Anda di halaman 1dari 26

Kitab Puasa

‫من ال وج َز ف ٌ ف قه ال س نة وال ك تاب ال عزٍ ز‬

‫و صح َح ف قه ال س نة‬

(‫)ع بد ال عظ َم ب دوً & أب و مال ك ك مال ب ن ال س َد سال م‬

Ebooks
‫أبوأمَن ال جوى‬
‫المع دال ن ص َحة ا س مي‬
http://abuamincepu.wordpress.com
http://annashihahcepu.wordpress.com
http://anshorulloh.wordpress.com

1|Page
Pengertian Puasa
Puasa Secara Bahasa Adalah : Menahan dari sesuatu dan mencakup dari menahan
segala sesuatu, Alloh Ta‟ala Berfirman Menceritakan Keadaan Maryam Alaiha Salam
‫صوْهًۭا فَلَنْ أُكَلِّنَ ٱلْيَوْمَ إِنسِيًّۭا‬
َ ِ‫فَكُلِي وَٱشْزَبِي وَقَزِّى عَيْنًۭا ۖ فَإِهَّا تَزَيِنَّ هِنَ ٱلْ َبشَزِ أَحَدًۭا فَقُولِيٓ إِنِّي نَذَ ْرتُ لِلزَّحْوََٰن‬

2|Page
Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang
manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar menahan (berpuasa)
untuk Rob Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang
manusiapun pada hari ini” QS.Maryam ayat 26
Yaitu maksudnya adalah diam dan menahan dari berbicara.

Adapun Puasa secara istilah syariat adalah : Menahan dari pembatal – pembatal
puasa dari mulai terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dengan berniat
beribadah kepada Alloh Ta‟ala.
(Shahih Figh Sunnah Syeikh Abu Malik Kamal Bin Sayid Salim)

Hukum Shiyam
Puasa Ramadhan, adalah salah satu dari rukun Islam dan salah satu fardhu dari sekian
banyak fardhunya. Allah berfirman yang artinya ”Hai orang-orang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah:183)
Sampai pada ayat :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya
diturunkan al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu,
barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka
hendaklah ia berpuasa di bulan itu.”(QS.al-Baqarah:185).
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda, ”Islam ditegakkan di atas lima perkara;
(pertama) bersaksi bahwa tiada Ilah (yang patut diibadahi) kecuali Allah dan bahwa
Muhammad adalah rasul utusan-Nya, (kedua) menegakkan shalat, (ketiga)
mengeluarkan zakat, (keempat) menunaikan ibadah haji, dan (kelima) berpuasa di
bulan Ramadhan.” (Muttafaqun „alaih)

Keutamaan Puasa Ramadhan


Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam sejarah pada hadits dari Abu Hurairah
Rodhiallohuanhu bahwa Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa berpuasa Ramadhan
karena iman dan mengharap pahala di sisi Allah, niscaya diampunilah baginya dosa-
dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun „alaih )
Dari Abu Hurairah Rodhiallohuanhu bahwa Rasulullah bersabda, ”Allah Ta‟ala
berfirman”Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Maka,
sesungguhnya ia untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya. Shiyam (puasa)
adalah sebagai tameng. Oleh karena itu, janganlah berteriak dan jangan (pula)
bersikap dengan sikapnya orang-orang jahil. Jika ia dicela atau disakiti oleh orang
lain, maka katakanlah, „Sesungguhnya aku sedang berpuasa‟, (dua kali). Demi Dzat
yang diri Muhammad berada di genggaman-Nya, sesungguhnya bau mulut orang

3|Page
yang berpuasa di sisi Allah pada hari kiamat (kelak) jauh lebih harum dari pada
semerbaknya minyak kasturi. Di samping itu, orang yang berpuasa memiliki dua
kegembiraan yang dirasakannya; apabila ia berbuka maka ia merasa gembira dengan
buka puasanya, dan apabila berjumpa dengan Rabbnya, maka ia berbahagia dengan
puasanya.”. (Muttafaqun „alaih)
Dari Shal bin Sa‟ad bahwa Nabi Shalallohualaihi Wassalam bersabda, “Sesungguhya
di dalam surga terdapat satu pintu yang disebut Rayyan, pada hari kiamat orang-orang
yang berpuasa akan masuk (syurga) melalui pintu tersebut, tak seorangpun selain
mereka yang boleh masuk darinya. Dikatakan kepada mereka, “Di mana orang-orang
yang (rajin) berpuasa ? “Maka segera mereka berdiri (untuk masuk darinya), tak
seorang pun selain mereka yang boleh masuk darinya. Manakala mereka sudah masuk
(syurga darinya), maka dikuncilah pintu tersebut, sehingga tak seorangpun (selain
mereka) yang masuk darinya.”(Muttafaqun „alaih )

