Anda di halaman 1dari 34
S KEMENTERIAN PERHUBUNGAN = DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS PELABUHAN KELAS Ill PEKANBARU PROSEDUR TETAP PEMANDUAN KAPAL DI PERAIRAN WAJIB PANDU PADA PERAIRAN SUNGAI SIAK PEKANBARU TAHUN 2020 PERATURAN KEPALA KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS PELABUHAN KELAS III PEKANBARU NOMOR : HK.209/9 / 4 /KSOP PKU 2020 ‘TENTANG PROSEDUR TETAP PEMANDUAN KAPAL DI PERAIRAN WAJIB PANDU PADA PERAIRAN SUNGAI SIAK KEPALA KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS PELABUHAN KELAS III PEKANBARU, Menimbang : a. Bahwa untuk kepentingan kesclamatan, keamanan berlayar, perlindungan maritime dan kelancaran berlalu lintas di perairan Pelabuhan Pekanbaru /sungai Siak; b. Bahwa guna menunjang pelaksanaan pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal secara wajar dan tepat, perlu ditetapkan Prosedur Tetap Pemanduan Kapal di Perairan Wajib Pandu pada perairan sungai Siak. Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3929); 3, Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2002 tentang Perkapalan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5731); 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor § Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 8 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5093); 10. lL. 12, 13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109); Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Perhubungan (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 102 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5884); Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 Tahun 1990 Tentang Penetapan Kelas Perairan Wajib Pandu; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 754 Tahun 2011 tentang Pemberian Izin Kepada PT Pelabuhan Indonesia I(Persero) Untuk Menyelenggarakan Pelayanan Jasa Pemanduan pada Wilayah Perairan Pelabuhan dan ‘Terminal Khusus Tertentu; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2011 tentang Telekomunikasi Pelayaran; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 629) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 76 Tahun 2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1183); Menetapkan 14, 15. 16. a7. 18. 19. 20. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 93 Tahun 2013 ‘Tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1523), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 74 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 93 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 966); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 82 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1913); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 93 Tahun 2014 tentang Sarana Bantu dan Prasarana Pemanduan Kapal (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2033); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 390); Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor HK. 103/3/9/DJPL-15 tentang Tata Cara Pemberian Surat Persetujuan Penggunaan Sarana Bantu dan Prasarana Pemanduan Kapal; Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor HK. 103/4/16/DJPL-18 tentang Tata Cara Penerimaan, Penyetoran, Penggunaan dan Pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; Keputusan Kepala Kantor Administrator Pelabuhan Pekanbaru Nomor PP. 301/01/15/AD-PKU/2013 tentang Prosedur Tetap Penyelenggaaraan Pemanduan Kapal di Perairan Wajib Pandu Pelabuhan Pekanbaru. MEMUTUSKAN PERATURAN KEPALA KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS PELABUHAN KELAS Ill PEKANBARU TENTANG PROSEDUR TETAP PEMANDUAN KAPAL Di PERAIRAN WAJIB PANDU DI PELABUHAN PEKANBARU BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan/atan perairan dengan batas tertentu sebagai tempat kegiatan 3 Pemerintahan dan kegiatan —_pengusahaan —_yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan antar moda. 2. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi Pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan atau barang keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan atau antar moda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. 3. Pemanduan adalah kegiatan Pandu dalam membantu, memberikan saran dan informasi kepada Nakhoda tentang keadaan perairan setempat yang penting agar navigasi- pelayaran dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib, dan lancar demi keselamatan kapal dan lingkungan. 4. Penundaan Kapal adalah bagian dari pemanduan yang meliputi kegiatan mendorong, menarik atau menggandeng kapal yang berolah-gerak, untuk bertambat ke atau untuk melepas dari dermaga, jetty, trestle, pier, pelampung, dolphin, kapal dan fasilitas tambat lainnya dengan mempergunakan kapal tunda. 5. Pandu adalah pelaut yang mempunyai keahlian di bidang nautika yang telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan pemanduan kapal. 6. Perairan Wajib Pandu adalah suatu wilayah perairan yang karena kondisi perairannya wajib dilakukan pemanduan bagi kapal berukuran tonase kotor tertentu. 7. Alur-Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari. 8. Fasititas Alur-Pelayaran adalah sarana dan prasarana yang dibutubkan untuk kelancaran lalu lintas kapal antara lain Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran, Vessel Traffic Services dan Stasiun Radio Pantai. 9. Zona keamanan dan Keselamatan adalah ruang disekitar Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran, sarana Telekomunikasi- Pelayaran, dan bangunan atau instalansi yang dibatasi oleh radius, tinggi, dan/atau kedalaman tertentu. 10.Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran adalah peralatan atau sistem yang berada di Iuar kapal yang didesain dan 4 dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi bemavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal. 11.Meteorologi adalah gejala alam yang berkaitan dengan cuaca. 12,Nakhoda adalah salah seorang dari Awak Kapal yang ‘menjadi pemimpin tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 13.Pengawas Pemanduan adalah Pejabat Pelaksana Fungsi Keselamatan Pelayaran atau Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan yang berwenang melakukan pengawasan keselamatan dan ketertiban serta kelancaran pelaksanaan pemanduan. 14.Prasarana Pemanduan adalah peralatan atau sistem yang didesain untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi yang secara tidak langsung digunakan untuk membantu Pandu dalam melakukan tugas-tugas Pemanduan. 15.Sarana Bantu Pemanduan adalah peralatan atau sistem yang berada diluar kapal serta didesain dan dioperasiken secara langsung digunakan pandu dalam melakukan tugas- tugas pemanduan untuk meningkatkan keselamatan, efisiensi dalam berolah-gerak kapal. 16.Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas Ill Pekanbaru yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum dibidang keselamatan dan keamanan pelayaran kordinasi kegiatan pemerintahan di pelabuhan serta pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan, pada pelabuhanan yang diusahakan secara komersial. 17.Badan Usaha Pelabuhan (BUP) adalah badan usaha yang kegiatan usahanya khusus dibidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya. 18.Pelaksana Pemanduan adalah BUP yang mendapatkan pelimpahan untuk melaksanakan kegiatan pemanduan dan penundaan kapal. 19.Surat Perintah Kerja (SPK) Pandu adalah surat perintah kerja yang diterbitkan oleh BUP. 20.Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Laut. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Peraturan ini berlaku di perairan wajib Pandu di sungai Siak/Pekanbaru. BAB Ill PERAIRAN WAJIB PANDU Pasal 3 Batas wilayah Perairan Wajib Pandu meliputi _perairan pelayaran di sungai Siak antara garis bujur 101° - 25’- 00" T di hulu sungai sampai dengan garis bujur 102° - 10’ - 30” T pada garis lintang 01° - 14’- 00” U di muara BABIV PENYELENGGARAAN PEMANDUAN DAN PENUNDAAN KAPAL Pasal 4 Penyelenggara Pemanduan adalah Kantor Kesyahbandara dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Pekanbaru (KSOP) yang dilaksanakan oleh PT. Pelindo I (Persero) Cabang Pekanbaru sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.754 Tahun 2011. Pasal 5 (1). Setiap kapal berukuran tonase kotor GT 500 (lima ratus Gross Tonnage) atau lebih yang berlayar di perairan wajib Pandu, wajib menggunaken pelayanan jasa pemanduan. (2). Pada perairan yang ditetapkan sebagai perairan wajib pandu, pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal dapat diberikan kepada kapal berukuran tonase kurang dari GT 500 (lima ratus Gross Tonnage) atas permintaan nahkoda atau atas perintah pengawas pemanduan. (3). Pelayanan jasa pemanduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh Petugas Pandu yang telah memenuhi persyaratan. Pasal 6 Pelaksanaan pemanduan kepal di perairan wajib Pandu Pada Perairan Sungai Siak dilakukan oleh PT Pelindo I (Persero) Cabang Pekanbaru. Pasal 7 Pelaksana, pengelola dan operator pemanduan dan penundaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 wajib: a. Menyediakan Petugas Pandu yang memenuhi persyaratan dalam jumlah sesuai gerakan kapal per hari; b. Menyediakan sarana bantu dan prasarana pemanduan yang memenuhi persyaratan; c. Memberikan pelayanan pemanduan secara wajar dan tepat sesuai dengan sistem dan prosedur pemanduan yang ditetapkan; d. Melaporkan apabila terjadi hambatan dan kecclakaan kapal dalam pelaksanaan pemanduan kepada Pengawas Pemanduan setempat; dan e. Melaporkan kegiatan pemanduan setiap 1 (satu) bulan kepada KSOP Kelas III Pekanbaru. Pasal 8 (1). Sarana bantu pemanduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b terdiri dari: a. Kapal tunda paling sedikit 1 (satu) unit dengan jumlah kekuatan paling rendah 2.000 DK; b. Kapal pandu paling sedikit 1 (satu) unit berkecepatan paling rendah 12 knots; dan c. Kapal kepil paling sedikit 1 (satu) unit berkecepatan paling rendah 7 knots. (2). Prasarana pemanduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b terdiri dari: a. Stasiun pandu/menara pengawas/kantor dengan Iuas bangunan paling sedikit 350 m2 beserta dengan kelengkapannya; Marine VHF Radio; Marine HT (handy talky); Baju penolong (life jacked) Krndaraan operasional; Rumah operasional; AIS (automatic identification system); Prasarana penunjang lainnya. Parpaog Pasal 9 Pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal pada Perairan Wajib Pandu pada Perairan Sungai Siak, pelabuhan Pekanbaru meliputi: a. Gerakan kapal masuk yaitu gerakan kapal dari perairan batas terluar Perairan Wajib Pandu ke dalam pelabuhan untuk sandar di dermaga dan/atau untuk keperluan lainnya; (. (2). 3). 4). ©). 