DOSEN PEMBIMBING
Lucky Satria Pratama, SE. M.Si
DISUSUN OLEH
Rizky Rifanni
NIM: 18030181
UNIVERSITAS ASAHAN
FAKULTAS EKONOMI
EKONOMI PEMBANGUNAN
2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
potensi yang dimiliki masing-masing daerah.Tujuan pembangunan dalam
kebijakan pembangunan daerah adalah untuk menyerasikan pertumbuhan dan
mengurangi kesenjangan dan tingkat kemajuan antar daerah, melalui
pembangunan serasi dan terpadu antar sektor pembangunandaerah yang efisien
dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah.Secara makro pertumbuhan
atau kenaiakan PDRB dari tahun ketahun merupakan salah satu indikator dari
keberhasilan pembangunan daerah, dimana dalam hal ini PDRB dikategorikan
dalam berbagai sektor ekonomi yaitu:
1. Sector Pertanian
2. Sektor Pertambangan dan penggalian
3. Sektor Industri Pengolahan
4. Sektor Listrik, Gas, dan Air bersih
5. Sektor Pembangunan
6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7. Sektor Angkutan dan Komunikasi
8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
9. Sektor jasa~asa
1.2 Tujuan
1. Mengetahui bagaiamana pembangunan dan pertumbuhan ekonomi wilayah
2. Mengetahui bagaimana strategi yang digunakan untuk perencanaan
wilayah/pembangunan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bagi corakpembangunan
yang akan diterapkan. Penirunan terhadap pola kebijakan yangberhasil pada
suatu daerah, belum tentu memberikan manfaat yang sama bagidaerah lainnya.
Dengan demikian pola kebijakan pembanguna n yang diambiloleh suatu daerah
harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah yangbersangkutan.Oleh
karena itu penelitian yang mendalam tentang keadaan danpotensi tiap daerah
harus dilaksanakan untuk mendapatkan data dan informasiyang berguna bagi
penentuan arah perencanaan pembanguan daerah yangbersangkutan.Masalah
pokok pembangunan daerah terletak pada penekanan terhadapkebijakan-
kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerahyang
bersangkutan dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia,kelembagaan,
dan sumberdaya fisik secara lokal. Orientasi ini mengarah padapengambilan
inisiatif- inisiatif yang berasal dari daerah tersebut untukmenciptakan
kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatanekonomi (Arsyad,
1999).
5
(factors movement). Kemungkinan masuk dan keluarnyaarus perpindahan tenaga
kerja dan modal menyebabkan terjadinya perbedaantingkat pertumbuhan
ekonomi regional. Perkembangan dan pertumbuhanekonomi daerah akan lebih
cepat apabila memiliki keuntungan absolute kayaakan sumber daya alam dan
memiliki keuntungan komparatif apabila daerahtersebut lebih efisien dari daerah
lain dalam melakukan kegiatan produksi danperdagangan.
6
Hymmer berusaha mengembangkan pola ini dengan hukum
perkembangan yangtimpang, seraya mengemukakan bahwa pembagian kerja
internasional yang baru melaluiperusahaan-perusahaan transnasional,
menciptakan hubungan atasan/ bawahan yangherarkhi antara pusat dan
pinggiran.Perlusan perusahaan kearah pinggiran dapatmenciptakan industri yang
berorientasi pada eksport, tetapi bukan pada bentukperkembangan yang
diusahakan oleh perencana.Sehubungan dengan perencanaan pembangunan
wilayah,
Dusseldorp menwarkan dua cara dari atas kebawah top down approach)
yaitu perencanaan nasional memberikan petunjuk berapa besar keuangan yang
disediakan untuk daerah; kemudian dilakukan dari bawah keatas (botton up
approuch) yang dimulai dari perencanaan wilayah taraf terendah dan berakhir
dengan perencanaan nasioal.
Untuk perencanaan wilayah secara keseluruhan (regional planning)
tersebut dapatdigunakan beberapa metode seperti:
1. Pengembangan wialayah secara admisitratif atau secara geografis dengan
mengembangan seluruh wilayah perdesaan dan perkotaan, misalnya
pengembangandaerah Jawa Barat atau pengembangan wilayah geografis Jawa
Barat (terdiri atasPropinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta).
2. Pengembangan wilayah aliran sungai yang pengembangannya dilakukan di
wilayahaliran sungai tertentu, seperti yang telah dilakukan oleh Tennessee Valey
Authorytydi wilayah Sungai Tennesse di Amerika Serikat, dimana telah
dibangun beberapabendungan. Diwilayah aliran sungain tersebut dilakukan
peningkatan pemanfaatansungai, tanah dan sumberdaya alam lainnya. Dengan
demikian dapat dikembangkanpertanian dan peternakan, kehutanan, industri,
perikanan, pelayanan dan sebagainya.Dalam pengembangan tersebut digunakan
pendekatan teritorial.
3. Pengembangan wilayah perdesaan yang dilakukan dengan meningkatkan
kehidupansosial ekonomi penduduk dengan mengembangkan pertanian yang
merupakan matapencaharian pokok penduduk. Hal itupun menggunakan
7
pendekatan teritorial.Pembangunan desa yang baru (diluar Jawa) dilakukan
dengan transmigrasi, permukiman kembali dan perkebunan inti rakyat (PIR);
sedangkan pembangunandesa lama ( diseluruh Indosnesia ) dilakukan dengan
sistem unit daerah kerjapembangunan (UDKP), pendekatan ekologi, desa terpadu
dan sebaginya.
4. Pengembangan wilayah menurut sistem perkotaan yang termasuk
perencanaanwilayah fungsional serta mempunyai hubungan dalam ruang
(spasial) atau hubungandifusi yang meliputi dua konsep berikut:Konsep “kutub
pertumbuhan” (growth pole), yang terpusat dan mengambil temat
(kota) tertentu sebagai pusat pengembangan yang diharapkan menjalarkan
perkembangan kepusat-pusat yang tingkatnnya lebih rendah. Dalam konsep
initerdapat istilah spread dan trickling down (penjalaran dan penetesan)
sertabackwash dan polarization (penarikan dan pemusatan).
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk
dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara
dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
3.2 Saran
Dari apa yang sudah dijelaskan diatas mungkin bisa diterapkan dan dijalankan
dengan baik oleh Pemerintah serta dengan penuh kesabaran dengan melalui
proses-proses dan tetap memperhatikan poin-oin diatas. Agar pembangunan
regional tetap merata.
9
DAFTAR PUSTAKA
10