Analisis Potensi Resiko Banjir Pada Das
Analisis Potensi Resiko Banjir Pada Das
TESIS
OLEH:
ASRIL ZEVRI
117016015/TS
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
ANALISIS POTENSI RESIKO BANJIR PADA DAS YANG
MENCAKUP KOTA MEDAN DENGAN
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
(SIG)
TESIS
Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Teknik
Pada Program Studi Magister Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
OLEH:
ASRIL ZEVRI
117016015/TS
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
Judul Tesis : ANALISIS POTENSI RESIKO BANJIR PADA DAS
YANG MENCAKUP KOTA MEDAN DENGAN
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
(SIG)
Menyetujui:
Komisi Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME
Hilir daerah aliran sungai (DAS) Sungai Belawan dan Deli mencakup jantung
Kota Medan, sehingga kedua DAS ini memiliki pengaruh yang penting terhadap
kondisi lahan dan lingkungan di Kota Medan. Debit banjir mereka yang meningkat
membuat dataran banjir semakin meluas yang mengakibatkan resiko banjir seperti
kerugian dan kerusakan akibat genangan semakin tinggi.
Penelitian ini bermaksud menganalisa potensi resiko banjir di DAS Belawan dan
DAS Deli secara kuantitatif dan sistematis dengan sistem informasi geografis (SIG).
Dalam menganalisanya, penelitian ini mempunyai tujuan yaitu 1)menganalisa potensi
banjir dengan menggunakan software HEC-RAS, 2)memprediksi daerah genangan
banjir dari hasil analisa di atas dengan SIG dan melakukan analisa spasial dan 3)
mengestimasi resiko banjir yang terjadi.
Data peta yang diperlukan untuk menyusun lapisan informasi yang relevan
dalam menganalisa potensi banjir adalah peta curah hujan, peta topografi, peta
infrastuktur kota Medan, dan peta tata guna lahan. Lapisan-lapisan peta ini diperlukan
untuk menghitung debit banjir dengan kala ulang 25, 50, dan 100 tahun. Selanjutnya
pengukuran memanjang dan melintang sungai perlu dilaksanakan agar analisa profil
muka air sungai dapat dibuat dengan bantuan software HEC-RAS. Hasil analisa HEC-
RAS ditumpangtindihkan (overlay) dengan peta infrastruktur Kota Medan, maka dengan
menggunakan sistem informasi geografis resiko banjir dapat diestimasi.
Hasil penelitian menunjukan untuk Sungai Deli memiliki potensi banjir akibat
debit banjir tahunan periode ulang 25,50, dan 100 tahun yang menimbulkan tinggi
banjir mencapai 5 meter dan luas genangan mencapai 11.74 km, 2 sehingga
mengakibatkan 30 daerah genangan di Kota Medan. Resiko kerugian penduduk yang
terkena dampak banjir mencapai 219658 orang dengan biaya sebesar Rp
846,750,183,208,-. Untuk Sungai Babura menimbulkan tinggi banjir mencapai 4 meter
dan luas genangan mencapai 3.20 km2, sehingga mengakibatkan 14 daerah genangan di
Kota Medan. Resiko kerugian penduduk yang terkena dampak banjir mencapai 60711
orang dengan biaya sebesar Rp 270,150,698,007,-. Sedangkan untuk Sungai Belawan
menimbulkan tinggi banjir mencapai 4 meter dan luas genangan mencapai 0.30 km, 2
sehingga mengakibatkan 3 daerah genangan di Kota Medan. Resiko kerugian penduduk
yang terkena dampak banjir mencapai 12625 orang dengan biaya sebesar Rp
41,940,528,190,-. Kemudian infrasruktur yang terkena dampak banjir akibat luapan
Sungai Deli dan Babura mengakibatkan sebanyak 13 ruas jalan arteri sekunder, 6 unit
infrastruktur transportasi, 5 unit fasilitas utama dan 401 unit fasilitas umum. Sedangkan
Sungai Belawan mengakibatkan infrastruktur yang terkena dampak banjir sebanyak 1
ruas jalan arteri sekunder, 2 infrastruktur transportasi dan 6 unit fasilitas umum.
i
ABSTRACT
Downstream watershed of Belawan River and Deli River includes the heart of
the city of Medan that both watersheds have the most important influence on the land
and environmental conditions of the city of Medan.The increased flood discharge of
these two rivers makes the floodplains increasingly widespread resulting in the blood
risk in the forms of loss and damage due to the increasinglywater inundation.
The purpose of this study was to quantitatively and systematically analyze the
flood risk potential along the watersheds of Belawan and Deli Rivers through a
geographic information system (GIS). In analyzing it, the purpose of this study was 1)
to analyze flood potential through HEC-RAS software, 2) to predict flood inundation
area based on the result of analysis above through GIS and spatial analysis, and 3) to
estimate the risk of the flood occured.
The data map needed to compile relevant information layers in analyzing flood
potential were the map of rainfall, the map of topography, the map of infrastructure of
Medan, and the map of land use. The layers of these maps were needed to calculate the
flood debit repeated in 25, 50, and 100 years. Further, longitudinal and transverse
measurements need to be implemented that the analysis of the profile of the river water
level can be madethrough HEC-RAS software. The result of HEC-RAS analysis was
overlaid with the map of the infrastructure of the city of Medan then through
geographic information system (GIS) the flood risk could be estimated.
The result of this study showed that Deli River has flood potential due to the
annual flood debit repeated in 25, 50, and 100 years causing the flood of 5 meters high
and the widespread of inundation reached up to 11.74 km2 wide that created 30 flood
inundation areas in the city of Medan. The risk of loss experienced by the population
impacted by the flood reached 219,658 people with the cost of Rp. 846,750,183,208.-
Babura River caused the flood of 4 meters high and the widespread of inundation
reached up to 3.20 km2 wide that created 14 flood inundation areas in the city of
Medan. The risk of loss experienced by the population impacted by the flood reached
60,711 people with the cost of Rp. 270,150,698,007.- While Belawan River caused the
flood of 4 meters high and the widespread of inundation reached up to 0.30 km 2 wide
that created 3 flood inundation areas in the city of Medan. The risk of loss experienced
by the population impacted by the flood reached 12,625 people with the cost of Rp.
41,940,528,190.- The infrastructure impacted by the flood due to the overflow of Deli
and Babura Rivers were 13 secondary arterial roads, 6 transportation infrastructure
units, 5 units of major facilities and 401 units of public facilities, while Belawan River
impacted 1 secondary arterial roads, 2 transportation infrastructure units, and 6 units
of public facilities.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini berjudul “Analisis Potensi Resiko Banjir Pada DAS Yang
Mencakup Kota Medan Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis
(SIG)”. Tesis ini merupakan hasil dari analisis program HEC-RAS dalam menganalisa
potensi banjir dan mengestimasi resiko banjir dengan menggunakan program Mapinfo
sebagai salah satu alat dalam sistem informasi geografis.
Tesis ini diselesaikan sebagai salah satu diantara persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Magister Teknik pada Fakultas
Teknik Program Magister Teknik Sipil Jurusan Manajemen Prasarana Publik
Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih atas saran/ide/masukan dan waktunya kepada
Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, M.Sc sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan
Bapak Medis Sejahtera Surbakti, ST. MT dan Ir. Rudi Iskandar, MT sebagai Anggota
Komisi Pembimbing, kepada Bapak Ir. Syahrizal, MT, Bapak Ir. Zulkarnaen Abdul
Muis, M.Eng,Sc, Bapak Ir. Makmur Ginting, M.Sc sebagai pembanding serta Para Staf
Pengajar Magister Teknik Sipil yang telah memberikan materi kuliah selama masa
perkuliahan, kepada Abangda Yun Ardi yang telah banyak membantu dalam urusan
administrasi di Magister Teknik Sipil USU dan kepada para rekan sejawat Fais Isma,
ST dan Alexander Tuahta Sihombing, ST terima kasih atas kebersamaan selama
menjalani kuliah selama ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto,
MSCE sebagai Ketua Jurusan Magister Teknik Sipil dan Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT
sebagai Sekretaris Jurusan Magister Teknik Sipil, kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami
Syam, MSME sebagai Dekan Fakultas Teknik dan Bapak Prof. Dr. dr. Syahril
iii
Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) sebagai Rektor Universitas Sumatera
Utara.
Kepada kedua orang tua ayahanda Ir. Azmi Hamidi dan Ibunda Sri Rahayu
yang telah memberikan bimbingan, dukungan, perhatian dan doanya selama ini, serta
kakanda Astri Pratiwi, abangda Azis Silalahi serta adinda Azuhra Yulinda yang selalu
memberikan semangat maupun bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna disebabkan
keterbatasan pengetahuan, pengalaman serta referensi yang penulis miliki. Untuk itu
penulis mengharapkan saran–saran dan kritik demi kesempurnaan tesis ini di masa
yang akan datang.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi kita.
Asril Zevri
iv
PERNYATAAN
Bersama ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi manapun dan
sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis disebutkan dalam
naskah penulisan ini dan disebabkan dalam daftar pustaka.
