 tahun (1989-2018) mengalami fluktuasi, dengan sebagian besar
nilainya dibawah angka 100 berarti petani di Provinsi Sumatera Utara tidak
sejahtera/defisit. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar Petani (NTP) di
Provinsi Sumatera Utara secara simultan adalah inflasi, suku bunga, tenaga kerja,
PDRB, dan NTP tahun sebelumnya. Tetapi secara parsial faktor inflasi, tenaga
kerja, dan NTP tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap Nilai Tukar
Petani, sedangkan variable suku bunga dan PDRB tidak berpengaruh signifikan
terhadap Nilai Tukar Petani.
Kata kunci : Petani, Kesejahteraan, Inflasi, Suku Bunga, Tenaga Kerja, PDRB
ix
ABSTRACT
One indicator that shows the welfare of farmers is the Farmer Exchange Rate
(NTP). The research objective was to analyze the effect of inflation, interest rates,
labor, GDP, and the previous year's Farmer Exchange Rate on Farmer Exchange
Rates in North Sumatra Province. The data used are secondary data from 1989-
2018. The analysis model used is the Ordinary Least Square (OLS)
Autoregressive method. The results showed that the development of the Farmer
Exchange Rate (NTP) in North Sumatra Province in a period of 30 years (1989-
2018) fluctuated, with most of the values below 100 means that farmers in North
Sumatra Province are not prosperous / deficit. The factors that simultaneously
influence the Farmers Exchange Rate (NTP) in North Sumatra are inflation,
interest rates, labor, GDP, and the previous year's NTP. But partially the
inflation, labor, and NTP factors in the previous year have a significant effect on
the Farmer Exchange Rate, while the interest rate and GRDP variables have no
significant effect on the Farmer Exchange Rate.
x
DAFTAR ISI
Hal
xi
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 29
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ................................................ 29
3.2. Metode Penentuan Data dan Teknik Pengumpulan Data ................... 29
3.3. Metode Analisis Data ......................................................................... 29
3.3.1 Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 30
3.3.2. Analisis Kesesuaian Model (Goodness of Fit) ......................... 32
3.4. Definisi dan Batasan Operasional ...................................................... 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 35
4.1. Gambaran Wilayah Penelitian ............................................................ 35
4.2. Perkembangan Variabel Dependen dan Independen .......................... 38
4.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani (NTP)
Provinsi Sumatera Utara tahun 1989-2018 ........................................ 42
4.3.1. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 42
4.3.2. Analisis Kesesuaian Model (Goodness of Fit) ......................... 44
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 51
5.1. Kesimpulan......................................................................................... 51
5.2. Saran ................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 55
xii
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
xiii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
Gambar 4. 1. Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi SumateraUtara tahun
1989 - 2018 ................................................................................................. 38
Gambar 4. 2. Grafik Perkembangan Inflasi di Provinsi Sumatera Utara .......................... 39
Gambar 4. 3. Grafik Perkembangan Suku Bunga Provinsi Sumatera Utara ..................... 40
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
Lampiran 1. Data Bps Nilai Tukar Petani, Inflasi, Suku Bunga, PDRB............... 55
xv
I. PENDAHULUAN
Pemerintah Indonesia. Hakikat sosial dari pembangunan itu sendiri adalah upaya
maka sangat diharapkan sektor pertanian ini dapat menjadi motor penggerak
kebutuhan pangan, sektor pertanian juga sebagai penyedia bahan baku industri.
Dalam pembangunan nasional, sektor pertanian menjadi salah satu prioritas utama
yang dihasilkan menjadi komoditi ekspor. Sektor pertanian menjadi salah satu
yang lainnya, dimana pada tahun 2018 sektor pertanian memberikan kontribusi
2
(BPS, 2018).
hal ini rupanya tidak sejalan dengan keadaan yang dialami petani yang mana kita
dari Nilai Tukar Petani yang kian menurun dari 2016-2018 secara beruntun yakni
100.19, 99.39, dan 97.98. Ini menunjukkan bahwa dengan dominasi kontribusi
penduduk khususnya petani. Salah satu indikator proxy yang dapat mengukur
tingkat kesejahteraan petani adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Yang dimaksud
dengan Nilai Tukar Petani adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani
(It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dalam persentase. It merupakan
sedangkan Ib dari sisi kebutuhan petani baik untuk konsumsi maupun produksi.
