Anda di halaman 1dari 7

Tugas Individu Self Learning Kedudukan dan Peran ASN

Mewujudkan Smart Governance

Kelompok :I
Angkatan : XVIII
Nama : drg. Ririh Setyo Khrisnanthi
NIP :199307012022032006
Instansi : UPTD Puskesmas Gang Kelor – Dinas Kesehatan Kota Bogor
Tutor : AKBP Drs. Kasman Hindriana, M.M.Pd.

Soal :

1. Mengapa Manajemen ASN penting!

2. Bagaimana hubungan antara mata pelatihan agenda Kedudukan dan


Peran PNS untuk mewujudkan Smart Governance dengan pelaksanaan
Aktualisasi/Habituasi?

Jawaban :

1. Manajemen ASN.

2. Hubungan Mata Pelatihan dan Peran ASN dengan Pelaksanaan


Aktualisasi/Habituasi

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN


yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan
jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh
dan intervensi semua golongan dan partai politik.
Fungsi ASN adalah sebagai berikut:
a) Pelaksana kebijakan publik;
b) Pelayan publik; dan
c) Perekat dan pemersatu bangsa.
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak.
ASN bekerja dengan berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik
dan kode perilaku ASN yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN
dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah dan bertujuan untuk menjaga martabat
dan kehormatan ASN.
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi serta memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas
dan keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini
baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan
informasi kepada masyarakat maupun jaminan obyektifitas dalam pelaksanaan seleksi.
Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk
mencapai visi dan misinya.
Pasca rekruitmen, berbagai sistem pengelolaan pegawai dalam organisasi harus
mencerminkan prinsip sistem merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya
didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem
merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan
pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui
kelemahannya untuk kemudian dibantu oleh organisasi untuk meningkatkan kinerja.

1. Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka


pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu pertama, organisasi
penyelenggara pelayanan publik, kedua, penerima layanan (pelanggan) yaitu orang,
masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan ketiga,
kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan
prima adalah: Partisipatif, Transparan, Responsif, Non Diskriminatif, Mudah dan
Murah, Efektif dan Efisien, Aksesibel, Akuntabel, dan Berkeadilan.
Hal-hal fundamental dalam pelayanan publik, antara lain: Pelayanan publik
merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi, Pelayanan publik
diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga Negara, Pelayanan publik
diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal yang strategis bagi kemajuan
bangsa di masa yang akan datang, Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia, akan tetapi
juga berfungsi sebagai proteksi bagi warga negara.
Bentuk-bentuk patologi birokrasi antara lain: Penggelembungan Organisasi,
Duplikasi Tugas dan Fungsi, Red Tape, Konflik Kewenangan, Korupsi Kolusi dan
Nepotisme, dan Enggan Berubah.
Budaya birokrasi yang melayani masyarakat dapat dioperasionalisasikan dengan
cara: memiliki kode etik untuk mengatur hal-hal apa saja yang secara etis boleh dan
tidak boleh dilakukan, menjadikan prinsip melayani sebagai suatu kebanggaan,
memiliki code of conduct atau SOP yang jelas dalam memberikan pelayanan,
memiliki etika profesionalisme sebagai seorang birokrat.
Prinsip-pinsip pelayanan prima antara lain: Responsif terhadap
pelanggan/memahami pelanggan, Membangun visi dan misi pelayanan, Menetapkan
standar pelayanan dan ukuran kinerja pelayanan, Pemberian pelatihan dan
pengembangan pegawai terkait bagaimana memberikan pelayanan yang baik,
Memberikan apresiasi kepada pegawai.
Tujuh Sikap pelayanan, antara lain: Passionate, Progressive, Proactive,
Promt, Patience, Proporsional, Puctional.

Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi
norma bagi perilku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etiket pelayanan yang perlu diperhatikan oleh
ASN terhadap pengguna jasa pada umumnya adalah
sebagai berikut: Sikap/ perilaku, Ekspresi wajah, Penampilan, Cara berpakaian, Cara
berbicara, Cara mendengarkan, Cara bertanya.
Beberapa etiket dasar yang seharusnya dilakukan oleh ASN antara
lain:Politeness, Respectful, Attentive, Cooperatif, Tolerance, Informality, Self
Control. Beberapa manfaat dari etiket antara lain: Communicative, Attractive,
Respectable, dan Self Confidence. Beberapa praktik etiket dalam pelayanan:
Etiket dalam menyampaikan salam, Etiket dalam berjabat tangan, Etiket dalam
menerima tamu, Etiket dalam bertamu/menerima tamu, dan Etiket dalam
menangani keluhan pelanggan.

2. Hubungan Mata Pelatihan dan Peran ASN dengan Pelaksanaan


Aktualisasi/Habituasi
Habituasi adalah suatu proses pembiasaan pada atau dengan sesuatu
penyesuaian/perubahan di lingkungan kerja, penciptaan situasi atau kondisi (Persistence
life of situation) tertentu untuk membiasakan diri berperilaku sehingga terbentuk
karakter diri melalui proses internalisasi yang melahirkan kebiasaan dan kenyamanan
baru. Seperti air yang menetes secara kontinu (habit) meski lembut, pelan dan ringan
namun mampu membentuk cadas keras dan indah bernama stalactite danstalagmite.
Habituasi adalah sebuah proses pembiasaan pada/atau dengan “sesuatu” supaya menjadi
terbiasa atau terlatih untuk melakukan “sesuatu” yang bersifat instrisik pada lingkungan
kerjanya. Sedangkan aktualisasi memiliki pengertian sebagai suatu proses untuk
menjadikan pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki terkait substansi mata
pelatihan yang telah dipelajari dapat menjadi aktual/ nyata/ terjadi/ sesungguhnya ada

Kedudukan dan peran ASN dalam setiap organisasi pemerintah sangatlah menentukan,
sebab ASN merupakan tulang punggung pemerintahan dalam melaksanakan
pembangunan nasional. Dalam rangka memberikan pelayanan yang professional, jujur,
adil, dan merata maka dibutuhkan juga sumber daya manusia aparatur pemerintahan
yang berkualitas dan mempunyai tanggungjawab yang tinggi. Sumber daya manusia
dikatakan berkualitas ketika mereka memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepadanya. Peran dan
kedudukan ASN dalam NKRI dapat dilihat dari kemampuan mereka memahami
manajemen ASN, Pelayanan Publik dan inovasi yang berhubungan dengan Whole of
Government. Whole-of-Government (WoG) adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas
guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency,
yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-
urusan yang relevan.
Pendekatan WoG dapat beroperasi dalam tataran kelembagaan nasional maupun
daerah. Penataan kelembagaan menjadi sebuah keharusan ketika pendekatan ini
diperkenalkan. Namun penataan ini tidak serta merta merubah kelembagaan, atau
sebaliknya. Sehingga pendekatan WoG dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan
perbedaan kategori hubungan antara kelembagaan yang terlibat. Untuk kategori
koordinasi, maka kelembagaan yang terlibat dalam pendekatan WoG tidak mengalami
perubahan struktur organisasi. Sedangkan dalam kategori integrasi, kelembagaan yang
terlibat mulai cair, dan terdapat penyamaan perencanaan jangka panjang serta
kerjasama. Adapun dalam kategori kedekatan dan pelibatan, kelembagaan
menyatukan diri dalam wadah yang relatif lebih permanen.

Rencana Penerapan

a. Manajemen ASN

Menambah jumlah dokter jaga dan perawat jaga berdasarkan beban kerja
Menegaskan punishment bagi karyawan yang datang terlambat datang kerja

b. Pelayanan Publik

Mengoptimalkan penggunaan triage untuk menentukan prioritas pasien berdasarkan


kegawatdaruratan
Perbaikan operan shift dengan optimalisasi buku dinas

c. Whole of Goverment

Sosialisasi dan optimalisasi penggunaan sisrute dan siranap sebagai


sarana untuk menerima atau merujuk pasien

Anda mungkin juga menyukai