Asril Zevri
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
1. Nama : Asril Zevri
2. Tempat/Tanggal Lahir : Kuala/19 Agustus 1987
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Pekerjaan : Karyawan Swasta
5. Agama : Islam
6. Alamat : JL. Tengku Amir Hamzah No. 19 A Binjai
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK....................................................................................................................i
ABSTRACT.................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR................................................................................................. iii
PERNYATAAN.......................................................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL....................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. xx
DAFTAR NOTASI......................................................................................................xxiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 3
1.5 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah...........................................4
1.5.1 Ruang Lingkup....................................................................... 4
1.5.2 Pembatasan Masalah.............................................................. 4
1.6 Sistematika Penelitian………………………………………………..5
vii
2.2.2 Daerah Rawan Banjir............................................................. 13
2.2.3 Tingkat Bahaya Banjir............................................................14
2.2.4 Potensi Banjir Sungai Deli..................................................... 15
2.2.5 Potensi Banjir Sungai Babura................................................ 17
2.3 Curah Hujan.........................................................................................18
2.3.1 Faktor Curah Hujan................................................................ 18
2.3.2 Analisa Curah Hujan Kawasan.............................................. 19
2.3.3 Analisa Frekuensi................................................................... 21
2.3.4 Uji Kecocokan (Goodnes of Fittest Test)...............................24
2.3.5 Intensitas Curah Hujan........................................................... 25
2.3.6 Waktu Konsentrasi................................................................. 26
2.3.7 Koefisien Limpasan................................................................26
2.4 Debit Banjir..........................................................................................28
2.4.1 Debit Banjir............................................................................. 28
2.4.2 Metode Perhitungan Debit Banjir.......................................... 28
2.4.2.1 Metode Rasional.................................................... 28
2.4.2.2 Metode Hidrograf Banjir....................................... 29
2.5 Aplikasi HEC-RAS...............................................................................35
2.5.1 Graphical User Interface........................................................36
2.5.2 Analisa Hidraulika..................................................................37
2.5.3 Penyimpanan Data dan Manajemen Data.............................. 38
2.5.4 Grafik dan Pelaporan..............................................................39
2.5.5 HEC-RAS dalam Analisa Potensi Banjir................................ 40
2.6 Sistem Informasi Geografis (SIG)....................................................... 41
2.6.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)....................... 41
2.6.2 Kelebihan Sistem Informasi Geografis (SIG)........................ 42
2.6.3 Data Spasial............................................................................43
2.6.4 Penginderaan Jauh..................................................................43
2.6.5 Overlay...................................................................................44
2.6.6 Sistem Informasi Geografis dalam Prediksi Daerah
Genangan Banjir.....................................................................45
viii
2.7 Estimasi Resiko Banjir.........................................................................47
ix
4.6.2 Analisa Potensi Banjir Sungai Deli Periode Q50 Tahun…….82
4.6.3 Analisa Potensi Banjir Sungai Deli Periode Q25 Tahun……. 83
4.7 Perhitungan Curah Hujan Kawasan DAS Babura................................ 87
4.8 Perhitungan Koefisien Pengaliran DAS Babura................................... 90
4.9 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Babura............ 91
4.9.1 Metode Distribusi Gumbel..................................................... 92
4.9.2 Metode Distribusi Log Pearson Tipe III................................ 93
4.9.3 Metode Distribusi Normal......................................................94
4.9.4 Metode Distribusi Log Normal.............................................. 95
4.10 Uji Kecocokan (Godness of Fit test) DAS Babura.............................. 97
4.11 Debit Banjir Rancangan Metode Hidrograf Sintetik Nakayasu
Sungai Babura..................................................................................... 98
4.12 Analisa Potensi Banjir Sungai Babura dengan menggunakan
HEC-RAS............................................................................................. 106
4.12.1 Analisa Potensi Banjir Sungai Babura Periode Q100Tahun....106
4.12.2 Analisa Potensi Banjir Sungai Babura Periode Q50 Tahun.... 107
4.12.3 Analisa Potensi Banjir Sungai Babura Periode Q25 Tahun.... 108
4.13 Perhitungan Curah Hujan Kawasan DAS Belawan.............................111
4.14 Perhitungan Koefisien Pengaliran DAS Belawan................................114
4.15 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Belawan........ 116
4.15.1 Metode Distribusi Gumbel..................................................... 117
4.15.2 Metode Distribusi Normal..................................................... 118
4.15.3 Metode Distribusi Log Pearson III........................................ 119
4.15.4 Metode Distribusi Log Normal.............................................. 120
4.16 Uji Kecocokan (Godness of Fit test) DAS Belawan........................... 122
4.17 Debit Banjir Rancangan Metode Hidrograf Sintetik Nakayasu
Sungai Belawan................................................................................... 122
4.18 Analisa Potensi Banjir Sungai Belawan dengan menggunakan
HEC-RAS............................................................................................. 131
4.18.1 Analisa Potensi Banjir Sungai Belawan Periode Q100
Tahun………………………………………………………..131
x
4.18.2 Analisa Potensi Banjir Sungai Belawan Periode
Q50 Tahun............................................................................... 132
4.18.3 Analisa Potensi Banjir Sungai Belawan Periode
Q25 Tahun............................................................................... 133
4.19 Prediksi Daerah Genangan Banjir Dengan Sistem Informasi
Geografis..............................................................................................135
4.19.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli……………...136
4.19.1.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli
Periode Q100 Tahun................................................ 136
4.19.1.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli
Periode Q50 Tahun……………............................. 137
4.19.1.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli
Periode Q25 Tahun……………............................. 138
4.19.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura................. 139
4.19.2.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura
Periode Q100 Tahun………………........................ 139
4.19.2.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura
Periode Q50 Tahun................................................ 140
4.19.2.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura
Periode Q25 Tahun................................................. 141
4.19.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan...............142
4.19.3.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir
Sungai Belawan Periode Q100 Tahun.....................142
4.19.3.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir
Sungai Belawan Periode Q50 Tahun...................... 142
4.19.3.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir
Sungai Belawan Periode Q25 Tahun...................... 143
4.20 Estimasi Resiko Banjir.......................................................................... 143
4.20.1 Estimasi Resiko Banjir Sungai Deli....................................... 144
4.20.1.1 Estimasi Resiko Banjir Sungai Deli Periode
Q100 Tahun………................................................ 144
xi
4.20.1.2 Estimasi Resiko Banjir Sungai Deli Periode
Q50 Tahun……….................................................. 148
4.20.1.3 Estimasi Resiko Banjir Sungai Deli Periode
Q25 Tahun……….................................................. 150
4.20.2 Estimasi Resiko Banjir Sungai Babura.................................. 152
4.20.2.1 Estimasi Resiko Banjir Sungai Babura
Periode Q100 Tahun................................................ 152
4.20.2.2 Estimasi Resiko Banjir Sungai Babura
Periode Q50 Tahun................................................. 154
4.20.2.3 Estimasi Resiko Banjir Sungai Babura
Periode Q25 Tahun................................................. 156
4.20.3 Estimasi Resiko Banjir Sungai Belawan................................ 158
4.20.3.1 Estimasi Resiko Banjir Sungai Belawan
Periode Q100 Tahun................................................ 158
4.20.3.2 Estimasi Resiko Banjir Sungai Belawan
Periode Q50 Tahun................................................. 160
4.20.3.3 Estimasi Resiko Banjir Sungai Belawan
Periode Q25 Tahun................................................. 161
4.21 Prediksi Daerah Genangan Banjir Tehadap Infrastruktur
di Kota Medan....................................................................................... 162
4.21.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir DAS Deli terhadap
Infrastruktur Jalan dan Transportasi di Kota Medan………..163
4.21.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir DAS Deli
Terhadap Fasilitas Utama di Kota Medan............................. 164
4.21.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli
Terhadap Fasilitas Umum di Kota Medan............................. 164
4.21.4 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura
Terhadap Fasilitas Umum di Kota Medan............................. 166
4.21.5 Prediksi Daerah Genangan Banjir DAS Belawan
Terhadap Fasilitas Umum di Kota Medan............................. 167
4.21.6 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan
xii
Terhadap Fasilitas Umum di Kota Medan............................. 167
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
2.2 Perkiraan Debit Banjir Periode Ulang Sungai Deli (JICA, 1992) ....... 17
2.3 Perkiraan Debit Banjir Periode Ulang Sungai Babura (JICA, 1992) ... 18
4.1 Luas Areal Pengaruh Stasiun Hujan Daerah Aliran Sungai Deli ........ 60
4.2 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Polonia .. 61
4.3 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Tuntungan... 61