Bila It atau Ib lebih besar dari 100, berarti It atau Ib lebih tinggi di bandingkan It
atau Ib pada tahun dasar. Secara konsepsional NTP adalah pengukur kemampuan
tukar produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang/jasa yang diperlukan
Tahun NTP
1989 99.8
1990 99.8
1991 95.6
1992 94
1993 85.3
1994 88.5
1995 90.9
1996 86.7
1997 85.9
1998 81.4
1999 81.9
2000 88.5
2001 93.1
2002 98.1
2003 100.79
2004 94.09
2005 93.33
2006 93.11
2007 92.99
2008 101.79
2009 100.82
2010 102.36
2011 103.42
2012 101.71
2013 99.49
2014 100.08
2015 98.61
2016 100.19
2017 99.39
2018 97.98
Sumber : BPS Sumut, 2019
1989 – 1993 namun terjadi peningkatan pada tahun 1994 -1995 dan terjadi
4
pada 2004 – 2007 dan fluktuasi sekitar tahun 2008 – 2017 dan kembali turun di
tahun 2018. Dari data tersebut bahwa NTP paling rendah terjadi pada tahun 1998
dan 1999 yakni sebesar 81,4 dan 81,9 sebagai mana kita ketahui pada masa
tersebut terjadi krisis ekonomi. NTP tertinggi terjadi pada tahun 2011 – 2012
NTP tidak berdiri sendiri melainkan ada faktor-faktor lain baik secara
langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi. Ada beberapa faktor yang
diduga mempengaruhi Nilai Tukar Petani yakni inflasi, suku bunga, tenaga kerja,
dan terus-menerus (Nopirin, 2013:25). Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak disebut sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada
(Natsir, 2014:253)
Kemudian hal lain yang di duga berpengaruh terhadap NTP adalah Suku
klasik semakin tinggi bunga, maka makin tinggi keinginan masyarakat untuk
menyimpan dananya di bank. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi,
Faktor lain yang juga di duga kuat berpengaruh terhadap NTP adalah tenaga
pertanian, tanpa ada tenaga kerja maka sistem pertanian tidak akan berjalan
5
dengan baik karena pertanian membutuhkan tenaga kerja dari mulai hulu sampai
hilir.
pembangunan manuia kuat akan salaing mendukung satu sama lain. Proses
lanjutnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam kurun waktu tertentu ialah
rakyat. Oleh karenanya PDRB di duga berpegaruh terhapad Nilai tukar petani.
untuk meneliti faktor – faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar Petani (NTP) di
Petani pada penelitian ini yakni inflasi, suku bunga, tenaga kerja, produk domestik
1. Apakah faktor inflasi, suku bunga, tenaga kerja, PDRB dan NTP tahun
1. Menganalisis pengaruh faktor inflasi, suku bunga, tenaga kerja, PDRB dan
tahun 1980-an. Menurut Rachmat (2013), Salah satu unsur kesejahteraan petani
adalah kemampuan daya beli dari pendapatan petani untuk memenuhi kebutuhan
Semakin tinggi daya beli pendapatan petani terhadap kebutuhan konsumsi maka
semakin tinggi nilai tukar petani dan berarti secara relatif petani lebih sejahtera.
1. Mengukur kemampuan tukar (term of trade) produk yang dijual petani dengan
produk yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. 2.
waktu ke waktu yang dapat dipakai sebagai dasar kebijakan untuk memperbaiki
dalam konsep NTP adalah petani yang berusaha di sub sektor tanaman pangan
tembakau dan kapuk odolan), peternak (ternak besar, ternak kecil, unggas dan
hasil peternakan serta sub sektor perikanan baik perikanan tangkap maupun
perikanan budidaya.
8
Menurut BPS (2020), arti angka Nilai Tukar Petani ada 3, yaitu:
1. NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih
besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar
dari pengeluarannya.
3. NTP < 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi
rohani dari rumah tangga tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup.
pengeluaran untuk kebutuhan pokok sebanding atau lebih rendah dari proporsi
produktifitas usahatani maupun dari sisi kerjasama lintas sektoral dan daerah.
infrastruktur, pupuk dan bibit sebagai input pertanian, penanganan dan antisipasi
perubahan iklim dan bencana, akses permodalan hingga tataniaga pertanian yang
lebih baik serta berpihak pada pertanian dan petani (Bappenas, 2010).
NTP merupakan ukuran kemampuan daya beli/daya tukar petani terhadap barang
ekonomi rumah tangga. Nilai tukar petani yang tinggi akan mendorong
kesejahteraan masyarakat selalu menjadi tujuan utama. Sejalan dengan itu, dalam
kesejahteraan petani telah dan akan menjadi prioritas pembangunan nasional dan
sektor pertanian. Saat ini NTP dijadikan sebagai indikator kesejahteraan petani.
NTP dihitung dari rasio harga yang diterima petani (HT) terhadap harga yang
dibayar petani (HB). Kenaikan HT dengan laju yang lebih besar akan
penyusunnya tersebut.
Indikator NTP yang dibangun BPS mempunyai unit analisa nasional dan
regional (provinsi). NTP nasional merupakan agregasi dari NTP regional dan sub
sektor dan komoditas. Dengan demikian NTP dapat didisagregasi menjadi unit
NTP provinsi dan agregasi menurut sub sektor dan komoditas. Dengan demikian
komoditas.
NTP dapat pula diturunkan menurut NTP menurut provinsi (NTP Aceh,
NTP Jawa Barat, NTP NTB dsb.), NTP menurut sub sektor (NTP sub sektor
11
tanaman pangan, NTP sub sektor hortikultura, NTP sub sektor perkebunan, NTP
sub sektor peternakan dan pangan, NTP sub sektor perikanan); dan NTP
komoditas penyusun sub sektor (contohnya NTP Padi, NTP sayur-sayuran, NTP
ternak unggas, dan sebagainya). Dari NTP juga dapat diturunkan NTP dari
sewa lahan, NTP unggas terhadap upah, dan sebagainya. Disamping sebagai
komponen penyusun NTP, nilai tukar komponen penyusun NTP itu sendiri
komoditas pertatian. Definisi "petani" dalam NTP telah mencakup petani tanaman
pangan, petani hortikultura, petani pekebun, petani ternak, dan petani ikan dan
penghitungan NTP seperti: (a) belum memasukkan usaha tanaman obat dan
tanaman hias pada sub sektor hortikultura, dan (b) penyusun sub sektor
kepada metoda indeks Laspeyres. Asumsi utama dari penghitungan indeks metoda
Kuantitas selalu tertimbang pada awal titik pengamatan (Qo) dan perkembangan
kemajuan teknologi dan kegiatan pembangunan, dan Ketiga, konsep NTP yang
didasarkan kepada Indeks Laspeyres sebagaimana yang dilakukan oleh BPS pada
akhirnya merumuskan NTP sebagai rasio harga antara yang diterima petani dan
dibayar petani.
