Anda di halaman 1dari 5

beberapa abad yang lalu, hiduplah seorang yang bijaksana dan pandai.

Hanya saja, ia mempunya


punggung yang bungkuk.

Ia jatuh cinta dengan seorang putri yang cantik dan menawan. Dan lagi dia anak orang kaya.

Orang bungkuk yang bijaksana ini mengunjungi sang putri di rumahnya. Sang putri sungkan
untuk berbicara dengannya, apalagi berbicara sekitar perkawinan.

Kemudian ia bercerita bahwa perkawinan itu sudah ditentukan oleh Tuhan.

Ketika anak-anak lahir, para malaikat di surga memanggil mereka. Mereka sudah ditentukan
untuk mempunyai pasangan. Itu sudah suatu keputusan ilahi, dan tidak seorang pun bisa
mengubahnya.

Jadi ketika aku lahir, para malaikat meberit tahu aku, bahwa istriku akan mempunyai punggung
bungkuk.

Kemudian aku berteriak di depan sidang surga. Oh, jangan Tuhan. Seorang putri yang bungkuk
akan menjadi sedih dan malu dalam hidupnya. Hanya menjadi bahan cemoohan orang.

Seorang putri hendaknya cantik. Berilah bungkuk itu kepadaku dan biarkan istriku berbadan
menarik dan sehat. Dan kamu tahu…

Tuhan mendengarkan doaku dan aku menjadi gembira. Akulah laki-laki itu dan engkau gadis itu.

ada seorang suami yang di dalam dompetnya terdapat foto istrinya. Saat teman-
temannya melihat, ia dipuji sebagai suami yang sangat baik.

Lalu, satu di antara temannya bertanya apa fungsinya membawa foto sang istri. Dia menjawab:
“kalau aku punya permasalahan di kantor, aku selalu memandang foto itu,
dan permasalahan yang dihadapi hilang begitu saja”.

“Wah alangkah berbahagianya kamu mempunyai istri seperti itu, bagaimana bisa begitu?” tanya
teman-temannya.

Sang suami menjawab kembali….

“Ya, kalau saya melihat foto istri saya, semua permasalahan apa pun di kantor, menjadi tidak ada
apa-apanya dibandingkan dengan permasalahan dengan dia!”

Pada hari yang cerah, saat air laut mulai surut, ibu kepiting dan anaknya berjalan-jalan di
sepanjang pantai.

Mereka bertemu dengan banyak makhluk. Ada manusia yang sedang berjalan-jalan, ada anjing,
kodok dan lain sebagainya. Sang ibu kepiting mengamati mereka semua, lalu dia mengamati
bahwa ada yang salah pada cara berjalan anaknya.
“Anakku, mengapa kau tidak berjalan lurus ke depan?” ujar sang ibu kepiting, “Coba kau lihat,
manusia, anjing, kodok dan semua makhluk yang kita temui berjalan dengan arah lurus ke depan.
Hanya kamu yang berjalan dengan arah menyamping,” sang ibu kepiting agak cemas karena
merasa anaknya tampak aneh dari yang lain.

“Baiklah ibu, aku akan berjalan dengan arah ke depan,” ujar sang anak kepiting.

Dia berusaha berjalan dengan arah ke depan, tetapi tidak bisa. Si anak kepiting selalu terjatuh
saat mencoba. Bahkan dia merasa kaki-kakinya menjadi sakit bila dipaksa untuk berjalan dengan
mengarah ke depan seperti yang dilakukan makhluk-makhluk lainnya.

Pada hari yang cerah, saat air laut mulai surut, ibu kepiting dan anaknya berjalan-jalan di
sepanjang pantai.

Mereka bertemu dengan banyak makhluk. Ada manusia yang sedang berjalan-jalan, ada anjing,
kodok dan lain sebagainya. Sang ibu kepiting mengamati mereka semua, lalu dia mengamati
bahwa ada yang salah pada cara berjalan anaknya.

“Anakku, mengapa kau tidak berjalan lurus ke depan?” ujar sang ibu kepiting, “Coba kau lihat,
manusia, anjing, kodok dan semua makhluk yang kita temui berjalan dengan arah lurus ke depan.
Hanya kamu yang berjalan dengan arah menyamping,” sang ibu kepiting agak cemas karena
merasa anaknya tampak aneh dari yang lain.

“Baiklah ibu, aku akan berjalan dengan arah ke depan,” ujar sang anak kepiting.

Dia berusaha berjalan dengan arah ke depan, tetapi tidak bisa. Si anak kepiting selalu terjatuh
saat mencoba. Bahkan dia merasa kaki-kakinya menjadi sakit bila dipaksa untuk berjalan dengan
mengarah ke depan seperti yang dilakukan makhluk-makhluk lainnya.

Pada hari yang cerah, saat air laut mulai surut, ibu kepiting dan anaknya berjalan-jalan di
sepanjang pantai.