4.4 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Patumbak .. 62
4.5 Perhitungan Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Deli ..... 63
4.8 Rangking Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Deli ......... 65
4.10 Hasil Perhitungan dengan Metode Log Pearson Tipe III .................... 67
4.13 Resume Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Harian DAS Deli ......... 70
4.14 Uji Distribusi Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli ............. 71
4.15 Rangking Curah Hujan DAS Deli dengan Metode Gumbel ................ 72
xiv
4.16 Persamaan Lengkung Hidrograf Nakayasu………………………… . 74
4.19 Debit Banjir Rancangan Sungai Deli menurut Periode Kala Ulang….. 78
4.21 Luas Areal Pengaruh Stasiun Hujan Daerah Aliran Sungai Babura .... 87
4.22 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Polonia ...... 88
4.23 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Tuntungan . 88
4.24 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Patumbak .. 89
4.27 Rangking Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Babura .... 92
4.29 Hasil Perhitungan dengan Metode Log Pearson Tipe III .................... 93
4.32 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Babura ........... 96
4.33 Uji Distribusi Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Babura ........ 97
4.37 Debit Banjir Rancangan Sungai Babura menurut Periode Kala Ulang 104
xv
4.38 Resume Tinggi Banjir Sungai Babura menurut Periode Kala Ulang ... 110
4.39 Luas Areal Pengaruh Stasiun Hujan Daerah Aliran Sungai Belawan.. 111
4.40 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Belawan .... 112
4.41 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Bulu Cina .. 112
4.42 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Tongkoh .... 113
4.43 Perhitungan Hujan Regional Harian Maksimum DAS Belawan ......... 114
4.46 Rangking Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Belawan .. 116
4.49 Hasil Perhitungan Metode Distribusi Log Pearson III ........................ 119
4.51 Resume Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang .................. 121
4.52 Uji Distribusi Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Belawan ...... 122
4.56 Debit Banjir Rancangan Sungai Belawan Periode Kala Ulang ........... 129
4.57 Resume Tinggi Banjir Sungai Belawan menurut Periode Kala Ulang 134
4.58 Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q100 tahun .................. 137
4.59 Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q50 tahun .................... 138
4.60 Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q25 tahun .................... 139
xvi
4.61 Daerah Genangan Banjir Sungai Babura periode Q100 tahun .............. 140
4.62 Daerah Genangan Banjir Sungai Babura periode Q50 tahun ................ 141
4.63 Daerah Genangan Banjir Sungai Babura periode Q25 tahun ............... 141
4.64 Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan periode Q100 tahun ............ 142
4.65 Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan periode Q50 tahun ............. 143
4.66 Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan periode Q25 tahun ............. 143
4.67 Perkiraan Nilai Kerusakan dan Kerugian Rumah Akibat Banjir ......... 144
xvii
4.77 Jumlah Penduduk Terkena Dampak Banjir Sungai Babura Periode
Q100 Tahun) ....................................................................................... 153
xviii
4.90 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan Periode
Q50 Tahun……………………………………………………………. 160
4.95 Jalan Arteri Sekunder Terkena Dampak Banjir DAS Deli .................. 163
4.96 Infrastruktur Transportasi Terkena Dampak Banjir DAS Deli ............ 164
4.97 Fasilitas Utama Terkena Dampak Banjir DAS Deli ........................... 164
4.98 Fasilitas Umum Terkena Dampak Banjir Sungai Deli ........................ 165
4.99 Fasilitas Umum Terkena Dampak Banjir Sungai Babura ................... 166
4.101 Fasilitas Umum Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan ................. 167
xix
DAFTAR GAMBAR
2.8 Perkiraan Debit Banjir untuk berbagai Periode Ulang (JICA,1992) .... 16
xx
4.3 Metode Gumbel DAS Deli ................................................................ 67
4.7 Grafik Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli........... 71
4.11 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun................. 81
4.13 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q50 Tahun .................. 82
4.15 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q25 Tahun .................. 83
4.17 Perspektif Kondisi Sungai Deli pada saat Normal dan Banjir ............ 85
4.21 Grafik Metode Log Pearson Tipe III DAS Babura ............................ 94
4.24 Grafik Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Babura ...... 97
xxi
4.25 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Babura ............... 101
4.27 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q100 Tahun .............. 106
4.28 Dataran Banjir Sungai Babura Periode Q100 Tahun ........................... 107
4.29 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q50 Tahun ............. 107
4.30 Dataran Banjir Sungai Babura Periode Q50 Tahun ............................ 108
4.31 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q25 Tahun ............... 108
4.32 Dataran Banjir Sungai Babura Periode Q25 Tahun ............................. 109
4.33 Perspektif Kondisi Sungai Babura pada saat Normal dan Banjir ....... 109
4.38 Grafik Metode Distribusi Log Pearson Tipe III DAS Belawan ........... 119
4.39 Grafik Metode Distribusi Log Normal DAS Belawan ....................... 120
4.40 Grafik Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Belawan .... 121
4.41 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Belawan ............. 126
4.43 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun .......... 131
4.44 Dataran Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun ......................... 132
4.45 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q50 Tahun ........... 132
4.46 Dataran Banjir Sungai Belawan Periode Q50 Tahun ........................... 133
xxii
4.47 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q25 Tahun ............ 133
4.48 Dataran Banjir Sungai Belawan Periode Q25 Tahun .......................... 134
xxiii
DAFTAR NOTASI
KT = Faktor frekuensi.
Qi = Total debit banjir pada jam ke i akibat limpasan hujan efektif (m3/det).
T = Waktu (s).
xxiv
tdur = Waktu durasi (jam).
t0,3 = Waktu saat debit sama dengan 0,3 kali debit puncak (jam).
V = Volume (m3)
1,5 t0,3 = Waktu saat debit sama dengan 0,32 kali debit puncak (jam).
�� = Kekentalan dinamik.
� = Koefisien
xxv
1
BAB I
PENDAHULUAN
kawasan pantai timur Provinsi Sumatera Utara. Wilayah sungai ini mencakup enam
Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan luas seluruhnya 6.215,66 km2 (Departemen PU
Balai Wilayah Sungai Sumatera II, 2008). Dari keenam wilayah sungai tersebut DAS
Belawan dan DAS Deli merupakan DAS yang luasannya mencakup Kota Medan. Hulu
dari kedua DAS tersebut berada di Kabupaten Deli Serdang yaitu di Kecamatan
Kedua DAS tersebut memiliki sungai utama dan anak-anak sungainya yang
berperan penting dalam kehidupan masyarakat di Kota Medan. Dari kedua DAS
tersebut terdapat tiga sungai yang sangat krusial yaitu Sungai Deli, Sungai Babura dan
Sungai Belawan. Ketiga sungai tersebut menjadi saluran utama yang mendukung sistem
saluran drainase di Kota Medan. Pada musim hujan, curah hujan dengan intensitas yang
sangat tinggi dapat meningkatkan laju aliran limpasan dengan cepat. Hal ini
dikarenakan semakin berkurangnya lahan terbuka hijau yang berfungsi untuk menyerap
air dan mereduksi debit aliran yang masuk ke sistem drainase dan sungai. Dengan
meningkatnya debit aliran ini potensi banjir meningkat dan daerah genangan di
pemukiman di Kota Medan meluas. Di dalam studi yang disponsori oleh JICA (1992),
luas daerah genangan yang terjadi saat banjir tahunan di Kota Medan mencapai + 9000
2
Ha. Daerah genangan banjir ini meliputi daerah pemukiman, industri dan areal
mengecilnya penampang sungai dan anak sungai. Salah satu upaya pemerintah
mengurangi potensi banjir di Kota Medan adalah dengan membuat kanal banjir yang
bertujuan memotong puncak banjir Sungai Deli sebelum masuk ke jantung Kota Medan
tahunan masih terus terjadi yang menunjukan bahwa keberadaan kanal banjir tersebut
dengan memahami karakteristik daerah dataran banjir (flood plain) sungainya. Luas
dan melintang sungainya. Selanjutnya luas dataran banjir ini dapat ditumpangtindihkan
(overlay) dengan peta infrastruktur kota melalui sistem informasi geografis untuk
Dari latar belakang masalah yang ada dapat dibuat rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana potensi banjir terjadi sekitar wilayah Kota Medan baik itu tinggi
banjir dan dataran banjir yang dilalui sungai Belawan, Deli, Sungai Babura.
sekitar wilayah Kota Medan yang dilalui oleh Sungai Belawan, Sungai Deli,
Belawan dan DAS Deli yang mencakup wilayah Kota Medan, maka penelitian ini
1. Mengetahui debit banjir kala ulang 25, 50 dan 100 tahun di DAS Belawan dan
DAS Deli.
Kota Medan.
Ruang lingkup penelitian dijabarkan pada Gambar 1.1. Dari gambar tersebut
dapat dilihat bahwa input data utama untuk proses perhitungan dengan HEC-RAS
adalah data profil sungai, data hujan dan data karakteristik DAS. Output yang
tematik (Infrastruktur Kota Medan) dalam satu sistem informasi geografis. Selanjutnya
Kesimpulan
Oleh karena keterbatasan waktu dan luasnya areal DAS yang mencakup Kota
Medan, maka penelitian ini hanya membahas masalah luapan banjir di sungai utama
dan anak-anak sungai yang berada di DAS Deli dan DAS Belawan, yaitu sungai Deli
5
dan sungai Babura di DAS Deli dan Sungai Belawan di DAS Belawan. Penelitian ini
tentang keadaan DAS Belawan dan DAS Deli, tujuan, manfaat dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai (DAS), dalam istilah asing disebut catchment area,
drainage area, drainage basin, river basin, atau watershed (Notohadiprawiro, 1981;
Cech, 2005). Pengertian yang berkembang di Indonesia, terdapat tiga terminologi sesuai
dengan luas dan cakupannya yaitu: Catchment, Watershed dan Basin. Tidak ada
batasan baku, tetapi selama ini dipahami bahwa catchment lebih kecil dari watershed,
dan basin adalah DAS besar (Priyono dan Savitri, 2001). Definisi lain menyatakan
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang menerima, menampung
dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkan ke laut atau danau melalui satu
sungai utama. Dengan demikian suatu DAS akan dipisahkan dari wilayah DAS lain di
sekitarnya oleh batas alam (topografi) berupa punggung bukit atau gunung. Dengan
demikian seluruh wilayah daratan habis berbagi ke dalam uni-unit Daerah Aliran
DAS biasanya dibagi menjadi tiga bagian yaitu daerah hulu, tengah, dan hilir.
Fungsi suatu DAS merupakan suatu respon gabungan yang dilakukan oleh seluruh
faktor alamiah dan buatan manusia dan yang ada pada DAS tersebut. Sebuah DAS yang
besar dapat dibagi menjadi Sub DAS-Sub DAS yang lebih kecil ditampilkan pada
Gambar 2.1. Unit spasial yang lebih kecil dapat dibentuk pada SubDAS untuk
melakukan analisa spasial yang lebih akurat berdasarkan jenis tanah dan penggunaan
lahannya.