Kewajiban Puasa Ramadhan Dengan Melihat Hilal

Dalilnya : Dari Abu Hurairah Radhiallohu Anhu bahwa Rasulullah Sholollohu Alaihi
Wassalam Bersabda bersabda“Berpuasalah(Ramadhan) kamu bila sudah melihat hilal dan
berbukalah (Syawal) kamu bila sudah melihat hilal, jika mendung atas kalian, maka
genapkanlah bulan Sya‟ban menjadi tiga puluh hari!” (Muttafaqun „alaih)

4|Page
Orang Yang Wajib Melaksanakan Puasa :

Telah sepakat para ulama bahwa puasa wajib dilaksanakan oleh muslim, yang berakal sehat,
baligh, sehat, dan muqim dan untuk perempuan harus dalam keadaan suci dari darah haidh
dan nifas. Adapun tidak diwajibkannya shiyam atas orang yang tidak berakal sehat dan belum
baligh, Sebagaimana sabda Nabi Sholollohu Alaihi Wassalam

“Diangkat pena dari tiga golongan : dari orang yang gila hingga sembuh, dari orang yang
tidur hingga bangun dari tidurnya, dan dari anak kecil sampai ihtilam =bermimpi basah”
(Shahih: Shahihul Jami‟us Shaghir no:3514 dan HR Tirmidzi 693).

Adapun tidak diwajibkannya puasa atas orang yang tidak sehat, tapi muqim, Sebagaimana
firman Allah Ta‟ala, “Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan
, maka wajiblah baginya mengganti berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-
hari yang lain” (Al-Baqarah. 184)

Namun jika ternyata orang yang sakit dan yang musafir itu tetap berpuasa, maka puasanya
mencukupi keduanya. Karena dibolehkannya keduanya berbuka itu sebagai
rukhshah=keringanan bagi mereka. Maka jika mereka berdua tetap bersikeras untuk
mengamalkan ketentuan semula maka itu lebih baik.

5|Page
Manakah Yang Lebih Utama Berpuasa Atau Berbuka

Jika dengan berpuasa orang yang sakit dan yang musafir tidak mendapatkan kesulitan yang
berarti, maka berpuasa lebih Utama. Sebaliknya jika mereka berdua ternyata menghadapi
kesulitan dan kepayahan yang sangat, maka berbuka lebih Utama.

6|Page
Dari Abu Sa‟id al-Khudri Radhiallohu Anhu ia berkata: “Dahulu kami berperang bersama
Rasulullah Shalollohualaihi Wassalam di bulan Ramadhan, maka diantara kami ada yang
tetap berpuasa dan ada pula yang berbuka. Orang yang berpuasa tidak marah kepada yang
berbuka dan tidak pula yang berbuka kepada yang berpuasa. Mereka berpendirian bahwa
barang siapa yang kuat, lalu berpuasa, maka yang demikian itu baik.Mereka perpendirian
bahwa barang siapa yang tidak kuat berpuasa lalu berbuka maka demikian itu juga baik
(Shahih: Shahih Tirmidzi no: 574, Muslim Dan Lainya).

Adapun tentang tidak diwajibkannya Puasa atas perempuan yang haidh dan yang nifas,
didasarkan pada hadits dari Abu Sa‟id al-Khudri bahwa Nabi Shalollohualaihi Wassalam
bersabda, “Bukankah bila perempuan datang bulan ia tidak shalat dan puasa ? Maka yang
demikian sebagai pertanda kekurangan pada agamanya?” (Shahih: Mukhtashar Bukhari
no:951 ).

Apabila perempuan yang haidh atau nifas itu tetap melaksanakan ibadah shiyam, tidak
berguna bagi mereka. Sebab, salah satu syarat wajibnya berpuasa bagi kaum perempuan
adalah harus bersih dari haidh dan nifas, sehingga keduanya tetap wajib mrnggantinya

Dari Aisyah Rodhiallohuanha ia berkata, “Kami biasa haidh pada zaman


RasulullahShalollohualaihi Wassalam, lalu kami diperintah menqadha puasa, namun tidak
diperintah menqadha‟ shalat. (Shahih: Shahih Tirmidzi no: 630, Muslim I:265 no:355, „Dan
Lainya).

Hal-Hal Yang Wajib Dilakukan Kakek Dan Nenek Yang Tua Renta Serta Orang Yang Sakit
Menahun Yang Tidak Diharapkan Kesembuhannya

Orang yang tidak mampu lagi berpuasa karena usianya sudah lanjut, atau karena yang
semisalnya, maka harus berbuka puasa dengan syarat ia harus memberi makan setiap hari
satu orang miskin. Hal ini didasarkan pada firman Allah Ta‟ala “Dan wajib bagi orang-orang
yang berat menjalankannya membayar fidyah, (yaitu) ; memberi makan seorang miskin.”
(Al-Baqarah:184).