Mereka bertemu dengan banyak makhluk. Ada manusia yang sedang berjalan-jalan, ada anjing,
kodok dan lain sebagainya. Sang ibu kepiting mengamati mereka semua, lalu dia mengamati
bahwa ada yang salah pada cara berjalan anaknya.

“Anakku, mengapa kau tidak berjalan lurus ke depan?” ujar sang ibu kepiting, “Coba kau lihat,
manusia, anjing, kodok dan semua makhluk yang kita temui berjalan dengan arah lurus ke depan.
Hanya kamu yang berjalan dengan arah menyamping,” sang ibu kepiting agak cemas karena
merasa anaknya tampak aneh dari yang lain.

“Baiklah ibu, aku akan berjalan dengan arah ke depan,” ujar sang anak kepiting.

Dia berusaha berjalan dengan arah ke depan, tetapi tidak bisa. Si anak kepiting selalu terjatuh
saat mencoba. Bahkan dia merasa kaki-kakinya menjadi sakit bila dipaksa untuk berjalan dengan
mengarah ke depan seperti yang dilakukan makhluk-makhluk lainnya.
Pada hari yang cerah, saat air laut mulai surut, ibu kepiting dan anaknya berjalan-jalan di
sepanjang pantai.

Mereka bertemu dengan banyak makhluk. Ada manusia yang sedang berjalan-jalan, ada anjing,
kodok dan lain sebagainya. Sang ibu kepiting mengamati mereka semua, lalu dia mengamati
bahwa ada yang salah pada cara berjalan anaknya.

“Anakku, mengapa kau tidak berjalan lurus ke depan?” ujar sang ibu kepiting, “Coba kau lihat,
manusia, anjing, kodok dan semua makhluk yang kita temui berjalan dengan arah lurus ke depan.
Hanya kamu yang berjalan dengan arah menyamping,” sang ibu kepiting agak cemas karena
merasa anaknya tampak aneh dari yang lain.

“Baiklah ibu, aku akan berjalan dengan arah ke depan,” ujar sang anak kepiting.

Dia berusaha berjalan dengan arah ke depan, tetapi tidak bisa. Si anak kepiting selalu terjatuh
saat mencoba. Bahkan dia merasa kaki-kakinya menjadi sakit bila dipaksa untuk berjalan dengan
mengarah ke depan seperti yang dilakukan makhluk-makhluk lainnya.

Pada hari yang cerah, saat air laut mulai surut, ibu kepiting dan anaknya berjalan-jalan di
sepanjang pantai.

Mereka bertemu dengan banyak makhluk. Ada manusia yang sedang berjalan-jalan, ada anjing,
kodok dan lain sebagainya. Sang ibu kepiting mengamati mereka semua, lalu dia mengamati
bahwa ada yang salah pada cara berjalan anaknya.

“Anakku, mengapa kau tidak berjalan lurus ke depan?” ujar sang ibu kepiting, “Coba kau lihat,
manusia, anjing, kodok dan semua makhluk yang kita temui berjalan dengan arah lurus ke depan.
Hanya kamu yang berjalan dengan arah menyamping,” sang ibu kepiting agak cemas karena
merasa anaknya tampak aneh dari yang lain.

“Baiklah ibu, aku akan berjalan dengan arah ke depan,” ujar sang anak kepiting.

Dia berusaha berjalan dengan arah ke depan, tetapi tidak bisa. Si anak kepiting selalu terjatuh
saat mencoba. Bahkan dia merasa kaki-kakinya menjadi sakit bila dipaksa untuk berjalan dengan
mengarah ke depan seperti yang dilakukan makhluk-makhluk lainnya.

Pada hari yang cerah, saat air laut mulai surut, ibu kepiting dan anaknya berjalan-jalan di
sepanjang pantai.

Mereka bertemu dengan banyak makhluk. Ada manusia yang sedang berjalan-jalan, ada anjing,
kodok dan lain sebagainya. Sang ibu kepiting mengamati mereka semua, lalu dia mengamati
bahwa ada yang salah pada cara berjalan anaknya.

“Anakku, mengapa kau tidak berjalan lurus ke depan?” ujar sang ibu kepiting, “Coba kau lihat,
manusia, anjing, kodok dan semua makhluk yang kita temui berjalan dengan arah lurus ke depan.
Hanya kamu yang berjalan dengan arah menyamping,” sang ibu kepiting agak cemas karena
merasa anaknya tampak aneh dari yang lain.

“Baiklah ibu, aku akan berjalan dengan arah ke depan,” ujar sang anak kepiting.

Dia berusaha berjalan dengan arah ke depan, tetapi tidak bisa. Si anak kepiting selalu terjatuh
saat mencoba. Bahkan dia merasa kaki-kakinya menjadi sakit bila dipaksa untuk berjalan dengan
mengarah ke depan seperti yang dilakukan makhluk-makhluk lainnya.

Pada hari yang cerah, saat air laut mulai surut, ibu kepiting dan anaknya berjalan-jalan di
sepanjang pantai.