6). a). . Gerakan kapal keluar, yaitu gerakan kapal dari tambatan (dermage) ke batas terluar Perairan Wajib Pandu Pada Perairan Sungai Siak; Gerakan kapal tersendiri yaitu gerakan kapal yang merupakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat lainnya di dalam wilayah Perairan Wajib Pandu Pada Perairan Sungai Siak. Pasal 10 Dengan pertimbangan keselamatan dan kelancaran pelaksanaan pemanduan, Petugas Pandu dapat menggunakan kapal tunda untuk membantu oleh gerak kapal ukuran tertentu yang dipandu. Kapal dengan panjang(LOA) lebih dari 70(tujuh puluh) meter atau kombinasi dari itu( tug + tongkang) dalam mengadakan olah gerak dari dan/atau ke dermaga dapat menggunakan kapal tunda/assist Jumlah unit, kemampuan olah-gerak, dan daya kapal tunda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang digunakan untuk menarik (towing) kapal tongkang, harus mampu membantu olah gerak kapal secara optimal dengan aman dan selamat sesuai dengan kondisi di alur- pelayaran. Dalam hal kapal tunda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) yang menarik kapal tongkang di Perairan Wajib Pandu pada Perairan Sungai Siak tidak mampu berolah gerak secara optimal dengan aman dan selamat, maka pengelola pemanduan harus menyediakan kapal tunda tambahan dan/atau mengganti kapal tunda yang memiliki daya lebih besar. Dengan pertimbangan keselamatan dan keamanan pelayaran tongkang yang ditarik oleh tug boat dengan tujuan ke Rumbai, Sungai Duku dan PLTU Tenayan Raya melalui perairan Perawang mulai dari Rasau Kuning sampai dengan PT.Cosmic Indonesia Perawang dan sebaliknya dapat menggunakan tunda/tunda kawal. Pengelolaan jasa tunda harus mendapatkan persetujuan pejabat pengawas keselamatan pelayaran. Pasal 11 Dalam pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal di Perairan Wajib Pandu Pada Perairan Sungai Siak dilakukan prioritas pelayanan terhadap: a. Kapal penumpang; b. Kapal pengangkut hewan; 8 c. Kapal pengangkut bahan bakar; d. Kapal pengangkut 9 (sembilan) bahan kebutuhan. pokok; dan - e. Kapal pengangkut kargo lainnya. (2). Prioritas pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal di perairan wajib pandu sebagaimana ayat (1) dilakukan. terhadap : a. Kapal dalam kadaan darurat; b. Kapal yang datang lebih awal. (3). Prioritas pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal di Perairan Wajib Pandu pada Perairan Sungai Siak sebagaimana ayat (1) dapat berubah atas persetujuan dari KSOP Kelas III Pekanbaru selaku Pengawas Pemanduan. Pasal 12 Penyelenggaraan pemanduan dan penundaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 wajib membayar persentase dari pendapatan yang berasal dari jasa pemanduan dan penundaan kapal kepada Pemerintah sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BABV PETUGAS PANDU Pasal 13 Lokasi naik/turun pandu (pilot boarding ground) pada perairan wajib pandu perairan Sungai Siak terdiri atas : a. Pilot Boarding Ground(PBG) 1 berada pada koordinat: 01°- 21’- 01 LU dan 102° - 11'-02" BT(Sungai _Pakning); b. Pilot Boarding Ground(PBG) 2 berada pada koordinat 00°- 48-50 LU dan 102° - 03’- 85” BT ( Siak Paluh) Pasal 14 (1). Pelayanan yang diberikan Petugas Pandu merupakan bantuan kepada Nakhoda agar dapat mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan, ketertiban dan kelancaran jalu lintas kapal. (2). Terhadap pelayanan yang diberikan Petugas Pandu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), keputusan akhir dalam melakukan olah gerak kapal berada ditangan Nakhoda. Pasal 15 (1). Petugas Pandu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 mempunyai tugas melaksanaken pelayanan jasa pemanduan di Perairan Wajib Pandu pada Perairan Sungai Siak. (2). Setiap petugas pandu yang melaksanakan tugas pemanduan wajib memiliki Surat Perintah Tugas Pemanduan dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Pekanbaru. (3). Tugas penundaan kapal merupakan pelaksanaan bantuan di dalam kegiatan pemanduan kapal dengan menggunakan sarana bantu pemanduan. Pasal 16 Dalam melaksanakan tugas pemanduan, Petugas Pandu wajib: a. Membantu Nakhoda untuk mengambil tindakan yang tepat dalam menjamin keselamatan dan keamanan berlayar, awak kapal, muatan dan lingkungan; b. Memberikan semua informasi dan semua petunjuk yang diperlukan kepada Nakhoda guna menjamin keselamatan dan keamanan berlayar dan untuk ketertiban lalu lintas kapal; c, Memenuhi permintaan Nakhoda untuk pelaksanaan olah gerak kapal; 4. Melaporkan’ kepada Pengawas Pemanduan (KSOP Kelas III Pekanbaru) tentang adanya gangguan, perubahan kedalamen alur-pelayaran di Perairan Wajib Pandu yang diperoleh dari hasil pemeruman; e. Pandu harus berkoordinasi dengan kapal lain yang dipandu, maupun yang tidak dipandu, serta dengan menara kontrol/stasiun pandu/ VTS untuk ketertiban dan keselamatan lalulintas kapal; f Sesegera mungkin melaporkan bilamana__ terjadi Kecelakaan didalam atau diluar kapal kepada Pengawas Pemanduan (KSOP Kelas Ill Pekanbaru) dan ikut aktif ambil bagian penenganannya sebatas kewenangan yang g Melaporican kepada Pengawas Pemanduan (KSOP Kelas Ill Pekanbaru) atau Distrik Navigasi Pekanbaru tentang adanya gangguan, kelainan, penghalang, pergeseran posisi rambu/Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran; h. Ilcut mengamati kemungkinan tumpahan minyak dan sampah yang dapat menimbulkan pencemaran; i, Melaporkan segala sesuatu yang dapat membahayakan kapal lainnya; j. Melaporkan kepada Pengawas Pemanduan (KSOP Kelas III Pekanbaru) bila Nakhoda menyimpang dari petunjuk yang 10 diberikan atau menyulitkan Petugas Pandu dalam menjalankan tugasnya; k. Berpakaian seragam dinas kepanduan dan dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan dan alat komunikasi; 1. Memberikan bimbingan kepada calon Petugas Pandu dan sesama Petugas Pandu apabila ada hal-hal yang perlu dicermati dalam menjalankan tugas pemanduan; dan m. Melakukan pengamatan terhadap kondisi sarat muka belakang kapal, kondisi stabilitas kapal _setiap kali sebelum memandu. Pasal 17 (1). Dalam hal terjadi kecelakaan kapal pada waktu menjalankan tugasnya, maka Petugas Pandu wajib membuat kronologi kejadian berisi antara lain: a, Aspek nautis b. Aspek teknik; c. Proses olah gerak kapal; a e |. Komunikasi yang