Anda di halaman 1dari 11

1.

Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500
gram (Mitayani, 2009).
Disproporsi Kepala Panggul mencakup panggul sempit, fetus yang tumbuhnya terlampau besar,
atau adanya ketidakseimbangan relatif antara ukuran bayi dan ukuran pelvis. Yang ikut
menimbulkan masalah disproporsi adalah bentuk pelvis, presentasi fetus serta kemampuannya
untuk moulage atau masuk panggul, kemampuan terdilatasi pada serviks dan keefektifan
kontraksi uterus (Oxorn, 2010).

2. Etiologi
Menurut Sulaiman (2005), penyebab dari timbulnya kelainan panggul seseorang adalah sebagai
berikut :
a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
1) Panggul sempit seluruh 2) Panggul picak
3) Panggul sempit picak 4) Panggul corong
5) Panggul belah yaitu symfisis terbuka.
b. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
1) Panggul Rachitis
2) Panggul osteomalasia
3) Radang artikulasi sakroiliaka
c. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang 1) Kifosis
2) Skoliosis
d. Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah
1) Koksitis 2) Luksasi 3) Atrofi

3. Patofisiologi Sectio Caesarea


Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya plasenta previa
sentralis dan lateralis, panggul sempit, Cephalopelvik Disproportion, rupture uteri mengancam,
partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami
imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Efek anestesi juga dapat
menimbulkan otot relaksasi dan menyebabkan konstipasi. Kurangnya informasi mengenai proses
pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas
pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah,
dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut).
Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post SC,
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
Setelah kelahiran bayi prolaktin dan oksitosin meningkat menyebabkan efeksi ASI, efeksi ASI yang
tidak adekuat menimbulkan masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi.

4. PEMERIKSAAN LEOPOLD
 Pemeriksaan palpasi Leopold merupakan suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil dengan cara
perabaan pada perut ibu berdasarkan teori yang telah
dikembangkan oleh Leopold.
 Tujuan untuk menentukan posisi dan letak janin pada uterus, dapat juga berguna untuk
memastikan usia kehamilan ibu.

A. Pemeriksaan Leopold I
 Tujuan:
1) Menentukan usia kehamilan
2) Mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri.
Tehknik :
 Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk
450 atau lutut bagian dalam diganjal bantal) dan pemeriksa menghadap ke arah ibu
 Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan dari arah samping umbilical
 Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU dengan menggunakan ujung kedua
tangan, tentukan bagian janin.
 Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, cirinya : keras,bundar dan melenting (seperti
mudah digerakkan)
 Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, cirinya : lunak, kurang bundar, dan kurang
melenting
 Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada Fundus teraba kosong.
VARIASI LEOPOLD I
 Variasi menurut Knebel:
Menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan lain di atas simfisis.

MENGUKUR TINGGI FUNDUS UTERI


 Posisikan ibu hamil berbaring dengan kaki sendeku
 Tentukan bagian fundus dengan bantuan tangan
kanan dan kiri.
 Setelah diketahui posisi dari fundus, lakukan pengukuran dimulai dari tepi symfisis sampai
dengan fundus dengan posisi meteran terbalik.
 Posisikan angka nol berada di atasa simfisis.
 Setelah diposisikan secara tepat, balikan meteran lalu baca hasil pengukurannya.

Hal Yang Perlu Diperhatikan ;


 Gunakan alat ukur metline atau meteran yang tidak elastis.
 Kandung kemih kosong. Karena kandung kemih yang penuh dapat memperbesar hasil
pengukuran tinggi fundus uteri.
 Posisi ibu hamil setengah duduk agar ibu hamil terhindar dari gangguan peredaran darah balik
yang dapat berpengaruh pada ibu maupun janin.
 Mengukur TFU harus dimulai dari usia kehamilan 22-24 minggu.