Dari „Atha‟ bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas membaca ayati ini, lalu ia berkomentar,
“Sesungguhnya ayat ini tidak mansukh, yaitu kakek dan nenek yang sudah tua renta yang
tidak mampu berpuasa hendaklah masing-masing memberi makan seorang miskin sebagai
ganti tiap-tiap hari (yang mereka tidak puasa itu).” (Shahih:Irwa‟ul Ghalil no:912)

7|Page
Wanita Hamil Dan Menyusui

Wanita yang hamil dan yang sedang menyusui jika merasa berat melaksanakan ibadah puasa
atau keduanya merasa khawatir mengganggu kesehatan bayinya maka keduanya boleh
berbuka , Dan bagi keduanya membayar fidyah (memberi makan satu orang miskin setiap
harinya, pent) dan tidak ada kewajiban mengganti dihari lain bagi mereka.

Dalilnya: Dari Ibnu Abbas Radhiallohuanhu Beliau Berkata “Kakek yang sudah tua renta dan
nenek yang sudah lanjut usia, yang merasa sangat berat melaksanakan ibadah shiyam diberi
keringanan untuk berbuka kalau keduanya mau, dan harus memberi makan seorang miskin

8|Page
setiap hari dan mereka tidak boleh mengqadha. Kemudian ketentuan itu dihapus oleh ayat ini,
FAMAN SYAHIDA MINKUMUSY SYAHRA FALSYASHUMU ), dan tetaplah bagi kakek
dan nenek yang lanjut usia, bila merasa berat menjalankan puasa, dan wanita yangh hamil
dan yang menyusui yang merasa khawatir mengganggu kesehatan bayinya, agar berbuka dan
mereka harus memberi makan seorang miskin sebagai ganti tiap-tiap hari (yang mereka tidak
puasa ,pent)”. (Rowahu Baihaqi IV: 230).

Dari Ibnu Abbas Radhiallohuanhu katanya, “Jika wanita yang hamil merasa khawatir
terganggu kesehatan dirinya dan wanita yang menyusui khawatir terganggu kesehatan
bayinya ketika, berpuasa Ramadhan, hendaklah mereka berbuka dan memberi makan orang
miskin sebagai ganti tiap hari (yang mereka tidak puasa itu), dan mereka tidak usah
mengqadha‟nya.” (Shahih al-Albani dalam Irwa-ul Ghalil IV:19 ).

Dari Nafi‟I ia bertutur, “Seorang puteri Ibnu Umar menjadi isteri seorang laki-laki Quraisy
dan ketika hamil merasa haus di siang hari bulan Ramadhan, lalu diperintah oleh Ibnu Umar
agar berbuka dan agar memberi makan setiap hari satu orang miskin” (Shahih Irwa-ul Ghalil
IV:20 )

Kadar Banyaknya Makanan Yang Wajib Diberikan

Dari Anas bin Malik Radhiallohuanhu ia mengatakan bahwa ia pernah tidak mampu berpuasa
pada suatu tahun selama sebulan, lalu ia membuat satu bejan tsarid (roti yang diremuk dan
direndam dalam kuah). kemudian mengundang sebanyak tigapuluh orang miskin, sehingga
dia mengenyangkan mereka. (Shahih Irwa-ul Ghalil IV: 21 ).

9|Page
RUKUN PUASA :

1.Niat, ini Sebagaimana pada firman Allah Ta‟ala “Padahal mereka tidak diperintah kecuali
supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (dalam
menjalankan) agama dengan lurus.”(Al-Bayyinah:5). Dan sabda Nabi Sholollohualaihi
Wassalam “Sesungguhnya segala amal bergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap
orang hanya akan mendapatkan apa yang telah diniatkannya.”(Muttafaqun „alaih).

Niat yang tulus ini harus ditekankan dalam hati sebelum terbit fajar shubuh setiap malam
(Tapi Tidak Dilafadzkan Sebagaimana yang dilakukan sebagian kaum muslimin, Akan tetapi
niat tempatnya dihati,pent). Hal ini ditegaskan dalam hadits dari Hafshah Radhiallohuanha
bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang tidak menetapkan niat puasa sebelum fajar,
maka tiada puasa baginya.” (Shahih: Shahihul Jami‟us Shaghir no: 6538).

2.Menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa, sejak terbitnya fajar sampai
dengan terbenamnya matahari. Allah Ta‟ala berfirman, “Maka sekarang campurilah mereka
dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang
bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai malam.(Al-Baqarah: 187)

Dan Pembatal-Pembatal Puasa Itu Ada Enam Yaitu: (Makan dan Minum Dengan
Sengaja,Muntah,Jima‟,Haid, Nifas, Pent)
10 | P a g e
HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA ITU ADA ENAM

1 dan 2. Makan dan minum dengan sengaja.

Maka jika makan atau minum karena lupa, maka yang bersangkutan tidak wajib
mengqadha‟nya dan tidak perlu membayar kafarah.