diupayakan; . Kondisi alur dan kepadatan lalu lintas pelayaran/alur- pelayaran; ‘Akibat yang ditimbulkan; dan g. Hal-hal lain yang dianggap perlu. (2). Kronologis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan laporan sesuai dengan format kecelakean(terlampir) dan ditunjukkan kepada Pengawas Pemanduan setempat. (3). Dalam hal terjadi kapal kandas waktu Petugas Pandu melaksanakan tugas pemanduan maka Petugas Pandu wajib melaporkan kejadian tersebut kepada Pengawas Pemanduan KSOP Pekanbaru serta berkoordinasi dengan Pengawas Pemanduan untuk mengupayakan sampai kapal lepas dari kandas dan menyelesaikan tugasnya membawa kapal sesuai dengan perintah awal. Pasal 18 Dalam melaksanakan tugas pemanduan, petugas pandu dilarang: a. Menggunakan mesin kapal secara berlebihan schingga dapat meresahkan masyarakat sekitar, merusak dermaga dan fasilitas lainnya; b. Menggunakan Bow/Stem taruster, kecuali dalam keadaan memaksa dan saat penyandaran dengan jarak aman dari sisi dermaga; c. Bersimpangan atau memaksa melewati/menyusul kapal lain di sekitar alur sempit, melewati antara 2 (dua) sisi kapal pada jarak yang membahayakan; d. Memotong iring-iringan kapal perang yang sedang masuk/keluar alur berlabuh jangkar, Petugas Pandu 11 (a). harus menunggu hingga alur kapal sudah bebas kecuali apabila diberikan kesempatan oleh komandan kapal perang yang bersangkutan/pangkat tertinggi dalam iringan kapal perang tersebut; Saling menyilang dengan kapal pengangkut Bahan Bakar Minyak (BBM) atau penganglut barang berbahaya; Menyusul kapal yang sedang bergerak searah di dalam alur yang dapat membahayakan terhadap keselamatan pelayaran; Memandu atau membawa kapal yang tidak memiliki Surat Persetujuan Berlayar (SPB), izin gerak, izin gandeng dan pergerakan lainnya; Memandu kapal yang menimbulkan pencemaran perairan; Memandu kapal yang stabilitasnya meragukan; Menyandarkan kapal secara tender tanpa izin tertulis dari Pengawas Pemanduan setempat; Mempersingkat jarak pemanduan kecuali ada hal khusus (cuaca/bencana alam, kondisi teknis kapal) yang berkenaan dengan keselamatan dengan persetujuan Nakhoda; Membawa barang-barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan dilarang baik untuk dimiliki, dikonsumsi atau untuk diperdagangkan yang mengakibatkan terganggunya pelayanan pemanduan; dan . Mengeluarkan pernyataan atau berkata tidak baik/sopan di atas kapal yang dapat mengakibatkan terganggunya proses pelayanan pemanduan. BAB VI NAKHODA KAPAL Pasal 19 Tethadap kapal yang akan memasuki perairan wajib pandu kepada Nakhoda diwajibkan: a. Memberiken keterangan mengenai data dan karakteristik kapal yang berkaitan dengan olah gerak kapalnya kepada Petugas Pandu; b. Mengambil tempat yang ditetapkan untuk menunggu Pandu; ¢. Mengibarkan bendera semboyan “G” untuk meminta pelayanan Pandu dan bendera semboyan “H” (Lampu putih merah) bila Pandu berada diatas kapal; 4. Menyampaikan informasi data-data melalui radio komunikasi kapal ada frekuensi VHF Channel 12 tentang waktu tiba, sarat, panjang dan kapal yang mengangeni di Pelabuhan Pekanberu; e. Memperhatikan bener kecermatan dalam mengolah gerak kapalnya; f Menyediakan tangga Pandu atau peralatan lainnya yang memenuhi persyaratan; 2 2). @). (4). ©). 6). (7). g. Nakhoda harus memberitahukan kepada pandu berapa “Squart” kapal sehingga pandu dapat memperhitungan kedalam air pada saat itu; ‘h. Bila oleh Karena sesuatu hal, sehingga pandu terbawa/ iat oleh kapal ke pelabuhan tujuan, maka pemulangnnya ditanggung oleh Nakhoda atau agen pelayaran; Terhadap kapal-kapal yang memasuki daerah berlabuh jangkar (Anchorage Area) /bertambat /berikat pinggir harus segera menghubungi Station Pandu dan Station Radio Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas Il Pekanbaru melalui VHF channel 12 untuk melaporkan: Saat kapal tiba; Posisis kapal/ labuh jangkar; Sarat/ draf kapal; Panjang kapal; Agen Pelayaran setempat; Keterangan laian yang diperlukan. pepogp Pada saat petugas pandu naik/turun menggunakan motor pandu (pilot boat), Nakhoda diwajibkan berolah gerak dengan kecepatan aman sesuai kondisi pada saat itu sehingga dapat menjamin keselamatan petugas pandu untuk naik/turun dari kapal. Pada jarak aman dari sisi terdekat/terluar dari dermaga, kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam kondisi normal dan tanpa arus dilarang menggunakan _putaran _baling-baling —_—secara berlebihan. Gerakan © mengutamakan _tenaga dorong/tarik kapal tunda terlebih dahulu sampai kapal bebas bersandar/bebas dari dermaga. Terhadap kapal-kapal yang bertambat/berikat pinggir di perairan sungai Siak harus berada pada lokasi yang diperuntukan untuk tempat tambat/ikat pinggir yakni pada lokasi titik kordinat yang telah ditetapkan oleh Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas Ill Pekanbaru, dan wajib dijaga secara terus menerus seta tali-tali ikat tambat yang kuat dan baik/benar. Untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga, Nakhoda harus menyiapkan kedua jangkar haluan sewaktu olah gerak kapal masuk / keluar dan pindah. Nakhoda harus menyatakan kapainya siap untuk dipandu sebelum kapal melakukan olah gerak dengan kecepatan aman dan kapal berada dalam pada situasi sedemikian rupa schingga Petugas Pandu dapat dengan aman menaiki/ menuruni tangga Pandu. 