Anda di halaman 1dari 1

Saya melakukan tantangan dengan baik dan semangat, tapi hal tersebut tak selalu

berjalan dengan mulus begitu saja. Contohnya sebagai berikut, selama kelas 12
adalah masa masa dimana mempertaruhkan hidup menurut saya. Dimana harus
memperjuangkan tempat untuk batu loncatan dalam masa depan sesuai mimpi dan
target yang akan saya raih. Saya kalah dalam SNMPTN, SBMPTN , tes beasisswa
dalam 3 PTS . Dan ternyata saya mendaftarkan diri dalam tes mandiri UGM .
yang dimana membuat saya semakin pesimis. Ditambah kondsisi ekonomi
keluarga yang kurang baik dan membuat saya harus mengalah untuk kuliah dalam
tahun ini. Disaat dalam perjalanan berangkat rute pesawat Medan-Jakarta saya
mengalami kendala yaitu tiket pesawat saya yang hangus. DItambah saya merasa
pesimis dan tekad saya yang sedikit untuk melanjutkan tes UTUL . Tetapi, disaat
penerbangan pesawat ditunda, saya bertemu dengan seorang biarawati yang
hendak balik ke Lampung yang dimana orang tua beliau telah tiada. Kami berbagi
pengalaman, dan hal itu membuat saya sadar bahwa harus ada yang dipertaruhkan
dalam mengejar mimpi. Beliau masih dalam duka yang dalam tetapi masih
sanggup untuk berbagi cerita memotivasi buat saya. Stelah itu, saya sadar untuk
berjuang mengikuti setiap tes , terutama UTUL yang merupakan nyawa terakhir
saya. Saya langsung menelepon orang tua dan membeli tiket yang baru , ya walau
awalnya disuruh balik ke rumah, karena tiket pesawat yang mahal dan hal itu
menjadi beban tersendiri saya dikala itu. Dan akhirnya pun saya mengikuti tes,
dan dengan kuasa Tuhan yang luar biasa buat saya. Saya menjadi mahasiswa baru
di UGM dan saya sedang mengetik essai ini.

Cara dalam 7 dengan belajar bersyukur setiap hari, menyadari bahwa saya punya
kapasitas diri. Belajar menyadari selalu ada yang lebih
pintar,rajin,berprestasi,bijak dari diri saya. Mempercayakan pada Yang Maha
Kuasa bahwa apa yang sudah menjadi jalanku. Merasa lega dan berpacu menjadi
lebih baik

Anda mungkin juga menyukai