Dari Abu Hurairah Radhiallohuanhu bahwa Nabi Sholollohualaihi wassalam. bersabda:


“Barangsiapa lupa, padahal ia berpuasa, lalu makan atau minum, maka hendaklah ia

11 | P a g e
menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya ia diberi makan dan minum oleh Allah.”
(Shahih: Shahihul Jami‟us Shaghir no:6573, Muslim II,809 )

3. Muntah dengan sengaja

Maka jika seseorang terpaksa muntah, maka ia tidak wajib mengqadha‟nya dan tidak usah
membayar kafarah.

Dari Abu Hurairah Radhiallohuanhu bahwa Nabi Sholollohualaihi wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang terpaksa yang terpaksa muntah, maka tidak ada kewajiban qadha‟ atasnya
dan barangsiapa yang muntah dengan sengaja, maka haruslah mengqadha” (Shahih: Shahihul
Jami‟us Shaghir no: 6243, Tirmidzi II: 111 no: 716).

4 dan 5. Haidh dan nifas, walaupun itu terjadi mendekati waktu menghrib. Hal ini berdasar
ijma‟ ulama atas perkara ini

6. Jima‟, yang karenanya orang yang bersangkutan wajib membayar kafarah sebagaimana
disebutkan dalam hadist berikut :

Dari Abu Hurairah Radhiallohuanhu berkata, tatkala kami sedang duduk-duduk di samping
Nabi Sholollohualaihi wassalam, tiba-tiba ada seorang laki-laki bertutur, “Ya Rasulullah
saya celaka,” Beliau bertanya, “Ada apa?” Jawabnya, “Saya berjima‟ dengan isteriku,
padahal saya sedang berpuasa (Ramadhan), “Maka sabda Rasulullah “Apakah engkau
mampu memerdekakan seorang budak?” Jawabnya, “Tidak” Beliau bertanya (lagi),“Apakah
engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Jawabnya “Tidak” Beliau bertanya
(lagi),“Apakah engkau mampu memberi makan enampuluh orang miskin? “Jawabnya
“Tidak”. Maka kemudian Nabi diam termenung ketika kami sedang duduk termenung, tiba-
tiba dibawakan kepada Nabi sekeranjang kurma kering. Lalu beliau bertanya, “Di mana orang
yang tanya itu?” Jawabnya “Saya ya Rasulullah. “Sabda Beliau “Bawalah sekeranjang
kurma ini, lalu shadaqahkanlah (kepada orang yang berhak).” Maka (dengan terus terang)
laki-laki itu berujar, “Akan kuberikan kepada orang yang lebih fakir daripada saya ya
Rasulullah ? sungguh, di antara dua perkampungan itu tidak ada keluarga yang lebih fakir
daripada keluargaku,” Maka kemudian Rasulullah tertawa hingga tampa gigi taringnya.
Kemudian beliau bersabda kepadanya, “(Kalau begitu), berilah makan dari sekeranjang
kurma ini kepada keluargamu.” (Muttafaqun „alaih , Tirmidzi II : 113 no: 720 dan lainya)

12 | P a g e
13 | P a g e
Dianjurkan Bagi orang yang berpuasa untuk memperhatikan adab-adab berikut ini :

1. Santap Sahur

Dari Anas Radhiallohuanhu bahwa Rasulullah Shalollohu alaihi wassalam


bersabda,“Sahurlah karena di dalam sahur itu terdapat barakah” (Muttafaqun „alaih
DanTirmidzi II: 106 no: 703 Dan Lainya).

Makan Sahur dianggap sudah dianggap walaupun dengan seteguk air, berdasar hadits dari
Abdullah bin Amr Radhiallohuanhu bahwa Rasulullah Shalollohu alaihi wassalam

bersabda, “Bersahurlah, walaupun hanya dengan seteguk air “(Shahi: Sahihul Jami‟us
no:2945 dan Sahih Ibnu Hibban ).

Dianjurkan mengakhirkan makan sahur, sebagaimana ditegaskan dalam hadits, dari Anas
dari Zaid bin tsabit

Radhiallohuanhu ia berkata: Kami pernah makan sahur bersama Nabi , kemudian beliau
mengerjakan shalat, lalu aku bertanya “Berapa lama antara waktu adzan dengan waktu
sahur?” Beliau Menjawab “Sebanding dengan membaca lima puluh ayat. “(Muttafaqun
„alaih Dan Lainya).

Apabila kita mendengar suara adzan, sementara makanan atau minuman berada di tangan,
maka hendaknya melanjutkan memakan atau meminumnya. Ini sebagaimana hadits, dari Abu
Hurairah Radhiallohuanhu

bawah Rasulullah Shalollohu alaihi wassalam bersabda, “Apabila seorang diantara kamu
mendengar suara adzan , sedangkan bejana berada ditangannya, maka janganlah ia
meletakkannya hingga ia memenuhi kebutuhannya.”(Shahih: Shahihul Jami‟us Shaghir no:
607 Dan Lainya).