3 (8). Kapal-kapal yang berolah gerak dengan kekuatan mesin dalam perairan sungai harus berlayar dengan kecepatan aman yang disesuaikan untuk sekedar memungkinkan kemudinnya dapat berfungsi. (9). Apabila kapal telah bersandar di dermaga/jetty, dolphin dan berlabuh atau sampai pada posisi batas perairan pandu atau posisi akhir pemanduan, Nakhoda menyerahan kembali formulir Bukti Pengguna Jasa Pandu setelah diisi dan ditanda tangani, kepada petugas pandu yang telah menyelesaikan tugas. (10).Nakhoda patut mempertimbangkan saran dari Petugas Pandu yang terkait dengan pelayanan pemanduan dan tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan pelayaran sebelum melaksanalan olah gerak kapal. (11).Kapal-kapal yang akan melakukan kegiatan pemuatan di dermaga Perawang, untuk tujuan keselamatan posisi hhaluan kapal harus menghadap ke laut(muara). (12).Kapal-kapal yang oleh karena kondisi tertentu melakukan kegiatan pemuatan secara on deck, tidak dibenarkan melakukan pemuatan yang dapat menghalangi kegiatan pengamatan keliling dalam bernavigasi. (13).Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat(12) harus mendapat evaluasi dan persetujuan Syahbandar Pekanabru. (14),Bilamana terjadi kejadian luar biasa, Nakhoda kapal harus menyampaikan laporan tertulis kepada kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas Ill Pekanbaru. BAB VII PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT NASIONAL/AGEN PELAYARAN PASAL 20 (1). Perusahaan angkutan laut nasional/agen pelayaran_wajib melaksanakan tugasnya membantu Nakhoda kapal yang diageninya dalam hal pelayanan pemanduan dan penundaan kapal dari pelaksana pemanduan. (2). Pembantuan terhadap Nakhoda kapal yang diageninya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi a. Permintaan pandu kepada pelaksana pemanduan; b, Memberikan informasi kepada Nakhoda terkait perairan wajib pandu pelabuhan Pekanbaru; 4 ¢, Memberikan informasi kepada petugas pandu dan pelaksana pemanduan terkait kapal yang akan diberikan pelayanan pemanduan; d.Hal-hal lain yang dianggap penting dalam rangka pelaksanaan pelayanan pemanduan dan penundaan kapal. (3). Perusahaan angkutan laut nasional/agen pelayaran harus memastikan pelaksanaan pelayanan pemanduan terhadap kapal yang diageninya berjalan sesuai Prosedur Tetap Pemanduan dan Penundaan Kapal di Perairan Wajib Pandu Pelabuhan Pekanbaru. (4). Perusahaan angkutan laut nasional/agen pelayaran memastikan bahwa kapal yang dipandu maupun yang tidak dipandu wajib mentaati ketentuan yang diatur dalam Prosedur Tetap Pemanduan dan Penundaan Kapal di Perairan Wajib Pandu Pelabuhan Pekanbaru. (6). Perusahaan angkutan laut nasional/agen pelayaran agar memastikan bahwa kapal ditambatkan/di ikat — pinggir pada lokasi yang telah ditetapkan oleh pengawas pemanduan. BAB VII BATAS WAKTU PEMANDUAN KAPAL Pasal 21 Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan aspek Keselamatan dan keamanan pelayaran, waktu pemanduan kapal di perairan wajib pandu pelabuhan Pekanbaru diatur sebagai berikut : a. Kapal yang masuk (bergerak) dari Sungai Pakning (Pilot Boarding Ground) ke perairan — wajib- pandu pelabuhen Pekanbaru / Sungai Siak, waktu _pandu naik paling lambat dilaksanakan pada jam 05.00 WIB atau disesuaikan dengan kondisi air di muara; b. Untuk kapal jenis Tug Boat yang menggandeng _tongkang tidak dibatasi waktu masuknya dengan _tetap memperhatikan kondisi pergerakan arah arus —_pasang surut di perairan Sungai Siak; c. Kapal bergerak keluar dari perairan wajib pandu pelabuhan Pekanbaru diatur sebagai berikut : 1) Bergerak dari perairan Pekanbaru (Sungai Duku) paling lambat (lepas tali) pada jam 12.00 WIB ; 2) Bergerak dari perairan Perawang ke PT. RAPP Buatan paling lambat (lepas tali) pada jam 15.00 WIB atau sebaliknya. 15 3) Bergerak dari Perawang (lepas tali) ke Muara (Sungai Pakning) paling lambat pada jam 14.00 WIB. 4) Bergerak dari perairan Buatan (lepas tali) ke muara (Sungai Pakning) paling lambat pada jam 16.00 WIB. 5) Untuk kapal jenis Tug Boat yang menggandeng ‘Tongkang dapat bergerak untuk berlayar pada malam Hari dengan tetap memperhatikan kondisi pergerakan arah arus pasangsurut, serta menggunakan — tali towing sepanjang maksimal 40 meter selama berlayar di alur perairan Sungai Siak. 6) Terhadap kapal sebagaimana dimakeud pada butir (5) lima diatas, Nakhoda wajib melaporkan keberangkatan kapalnya melalui radio VHF CH 12 kepada Stasiun Pandu dan petugas Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Pekanbaru di masing-masing lokasi pelabuhan keberangkatan. 7) Keberangkatan kapal yang melebihi batas waktu sebagaimana diatur dalam butir 2(dua), 3(tiga) dan 4(empat) diatas yang disebabkan oleh kesalahan manajemen fasilitas pelabuhan, dengan pertimbangan keselamatan kapal dan muatan, kapal tersebut tetap bersandar di fasilitas pelabuhan dan akan di izinkan untuk berolah gerak/berlayar pada hari berikutnya. BAB IX KETINGGIAN KAPAL Pasal 22 Ketinggian kapal yang diizinkan untuk keluar masuk diperairan wajib pandu pelabuhan Pekanbaru adalah 19,8 meter dihitung dari draft kapal maksimum sampai ke tiang tertinggi BAB X LOKASI TAMBAT/IKAT PINGGIR Pasal 23 (1). Tempat-tempat tambat/ikat pinggir yang ditetapkan antare lain meliputi : a. Beringin ( perairan Pekanbaru) : 00° 33' 083" LU / 101° 28' 300" BT (peta terlampir I). b. Okura ( perairan pekanbaru) : 00° 34 424” LU / 101° 31' 907" BT (peta terlampir 11); c. Pertiwi ( perairan Perawang) : 00° 41' 328” LU/ 101° 39° 470" BT (peta terlampir Ill) d. Rasau Kuning Bunut (perairan Perawang) : 00° 43' 162" LU / 101° 40' 330" BT ( peta terlampir IV); e. Peucang ( perairan Buatan) : 00° 44’ 901" LU / 101° 50’ 000" BT sampai dengan 00° 44’ 900" LU / 101° 44° 890" BT sepanjang 370 meter, (peta terlampir V); 16 {, Rantau Panjang (perairan Buatan) : 00° 45° 960" LU/101° 53' 130" BT sampai dengan 00° 45' 279" LU / 101° 51' 525" BT sepanjang 2778 meter (peta terlampir vo; g. Siak Paluh (perairan Siak Sri