TUJUAN MENGUKUR TINGGI FUNDUS


a) Untuk mengetahui pembesaran uterus sesuai dengan usia kehamilan.
b)Untuk menghitung taksiran berat janin dengan teori Johnson-Tausack

MENGUKUR TINGGI FUNDUS UTERI


 UK 12 minggu : 1-2 jari di atas simpisis
 UK 16 minggu : antara simpisis dan pusat
 UK 20 minggu : 3 jari di bawah pusat
 UK 24 minggu : tepat di pusat
 UK 28 minggu : 3 jari di atas pusat
 UK 32 minggu : pertengahan antara Prosesus
Xipoideus dan pusat
 UK 36 minggu : 3 jari di bawah Prosesus Xipoideus
 UK 40 minggu : pertengahan antara Prosesus
Xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan wawancara dengan pasien untuk membedakan
dengan usia kehamilan 32 minggu).

PEMERIKSAAN LEOPOLD II
Tujuan:
Menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada letak lintang tentukan di
mana kepala janin.

TEHKNIK :
 Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu
 Meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan pada
dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama
 Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan
tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan
memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas).

PEMERIKSAAN LEOPOLD III


 Tujuan:
 Menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang terdapat di bagian bawah perut ibu,
serta apakah bagian janin tersebut sudah memasuki pintu atas panggul (PAP)

TEHKNIK :
 Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu
 Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan kanan
bawah perut ibu
 Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian terbawah bayi
 Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian goyang bagian
terbawah janin.
Pemeriksaan Leopold IV
 Tujuan:
Untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta
untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas panggul.

TEHKNIK:
 Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki ibu lurus
 Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus bawah,
ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis
 Menemukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian rapatkan semua jari-jari tangan yang
meraba dinding bawah uterus.
 Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari: bertemu (konvergen) atau tidak bertemu
(divergen)
 Setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila
presentasi kepala upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi bokong
upayakan untuk memegang pinggang bayi)
 Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian meletakkan jari-jari tangan
kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah
memasuki pintu atas panggul.
PENGKAJIAN

1. Biodata pasien
Nama : Ny. Indah dewi
Umur : 32th
Suku / bangsa : Indonesia
Agama. : Islam
Pendidikan. : SMA
Pekerjaan. : -
Alamat. : Jalan mesjid aljadid, pasar rebo

Nama Suami. : Roby prasetyO


Umur. : 29th
Suku/ bangsa : Indonesia
Agama. : Islam
Pendidikan. : SMA
Pekerjaan. : -
Alamat. : jlan mesjid aljadid , pasar rebo

ANAMNESA
Keluhan. : nyeri ulu hati & hamil 37minggu
Riwayat Menstruasi
Haid Pertama : SMP
Teratur/ Tidak Teratur : Teratur
Siklus. : 28hr
Lamanya. : 7hr

Riwayat Persalinan Nifas Yang Lalu


Anak ke 1, 2, & 3
1. Umur kehamilan. : 40 minggu
jenis. : Normal
Penolong. : Bidan
Jenis kelamin. : laki - laki
Bb. : 3.08kg
Pb. : 47cm
Keadaan & Umur Semarang : sehat & 14th
2 Umur kehamilan. : 40 minggu
jenis. : Normal
Penolong. : Bidan
Jenis kelamin. : perempuan
Bb. : 3.06kg
Pb. : 47cm
Keadaan & Umur Semarang : sehat & 13th
3. Umur kehamilan. : 40 minggu
jenis. : Normal
Penolong. : Bidan
Jenis kelamin. : laki - laki
Bb. : 5kg
Pb. : 47cm
Keadaan & Umur Semarang : sehat & 10th

PEMERIKSAAN FISIK

1. Tekanan Darah : 120/69 mHg


2. Nadi 80x/mnt
3. Suku 36 c
4. Jalan nafas : Bersih
5. RR. : 20x /mnt
6. Suara nafas : Vesikuler
7. gula darah. : 95 mg/dL
8 palpasi
- LEOPOLD I : TFU Berisi : Pada fundus Teraba bagian lunak, Kurang bulat dan kurang
melenting.
- LEOPOLD II : TFU Berisi : sebelah kanan teraba janin, dan sebelah kiri teraba bagian
keras dan datar.
- LEOPOLD III : Teraba bagian keras, Lunak dan melenting.
LEOPOLD IV. : Taksiran bb Janin 2,8 kg , DJJ 142x/mnt