7
menyimpannya yang menyebabkan tingginya laju erosi dan debit banjir sungai-
(Sinukaban, 2007).
Air sungai bisa berasal dari air hujan (terutama di daerah tropis) dan bisa pula berasal
dari es yang mencair di gunung atau pegunungan (terutama di daerah empat musim).
Oleh karena itu, debit air sungai bisa sangat dipengaruhi oleh musim. Bagi kita di
Indonesia yang berada di daerah tropis, debit air sungai akan tinggi bila musim hujan
dan rendah di musim kemarau. Sementara itu, di daerah empat musim, debit aliran
sungai meningkat ketika musim dingin berakhir karena salju mencair. Menurut Sandy
(1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu juga mengikis bumi
sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air tertampung melalui saluran kecil
Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah mengalir ke tempat-
tempat yang lebih rendah. Setelah mengalami bermacam macam perlawanan akibat
gaya berat, air hujan akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang
di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur
sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air didalamnya disebut sungai.
Suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, di mana air akan
mengalir melalui sungai dan anak sungai disebut daerah aliran sungai (DAS). Dalam
istilah bahasa inggris disebut Catchment Area, Watershed, atau River Basin.
bentuk luar penampang badan sungai yang memiliki karakteristik berbeda pada bagian
hulu, tengah, dan hilir. Lebih jauh dikemukakan bahwa bagian dari struktur sungai
meliputi badan sungai, tanggul sungai dan bantaran sungai. Forman (1986)
menggambarkan struktur koridor sungai secara rinci ditampilkan pada Gambar 2.2.
Keterangan:
Fungsi pokok sungai adalah untuk mengalirkan kelebihan air dari permukaan
tanah, sedangkan fungsi lainnya adalah dapat digunakan untuk kesejahteraan manusia,
seperti sumber air minum, PLTA, pengairan, transportasi air, untuk meninggikan tanah
yang rendah dan mengatur suhu tanah. Menurut peraturan perundangan yang ada,
a. Sungai sebagai sumber air yang merupakan salah satu sumber daya alam
b. Bentuk radial.
c. Bentuk parallel.
d. Bentuk komplek.
Bentuk ini akan menyebabkan besar aliran banjir relatif lebih kecil karena
perjalanan banjir dari anak sungai itu berbeda beda dan banjir berlangsung
agak lama. Bentuk dari DAS ini ditampilkan pada Gambar 2.3.
10
b. Bentuk radial
Bentuk DAS ini seolah olah memusat pada satu titik sehingga
memberi bentuk kipas atau lingkaran. Sebagai akibat dari bentuk tersebut
maka waktu yang diperlukan aliran yang datang dari segala penjuru anak
c. Bentuk paralel
DAS ini dibentuk oleh dua jalur DAS yang bersatu dibagian hilir. Dan
apabila terjadi banjir di daerah hilir biasanya terjadi setelah di bawah titik
11
d. Bentuk komplek
adalah suatu bencana atau bukan. Pengertian ini memandang “banjir” sebagai suatu
istilah yang bermakna sosial-budaya, karena suatu tempat dikatakan dilanda banjir jika
tempat itu adalah daerah budi daya manusia yang tidak semestinya dilanda banjir, jika
tempat itu adalah suatu hutan atau suatu permukiman yang terdiri atas rumah-rumah
panggung yang dibuat untuk menghindari naiknya permukaan setiap musim, maka itu
tidak dikatakan banjir oleh mereka. Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa
istilah banjir itu tidak dipakai secara konsisten. Terkadang disamakan dengan
misalnya genangan di ruas jalan yang cekung. Namun yang jelas kata “banjir” akan
Banjir adalah setiap aliran yang relatif tinggi yang melampaui tanggul sungai
sehingga aliran air menyebar ke dataran sungai dan menimbulkan masalah pada
manusia (Chow, 1970). Definisi di atas menjelaskan bahwa banjir terjadi apabila
kapasitas alir sungai telah terlampaui dan air telah menyebar ke dataran banjir, bahkan
lebih jauh yang mengakibatkan terjadinya genangan. Genangan air tidak dikatakan
banjir apabila tidak menimbulkan masalah bagi manusia yang tinggal pada daerah
genangan tersebut. Menurut Hasibuan (2004), banjir adalah jumlah debit air yang
melebihi kapasitas pengaliran air tertentu, ataupun meluapnya aliran air pada palung
sungai atau saluran sehingga air melimpah dari kiri kanan tanggul sungai atau saluran.
Dalam kepentingan yang lebih teknis, banjir dapat disebut sebagai genangan air
2. Pembuangan sampah.
10. Penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang surut air laut).
Untuk mereduksi kerugian akibat banjir, maka lebih dulu harus diketahui secara
pasti daerah rawan banjir. Daerah rawan banjir dapat dikenali berdasarkan karakter
2. wilayah cekungan.
sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai dan bekas sungai, daerah
14
penguasaan sungai adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran atau daerah sempadan
ditampilkan pada Gambar 2.7. Elevasi dan debit banjir daerah rawan banjir sekurang-
tanah serta melalui analisis hidrologi dan hidrolika dapat ditentukan pembagian dataran
banjir menurut tingkat resiko terhadap banjir. Pembagian daerah rawan banjir
digunakan sebagai bahan acuan penataan ruang wilayah perkotaan sehingga diketahui
resiko banjir yang akan terjadi. Dengan mengikuti pemetaan daerah rawan banjir yang
Banjir terjadi sepanjang sistem sungai dan anak-anak sungainya yang mampu
membanjiri wilayah luas dan mendorong peluapan air di dataran banjirnya (flood plain).
Dataran banjir merupakan daerah rawan banjir yang dapat diklasifikasi berdasarkan
15
kala ulang banjirnya. Dataran banjir di sekitar bantaran sungai yang masuk dalam
daerah genangan pada debit banjir tahunan Q100 merupakan daerah rawan banjir yang
sangat tinggi dijelaskan pada Tabel 2.1 menjelaskan klasifikasi ini yang akan diadopsi
Sungai Deli membelah Kota Medan dari arah selatan ke utara dengan total
watershed 358 km2. Dari total luas watershed tersebut, sekitar 200 km2 atau 56%
tersebut terdiri dari catchment area sungai Deli bagian downstream (17 km2), Sungai
sikambing (40 km2), Sungai Babura (99 km2), dan sisi kiri kanan Sungai Deli hingga ke
Deli Tua/Namorambe (44 km2). Catchment area selebihnya (158 km2) yakni terhitung
lahan pertanian, kebun campuran dan hutan tanaman industri dan hutan alam.
Kemiringan dasar Sungai Deli rata-rata ialah 0.00611 dan pada daerah yang landai atau
Medan maka ancaman banjir paling ekstrem ialah apabila banjir Sungai Deli dan
Babura (river flood) terjadi bersamaan dengan hujan di atas Kota Medan (urban storm
water).
16
Sesuai dengan kondisi topografi Kota Medan maka sistem saluran drainase
Kota Medan jarang yang bermuara ke Sungai Belawan sehingga banjir Sungai Belawan
tidak terlalu banyak mempengaruhi sistem drainase Kota Medan. Demikian juga banjir
Sungai Percut sudah tidak menjadi ancaman karena telah selesai dinormalisasi hingga
ke muara yakni untuk debit banjir periode ulang 30 tahun, termasuk menampung
pengalihan debit Sungai Deli melalui Floodway. Drainase primer Sungai Sikambing
juga sudah selesai dinormalisasi ialah pada bagian downstream yakni JL. Kejaksaan
hingga muara Belawan yakni untuk debit banjir periode ulang 20 tahun. Sementara itu,
penampang Sungai Deli antara titi kuning (Floodway) dan JL. Kejaksaan masih rawan
banjir karena belum dinormalisasi. Kapasitas penampang Sungai Deli pada bagian ini
masih rendah yakni hanya mampu menampung debit banjir periode ulang 2 tahun yaitu
sebesar 160 m3/det (Ginting, 2012). Perkiraan debit banjir Sungai Deli pada beberapa
ruas (section) untuk berbagai periode ulang menurut hasil analisis yang dilaporkan pada
Tabel 2.2 Perkiraan Debit Banjir untuk Periode Ulang Sungai Deli
Dari hasil analisis tersebut pada Gambar 2.8 di atas dapat dilihat bahwa debit
banjir Sungai Deli pada bagian yang belum dinormalisasi yakni antara JL. Kejaksaan
dan titi kuning untuk periode 10 tahun adalah sebesar Q3 = 260 m3/det. Jika debit banjir
penampang pada bagian ini yakni 160 m3/det, maka pada kejadian banjir periode ulang
10 tahun akan terjadi potensi banjir yang mengancam permukiman penduduk sebesar
100 m3/det.