Penurunan pasokan dapat terjadi karena penurunan produksi atau permintaan naik
mendorong kenaikan inflasi. Pada sisi lain, dengan struktur tataniaga produk
pertanian yang terjadi saat ini kenaikan harga produk yang diterima petani tidak
Definisi tersebut benar pada asumsi bahwa produktivitas selalu tetap dan petani
menjadi lima konsep nilai tukar, yaitu: (1) Nilai Tukar Barter, (2) Nilai Tukar
Faktorial, (3) Nilai Tukar Penerimaan, (4) Nilai Tukar Subsisten, dan (5) Nilai
Konsep barter (Nilai Tukar Barter) mengacu kepada harga nisbi suatu
Barter (NTB) didefinisikan sebagai rasio antara harga pertanian terhadap harga
𝑃𝑥
NTB =
𝑃𝑦
dimana:
Peningkatan NTB berarti semakin kuat daya tukar harga komoditas pertanian
komoditas dan produk tertentu dan tidak mampu memberi penjelasan berkaitan
(NTF) pertanian didefinisikan sebagai rasio antara harga pertanian terhadap harga
maka disebut Nilai Tukar Faktorial Ganda (NTFG). NTFT dan NTFG dirumuskan
sebagai berikut:
𝑃𝑥∗𝑍𝑥
NT𝐹𝑇 =
𝑃𝑦
NTFT = NTB * Zx
𝑃𝑥∗𝑍𝑥
NTFG =
𝑃𝑦∗𝑍𝑦
NTFG = NTB * Z
dimana:
dari konsep nilai tukar faktorial. Nilai Tukar Penerimaan (NTR) merupakan daya
15
tukar dari penerimaan (nilai hasil) komoditas pertanian yang diproduksikan petani
per unit (hektar) terhadap nilai input produksi untuk memproduksi hasil tersebut.
𝑃𝑥∗𝑄𝑥
NTR =
𝑃𝑦∗𝑄𝑦
dimana:
dari NTR. NTS menggambarkan daya tukar dari penerimaan total usahatani petani
yang dihasilkan petani dan pengeluaran nilai hasil produksi komoditas pertanian
∑𝑃𝑥𝑖 𝑄𝑥𝑖
NTS =
(𝑃𝑦𝑖∗𝑄𝑦𝑖)+(𝑃𝑦𝑗∗𝑄𝑦𝑗)
16
dimana:
untuk biaya produksi. Dalam operasionalnya konsep NTS ini hanya dapat
Secara konsepsi NTP mengukur daya tukar dari komoditas pertanian yang
dihasilkan petani terhadap produk yang dibeli petani untuk keperluan konsumsi
dan keperluan dalam memproduksi usahatani. Nilai tukar petani (NTP Padi)
didefinisikan sebagai rasio antara harga yang diterima petani (HT) dengan harga
yang dibayar petani (HB) atau NTP = HT/HB. Pengukuran NTP dinyatakan
𝐼𝑇
𝐼𝑁𝑇𝑃 =
𝐼𝐵
dimana:
dasar tertentu. Pergerakan nilai tukar akan ditentukan oleh penentuan tahun dasar
∑𝑄𝑜∗𝑃𝑖
𝐼=
∑𝑄𝑜∗𝑃𝑜
dimana:
I = Indeks Laspeyres,
Saat ini NTP dijadikan sebagai indikator kesejahteraan petani. NTP dihitung
dari rasio harga yang diterima petani (HT) terhadap harga yang dibayar petani
(HB). Kenaikan HT dengan laju yang lebih besar akan menghasilkan kenaikan
(Rusono, dkk, 2013). NTP merupakan ukuran kemampuan daya beli/daya tukar
petani terhadap barang yang dibeli petani. Peningkatan nilai tukar petani
18
Provinsi Sumatera Utara dalam penelitian ini ialah inflasi, suku bunga, tenaga
kerja , Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan NTP tahun sebelumnya.