Indrapura) 00° 49' 051" LU / 102° 03' 838” BT sampai dengan 00° 48' 521 LU / 102° 03' 838 BT sepanjang 280 meter (peta terlampir Vit); (2).Kapal-kapal yang sander di dermaga atau yang bertambat/berikat pinggir pada daerah yang telah ditentukan diharuskan memasukan _ perlengkapan kapalnya yang keluar dari badan kapal, sehingga tidak ada bagian kapal (lanbrang, keran/deck, batang pemuat gang way atau perlengkapan lainnya) yang menjorok ke luar badan kapal yang dapat mengganggu alur di pelayaran. (3). Terhadap kapal-kapal yang bersandar didermaga maupun yang bertambat /berikat pingggir pada daerah-daerah yang telah ditentukan diwajibkan untuk dijaga serta melakukan pengawasan secara terus menerus terhadap kapal, muatan kapal serta kapal diikat dengan benar/baik. (4). Pengawasan sebagaimana tersebut pada _ayat(3) dilaksanakan untuk mengantisipasi kondisi pasang surut, arah arus, lalulintas kapal serta kondisi alam lainnya. (6). Terhadap kapal yang berikat pinggir pada lokasi yang ditentukan diwajibkan kepada Nakhoda untuk melaporkan melalui Radio VHF Ch.12 kepada Stasiun Pandu dan petugas KSOP di wilayah kerja setempat. (6). Kepada petugas pandu yang melaksanakan tugas pemanduan olah gerak kapal dari dan ketempat tambat/ikat pinggir wajib melaporkan kepada Stasiun Pandu dan petugas Syahbandar pada wilayah kerja setempat. (7). Pelanggaran terhedap ketentuan dalam pasal ini akan ditindak sesuai peraturan _perundang-undangan _serta berakibat pada tidak diberikan pelayanan dikantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas Ill Pekanbaru, Pasal 24 Kapal yang melaksanakan tambat/ikat pinggir _ tidak diperkenangkan untuk tender lebih dari satu di lokasi yang telah ditentukan sebagaiman tersebut dalam pasal 23 ayat (1). 7 BAB XI PROSEDUR PEMBERIAN JASA PEMANDUAN (. (2). (3). (4). 8). DAN PENUNDAAN KAPAL Pasal 25 Setiap kapal yang akan masuk, atau meninggalkan/ keluar perairan Wajib Pandu pada Perairan Sungai Siak mengajukan permintaan jasa pemanduan secara online kepada pelaksana pemanduan (PT Pelindo I Cabang Pekanbaru) dengan tembusan kepada Pengawas Pemanduan (KSOP Kelas III Pekanbaru). Permintaan jasa pemanduan sebagaimana pada ayat (1) untuk setiap kegiatan pemanduan yang dilakukan dari Muara Sungai Pakning ke pelabuhan umum/TUKS yang berada di wilayah kerja Kantor KSOP Pekanbaru atau sebaliknya yang melewati titile PBG (Pilot Boarding Ground) di Siak Paluh diajukan hanya 1 (satu) kali pengajuan. permintaan jasa pemanduan kepada _pelaksana pemanduan. Setiap kapal yang tidak wajib dipandu, mengadakan gerakan tersendiri atau melalui Perairan’ Wajib Pandu wajib melaporkan pergerakan kapal dengan menggunakan radio marine Channel 12. Perusahaan Angkutan Laut Nasional atau Agen kapal yang kapalnya membutuhkan pelayanan jasa pemanduan, 1 x 24 jam sebelum kepal dipandu wajib mengajukan permohonan pelayanan jasa pandu secara online kepada pelaksana atau pengelola pemanduan (PT Pelindo I Cabang Pekanbaru) dengan tembusan kepada KSOP Kelas Il Pekanbaru dan melampirkan data serta informasi antara lain: a. Nama kapal/bendera; b. Jenis/tipe kapal; c. Perkiraan waktu tiba (Estimate Time Arrival di lokasi Petugas Pandu naik (Pilot Boarding Ground); d. Pelabuhan terakhir yang disinggahi (dalam atau luar negeri) e, Panjang kapal; f. Sarat kapal muka dan belakang; g. Agen yang ditunjuk; dan h. Hal lain yang dianggap perlu. Petugas Pandu yang akan bertugas melakukan pemanduan harus berada di atas kapal yang akan dipandu sesuai dengan waktu permintaan yang telah ditetapkan. 18 (a). (2). (3). (4). 6). 6). Q. (2). Pasal 26 Setelah selesai melaksanakan pemanduan, Petugas Pandu memberikan surat bukti pemanduan yang ditandatangani oleh Nakhoda. Petugas Pandu yang sudah menunggu di atas kapal lebih dari 1 (satu) jam dari waktu yang telah ditetapkan dan kapal tidak siap untuk berolah gerak, maka pandu dapat meninggalkan kapal dan pelayanan dianggap telah diberikan. Petugas Pandu setelah selesai melaksanakan tugas pemanduan kapal, kemudian mencatat ke dalam buku jurnal harian pandu. Jika kapal yang dipandu dilengkapi peralatan pengukuran delaman air (echo sounder), Petugas Pandu selama melaksanakan _pemanduan harus _melaksanakan pengukuran kedalam air guna bahan evaluasi kedalaman perairan. Jika dalam pelayanan pemanduan terjadi kapal kandas atau hal lain yang membahayakan keselamatan pelayaran maka: a. Pada saat kapal kandas, Petugas Pandu tetap berada di atas kapal dalam upaya membantu membebaskan kapal dari kandas; b. Pada situasi tertentu akan mebahayakan kapal dan perairan, Petugas Pandu melaporkan setiap kondisi kepada Pengawas Pemanduan untuk memperoleh instruksi lebih lanjut. Pelayanan pemanduan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) bebas dari biaya pemanduan. Pasal 27 Pengawas pemanduan menentukan panjang, lebar dan sarat maksimal kapal yang berlayar di alur pada Perairan Panjang kapal, lebar dan sarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur sebagai berilcut : a. Untuk kapal tipe SPOB PT. Pertamina dan tongkang yang masuk (bergerak) sampai ke perairan Sungai Duku, Pekanbaru dengan panjang (LOA) maksimal 80 meter, lebar maksimal 20 meter dan sarat maksimal 4,8 meter; b. Untuk kapal selain tipe SPOB dan tongkang yang masuk (bergerak) sampai ke perairan Sungai Duku, 19 @). 