Selanjutnya, Sungai Babura yang merupakan anak Sungai Deli adalah sungai
yang sangat potensil sebagai ancaman banjir Kota Medan karena disamping watershed
sungai ini seluruhnya berada pada wilayah penyangga perkembangan Kota Medan,
pembangunan pemukiman sangat pesat di wilayah ini dan penampang sungai ini belum
pernah dinormalisasi. Kemiringan dasar sungai rata-rata ialah 0.00236 dan pada daerah
landai atau mild slope ialah 0.00187. Menurut hasil studi dan analisis JICA dan
MMUDP, kapasitas penampang Sungai Babura yang ada pada saat ini (natural) hanya
mampu menampung debit banjir periode ulang 1 tahun yakni sebesar 69 m3/det. Dari
18
hasil analisis yang tertera pada gambar 2.8 dapat diketahui bahwa debit Sungai Babura
Tabel 2.3 Perkiraan Debit Banjir untuk Periode Ulang Sungai Babura
m3/det, maka potensi banjir Sungai Babura yang mengancam permukiman penduduk
Faktor curah hujan yang tinggi merupakan salah satu faktor utama penyebab
banjir. Wilayah Indonesia yang merupakan benua maritim di daerah tropis mempunyai
curah hujan yang sangat tinggi. Dengan didominasi oleh adanya awan-awan konvektif
awan-awan konvektif dan orografik maka intensitas curah hujan yang terjadi sangat
besar. Curah hujan yang tinggi, lereng yang curam di daerah hulu disertai dengan
perubahan ekosistem dari tanaman tahunan atau tanaman keras berakar dalam ke
longsor. Curah hujan yang tinggi dalam kurun waktu yang singkat dan tidak dapat
19
diserap tanah akan dilepas sebagai aliran permukaan yang akhirnya menimbulkan
banjir.
(2.1)
Hasil perhitungan yang diperoleh dengan cara aritmatik ini hampir sama
dengan cara lain apabila jumlah stasiun pengamatan cukup banyak dan
b. Metode Thiessen
Gambar 2.10.
(2.2)
c. Metode Isohyet
berdasarkan data curah hujan pada stasiun pengamatan di dalam dan di luar
daerah yang dimaksud. Luas bagian antara dua garis isohyet yang berdekatan
(2.3)
Ini adalah cara yang paling teliti untuk mendapatkan hujan areal rata-rata, tetapi
memerlukan jaringan pos penakar yang relatif lebih padat yang memungkinkan
pada masa lalu atau masa yang akan datang. Prosedur tersebut dapat digunakan
menentukan hujan rancangan dalam berbagai kala ulang berdasarkan distribusi yang
paling sesuai antara distribusi hujan secara teoritik dengan distribusi hujan secara
empirik. Hujan rancangan ini digunakan untuk menentukan intensitas hujan yang
penelitian ini dihitung hujan harian rancangan dengan kala ulang 2, 3, 5, 10, 25, 50, dan
100 tahun Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi metode
yang dipakai dalam analisis frekuensi data curah hujan harian maksimum adalah
sebagai berikut:
1. Distribusi Gumbel.
22
3. Distribusi Normal.
1. Distribusi Gumbel
Menurut Gumbel curah hujan untuk periode ulang tertentu (PUH) tertentu
−
X Tr = +S (2.4)
Y Tr = -Ln � −1
(2.5)
1
( � – )2 2
=1
Sn =
−1
(2.6)
= Log R (2.7)
�=1 � �
Log = (2.8)
1
�=1 (� � � −� � )2 2
S= (2.9)
−1
�=1 (� � � −� � )3
G= (2.10)
−1 ( −2) ( ) 3
G = Koefisien kemencengan.
S = Simpangan baku.
G.
3. Distribusi Normal
Distribusi normal disebut juga distribusi Gauss. Dalam pemakaian praktis
T = + KT S (2.12)
−
KT = (2.13)
K = Faktor frekuensi.
distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan
4. Hitung selisih (∆Pi) antara peluang empiris dan teoritis data yang diurut.
25
∆ � = ( �) − ’( �) (2.16)
5. Tentukan apakah ∆Pi < ∆P kritis, jika “tidak” artinya Distribusi Probabilitas
(derajat kepercayaan)
N
0,20 0,10 0,05 0,01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
N > 50
kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi, Lubis (1992). Dalam penelitian ini
intensitas hujan diturunkan dari data curah hujan harian. Menurut Lubis (1992)
intensitas hujan (mm/jam) dapat diturunkan dari data curah hujan harian (mm) empirik
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang
jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ketempat keluar DAS (Titik Kontrol)
setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Salah satu rumus untuk
memperkirakan waktu konsentrasi (tc) adalah rumus yang dikembangkan oleh Kirpich
komponen, yaitu:
1. Inlet time (t0) yakni waktu yang diperlukan air untuk mengalir di
2. Conduit time (td) yakni waktu perjalanan dari pertama masuk sampai titik
keluaran.
tc = t0 + td (2.19)
di mana: t0 = 23 x 3,28 x Ls x n (menit).
td = Ls 60 V (menit).
terhadap debit banjir. Limpasan air hujan yang langsung mengalir di atas permukaan
suatu lahan dapat memberikan aliran yang cepat maupun lambat pada saat menuju suatu
27
saluran drainase dan yang nantinya menuju ke saluran primer atau sungai, tergantung
dari tata guna lahan di sekitar saluran tersebut. Nilai koefisien ini juga dapat digunakan
untuk menentukan kondisi fisik dari suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) yang artinya
memiliki kondisi fisik yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie dan
Syarief (2005) yang menyatakan bahwa angka koefisien aliran permukaan itu
merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C
berkisar antara 0 – 1, nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terinterepsi dan
terinfiltrasi ke dalam tanah dan sebaliknya untuk C = 1 menunjukkan bahwa semua air
hujan mengalir sebagai aliran permukaan (run off). Perubahan tata guna lahan yang
terjadi secara langsung mempengaruhi debit puncak yang terjadi pada suatu DAS.
Daerah dataran banjir diprediksi berdasarkan debit banjir dengan kala ulang
tertentu. Debit banjir dengan kala ulang 100 tahun Q100 bermakna banjir yang memiliki
probabilitas kejadian 0.01 dalam setahun yang akan menggenangi daerah dataran banjir.
Daerah dataran banjir Q100 tentu jauh lebih besar dari daerah dataran banjir Q10.
Mengingat banyak sungai di Indonesia yang tidak dilengkapi dengan alat pengukur
debit, maka debit banjir biasanya dihitung berdasarkan curah hujan dengan
menggunakan metode Gumbel, metode Log Pearson III, ataupun metode Normal. Dan
Snyder, dll) untuk pemodelan unsteady flow dan metode rasional untuk steady flow.
daerah alirannya kurang dari 80 Ha. Untuk daerah yang alirannya lebih luas sampai
dengan 5000 Ha, dapat digunakan metode rasional yang diubah. Untuk luas daerah
yang lebih dari 5000 Ha, digunakan hidrograf satuan atau metode rasional yang diubah.
Q=fxCxIxA (2.20)
di mana: C = Koefisien pengaliran.
Kebanyakan daerah aliran sungai sebagian besar curah hujan akan menjadi
limpasan langsung. Aliran semacam ini dapat menghasilkan puncak banjir yang tinggi.
Teori hidrograf satuan menghubungkan hujan netto atau hujan efektif, yaitu sebagian
hujan sembarang. Ini dikerjakan atas dasar anggapan bahwa transformasi hujan netto
menjadi limpasan langsung tidak berubah karena waktu (time invariant). Dari sudut
e. Evapotranspirasi.
Jadi hidrograf tersebut didefinisikan sebagai hubungan antara salah satu unsur
aliran terhadap waktu. Berdasarkan definisi tersebut dikenal ada 2 macam hidrograf,
yaitu hidrograf muka air dan hidrograf debit. Hidrograf muka air tidak lain adalah data
atau garafik hasil rekaman AWLR (Automatic Water Level Recorder). Sedangkan
hidrograf debit, yang dalam pengertian sehari hari disebut hidrograf, diperoleh dari
hidrograf muka air dan lengkung debit. Hidrograf tersusun atas dua komponen, yaitu
30
aliran permukaan, yang berasal dari aliran langsung air hujan, dan aliran dasar (base
flow). Aliran dasar berasal dari air tanah yang pada umumnya tidak memberikan respon
1. Hidrograf Satuan
hujan efektif yang terjadi merata diseluruh DAS dan dengan intensitas tetap selama satu
satuan waktu yang ditetapkan, yang disebut hujan satuan. Hujan satuan adalah curah
hujan yang lamanya sedimikian rupa sehingga lamanya limpasan permukaan tidak
menjadi pendek, meskipun curah hujan itu menjadi pendek. Jadi hujan satuan yang
dipilih adalah yang lamanya sama atau lebih pendek dari periode naik hidrograf (waktu
dari titik permulaan aliran permukaan sampai puncak). Periode limpasan dari hujan
satuan semuanya adalah kira kira sama dan tidak ada sangkut pautnya dengan intensitas
hujan. Hidrograf satuan merupakan model sederhana yang menyatakan respon DAS
terhadap hujan. Tujuan dari hidrograf satuan adalah untuk memperkirakan hubungan
antara hujan efektif dan aliran permukaan. Konsep hidrograf saatuan pertama kali
dikemukakan oleh Sherman pada tahun 1932. Dia menyatakan bahwa suatu sistem DAS
mempunyai sifat khas yang menyatakan respon DAS terhadap suatu masukan tertentu
a. Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah aliran tertentu,
b. Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah aliran tertentu,
waktu memiliki proposi yang sama dengan proposi intensitas hujan efektif.