2.5.1 Inflasi
Banyak definisi inflasi tetapi semua defenisi itu mencakup pokok yang
keadaan dimana terjadi kenaikan tingkat harga umum, baik barang-barang, jasa-
keadaan melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil
Dari definisi yang ada tentang inflasi dapatlah di simpulkan tiga pokok
mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau
tingkat harga yang meningkat itu bukan hanya pada satu atau beberapa
komoditi saja.
suku bunga maka semakin tinggi yang harus di bayarkan petani, kurangnya
pemahaman petani terhadap suku bunga dan prosedur kredit yang berbelit belit
lembaga keuangan antara lain: jaminan yang harus diberikan, prosedur kredit
yang sulit, faktor ini lah yang enyebabkan petani sulit untuk medapatkan modal
usaha. Modal yang dimaksud dalam hal ini ialah uang yang digunakan untuk
membeli input yang digunakan untuk kegiatan produksi yang akan memberi hasil
pertanian yang maksimal, dengan hasil yang maksimal maka akan meningkatkan
pendapatan petani. Oleh karena itu modal merupakan bagian terpenting dalam
Pola pendapatan dan pengeluaran yang berbeda adalah ciri kas petani, hasil
keluarkan setiap hari. oleh karena itu petani sangat membutuhkan kredit modal.
20
kredit permodalan untuk pembiayaan pertanian berasal dari modal pinjaman atau
kredit. Pinjaman atau kredit dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu
3. kredit dari lembaga informal, seperti pedagang, pelepas uang, kelompok dan
sebagainya.
sektor pertanian. Kebijakan kredit pertanian yang cukup berhasil dapat dilihat dari
program Bimas (Bimbingan Masal), KIK (Kredit Investasi Kecil), dan KMKP
swasembada pangan pada era Orde Baru. Program lain pada era kepemimpinan
SBY terkait permasalahan modal pertanian antara lain yaitu Kredit Usaha Tani
(KUT), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), Kredit Usaha Rakyat
atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM
mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seorang dalam waktu tertentu
untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua dari SDM menyangkut
21
manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut.
ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk
dengan usia. Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja.
Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau man
power. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia
Menurut teori ekonomi makro new classics, upah tenaga kerja terbentuk
pada kondisi pasar yang kompetitif dan tercapai pada saat terjadinya general
tingkat konsumsi dan pasokan tenaga kerja dari rumah tangga, output, penyerapan
tenaga kerja, penentunan harga oleh produsen, serta penentuan upah antara
pekerja dan pemberi kerja, kesemuanya konsisten dengan tingkah laku dalam
proses maksimisasi. Sebagai konsekuensinya akan terjadi nilai upah tenaga kerja
ini mempunyai beberapa kelemahan yang bersifat fundamental, seperti teori ini
moneter terhadap output dan penyerapan tenaga kerja, kegagalan pada percepatan
deflasi pada tingkat pengangguran yang tinggi, banyaknya orang yang kurang
menabung (undersaving) di hari tua, tingginya volatilitas harga saham jauh di atas
Terlepas dari teori yang menyatakan bahwa pasar tenaga kerja lamban
dalam merespons dinamika pasar, kondisi pasar tenaga kerja di kawasan Asia
22
kawasan ini. Di Asia ada lima aspek dalam transformasi pertanian dan strukural
Asia tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan produktivitas tenaga kerja pada negara
Kawasan Asia telah bergeser dari tanaman tradisional ke produk yang bernilai
jangka yang panjang, penekanannya ialah pada tiga aspek yakni proses, output per
daerah-daerah dapat berjalan sesuai dengan potensi serta prioritas daerah. Produk
dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dan jasa dalam suatu wilayah,
menerapkan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh
unit ekonomi. PDRB sendiri dapat diartikan sebagai jumlah nilai tambah yang
23
dihasilkan oleh seluruh unit usaha atau merupakan jumlah seluruh nilai barang
dan jasa oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah (BPS, 2016).
jalan, harga gabah, pupuk urea, dan inflasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan di Pulau Jawa. Variabel
luas tanam berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Nilai Tukar Petani
upah tenaga kerja berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap Nilai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor luas panen berpengaruh positif secara
signifikan terhadap nilai tukar petani. Untuk variabel produksi padi dan
Destanul Aulia & Sri Fajar Ayu (2016) melakukan penelitian “Analisis
Saling Hubungan Antara Nilai Tukar Petani dan Angka Harapan Hidup di
dengan angka harapan hidup, tidak dapat di terima. Hal ini menyokong pendapat
tetapi, hal sebaliknya juga terjadi yaitu kondisi yang sehat akan menyebabkan
bertambah seperti yang dinyatakan Badan Pusat Statistik (BPS) per September
2014-Maret 2015. Kondisi petani di Sumatera Utara yang bekerja secara manual
sangat mengandalkan tenaga petani. Tanpa tingkat kesehatan yang prima lahan
pertanian yang memang sudah sangat kecil dibandingkan dengan negara maju
tidak dapat di olah dengan baik dan menghasilkan pendapatan yang mencukupi.