PEMERIKSAAN PENUNJUANG :

Swab antigen hasil Negatif


PENGKAJIAN IBU POST PARTUM

Keluhan utama : post sc , nyeri luka sc

Riwayat menstruasi :

HPHT : bulan september 2021

Taksiran persalinan: 01 juni 2022

PEMERIKSAAN FISIK

TTV : TD : 130/5 0mmHg

N : 98x/m

Rr : 20x/mnt

S : 36 c

GDS : 95 mg/dL

PEMERIKSAAN PENUNJANG

tgl 01/06/22

Hemoglobin L 11.4 g/dL

Leukosit H 15-13 10^3 /uL

Hematokrit 33%

Trombosit 283 ribu /uL

PENATALAKSANAAN
RL 20tts/mnt

Ondansentron

Inj ketorolac 4amp

Cefadroxil 500mg 2x1

Asam Mafenamat 3x1

TTD 2x1

RESUME

Pasien masuk ruang bbs pada tanggal 01/06/22 jam 10.00 dengan

diagnosa post sc

DATA FOKUS IBU POST PARTUM

DO : Pasien diinfus Rl 20tts/mnt

Pasien memakai kateter ( urine 500ml)

Pasien terbaring lemah

Terdapat luka post sc

pasien belum bisa menggerakkan tubuhnya karena efek post sc

DS : Pasien mengatakan nyeri pada luka Post SC

Pasien mengatakan kurang nyaman karena cateter

Pasien mengatakan tidak nyaman karena perban yang kotor

ANALISA DATA

DO : Pasien diinfus Rl 20tts/mnt skala nyeri 3

Pasien memakai kateter ( urine 500ml)


Pasien terbaring lemah

Terdapat luka post sc

Terlihat rembesan pada perban

DS : Pasien mengatakan nyeri pada luka Post SC

Pasien mengatakan kurang nyaman karena cateter

Pasien mengatakan tidak nyaman karena perban yang kotor

MASALAH : Resiko Infeksi : Efek Prosedur Invasi

Gangguan Rada nyaman : Nyeri post sc

CATATAN KEPERAWATAN

DX-I : Observasi : Memonitor Karakteristik luka

Memonitor Tanda Infeksi

Terapeutik : Lepaskan balutan plester secara perlahan

Pertahankan tehknik steril Saat elakukan perawatan luka

Edukasi : Jelaskan tanda dan gejala infeksi

Anjurkan konsumsi makanan tinggi protein

Kolaborasi: pemberian Antibiotik Jka perlu

DX II observasi :Indentifikasi skala nyeri

Terapeutik: Berikan tehknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri

Edukasi : - jelaskan penyebab , periode dan pemicu nyeri

- jelaskan strategi meredakan nyeri


Kolaborasi : pemberian analgesik

RENCANA KEPERAWATAN

DX - I tujuan : Setelah dilakukan intervensi 2x24jam maka Resiko infeksi

menurun dengan Kriteria hasil:

- Nyeri menurun

- Tidak ada demam

- tidak ada kemerahan

- Tidak ada bengkak

Intervensi: mengganti perban luka sc

DX - II Tujuan : Setelah dilakukan 1x24jam diharapkan skala nyeri

menurun

Intervensi: pemberian analgesik

CATATAN PERKEMBANGAN

DX - I

1. S : Pasien mengatakan ingin mengganti perban

O : Terlihat kotor di area perban pasien

A : Masalah belum teratasi

P: Mengganti perban luka post SC

2. S : Pasien mengatakan sudah nyaman karena sudah di ganti perban


tetapi masih terasa nyeri

O : Pasien terlihat meringis karena luka sc

A: Masalah hampir teratasi

P : pemberian obat analgesik

DX-II

1. S : Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 2

O : Pasien terlihat sudah tidak nyeri

A: masalah sudah teratasi

P: Edukasi jelaskan stargeti meredakan nyeri

Anda mungkin juga menyukai