Dengan kata lain, ordinat hidrograf satuan sebanding dengan volume hujan
efektif yang menimbulkannya. Hal ini berarti bahwa hujan sebanyak n kali
Ketiga asumsi ini secara tidak langsung menyatakan bahwa tanggapan DAS
terhadap hujan adalah linier, walaupun sebenarnya kurang tepat. Namun demikian,
penggunaan hidrograf satuan telah banyak memberikan hasil yang memuaskan untuk
berbagai kondisi. Sehingga, teori hidrograf satuan banyak dipakai dalam menentukan
satuan diperlukan rekaman data limpasan dan data hujan, padahal sering kita jumpai
ada beberapa DAS tidak memiliki sama sekali catatan limpasan. Dalam kasus ini,
32
hidrograf satuan diturunkan berdasarkan data-data dari sungai pada DAS yang sama
atau DAS terdekat yang mempunyai karakteristik yang sama. Karakteristik atau
parameter daerah pengaliran tersebut terlebih dahulu perlu dicari waktu, lebar dasar,
luas, kemiringan, panjang, koefisien limpasan dan lain sebagainya. Hasil dari
penurunan hidrograf satuan ini dinamakan hidrograf satuan sintetik (HSS). Ada tiga
Dalam penelitian ini hanya akan dibahas mengenai Hidrograf Satuan Sintetik
Nakayasu. Hidrograf tersebut penulis rasa cocok dengan kedaan lokasi studi di DAS
Deli dan DAS Belawan khususnya pada sungai utama dan anak sungainya di kedua
DAS tersebut yaitu Sungai Deli, Sungai Babura, dan Sungai Belawan.
Stasiun pengukur debit dan tinggi muka air sungai (stasiun hidrometri) pada
umumnya hanya dipasang di tempat tempat tertentu yang dipandang oleh pengelolanya
mempunyai arti yang cukup penting. Hal tersebut disebabkan karena tidak mungkin
tidak murah. Namun masalah yang banyak timbul adalah ketidak-cocokan antara
sering tidak dapat diketahui sebelumnya, atau kalau rencana itu diketahui tidak
33
selekasnya diikuti dengan keiatan pengumpulan data. Hingga pada saat dibutuhkan
untuk analisis data tidak tersedia, atau tersedia dalam jangka waktu yang sangat
pendek.
Untuk mengatasi hal ini sebenarnya di Indonesia telah dikenal dan banyak
digunakan berbagai cara untuk memperkirakan banjir rancangan yang didasarkan atas
persamaan rasional. Cara ini mengandalkan data curah hujan sebagai dasar hitungan.
Namun dari penelitian terbukti bahwa metode seperti Melchior, Der Weduwen dan
penyimpangan rata rata berturut turut sebesar 89%, 85% dan 56%. Selain itu tercatat
pula bahwa 77% dari kasus yang ditinjau menunjukkan perkiraan lebih
subjektivitas yang sangat besar dan merupakan salah satu faktor penyebab
Persamaan rasional hanya dianjurkan untuk DAS kecil kurang dari 80 hektar
atau untuk DAS yang memiliki unsur unsur penyusun yang seragam. Dalam
mungkin. Sudah barang tentu perkiraan yang tepat tidak akan dapat diharapkan, karena
proses pengalihragaman hujan menjadi banjir merupakan proses alam yang sangat
kompleks yang tidak dapat diungkapkan dengan persamaan matematik secara tuntas.
Cara lain yang lebih baik hampir seluruhnya menuntut ketersediaan data pengukuran
sungai yang memadai. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu ini merupakan salah satu
upaya untuk mengatasi kesulitan kesulitan tersebut. Cara ini dapat digunakan
disembarang lokasi yang dikehendaki dalam suatu DAS tanpa tergantung ada atau
34
tidaknya data pengukuran sungai. Akan tetapi, perlu ditegaskan bahwa kegiatan
hidrometrik masih tetap merupakan pilihan utama, sehingga walaupun telah ditemukan
cara pendekatan yang akan banyak mengatasi masalah kelangkaan data, namun prioritas
pengukuran sungai ditempat mutlak masih diperlukan. Hidrograf satuan ini secara
sebagai berikut:
= � + 0,8 (2.23)
35
0,3 = �� � (2.24)
4. Waktu puncak:
= � + 0,8 (2.25)
− + 0,5 � 0,3
− + 1,5 � 0,3
= � 0,3 2 � 0,3
(2.30)
seperti drainase, sungai, dan penampang saluran terbuka lainnya. River Analysis System
(RAS), dibuat oleh Hydrologic Engineering Center (HEC) yang merupakan satuan kerja
36
merupakan pemodelan satu dimensi aliran tunak maupun tak-tunak (steady and
unsteady onedimensional flow model). HEC-RAS memiliki empat komponen model satu
dimensi: (1) hitungan profil muka air aliran tunak, (2) simulasi aliran tak-tunak, (3)
hitungan angkutan sedimen, dan (4) hitungan kualitas air. Dalam pemodelan, input
HEC-RAS untuk pemodelan keempat komponen tersebut dapat memakai data geometri
yang sama, routine hitungan hidraulika yang sama, serta beberapa fitur desain hidraulik
yang dapat diakses setelah hitungan profil muka air dilakukan. HEC-RAS merupakan
1. Manajemen file.
4. Menampilkan data masukan maupun hasil analisis dalam bentuk tabel dan
grafik.
5. Penyusunan laporan.
Steady Flow Water Surface Component. Modul ini berfungsi untuk menghitung
profil muka air aliran permanen berubah beraturan (steady gradually varied flow).
Program ini mampu memodelkan jaringan sungai, sungai dendritik, maupun sungai
tunggal. Regime aliran yang dapat dimodelkan adalah aliran sub-kritik, super- kritik,
ataupun hambatan di bantaran sungai. Modul aliran permanen dirancang untuk dipakai
pada permasalahan pengelolaan bantaran sungai dan penetapan asuransi resiko banjir
berkenaan dengan penetapan bantaran sungai dan dataran banjir. Modul aliran
permanen dapat pula dipakai untuk perkiraan perubahan muka air akibat perbaikan alur
permanen satu dimensi pada sungai yang memiliki alur kompleks. Semula, modul aliran
mensimulasikan regime aliran campuran (sub-kritik, super-kritik, loncat air, dan draw-
limpasan melalui tanggul dan tanggul jebol, pompa, operasi dam navigasi, serta aliran
akibat gerusan atau deposisi dalam waktu yang cukup panjang (umumnya tahunan,
38
namun dapat pula dilakukan simulasi perubahan dasar sungai akibat sejumlah banjir
tunggal). Potensi transpor sedimen dihitung berdasarkan fraksi ukuran butir sedimen
sehingga memungkinkan simulasi armoring dan sorting. Fitur utama modul transport
transport sedimen.
gerusan dan deposisi yang diakibatkan oleh perubahan frekuensi dan durasi debit atau
muka air, ataupun perubahan geometri sungai. Modul ini dapat pula dipakai untuk
Water Quality Analysis. Modul ini dapat dipakai untuk melakukan analisis
kualitas air di sungai. HEC-RAS versi 4.0 Beta saat ini baru dapat dipakai untuk
melakukan analisis temperatur air. Versi ini akan akan dapat dipakai untuk melakukan
Penyimpanan data dilakukan ke dalam “flat” files (format ASCII dan biner),
serta file HEC-DSS. Data masukan dari pemakai HEC-RAS disimpan kedalam file-file
yang dikelompokkan menjadi: project, plan, geometry, steady flow, unsteady flow, dan
sediment data. Hasil keluaran model disimpan kedalam binary file. Data dapat
ditransfer dari HEC-RAS ke program aplikasi lain melalui HEC-DSS file. Manajemen
39
data dilakukan melalui user interface. Pemakai diminta untuk menuliskan satu nama
file untuk project yang sedang dia buat. HEC-RAS akan menciptakan beberapa file
secara automatik (file-file: plan, geometry, steady flow, unsteady flow, output, etc.) dan
menamainya sesuai dengan nama file project yang dituliskan oleh pemakai.
ataupun penghapusan file yang dilakukan dari luar HEC-RAS (dilakukan langsung pada
mengingat pengubahan tersebut kemungkinan besar tidak dikenali oleh HEC-RAS. Oleh
karena itu, operasi atau modifikasi file-file harus dilakukan melalui perintah dari dalam
HEC-RAS.
Fasilitas grafik yang disediakan oleh HEC-RAS mencakup grafik X-Y alur
sungai, tampang lintang, rating curves, hidrograf, dan grafik-grafik lain yang
merupakan plot X-Y berbagai variabel hidraulik. HEC-RAS menyediakan pula fitur plot
3D beberapa tampang lintang sekaligus. Hasil keluaran model dapat pula ditampilkan
dalam bentuk tabel. Pemakai dapat memilih antara memakai tabel yang telah disediakan
oleh HEC-RAS atau membuat/mengedit tabel sesuai kebutuhan. Grafik dan tabel dapat
program aplikasi lain (word processor, spreadsheet). Fasilitas pelaporan pada HEC-
RAS dapat berupa pencetakan data masukan dan keluaran hasil pada printer atau
plotter.