Sumatera Utara, bahwa variabel jumlah tenaga kerja sektor pertanian, luas lahan
sektor pertanian, dan nilai ekspor FOB sektor pertanian, secara serempak
Jumlah tenaga kerja sektor pertanian secara parsial berpengaruh nyata terhadap
PDRB sektor pertanian, luas lahan sektor pertanian secara parsial berpengaruh
nyata PDRB sektor pertanian, dan nilai ekspor FOB sektor pertanian secara
“Nilai Tukar Petani (NTP) Sub Sektor Tanaman Pangan Padi di Aceh”,
dengan menggunakan data sekunder dan diolah secara time series dengan
panen berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan inflasi dan harga pupuk
25
Petani (NTP). Variabel produksi padi dan infrastruktur dalam penelitian tidk
variable luas panen, harga pupuk, dan inflasi, (Faridah & Syechalad, 2016).
menggunakan data sekunder dengan metode analisis deskriptif dan regresi data
panel dengan metode fixed effect model. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa,
nilai PDRB kawasan barat Indonesia terbesar disumbang oleh subsektor pertanian
tanaman pangan, namun ternyata memiliki rata-rata nilai tukar petani terendah
nilai tukar petani tanaman pangan di KBI adalah produktivitas padi, panjang jalan,
dan harga gabah GKP di tingkat petani signifikan secara positif terhadap nilai
tukar petani tanaman pangan serta luas lahan sawah irigasi, posisi kredit bank
umum sektor pertanian, harga pupuk urea dan luas layanan daerah irigasi
analisis data panel dengan model regresi random effect, sedangkan pada pengujian
26
statistik peneliti memakai uji chow test yang meliputi uji F dan uji t. Hasil analisis
kerja petani tidak signifikan dan berpengaruh negatif terhadap hasil produksi padi
Tukar Petani dan Investasi Sektor Pertanian Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
nilai tukar petani, dan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian berfluktuasi dari
nilai tukar petani dan investasi disektor pertanian tidak memiliki pengaruh yang
validasi kuesioner, entri data, koding data, dan selanjutnya pengolahan data.
Berasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) tanaman
pangan di Sumatera Utara sebesar 99,07 persen, sedangkan Nilai Tukar Subsisten
(NTS) pangan di Sumatera Utara sebesar 367,69 persen dalam pengeluaran rumah
Sumatera Utara yaitu produktivitas hasil, luas lahan, biaya tenaga kerja, harga
harga yang diterima petani (It) adalah perbandingan antara harga yang diterima
petani pada tahun berlaku dengan harga tersebut pada tahun dasar. Sedangkan
perbandingan antara harga yang dibayarkan petani pada tahun berlaku dengan
harga yang dibayarkan petani pada tahun dasar merupakan indeks harga yang
dibayarkan petani (Ib). Hasil akhir dari Nilai Tukar petani dibagi ada tiga yaitu
surplus, impas dan defisit. Dari ketiga hasil NTP tersebut dapat menentukan
kesejahteraan petani. Banyak faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani, dan
yang di bahas dalam penelitian ini ada lima faktor yaitu Inflasi (X1), Suku Bunga
(X2), Tenaga Kerja (X3), PDRB (X4) dan NTP tahun sebelumnya (Yt-1).
Inflasi
PDRB
NTP tahun
sebelumnya
2.8. Hipotesis
1. Factor-faktor inflasi, suku bunga, tenaga kerja, PDRB dan NTP tahun
Utara dengan pertimbangan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
data time series (1989-2018 atau 30 tahun). Data sekunder yang digunakan
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lainnya serta
antara lain Nilai Tukar Petani Provinsi Sumatera Utara, inflasi, suku bunga,
𝑌𝑡 = α₀ + 𝑎1 𝑋₁ + 𝑎2 𝑋₂ + 𝑎3 𝑋₃ + 𝑎4 𝑋₄ + 𝑎5 𝑌𝑡−1 + 𝑒𝑡
Dimana :
α0 = konstanta
𝑎₁ − 𝑎₅ = Koefisien Regresi
X1 = Inflasi (%)
30
𝑒𝑡 = Error
bias. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk membandingkan fungsi
distribusi populasi yang diamati adalah uji One Sample Kolmogorov Smirnov
nilai signifikansi.
independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance ˃ 0,10
digunakan untuk melihat ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah uji Glejser,
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
1. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka H0 ditolak, yang
2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU) H0 diterima, yang berarti tidak ada
autokorelasi
3. Jika d terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak
nilai signifikansi dengan taraf yang nyata yang digunakan dengan ketentuan:
1. H0 diterima dan H1 ditolak jika nilai signifikansi t > α (0,10). Hal ini berarti
variabel terikat
2. H1 diterima dan H0 ditolak jika nilai signifikansi t < α (0,10). Hal ini berarti
terikat.
tersebut terhadap Nilai Tukar Petani, maka digunakan uji F . Uji F merupakan uji
dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi dengan taraf yang nyata yang
1. H0 diterima dan H1 ditolak jika nilai signifikansi F > α (0,05). Hal ini
berarti bahwa secara bersama-sama variabel bebas (X1, X2, X3, X4,
2. H1 diterima dan H0 ditolak jika nilai signifikansi F < α (0,05). Hal ini
berarti bahwa secara bersama-sama variabel bebas ((X1, X2, X3, X4,
3.4.1. Definisi
1. Nilai Tukar Petani adalah angka perbandingan antara indeks harga yang
diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan
dalam persentase.
2. Indeks harga yang diterima petani adalah indeks harga yang menunjukkan
pertanian.