4). ®). (). (2). (. Pekanbaru dengan panjang (LOA) maksimal 70 meter, lebar maksimal 14 meter dan sarat maksimal 4,8 meter; c. Untuk kapal yang masuk(bergerak) sampai ke perairan Meredan dengan panjang (LOA) maksimal 98 meter, lebar maksimal 20 meter dan sarat yang maksimal adalah 5,2 meter; 4. Untuk kapal yang masuk (bergerak) sampai ke perairan Perawang dan Buatan, dengan panjang (LOA) maksimal 120 meter, lebar 22 meter serta sarat maksimal 5,2 meter. Untuk kapal-kapal yang masuk maupun keluar dengan melebihi ketentuan panjang, lebar dan sarat sebagaimana tersebut pada ayat (2) harus mendapat persetujuan dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Pekanbaru. Penyandaran kapal pada sisi ujung dermaga secara over stake hanya dizinkan maksimal 10% (sepuluh persen) dari panjang kapal keseluruhan (length over all/ LOA) dengan memperhatikan faktor keselamatan. Pengalokasian dermaga untuk kapal sandar minimal sepanjang LOA + 10% (sepuluh persen) dari kapal yang bersangkcutan. Pasal 28 Kapal yang memasuki daerah berlabuh jangkar (anchorage) harus segera menghubungi station kepanduan melalui Chanel 12 tersebut untuk melaporkan antara lain: Nama kapal dan call sign; Bendera kebangsaan kap: Sarat kapal depan dan belakang; Jenis muatan; Tinggi kapal (air draught}; Perkiraan kapal tiba; Pelabuhan terakhir disinggahi; Posisi kapal saat melapor; Posisi kapal berlabuh jangkar; dan ‘Agen yang dapat dihubungi. Kapal yang berlabuh jangkar dilokasi berlabuh jangkar (anchorage area) harus memperhatikan jarak aman terhadap kapal dan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran disekitarnya. verre me poop Pasal 29 Perusahaan Angkutan Laut Nasional/Agen yang mengajukan permohonan pelayanan jasa pemanduan 20 (2). Q. Q). @). (4). (. (2). q). 2). harus menyelesaikan surat-surat dan dokumen sebelum Petugas Pandu mulai menjalankan tugasnya. Pemilik kapal, Perusahaan Angkutan Laut Nasional/Agen dan Nakhoda bertanggung jawab penuh atas kondisi kelaiklautan kapal yang dioperasikan. Pasal 30 Setiap kapal yang akan dipandu wajib menyiapkan tangga pandu yang layak sesuai dengan ketentuan, Nakhoda harus menyiapkan kapalnya untuk melakukan olah gerak sebelum Petugas Pandu berada di atas kapal. Nakhoda wajib memberikan keterangan kepada Petugas Pandu antara lain, kondisi, sifat, cara, data, karakteristik dan lain-lain yang berkaitan dengan kemampuan olah gerak kapal. Perusahaan pelayaran/ agen dan Nakhoda segera melaporkan kepada KSOP Kelas If Pekanbaru dalam kesempatan pertama apabila kapal mengalami kandas pada Alur-Pelayaran dan bertanggung jawab untuk segera membebaskan kapal dari posisi kapal kandas. Pasal 31 Nakhoda harus dapat menjamin keselamatan Petugas Pandu saat nail / turun kapal. Dalam kondisi cuaca buruk yang menyebabkan Petugas Pandu tidak memungkinkan untuk turun dari kapal ditempat yang seharusnya, maka Perusahaan Angkutan Laut Nasional/ Nakhoda/ Agen/ Pemilik bertanggung jawab atas segala upaya dan biaya yang timbul dalam proses pemulangan kembali. BAB XII KAPAL PINDAH DERMAGA (SHIFTING) Pasal 32 Sebelum melaksanakan pemanduan kapal pindah dari dermaga (shifting, pandu memeriksa kelengkapan persyaratan permintaan pelayanan jasa pemanduan dan kelengkapan lain terkait pelayanan kapal pindah dari dermaga (shifting). Jika perpindahan kapal dilakukan dari dan/ke dermaga yang lain, Perusahaan Angkutan Laut Nasional/Agen mengajukan permintaan jasa pemanduan secara online 21 (1). (2). @). (1). (2). (). 2). kepada pelaksana pemanduan (PT Pelindo I Cabang Pekanbaru) dengan tembusan kepada Pengawas Pemanduan setempat ( KSOP Kelas III Pekanbaru). BAB XIII KEJADIAN LUAR BIASA Pasal 33, Dalam hal terjadi kebakaran, pencemaran, kebocoran, dan kecelakaan lainnya selama kapal di pelabuhan, perwira dinas jaga kepanduan harus memberitahukan kepada Pengawas Pemanduan dan semua pihak terkait. Untuk menanggulangi kejadian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengawas Pemanduan melakukan koordinasi sesuai Emergency Plan. Dalam kondisi tampak terbatas pada kapal yang akan memasuki alur-pelayaran harus _ memperhatikan keselamatan sesuai dengan kecakapan pelaut yang baik. Pasal 34 Segera setelah terjadi peristiwa penting selama menjalankan tugasnya, Petugas Pandu —_harus menyampaikan laporan tertulis kepada Pengawas Pemanduan. Peristiwa penting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi antara lain: Tubrukan; Terdampar/kandas; Tenggelam Kebakaran Kerusakan kapal saat dipandu; Terjadi pencemaran lingkungan perairan atau pelabuhan; dan Segala hal yang dianggap penting oleh Petugas Pandu yang bersangkutan. BAB XIV BIAYA PEMANDUAN repose R Pasal 35 Setiap kapal yang dipandu dikenakan biaya pemanduan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangen. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi: 2 (3). (4). (). (2). a, Kapal Negara atau kapal swasta yang digunakan untuk tugas pemerintahan; b. Kapal rumah sakit; c. Kapal yang memasuki pelabuhan untuk kepentingan meminta pertolongan dan penyelamatan terhadap jiwa manusia; d. Kapal yang menolong kapal lain dalam keadaan bahaya. e. Kapal milik organisasi internasional yang tidak digunakan untuk kepentingan Negara; dan { Kapal yang berpindah dari tambatan atas perintah Pengawas Pemanduan untuk keselamatan pelayaran dan kepentingan operasional. Pemakaian kapal tunda secara on call akan dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c harus melalui prosedur darurat yang ada di lingkungan kerja pelabuhan, Pengawas Pemanduan dan semua pihak yang terkait. BAB XV PENGAWAS PEMANDUAN Pasal 36 Kesyahbandaran dan Oftoritas Pelabuhan Kelas Ill Pekanbaru sebagai pelaksana fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran adalah Pengawas Pemanduan. Pengawas Pemanduan sebagaimana tersebut pada ayat(1) mempunyai tugas : a.Mengawasi _pelaksanaan _teknis —_—keselamatan pemanduan di perairan yang dilakukan pemanduan; b. Melaporkan kepada Direktur Jenderal mengenai