40
Dalam penggunaan program HEC-RAS, yang perlu diperhatkan yaitu input data
untuk HEC-RAS. Setiap data yang berhubungan dengan kondisi kajian sudah tentu
merupakan input pada pemodelan. Data geometri untuk model saluran dan bangunan air
menggunakan data lapangan hasil survei dan data ketinggian elevasi. Data perhitungan
hidrologi berupa data debit banjir dengan periode ulang tertentu. Pemodelan dibuat
pergerakan air. Data kecepatan air sesaat yang tercatat dan sudah dianalisis secara
Dalam permasalahan banjir hal utama yang harus diketahui adalah sampai
setinggi mana profil muka air yang dihasilkan oleh debit banjir sehingga dapat
menggenangi daerah di sekitar sungai tersebut. Maka dari itu dengan menggunakan
program HEC-RAS dapat diprediksi sampai setinggi mana profil muka air banjir yang
terjadi. Hasil daripada prediksi tersebut dapat ditampilkan menurut periode ulang banjir
tahunan baik itu Q25 sampai Q100 yang terjadi sepanjang daerah aliran sungai baik itu di
badan sungai, bantaran sungai bagian kiri dan kanan, sampai daerah dataran tinggi yaitu
41
Dengan adanya simulasi pemodelan seperti ini banjir dapat di analisa dan dapat
memprediksi banjir tahunan yang sering terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi
dan akibat saluran penampang sungai yang tidak dapat menampung debit banjir yang
melebihi kapasitas tampang saluran. Dan hasil dari prediksi pemodelan tersebut dapat
informasi daripada daerah genangan banjir dan luas genangan yang terjadi menurut
Banyak definisi SIG telah diajukan dari waktu ke waktu, namun tidak ada
sebagai sesuatu yang lebih dari sebuah teknologi, saat ini label SIG disandingkan
dengan berbagai macam hal, diantaranya yaitu sejenis perangkat lunak yang dapat
dibeli dari sebuah vendor untuk menjalankan peralatan untuk mengolah fungsi-fungsi
kompleks (perangkat lunak SIG), representasi digital dari berbagai aspek dunia
geografis dalam bentuk rangkaian data (data SIG); komunitas orang-orang yang
(komunitas SIG) dan aktivitas menggunakan SIG untuk memberikan solusi terhadap
pada semua hal tersebut dan pengertiannya bergantung pada konteks di mana
karakteristik yang sedikit berbeda, namun ada kesepakatan bersama bahwa kemampuan
kunci dari SIG adalah kemampuannya membuat suatu basis data geografis dan data di
Pell, 2007).
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah basis data yang biasanya mempunyai
perangkat analisis bagi data yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Pengembang
berbagai theme dan layer, melaksanakan analisis data secara menyeluruh dan
manusia terbatas pada ruang yang berada di dekat atau di permukaan bumi. Mengetahui
di mana suatu hal terjadi adalah kepentingan yang mendesak, apabila kita hendak
berangkat ke suatu lokasi atau menugaskan seseorang kesana, untuk mencari informasi
lain terhadap sebuah tempat, atau menginformasikan kepada seseorang yang tinggal
dekat tempat tersebut. Oleh karenanya, lokasi geografis merupakan atribut penting dari
adalah sebuah kelas khusus sistem informasi yang merekam, bukan hanya kejadian,
aktivitas dan sesuatu, tetapi juga di mana kejadian, aktivitas dan sesuatu tersebut terjadi
atau berada (Longley, 2005). Terdapat sejumlah kelebihan yang dibawa oleh teknologi
SIG bagi penelitian sumber daya air. SIG memungkinkan penataan dan penyimpanan
data yang lebih baik. Tujuan dari studi DAS diantaranya adalah pembagian DAS,
identifikasi pembagian drainase dan jaringan alur sungai, karakterisasi lereng dan
hadapan, konfigurasi daerah tangkapan air dan perilaku aliran air yang menghasilkan
variabel-variabel tersebut sulit dilakukan dari peta-peta cetak dan foto udara. Metode
tradisional tersebut menjadi pokok terjadinya kesalahan akibat operasi manual dan
Dalam bentuk yang sangat umum, data geografis dapat digambarkan sebagai
suatu data yang mempunyai referensi spasial. Sebuah referensi spasial adalah sebuah
penunjuk bagi semacam lokasi, baik itu dalam bentuk langsung yang ditunjukkan
sebagai sebuah koordinat, sebuah alamat atau kedudukan relatif terhadap lokasi lain.
Suatu lokasi dapat (1) berdiri sendiri atau (2) menjadi bagian dari sebuah objek
keruangan, di mana dalam kasus ini lokasi menjadi definisi pembatas bagi objek
tersebut. Atribut yang diasosiasikan dengan suatu data geografis harus valid bagi
seluruh koordinat yang menjadi bagian dari objek geografis (Albrecht, 2007).
Dewasa ini, foto udara skala kecil dan citra satelit telah digunakan untuk
pemetaan penggunaan lahan/penutup lahan bagi wilayah yang luas (Lillesand dan
Kiefer, 1990). Data penginderaan jauh dan SIG saling melengkapi satu sama lain
44
dengan saling menambahkan informasi. Data SIG membantu analisis citra dalam
latar belakang bagi data vektor khusus menyediakan orientasi dan tata letak situasional
(Albrecht, 2007).
2.6.5 Overlay
Overlay adalah inti dari operasi SIG yang seolah mendefinisikan SIG. Apabila
sebuah perangkat lunak dapat melakukan proses overlay, maka dapat dipastikan bahwa
aplikasi tersebut adalah sebuah aplikasi SIG dan bukan hanya aplikasi Computer Aided
Design (CAD) atau kartografi saja (Albrecht, 2007). Proses overlay memerlukan
ketepatan dalam kesamaan lokasi. Dengan kata lain, pada suatu lokasi tertentu, suatu
data yang terdapat dalam sebuah kelas fitur dan data yang terdapat dalam kelas fitur lain
digabungkan menjadi sebuah set data hasil dan membentuk geometri yang sebelumnya
tidak ada, sehingga menghasilkan data yang benar-benar baru (Albrecht, 2007).
2.6.6 Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Prediksi Daerah Genangan Banjir
Program ini kemudian dapat digunakan sebagai interface dengan perangkat lunak
sistem informasi geografis seperti ArcView ataupun MapInfo sehingga dapat secara
langsung memproses data spasial yang terdapat dalam Sistem informasi geografis ke
dalam model tersebut. Selanjutnya sistem ini membantu menjadi media dari analisa
model ke dalam analisa spasial. Integrasi ini merupakan integrasi eksternal mengingat
ArcView dan MapInfo akan bekerja dengan optimal apabila digunakan data peta
DEM (Digital Elevation Model) yang umumnya dibangkitkan berdasarkan data radar
atau foto udara yang akurat. Sedangkan data tutupan lahan dapat secara baik digunakan
banjir pada suatu DAS untuk menentukan resiko banjir di perkotaan dengan
menumpangtindihkan lapisan peta sarana kota, peta jalan, peta alur sungai dan peta
daerah dataran banjir untuk Q100. Dengan model SIGnya ia dapat mengidentifikasi
sarana-sarana publik penting yang masuk ke dalam daerah rawan banjir untuk kala
ulang 100 tahun tersebut. Model seperti ini dapat pula dijadikan dasar untuk proses
Ghani, dkk (2000) mengembangkan model integrasi antara ArcView 3.2 dengan
HEC-6, Fluvial 12 dan HEC-RAS. Model integrasi ini digunakan untuk meramal
perubahan arus air sungai, sehingga dapat diketahui luapan air sungai yang akan terjadi.
Lebih lanjut hasil hitungan model ini kemudian digambarkan dalam bentuk poligon
geografis. Kedua gambar tersebut dapat dilihat bahwa luasan dan kedalaman daerah
genangan. Hal ini merupakan overlay antar peta dasar lokasi dengan hasil hitungan
model yang digambarkan secara spasial pada ArcView. Overlay ini memberikan
hitungan HEC-RAS, shapefile ini yang kemudian dapat diaktifkan di layar untuk
mengetahui daerah rawan banjir. Apabila telah didapatkan daerah genangan, maka
kemudian dapat diekplorasi lebih lanjut mengenai resiko banjir yang akan terjadi seperti
beberapa banyak rumah atau bangunan yang akan terendam, kerusakan lahan pertanian
atau peruntukan lain, beberapa jiwa yang harus diungsikan dan lain-lain.
file pada ArcView sebagai hasil dari hitungan HEC-RAS, shapefile ini yang kemudian
dapat diaktifkan di layar untuk mengetahui daerah rawan banjir. Apabila telah
didapatkan daerah genangan, maka kemudian dapat diekplorasi lebih lanjut mengenai
kerugian yang akan terjadi seperti beberapa banyak rumah atau bangunan yang akan
terendam, kerusakan lahan pertanian atau peruntukan lain, beberapa jiwa yang harus
diungsikan dan lain-lain sesuai dengan tujuan analisis dan keberadaan data base spasial
Resiko banjir pasti akan terjadi apabila suatu daerah terkena dampak banjir baik
itu kerusakan, bencana dan kerugian. Semua hal itu akan berdampak langsung terhadap
penduduk sekitar akibat dari daerah genangan banjir yang menggenangi dataran
pemukiman penduduk. Dalam hal ini kerusakan terjadi terhadap rumah yang
memberikan arti bahwasanya pemilik rumah harus mengeluarkan biaya ganti rugi
akibat banjir. Selain itu banjir juga memberikan dampak bencana terhadap penduduk
dan memungkinkan terjadinya kematian. Untuk itu sudah seharusnya perlu dilakukan
suatu metode maupun suatu pendekatan yang bertujuan untuk menghitung resiko
tahunan yang sering terjadi dapat diprediksi ataupun dianalisa dengan cepat dan akurat.