5. Suku bunga adalah nilai, tingkat harga dan yang di maksud dalam penelitian
6. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
2. Sampel dalam penelitian ini adalah data time series Nilai Tukar Petani (NTP)
dan 96ᵒ 40’ – 100ᵒ 50’ BT, yang beribukota Medan dan mempunyai 25 kabupaten
dan 8 kotamadya. Sumatera Utara memiliki batas utara yaitu provinsi Aceh dan
selat Malaka, selatan berbatasan dengan provinsi Riau, Sumatera Barat dan
Indonesia, timur berbatasan dengan selat Malaka. Luas Provinsi Sumatera Utara
rendah dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur
65,51% seluas 8,64 % dan diatas 40 % seluas 24,28 %, sedangkan luas Wilayah
Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar,
seluas 24.921,99 Km2 atau 34,77 persen dari luas wilayah Sumatera Utara adalah
Daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula.
semakin padat karena arus migrasi dari wilayah Pantai Barat dan dataran tinggi.
hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Pada musim kemarau terjadi pula
kekurangan persediaan air disebabkan kondisi hutan yang kritis. Wilayah dataran
36
tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 Km2 atau 65,23 persen dari luas
variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah
yang struktur tanahnya labil. Beberapa 2 danau, sungai, air terjun dan gunung
berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah
angin Passat dan angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78%-91%, Curah
Utara terdiri dari berbagai suku, yaitu Melayu, Batak, Nias, Aceh, Minangkabau,
Jawa dan telah beragama. Walaupun berbeda Agama dan adat istiadat, kehidupan
bersama berlangsung rukun dan damai dengan Pancasila sebagai pedoman hidup.
tinggal di daerah perkotaan. Pada tahun 2007, penduduk Provinsi Sumatera Utara
bertambah jumlahnya menjadi 12.834.371 jiwa yang terdiri dari 6.405.076 jiwa
penduduk laki-laki atau sebesar 49,91 persen dan 6.429.925 jiwa penduduk
perempuan atau sebesar 50,09 persen, dengan kepadatan rata-rata 179 Jiwa/Km²
(BPS, 2007).
1990 – 2000 adalah 1,20 persen pertahun, dan pada Tahun 2000 – 2005 menjadi
1,35 persen pertahun. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi antara Tahun 2000 –
2005 terdapat di Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 2,96 persen pertahun, hal ini
37
yang tercatat sebesar negatif 0,96 persen pertahun. Berdasarkan struktur usia
keseluruhan terdiri dari 33,68 persen berusia dibawah 15 Tahun; 42,06 persen
wanita usia subur dan 18,17 persen usia diatas 45 Tahun (termasuk 3,3 persen
diatas 64.
yang sebagian besar telah dipasarkan dengan baik dan sudah di ekspor keluar
negeri maupun provinsi lain. Luas areal perkebunan adalah 1.634.772 ha atau
22,73% dari luas Sumatera Utara dengan produksi sebesar ± 3.738.516 ton untuk
23 komoditi diantaranya sawit, karet, kopi, kakao, tembakau dan kelapa. Rata-rata
dialokasikan untuk tanaman hortikultura. Sisanya 21,9% dari luas lahan pertanian
diarahkan untuk pembentukan lahan padi sawah. Provinsi Sumatera Utara menuju
menjadi provinsi yang berbasis jasa dan industri. Peran sektor pertanian dalam
Y: NTP
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
harga barang yang dijual petani dan barang serta jasa yang dikonsumsi petani.
Dilihat dari tabel diatas terlihat bahwa terjadi penurunan NTP pada 1989 – 1993
yakni. Namun terjadi peningkatan pada tahun 1994 -1995 dan terjadi peningkatan
secara beruntun pada 1996 – 2003. Selanjunya terjadi penurunan pada 2004 –
2007 dan naik turun tahun 2008 – 2017 dan kembali turun di tahun 2018. Dari
data tersebut juga kita dapat melihat bahwa NTP paling rendah terjadi pada tahun
1998 dan 1999 yakni sebesar 81,4 dan 81,9 sebagai mana kita ketahui pada masa
tersebut terjadi krisis ekonomi pada tahun tersebut. NTP tertinggi terjadi pada
Dari Grafik 4.1 di atas dapat dilihat Nilai Tukar Petani Provinsi Sumatera
jika petani berada di kondisi tidak sejahtera. Jika ditinjau secara tahunan, petani
dalam kondisi dikatakan sejahtera (NTP > 100) hanya berada pada tahun 2003,
2008-2012, 2014 dan tahun 2016. Sebagian besar tahun lainnya nilainya berada
dibawah angka 100, kondisi ini menggambarkan jika petani di Sumatera Utara
dikategorikan petani tidak sejahtera. Hal ini menunjukkan jika tingkat pendapatan
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Dari Grafik diatas ditunjukkan, terjadi peningkatan inflasi secara signifikan pada
cenderung konstan.
30 tahun yaitu tahun 1989-2018 dalam periode tahunan dapat dilihat dari Grafik
40
Utara dalam kurun waktu 30 tahun yaitu tahun 1989-2018 dalam periode tahunan
kembali terjadi di tahun 2018, hamper sama dengan jumlah tenaga kerja terendah
tahun yaitu tahun 1989-2018 dalam periode tahunan dapat dilihat dari Tabel 4.5 :
X4: PDRB
200000000
150000000
100000000
50000000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
4.3.1.1. Normalitas
Uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebaran data pada sebuah
kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal
ataukah tidak. Uji Normalitas berguna untuk menentukan data yang telah
12
Series: Residuals
10 Sample 1990 2018
Observations 29
8
Mean -9.49e-15
Median 0.066754
6 Maximum 8.857224
Minimum -6.748560
4 Std. Dev. 3.046076
Skewness 0.309666
2 Kurtosis 4.194506
0 Jarque-Bera 2.187586
-5 0 5 10 Probability 0.334944
diketahui bahwa nilai sig 0,334944 > 0,10 artinya data berdistribusi normal.
atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi, uji multikolenearitas.
maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien
tidak dapat ditaksir dengan ketepatan yang tinggi. Berdasarkan Tabel 1 diketahui
43
bahwa nilai VIF < 10 maka dapat disimpulkan regresi tidak terjadi
C 343.6201 882.1953 NA
X1 0.006751 5.395918 3.640092
X2 0.045169 21.36125 5.581987
X3 1.62E-11 282.6839 1.265210
X4 3.68E-16 4.584632 2.216221
Yt-1 0.017206 399.4697 1.772967
4.3.1.3. Heteroskedastisitas
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 08/30/20 Time: 22:27
Sample: 1990 2018
Included observations: 29
Residual memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,10. karena nilai sig sebesar
Nilai koefisien determinasi semakin mendekati angka satu (1) maka garis
regresi menjadi semakin baik, hal ini dikarenakan nilai tersebut dapat menjelaskan
fakta data secara aktual. Namun, apabila nilai koefisien determinasi semakin
mendekati nol maka garis regresi data kurang baik. Berdasarkan hasil regresi
variabel Y mampu menjelaskan kelima variabel X1, X2, X3, X4 dan Yt-1 sebesar
77.39 % secara fakta dan sisanya sebesar 22,61 % dijelaskan oleh variabel lainnya
yaitu variabel yang ada di luar model dan tidak dimasukkan ke dalam model.
< α = 10% , maka artinya menolak H0 yang berarti variabel independen (Inflasi,
suku bunga, tenaga kerja, PDRB dan NTP tahun sebelumnya) secara simultan
Tabel 1.3. Hasil Uji t Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Sumatera Utara
0.742617Yt-1
bunga, tenaga kerja, PDRB dan NTP sebelumnya sebesar 77,39 persen terhadap
Uji-t diperoleh nilai probability (0,0879 < 0,10) pada taraf kepercayaan 90%
yang berarti bahwa inflasi berpengaruh nyata terhadap nilai tukar petani di
Sumatera Utara. Dari hasil uji t dimana variable inflasi ditambah 1 satuan maka
nilai tukar petani akan menurun sebesar sebesar 0.146448. Hal ini menyatakan
petani inflasi suatu proses meningkatkannya harga-harga secara umum dan terus
menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
kosumsi bahkan spekulasi yang menyebabkan harga yang di terima petani lebih
kesejahteraan petani dan pengendalian inflasi. Ini sesuai dengan hasil penelitian
47
Uji-t diperoleh probability (0.3827 > 0,10) pada taraf pada taraf
kepercayaan 90% yang bearti bahwa suku bunga tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai tukar petani di Sumatera Utara. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pemahaman petani terhadap suku bunga hal ini sesuai dengan
penelitian Akbari, Tessa Nurul (2016) yang menyatakan pada dasarnya, sebagian
Uji-t diperoleh probability (0.0771 < 0,10) pada kepercayaan 90% yang
bearti bahwa tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap nilai tukar petani di
Sumatera Utara. Dari hasil uji t dimana variable tenaga kerja ditambah 1 akan
indikator terpenting dalam pembangunan pertanian , tanpa ada tenaga kerja maka
sistem pertanian tidak akan berjalan dengan baik karena pertanian membutuhkan
banyak tenaga kerja dari mulai hulu sampai hilir, tenaga kerja menjadi indikator
Uji-t diperoleh probability (0.3814 > 0,10) pada taraf kepercayaan 90%
yang berarti bahwa PDRB tidak berpengaruh nyata terhadap nilai tukar petani di
48
Sumatera Utara. Hal ini di sebabkan karena penyumbang PDRB bukannya hanya
dari pertanian namun banyak faktor lain, penurunan pada variable PDRB sektor
pembangunan manusia kuat akan saling mendukung satu sama lain. Proses
lanjutnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam kurun waktu tertentu ialah
rakyat.
Uji-t diperoleh nilai probability (0,0000 < 0,10) pada taraf kepercayaan
90% yang berarti bahwa Nilai Tukar Petani tahun sebelumnya (NTP-1)
berpengaruh nyata terhadap nilai tukar petani di Provinsi Sumatera Utara. Dari
hasil uji t dimana variable inflasi ditambah 1 satuan maka nilai tukar petani akan
naik juga sebesar sebesar 0.742617 . Hal ini menyatakan semakin meningkat
NTP tahun sebelumnya maka nilai NTP saat ini juga berbanding positif (naik) dan
sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan petani saat ini, jika NTP tahun
sebelumnya meningkat, maka pendapatan petani naik dan modal untuk memulai
49
masa tanam bisa lebih besar untuk tahun ini, sehingga hasil yang akan diperoleh
Dari hasil pembahasan Nilai Tukar Petani sumatera utara tersebut, dapat
dilihat hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi, tenaga kerja dan NTP tahun
Sumatera Utara, apabila ditambah ketiga faktor tersebut ditambah sebesar X maka
akan bertambah nilai tukar petani sebesar Y. ini sesuai teori nilai tukar petani
sebagai indikator kesejahteraan petani menurut Rachmat (2013), Salah satu unsur
kesejahteraan petani adalah kemampuan daya beli dari pendapatan petani untuk
terhadap kebutuhan konsumsi maka semakin tinggi nilai tukar petani dan berarti
rumah tangga.