2. Menahan diri agar tidak melakukan perbuatan yang sia-sia, perkataan kotor dan
semisalnya yang termasuk hal-hal yang bertentangan dengan ma‟na puasa

Dari Abu Hurairah Radhiallohuanhu bahwa Rasulullah Shalollohu alaihi wassalam

bersabda “Apabila seorang diantara kamu bepuasa, maka janganlah mengeluarkan perkataan
kotor, jangan berteriak-teriak dan jangan pula melakukan perbuatan jahiliyah jika ia dicela
atau disakiti oleh orang lain maka katakan “Sesungguhnya aku sedang berpuasa,”
(Muttafaqun „alaih Dan Lainya).

Dari Abu Hurairah Radhiallohuanhu bawah Rasulullah Shalollohu alaihi wassalam

bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan pelaksananya, maka
tidak ada gunanya ia meninggalkan makan dan minumnya” (Shahih: Mukhtashar Bukhari
no:921)

14 | P a g e
3. Rajin melaksanakan berbagai kebajikan dan membaca al-Qur‟an (saling menyemak)

Dari Ibnu Abbas Radhiallohuanhu ia berkata, “Adalah Nabi Shalollohu alaihi wassalam
orang yang paling dermawan dalam hal kebajikan, lebih dermawan lagi manakal Beliau
berada dalam bulan Ramadhan ketika bertemu dengan malaikat Jibril. Malaikat Jibril
alaihisalam bertemu dengan beliau setiap malam pada bulan Ramadhan sampai akhir bulan,
Nabi membaca al-Qur‟an di hadapannya. Maka apabila Beliau bertemu dengan Jibril , beliau
menjadi orang yang lebih dermawan dalam hal kebaikan daripada angin kencang yang
dihembuskan” (Muttafaqun „alaih).

4. Segera Berbuka

Dari Sahl bin Sa‟ad Radhiallohuanhu bahwa Rasulullah Shalollohu alaihi wassalam

bersabda “Orang-orang senantiasa berada dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan


berbuka.” (Muttafaqun „alaih dan Lainya).

5. Berbuka seadanya sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut ini:

Dari Anas Radhiallohuanhu ia berkata, “Adalah Rasulullah Shalollohu alaihi wassalam

biasa berbuka dengan beberapa biji ruthab =kurma masak , sebelum shalat maghrib; jika tidak
ada maka memakan kurma kering ,Jika tidak mendapati pula maka Beliau minum beberapa
tegukan air.” (Hasan Shahih Abu Daud no:2065,Dan Lainya).

6. Membaca doa ketika akan berbuka sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits berikut :

Dari Ibnu Umar Radhiallohuanhu berkata,

“Adalah Rasulullah Shalollohu alaihi wassalam apabila akan berbuka mengucapkan ”


DZAHABA DZHOMA‟U WABTALLATIL URUUKU WA TSABATAL AJRU INSYAA
ALLAH” artinya Telah hilang rasa haus dahaga dan telah basah urat tenggorokan, dan
semoga tetaplah pahala insya Allah).” (Hasan Shahih Abu Daud no:2066 Dan Lainya).

15 | P a g e
16 | P a g e
Apa-Apa Yang Dibolehkan Bagi Yang Sedang Berpuasa :

1. Mandi agar segar

Dari Abu Bakar bin Abdurrahman dari sebagian sahabat Nabi Sholollohu Alaihi Wassalam
Bersabda “Sungguh saya benar-benar pernah melihat Rasulullah di daerah Arj beliau
menuangkan air diatas kepalanya padahal beliau berpuasa karena haus dahaga atau karena
suhu sangat panas.” (Shahih: Shahih Abu Daud no: 2072).

2. Berkumur-kumur dan istinsyaq secukupnya

Dari Luqaith bin Shabirah Radhiallohuanhu bahwa Rasulullah Sholollohu Alaihi Wassalam

bersabda “Bersungguh-sungguhlah dalam istinsyaq (Memasukan Air Ke Hidung) kecuali bila


kamu berpuasa!” (Shahih Abu Daud no: 129).

3. Bekam

Dari Ibnu Abbas Radhiallohuanhu ia bersabda “Nabi Sholollohu Alaihi Wassalam pernah
berbekam di saat beliau berpuasa” (Shahih: Shahih Abu Daud no: 2079).

Dan dipandang makruh bagi orang yang khawatir lemah fisiknya karena berbekam :

Dari Tsabit al-Banani, ia berkata: Anas bin Malik Sholollohu Alaihi Wassalam pernah
ditanya, “Apakah kamu memandang makruh berbekam bagi orang yang sedang beribadah
puasa?” Dijawab, “Tidak, kecuali kalai dikhawatirkan mengakibatkan lemahnya fisik. (Fathul
Bari IV: 174 no:1940) Dan Juga Hukum berbekam ini sama dengan hukum donor darah jika
seorang penyumbang darah khawatir lemah, maka dia tidak melaksanakannya di siang hari
kecuali dalam kondisi sangat darurat

4. Mencium dan bermesraan dengan isteri bagi yang mampu mengendlaikan nafsunya

Dari Aisyah Radhiallohuanhu ia berkata, “Adalah Nabi Sholollohu Alaihi Wassalam

sering mencium dan bermesraan dengan isterinya ketika berpuasa; namun beliau adalah
orang yang paling kuat di antara kalian dalam mengendalikan nafsunya.” (Muttafaqun „alaih
Dan Lainya).