kendala dan hambatan pemanduan disertai saran pemecahannya terkait keselamatan dan keamanan pelayaran; ¢. Melakukan penilikan terhadap keluhan pelayanan pemanduan terkait keselamatan dan keamanan pelayaran; 4. Menerbitkan surat keterangan tanpa dipandu (pilot excemption) dan surat keterangan tanpa ditunda kepada Nakhoda; .Menerima dan menindaklanjuti laporan pandu mengenai Nakhoda yang tidak mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau petunjuk pandu; {, Menerima dan menindaklanjuti laporan pandu tentang perubahan kedalaman, Sarana Bantu Navigasi- 23 Pelayaran, adanya hambatan-hambatan, rintangan, pencemaran dan pengotoran di perairan; g. Mengeluarkan surat persetujuan olah gerak kapal tunda; dan h.Menerbitkan Surat Penugasan memandu kepada Petugas Pandu. BAB XVI DISPENSASI TANPA PANDU Pasal 37 (2). Kapal yang melayari perairan wajib pandu secara tetap dan teratur kurang dari 24 (dua puluh empat) jam serta dinakhodai oleh seorang Nakhoda yang memiliki kemampuan dan memenuhi persyaratan, dapat diberikan dispensasi tanpa pandu. (2). Dispensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan apabila Nakhoda: a. Mengenal dengan baik situasi dan kondisi perairan wajib pandu yang dilayani; b. Dinyatakan ‘telah memahami peraturan pelabuhan setempat oleh pengawas pemanduan; dan c. Lalu lintas kapal tidak padat pada waktu waktu kapal berlayar tanpa pandu; d. Dianggap cakap dan mampu berolah gerak dengan baik diperairan wajib pandu. (3). Pemberian dispensasi dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Pengawas Pemanduan. (4). Untuk mendapatkan dispensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Nakhoda atau perusahaan angkutan laut atau agen kapal mengajukan permohonan kepada Pengawas Pemanduan dengan melampirkan: a. Jadwal pelayaran; dan b. Nama Nakhoda. (6). Atas permohonan Nakhoda/ pemilik kapal, pengawas pemanduan mengadakan pengujian terhadap: a. Kondisi alur-pelayaran; b. Peraturan khusus setempat yang berisi antara lain aturan-aturan lokasi berlabuh jangkar; ¢. Cuaca; dan d. Arus dan pasang surut. Pasal 38 Kapal yang oleh karena suatu kondisi diberikan dispensasi tanpa’ menggunaken Petugas Pandu oleh pengawas pemanduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, tidak 24 berkewajiban untuk membayar jasa pelayanan pemanduan dan penundaan kapal. BAB XVI PENGGUNAAN FREKUENSI RADIO Pasal 39 (1). Dalam melaksanakan tugas pemanduan kapal, petugas pandu dan seluruh kapal yang _berlayar diperairan wajib pandu Pekanbaru, menggunakan sarana radio komunikasi pada frekuensi : a. Channel 12 freqeunsi Tx/Rx 156.600 MHz, untuk pemanduan, digunakan untuk komunikasi antara Kapal-kapal dengan stasiun pandu dan sebaliknya selama berada diperairan wajib pandu Pekanbaru; b. Channel 16 frequensi Tx/Rx 156.800 MHz, digunakan untuk radio/frequensi marabahaya. (2). Pengiriman berita radio antara stasiun radio kapal dilarang menggunakan Channel/frequensi tersebut di atas. (3). Untuk kapal-kapal yang sedang berlayar keluar dan masuk perairan wajib pandu pekanbaru wajib melakukan komunikasi antar kapal untuk menginformasikan posisi masing-masing dan untuk menentukan/ kesepakatan posisi passing dan posisi menyusul. BAB XVIII SANKSI Pasal 40 Pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam keputusan ini akan dikenakan sanksi sesuai peraturan dan perundangan. BAB XIX EVALUASI DAN PENGAWASAN Pasal 41 (1). Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Pekanbaru melakukan evaluasi dan pengawasan pelaksanaan prosedur tetap penyelenggaraan pemanduan kapal diperaian wajib pandu pelabuhan Pekanbaru. (2) Ketentuan prosedur tetap penyelenggaraan pemanduan kapal akan di evaluasi dalam jangka waktu sekurang- kcurangnya 12 ( dua belas) bulan. 25 BAB XX KETENTUAN PENUTUP Pasal 42 Atas kesalahan teknis operasional pemanduan, terhadap Petugas Pandu, Nakhoda/ pemilik kapal/ pelaksana/ pengelola pemanduan yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 43 Dengan berlakunya Prosedur Tetap pemanduan kapal ini, maka prosedur pemanduan kapal di Perairan Wajib Pandu Pelabuhan Pekanbaru Nomor HK 107/01/04/KSOP.PKU 2016 dinyatakan tidak berlaku. Pasal 44 Peraturan ini mulai berlaku setelah 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal ditetapkan. DITETAPKAN —:_ PEKANBARU DI PADA : 30 Desember 2020 ‘TANGGAL KEPALA KANTOR ‘-ESYAHBANDARAN DAN OTORITAS, PELABUHAN 2. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; 3. Direktur Kepelabuhanan Ditjen Hubla; 4. Direktur Perkapalan dan Kepelautan Ditjen Hubla; 5. Direktur Kenavigasian Ditjen Hubla; 6. 7. 8. 9 . Direktur Kesatuan Penajagaan Laut dan Pantai Ditjen Hubla; ~ Direksi PT. Pelindo I (Persero) Medan; . GM PT. Pelindo I (Persero) Cabang Pekanbaru; |. Ketua DPC INSA Pekanbaru; 10. Ketua DPC Pelra Pekanbaru; 11. Para Pengelola TUKS di Wilayah Kerja Pelabuhan Pekanbaru; dan 12. Arsip. 26 LIMBUNGAN LOKASI IKAT PINGGIR BERINGIN PEKANBARU TELUKLEMBU — Lampican lt Peratwan Kepala Kantor KSOP Pekarbans Ton LOKASI IKAT PINGGIR OKURA RASAUSATI S SETUKUL TELUKPALIN PLTU TENAYAN RAYA, OKURAES] Dipindai dengan CamScanner Lempira ll Perturan Kopala Kanlor KSOP Pekanban Tenaga! MUARABUNUT ° LOKASI IKAT PINGGIR PERTIWI PERAWANG, \ GASIP @ PEMANCANGAN MARCOPOLO MUARABUNUT ir e PT. PERTAMINA e BUATAN, BUATAN IKAT PINGGIR PEUCHANG BUATAN \Lmpican Vi Praturan Kepela Korior KSOP Pokanbaru Tanggel LOKASI IKAT PINGGIR RANTAU PANJANG BUATAN = PT. PERTAMINA BUATAN BUATAN Lamgiran Vil Peratran Kepeia Kantor KSOP Petanbars » PINANG LOKASI IKAT PINGGIR SIAK PALUH PALUHE: “\. RAMBAH PELABUHAN SYAHBANDAR ISTANA SIAK @ SIAKSRIINDRAPURA

Anda mungkin juga menyukai