4. Petani yang dimaksud dalam konsep NTP oleh BPS adalah petani yang
rakyat, peternak.
51
5.1. Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi
Sumatera Utara :
a. Secara serentak factor inflasi, suku bunga, tenaga kerja, PDRB dan NTP tahun
b. Secara Parsial : factor inflasi, tenaga kerja dan NTP tahun sebelumnya
bunga dan PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Tukar Petani
5.2. Saran
1. Diharapkan pemerintah tetap menjaga stabilisasi nilai inflasi, suku bunga,
tenaga kerja, dan PDRB Sumatera Utara agar masyarakat umum khususnya
variable berbeda.
52
DAFTAR PUSTAKA
Amaos. T. 2013. “Upaya petani karet dalam pemenuhan kebutuhan hidup di Desa
Benius Kecamatan Selimbau Kabupaten Kapuas Hulu”. Jurnal Ilmu
Sosiatri
Akbari, Tessa Nurul (2016) Analisis Pengaruh Modal Sosial terhadap Akses
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dan Produksi Usahatani
Tebu. Tesis. Universitas Brawijaya.Malang
Aulia, Destanul dan Sri Fajar Ayu. 2016. Analisis Saling Hubungan Antara Nilai
Tukar Petani dan Angka Harapan Hidup di Sumatera Utara. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas: Vol 10 No. 2. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Andalas.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2019. Provinsi Sumatera Utara
dalam Angka 2018.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2020. Konsep Nilai Tukar Petani.
Briones R. and J. Felipe. 2013. Agriculture And Structural Transformation in
Developing Asia: Review and Outlook. ADB Economics Working Paper
Series No 363.
Pancawati D., Suprapto D., dan Purnomo P., (2014), Karakteristik Fisika Kimia
Perairan Habitat Bivalvia di Sungai Wiso Jepara Physical Diponegoro,
Journal Of Maquares, 3 (4): 141-146
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Data BPS Nilai Tukar Petani, Inflasi, Suku Bunga, PDRB dan NTP-1
Tahun NTP X1 X2 X3 X4 Yt-1
1989 99.8 6.64 11.33 2433700 3340157 *
1990 99.8 7.56 22.39 2309743 3720666 99.8
1991 95.6 8.99 18.7 2410856 4141870 99.8
1992 94 4.56 13.17 2604592 4995026 95.6
1993 85.3 9.75 9.5 2467018 4895743 94
1994 88.5 8.28 14.38 2509257 5494842 85.3
1995 90.9 7.24 14.75 2478104 6120210 88.5
1996 86.7 8.7 12.88 2589894 7042130 90.9
1997 85.9 13.1 20 2425381 8743190 86.7
1998 81.4 83.56 38.44 2608700 13374810 85.9
1999 81.9 4.01 12.51 2679078 19536500 81.4
2000 88.5 5.73 14.53 2650396 20084210 81.9
2001 93.1 14.79 17.62 2749212 23377420 88.5
2002 98.1 9.59 12.93 2738193 25243940 93.1
2003 100.79 4.23 8.31 2709500 25789490 98.1
2004 94.09 6.8 5.92 2454136 28893550 100.79
2005 93.33 22.41 12.75 2721518 33486110 94.09
2006 93.11 6.11 9.75 2412328 35807650 93.33
2007 92.99 6.6 8 2419411 41010150 93.11
2008 101.79 10.72 9.25 2610571 48871760 92.99
2009 100.82 2.61 6.5 2693708 54431190 101.79
2010 102.36 8 6.5 2875343 62984340 100.82
2011 103.42 3.67 6 2595418 70655870 102.36
2012 101.71 4.3 5.75 2496229 103933110 103.42
2013 99.49 8.4 7.5 2563358 115194750 101.71
2014 100.08 8.17 7.75 2500758 121435440 99.49
2015 98.61 3.24 7.5 2878155 125487510 100.08
2016 100.19 6.34 4.75 3137897 134915800 98.61
2017 99.39 3.2 4.25 2675578 146366370 100.19
2018 97.98 1.23 6.00 2390797 155071980 99.39
56
Keterangan
12
Series: Residuals
10 Sample 1990 2018
Observations 29
8
Mean -9.49e-15
Median 0.066754
6 Maximum 8.857224
Minimum -6.748560
4 Std. Dev. 3.046076
Skewness 0.309666
2 Kurtosis 4.194506
0 Jarque-Bera 2.187586
-5 0 5 10 Probability 0.334944
58
C 343.6201 882.1953 NA
X1 0.006751 5.395918 3.640092
X2 0.045169 21.36125 5.581987
X3 1.62E-11 282.6839 1.265210
X4 3.68E-16 4.584632 2.216221
Yt-1 0.017206 399.4697 1.772967
59
Lampiran 5. Uji t
Dependent Variable: NTP
Method: Least Squares
Date: 08/30/20 Time: 22:25
Sample (adjusted): 1990 2018
Included observations: 29 after adjustments