17 | P a g e
5. Memasuki waktu shubuh dalam keadaan junub

Dari Aisyah Radhiallohuanhu dan Ummu Salamah Radhiallohuanhu bahwa Rasulullah


Sholollohu Alaihi Wassalam pernah mendapati waktu shubuh dalam keadaan junub karena
selesai berhubungan dengan isterinya, kemudian Beliau mandi junub, lantas berpuasa”.
(Muttafaqun „alaih Dan Lainya).

6. Menyambung puasa sampai tiba waktu sahur

Dari Abu Sa‟id al-Khudri Radhiallohuanhu bahwa ia mendengar Rasulullah Sholollohu


Alaihi Wassalam bersabda, “Janganlah kamu menyambung puasa; barang siapa diantara
kalian yang ingin menyampung puasa, maka sambunglah puasanya sampai tiba waktu sahur,
“Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, namun Engkau mengerjakan puasa wishal?! Jawab
Beliau, “Aku tidak sama seperti kalian; sesungguhnya saya tidur malam, sedangkan saya ada
pemberi makan yang memberiku makan dan pemberi minum yang memberiku minum.”
(Shahih : Fathul Bari IV:208 Dan Lainya).

7. Membersihkan mulut dengan menggunakan siwak, memakai wangi-wangian, minyak


rambut, celak mata, obat tetes, dan suntikan (Bukan Suplemen).

Dasar dibolehkannya beberapa hal di atas adalah kembali kepada hukum asal, bahwa segala
sesuatu pada asalnya boleh. Kalau ada beberapa hal yang termaktub di atas terkategori
sesuatu yang diharamkan atas orang yang berpuasa, niscaya Allah dan Rasul-Nya telah
menjelaskannya..

Allah berfirman, “Dan tidaklah Rabbmu lupa.” (QS. Maryam ayat 64)

18 | P a g e
I„tikaf

I„tikaf di sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan merupakan termasuk amalan sunnah yang
sangat dianjurkan, karena melewati malam tersebut dengan kebaikan dan demi mendapatkan
Lailatul Qadr

Allah Ta‟ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya al-qur‟an pada malam
kemuliaan. Dan tahukah kamu, apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih
baik dari pada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat, terutama malaikat Jibril
dan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh kesejahteraan sampai
terbit fajar. Al-Qadr Ayat 5.

19 | P a g e
Dari Aisyah Radhiallohuanha berkata, adalah Rasulullah Sholollohualaihi Wassalam
beri‟tikaf pada ahkir bulan ramadhan Ramadhan, dan beliau bersabda “Carilah lailatul qadr
pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadhan”(Shahih: Mukhtashar Bukhari Dan
Lainya).

Dari (Aisyah) Radhiallohuanha bahwa Rasulullah Sholollohualaihi Wassalam


bersabda”Carilah lailatul qadr pada bilangan yang ganjil di sepuluh malam yang terakhir dari
bulan Ramadhan!” (Muttafaqun‟alaih )

Adalah Rasulullah Sholollohualaihi Wassalam sangat menganjurkan dan amat menekankan


shalat malam di malam lailatul qadr, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits dari Abu
Hurairah Radhiallohuanha Nabi

Sholollohualaihi Wassalam bersabda“Barangsiapa yang shalat malam di malam lailatul qadr


karena iman dan mengharapkan pahala di sisi Rabnya, niscaya diampuni baginya dosa-
dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun‟alaih)

I‟tikaf harus dilaksanakan di masjid, berdasar firman Allah Ta‟ala “Janganlah kamu campuri
mereka itu, padahal kamu sedang beri‟tikaf dalam masjid.” (Al-Baqarah: 187).

Dan, karena Rasulullah Sholollohualaihi Wassalam senantiasa beri‟tikaf di masjid.

Dianjurkan bagi orang yang i‟tikaf (mu‟takif, Pent)agar menyibukkan diri dengan berbagai
ketaatan keapda Allah, seperti shalat, membaca Qur‟an, tasbih, tahmid, tahlil, takbir,
istiqhfar, shalawat, do‟a, kajian ilmu, dan semisalnya.

Orang yang i‟tikaf dianggap makruh menyibukkan dirinya dengan perkataan atau perbuatan
yang tidak berguna, sebagaimana ia dipandang makruh juga menahan diri tidak berbicara
karena menyangka bahwa yang demikian itu termasuk dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah Ta‟ala

Bagi orang yang i‟tikaf diperbolehkan keluar dari tempat i‟tikafnya manakala ada hajat yang
harus dilakukan, sebagaimana ia dibolehkan menyisir dan menggundul rambutnya,
memotong kukunya dan membersihkan badannya.