Mereka bertemu dengan banyak makhluk. Ada manusia yang sedang berjalan-jalan, ada anjing,
kodok dan lain sebagainya. Sang ibu kepiting mengamati mereka semua, lalu dia mengamati
bahwa ada yang salah pada cara berjalan anaknya.

“Anakku, mengapa kau tidak berjalan lurus ke depan?” ujar sang ibu kepiting, “Coba kau lihat,
manusia, anjing, kodok dan semua makhluk yang kita temui berjalan dengan arah lurus ke depan.
Hanya kamu yang berjalan dengan arah menyamping,” sang ibu kepiting agak cemas karena
merasa anaknya tampak aneh dari yang lain.

“Baiklah ibu, aku akan berjalan dengan arah ke depan,” ujar sang anak kepiting.

Dia berusaha berjalan dengan arah ke depan, tetapi tidak bisa. Si anak kepiting selalu terjatuh
saat mencoba. Bahkan dia merasa kaki-kakinya menjadi sakit bila dipaksa untuk berjalan dengan
mengarah ke depan seperti yang dilakukan makhluk-makhluk lainnya.

Pada hari yang cerah, saat air laut mulai surut, ibu kepiting dan anaknya berjalan-jalan di
sepanjang pantai.

Mereka bertemu dengan banyak makhluk. Ada manusia yang sedang berjalan-jalan, ada anjing,
kodok dan lain sebagainya. Sang ibu kepiting mengamati mereka semua, lalu dia mengamati
bahwa ada yang salah pada cara berjalan anaknya.

“Anakku, mengapa kau tidak berjalan lurus ke depan?” ujar sang ibu kepiting, “Coba kau lihat,
manusia, anjing, kodok dan semua makhluk yang kita temui berjalan dengan arah lurus ke depan.
Hanya kamu yang berjalan dengan arah menyamping,” sang ibu kepiting agak cemas karena
merasa anaknya tampak aneh dari yang lain.

“Baiklah ibu, aku akan berjalan dengan arah ke depan,” ujar sang anak kepiting.

Dia berusaha berjalan dengan arah ke depan, tetapi tidak bisa. Si anak kepiting selalu terjatuh
saat mencoba. Bahkan dia merasa kaki-kakinya menjadi sakit bila dipaksa untuk berjalan dengan
mengarah ke depan seperti yang dilakukan makhluk-makhluk lainnya.
Pada hari yang cerah, saat air laut mulai surut, ibu kepiting dan anaknya berjalan-jalan di
sepanjang pantai.

Mereka bertemu dengan banyak makhluk. Ada manusia yang sedang berjalan-jalan, ada anjing,
kodok dan lain sebagainya. Sang ibu kepiting mengamati mereka semua, lalu dia mengamati
bahwa ada yang salah pada cara berjalan anaknya.

“Anakku, mengapa kau tidak berjalan lurus ke depan?” ujar sang ibu kepiting, “Coba kau lihat,
manusia, anjing, kodok dan semua makhluk yang kita temui berjalan dengan arah lurus ke depan.
Hanya kamu yang berjalan dengan arah menyamping,” sang ibu kepiting agak cemas karena
merasa anaknya tampak aneh dari yang lain.

“Baiklah ibu, aku akan berjalan dengan arah ke depan,” ujar sang anak kepiting.

Dia berusaha berjalan dengan arah ke depan, tetapi tidak bisa. Si anak kepiting selalu terjatuh
saat mencoba. Bahkan dia merasa kaki-kakinya menjadi sakit bila dipaksa untuk berjalan dengan
mengarah ke depan seperti yang dilakukan makhluk-makhluk lainnya.

Pada hari yang cerah, saat air laut mulai surut, ibu kepiting dan anaknya berjalan-jalan di
sepanjang pantai.

Mereka bertemu dengan banyak makhluk. Ada manusia yang sedang berjalan-jalan, ada anjing,
kodok dan lain sebagainya. Sang ibu kepiting mengamati mereka semua, lalu dia mengamati
bahwa ada yang salah pada cara berjalan anaknya.

“Anakku, mengapa kau tidak berjalan lurus ke depan?” ujar sang ibu kepiting, “Coba kau lihat,
manusia, anjing, kodok dan semua makhluk yang kita temui berjalan dengan arah lurus ke depan.
Hanya kamu yang berjalan dengan arah menyamping,” sang ibu kepiting agak cemas karena
merasa anaknya tampak aneh dari yang lain.

“Baiklah ibu, aku akan berjalan dengan arah ke depan,” ujar sang anak kepiting.

Dia berusaha berjalan dengan arah ke depan, tetapi tidak bisa. Si anak kepiting selalu terjatuh
saat mencoba. Bahkan dia merasa kaki-kakinya menjadi sakit bila dipaksa untuk berjalan dengan
mengarah ke depan seperti yang dilakukan makhluk-makhluk lainnya.

Anda mungkin juga menyukai