I‟tikaf akan menjadi batal karena sang mu‟takif keluar dari masjid tanpa ada hajat atau karena
menggauli isterinya

20 | P a g e
Dengan Apa Menetapkan Awal Bulan Ramadhan Dan Syawal

Ditetapkanya awal bulan Ramadhan dengan melihat hilal tanggal satu bulan Ramadhan
walaupun hanya bersumber dari satu orang laki-laki yang adil, terpercaya, atau dengan
menyempurnakan bilangan bulan Sya‟ban menjadi tiga puluh hari

Dari Ibnu Umar Radhiallohuanhu berkata, “Orang-orang pada memperhatikan hilal bulan
Ramadhan, lalu saya informasikan kepada Rasulullah bahwa sesungguhnya saya telah
melihatnya. Maka beliau berpuasa dan memerintah segenap sahabat untuk berpuasa.“
(Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 908).

Jika hilal bulan Ramadhan tidak terlihat karena tertutup mendung atau semisalnya, maka
hendaklah menyempurnakan bilangan bulan Sya‟ban menjadi tiga puluh hari, berdasar hadits
riwayat Abu Hurairah di yang lampau.

21 | P a g e
Adapun hilal bulan Syawal maka tidak boleh ditetapkan kecuali dengan dua orang saksi
laki-laki yang adil

Dari Abdurrahman bin Zaid bin Khattab, bahwa ia pernah berkhutbah pada hari yang masih
diragukan ia berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya aku pernah duduk dan bertanya kepada
para sahabat Rasulullah , lalu mereka menyampaikan kepadaku bahwa Rasulullah bersabda,
“Berpuasalah kamu bila sudah melihat hilal (bulan Ramadhan), dan berbukalah kamu bila
sudah melihat hilal (bulan syawal), serta beribadahlah (maksudnya: berhajjah atau
berkorbanlah). Padanya. Jika mendung menyelimuti kamu, maka sempurnakanlah (bulan
Sya‟ban) menjadi tiga puluh hari. Dan jika ada dua orang muslim yang menyaksikan , maka
hendaklah kamu berpuasa dan berbukalah( Syawal)” (Shahihul Jami‟us Shaghir no:3811).

Peringatan:(Anjuran Berhari Raya Bersama Pemerintah Untuk Menjaga Persatuan)

Barang siapa yang melihat hilal satu Ramadhan atau syawal, sendirian maka ia tidak
diperbolehkan berpuasa sebelum masyarakat kaum muslimin berpuasa dan tidak pula dan
tidak pula berbuka hingga masyarakat berbuka.

Hal ini didasarkan pada hadits dari Abu Hurairah Radhiallohuanhu bahwa Nabi
Sholollohualaihi Wassalam bersabda, “Puasa adalah pada hari kamu sekalian berpuasa,
berbuka/idul fitri adalah pada hari kamu sekalian berbuka, dan hari kurban adalah hari kamu
sekalian menyembelih binatang korban.” (Shahih: Shahihul Jami‟us Shaghir no: 3869 Dan
lainya)

22 | P a g e
23 | P a g e
Waktu – Waktu Terlarang Dari Puasa Atasnya:

1. Hari Raya Yang Dua

Dari Abu Ubaid bekas budak Ibnu Azhar dia berkata “Saya pernah menghadiri hari raya
bersama Umar bin Khattab Radhiallohuanhu lalu Beliau berkata “Ini adalah dua hari yang
Rasulullah Sholollohualaihi Wassalam melarang puasa pada keduanya yaitu hari kamu
berbuka( iedul fitri) dari puasamu dan hari yang lain yaitu (hari) di mana kamu sekalian
makan dari sembelihan kurbanmu.” (Muttafaqun‟alaih .

2. Hari-Hari Tasyriq (1-3 hari setelah kurban)

Dari Abu Murrah bekas budak Ummu Hani bahwa ia pernah bersama Abdullah bin Amr
masuk ke rumah bapaknya, Amr bin „Ash Radhiallohuanhu lalu ia menyuguhi makanan
kepada mereka berdua seraya berkata: “Makanlah!” Jawab Abdullah bin Amr, saya sedang
berpuasa, “Maka Amr mengulangnya “Makanlah, karena ini adalah hari-hari yang Rasulullah
Sholollohualaihi Wassalam memerintah kita untuk berbuka dan melarang kita berpuasa
padanya.” Malik Menjelaskan “Yaitu hari-hari tasyriq.” (Shahih: Shahih Abu Daud no:
2113).

Dari Aisyah dan Ibnu Umar Radhiallohuanhu keduanya mengatakan “Tidak diberi
keringanan berpuasa pada hari-hari tasyriq, kecuali bagi orang yang tidak mendapatkan
binatang sebagai sembelihan. (Shahih: Shahih Mukhtashar Bukhari 978 )

3. Puasa di Hari Jum‟at Bersendirian

Dari Abu Hurairah Radhiallohuanhu ia berkata, Saya pernah mendengar Nabi


Sholollohualaihi Wassalam bersabda “Janganlah seorang diantara kamu beribadah puasa
pada hari Jum‟at, kecuali dengan sehari sebelum atau sesudahnya” (Muttafaqun „alaih).

4. Puasa di hari Sabtu Bersendirian

Dari Abdullah bin Bisr Assilmi dari dari saudaranya Ash Shamak Radhiallohuanhu bahwa
Nabi Sholollohualaihi Wassalam bersabda“Janganlah kamu berpuasa pada hari Sabtu, kecuali
apa yang telah diwajibkan atas kalian dan, jika seorang di antara kalian tidak mendapatkan
kecuali kulit sebutir buah anggur atau dahan pohon maka kunyahlah” (Shahih Tirmidzi II:
123 Dan Lainya).

5. Setelah (Pertengahan) dari bulan Syaban bagi orang yang tidak biasa mengerjakannya

Dari Abu Hurairah Radhiallohuanhu bahwa Rasulullah Sholollohualaihi Wassalam bersabda


“Jika bulan Syaban sampai pada pertengahan, maka janganlah kalian berpuasa” (Shahih:
Shahih Ibnu Majah no: 1339 Dan Lainya).

24 | P a g e
Dari Abu Hurairah Radhiallohuanhu bahwa Rasulullah Sholollohualaihi Wassalam bersabda
“Janganlah sekali-kali seorang diantara kamu berpuasa sehari atau dua hari sebelum
Ramadhan, kecuali bagi orang biasa yang melakukan puasa tersebut, maka berpuasalah pada
hari itu” (Muttafaqun‟alaih Dan Lainya).

6. Hari yang diragukan

Dari „Ammar bin Yasir Radhiallohuanhu ia berkata, “Barang siapa yang berpuasa pada hari
yang masih diragukan (Belum Jelas Munculnya Hilal) maka sungguh ia telah durhaka kepada
Abul Qasim Sholollohualaihi Wassalam

” (Shahih: Irwa-ul Ghalil no:961 dan Lainya).

7. Puasa sepanjang tahun, sekalipun berbuka pada hari-hari yang dilarang berpuasa padanya

Dari Abdullah bin Amr Radhiallohuanhu bahwa Rasulullah bersabda kepadaku


Sholollohualaihi Wassalam

“Ya Abdullah bin Amr, sesungguhnya di malam hari, sesungguhnya jika engkau
melaksanakan hal itu, berarti engkau telah menyerang dan menyiksa mata untuknya. Tidak
ada puasa bagi orang yang berpuasa selama-lamanya.” (Muttafaqun‟alaih ).

Dari Abu Qatadah bahwa ada seorang sahabat bertanya kepada Nabi Sholollohualaihi
Wassalam bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana cara engkau berpuasa?” Seketika itu,
Rasulullah marah terhadap pertanyaannya. Kemudian tatkala Umar melihat sikap beliau itu,
ia berkata “Kami ridha Allah sebagai Rabb , Islam sebagai agama kami, dan Muhammad
sebagai Nabi kami; kami berlindung kepada Allah dari murka-Nya dan dari murka Rasul-
Nya” Umar terus mengulang-ulang pernyataan tersebut hingga amarah Rasulullah
Sholollohualaihi Wassalam mereda. Kemudian ia Umar berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana
tentang orang berpuasa terus menerus?” Maka jawab beliau, “Dia tidak berpuasa dan tidak
pula berbuka.”(Shahih: Shahih Abu Daud no: 2119 Dan Lainya).

8. Wanita dilarang melakukan puasa sunnah, Ketika suaminya dirumah, kecuali mendapat
izin dari suaminya

Dari Abu Hurairah Radhiallohuanhu bahwa Rasulullah Sholollohualaihi Wassalam bersabda


“Janganlah seorang isteri berpuasa ketika suaminya di rumah, kecuali mendapat izin
darinya.” (Muttafaqun‟alaih)

Wallohu A‟lam Bishowab, Walhamdulillah Sholawat Dan Salam Untuk Tauladan Kita Rosul
Sholollohualaihii Wassalam, Telah Selesai Penerjemahan Semoga Bermanfaat Bagi Kaum
Muslimin

Abu Amina Aljawiy

28 Sya‟ban 1434H , Mahad Annashihah Cepu Jawa Tengah Indonesia

25 | P a g e
‫من ال وج َز ف ٌ ف قه ال س نة وال ك تاب ال عزٍ ز‬

‫و صح َح ف قه ال س نة‬

‫)ع بد ال عظ َم ب دوً & أب و مال ك ك مال ب ن ال س َد سال م(‬

‫‪26 | P a g e‬‬

Anda mungkin juga menyukai