(2.31)
48
2. Untuk jumlah rumah yang terkena dampak dihitung dengan formula yang
sama yaitu:
(2.32)
(2.33)
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yaitu DAS Belawan dan DAS Deli tepatnya pada sungai utama dan anak sungainya
yang melewati Kota Medan yaitu Sungai Belawan pada DAS Belawan,. Secara
administrasi sebagian besar kedua wilayah DAS tersebut berada di kabupaten Deli
1. DAS Belawan
Provinsi Sumatera Utara dengan luas 40,789.98 Ha. Daerah Aliran Sungai
Belawan terbentang antara 3° 15' 49,83'' s/d 3° 50' 38,89'' garis Lintang Utara
dan meridian 98° 29' 58,56'' s/d 98° 43' 21,76'' Bujur Timur. Secara
Kabupaten Deli Serdang seluas 38,029.30 Ha (93.23 %) dan Kota Medan Seluas
2. DAS Deli
DAS (Daerah Aliran Sungai) Deli merupakan Daerah Aliran Sungai di Provinsi
Sumatera Utara dengan luas 47,298.01 Ha. Daerah Aliran Sungai Deli
terbentang antara 3° 13' 35,50'' s/d 3° 47' 06,05'' garis Lintang Utara dan
meridian 98° 29' 22,52'' s/d 98° 42' 51,23'' Bujur Timur. Secara administrasi
DAS Deli berada pada 3 (tiga) Kabupaten yaitu Karo 1,417.65 Ha (3 %),
3. DAS Babura
DAS (Daerah Aliran Sungai) Babura merupakan salah satu anak sungai dari
Sungai Deli (DAS Deli) yang terbentang dari kawasan Sibolangit hingga Kota
Medan dengan luas 99 km2. Daerah Aliran Sungai Babura terbentang antara
yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dalam penelitian ini. Adapun data
1. Data curah hujan bulanan dan harian maksimum 10 tahun di DAS Deli dan
2. Data kependudukan Kota Medan diperoleh dari BPS Kota Medan tahun 2012.
3. Peta digital DAS Deli dan Belawan diperoleh dari BPDAS Sei Wampu Ular
tahun 2012.
4. Peta digital Kota Medan dan tata guna lahan diperoleh dari BAPPEDA
PROVSU 2010.
5. Data DEM (Digital Elevation Model) yang bersumber dari ASTER GDEM
pengamatan, peninjauan, dan pengukuran profil sungai. Adapun data primer dalam
penelitian ini:
1. Data profil memanjang (Long Section) sungai per 100-300 meter dan
sungai 20 meter.
Dalam penelitian ini data primer tidak langsung diperoleh di lapangan, tetapi
diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera-II (BWSS-II) yang mengukur langsung
di lapangan pada tahun 2010, jadi data profil sungai dalam penelitian ini termasuk ke
dalam data sekunder Dalam menganalisa data-data di atas digunakan suatu perangkat
alat berupa perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software) yang dimulai
dari pemasukan data (Input) sampai dengan pencetakan hasil (Output). Dimana
perangkat keras (Hardware) terdiri dari: Komputer, printer, scanning dan alat tulis.
Sementara perangkat lunak (Software) terdiri dari: Microsoft Office 2007, Microsoft
Excel 2007, MapInfo versi 11.0, HEC-RAS versi 4.0, ArcView versi 3.3, Google Earth
Dikarenakan elevasi sungai pada profil melintang hanya mencapai 10-20 meter
sampai bantaran sungai (Data profil sungai dari BWSS-II), maka elevasi 20 - 1000
meter dari bantaran sungai sampai ke tebing sungai untuk mencapai dataran
53
pemukiman, diasumsikan sesuai dengan kontur dari DEM (Digital Elevation Model)
untuk memperlihatkan genangan banjir. Adapun kerangka pikir dari penelitian ini dapat
sungai, data curah hujan dan data peta-peta pendukung yaitu: Peta Daerah Aliran
Sungai (DAS), peta kota Medan, peta infrastruktur dan peta kontur. Data profil sungai
dan data curah hujan digunakan untuk analisa debit banjir menurut periode kala ulang
yang diinput ke dalam software HEC-RAS untuk menganalisa potensi banjir yang
memberikan pemodelan berupa tinggi banjir dan dataran banjir yang terjadi. Prediksi
daerah genangan banjir dengan sistem informasi geografis digunakan software MapInfo
yang nantinya memberikan informasi daerah genangan banjir dan luas daerah genangan
banjir menurut periode kala ulang banjir. Kemudian estimasi kerugian banjir dilakukan
dengan menghitung jumlah penduduk yang terkena dampak banjir disetiap daerah
genangan dan jumlah biaya kerugian yang diakibatkan banjir menurut periode kala
ulang.
Data profil sungai terdiri dari bagian profil melintang sungai (Cross Section)
dan profil memanjang sungai (Long Section) yang menunjukan variasi tingkat elevasi
dasar sungai juga berpengaruh nantinya terhadap perhitungan debit banjir dan potensi
banjir. Kemudian data profil sungai ini diinput ke dalam HEC-RAS yang nantinya
memberikan hasil potensi banjir berupa pemodelan yaitu tinggi banjir dan dataran
penelitian ini. Data curah hujan yang digunakan ialah data curah hujan harian
maksimum dari 3 stasiun pengamatan curah hujan setiap DAS yaitu stasiun Patumbak,
Polonia dan Tuntungan untuk DAS Deli. Dan 3 stasiun pengamatan curah hujan untuk
tugas akhir ini hanya menggunakan metode Polygon Thiessen, mengingat posisi stasiun
penakar curah hujan yang membentuk sebuah polygon dan akan memberikan hasil yang
lebih teliti dari pada cara aljabar (aritmatik) dan metode isohyet. Data yang digunakan
ialah data curah hujan harian maksimum dan peta DAS Deli dengan DAS Belawan.
Dengan menghitung luas DAS masing masing areal yang dipengaruhi oleh 3 stasiun
penakar curah hujan pada satu DAS maka didapat curah hujan rata rata atau curah hujan
kawasan pada masing-masing DAS yaitu DAS Deli dan DAS Belawan.
Log Pearson III, Gumbel, Normal dan Log Normal. Dalam penelitian ini dihitung curah
hujan rancangan dengan kala ulang 2, 3, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun. Dalam
Kemudian data tersebut akan digunakan untuk menghitung debit banjir rancangan kala
penyimpangan rerata data yang dianalisis berdasarkan distribusi terpilih, dari beberapa
hingga mendapatkan hasil yang bisa digunakan untuk menghitung debit banjir
Sintetik Nakayasu
Analisa debit banjir rancangan kala ulang diambil dari data curah hujan kala
ulang dan mengolah data tersebut dengan menggunakan Metode Hidrograf Satuan
Sintetik Nakayasu. Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu adalah metode yang
berdasarkan teori hidrograf satuan yang menggunakan curah hujan efektif (bagian dari
Data–data sungai baik itu Long Section, Cross Section maupun kemiringan dan
elevasi sungai kemudian akan diolah dengan debit banjir pada Software Hydrologic
Engineering Center River Analysis System (HEC-RAS) Versi 4.0. Output dari hasil
pengolahan data tersebut dapat ditunjukkan dengan simulasi terjadinya potensi banjir
tahunan baik berupa animasi maupun peta/gambar pada Software tersebut. Langkah
tersebut;
menunjukan tinggi banjir dan dataran banjir dengan software HEC-RAS, maka dapat
ditampilkan daerah-daerah genangan banjir dan luas areal banjir yang terjadi di
hidrolika, hidrologi dan sistem informasi geografis. Program ini kemudian dapat
digunakan sebagai interface dengan perangkat lunak SIG seperti MapInfo sehingga
dapat secara langsung memproses data spasial yang terdapat dalam SIG ke dalam model
tersebut. MapInfo akan bekerja dengan optimal apabila digunakan data peta DEM
(Digital Elevation Model ) yang umumnya dibangkitkan berdasarkan data radar atau
foto udara yang akurat. Adapun langkah penyajian sistem informasi geografis dengan
a. Peta digital DAS Deli dan Belawan khususnya Sungai Deli dan Sungai
Belawan.
f. Peta digital sungai dalam kondisi banjir menurut periode ulangnya yang
2. Menumpangtindihkan antara peta yang satu dengan yang lain, terutama peta
digital sungai dalam kondisi banjir dengan peta kontur untuk mengetahui
Mapper.
kembali dengan peta digital Kota Medan untuk mengetahui di daerah mana
saja yang terkena banjir dan dapat memberikan informasi jumlah penduduk
yang terkena dampak banjir dan juga dapat memberikan informasi luas
BAB IV
ANALISA PEMBAHASAN
Perhitungan data curah hujan kawasan bertujuan untuk mengetahui curah hujan
yang terjadi di Daerah Aliran Sungai Deli yang dimulai dari hulu sampai hilir
yang dibagi menjadi 3 daerah di atas dapat dijelaskan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Luas Areal Pengaruh Stasiun Hujan Daerah Aliran Sungai Deli
No Nama Stasiun Luas Areal
1 Stasiun Polonia 106.72 Km2
2 Stasiun Tuntungan 270.19 Km2
3 Stasiun Patumbak 96.061 Km2
Luas Total 472.971 Km2
Sumber hasil perhitungan
61
Tabel 4.2 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Polonia
Tabel 4.3 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Tuntungan
Tabel 4.4 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Patumbak
Ai Ri
A1 R1 A2 R2 A3 R3 n
R
A i
Dengan metode Polygon Thiessen maka diperoleh rangking dari pada curah
Tabel 4.5 Perhitungan Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Deli
Curah Hujan Harian Maksimum
No. Tahun (RHmax) (mm) RH max (mm)
Patumbak Polonia Tuntungan
1 2003 108 152 109 118.486
2 2004 82 70 93 85.706
3 2005 112 78 93 93.390
4 2006 40 62 101 79.849
5 2007 161 116 118 126.334
6 2008 113 81 95 95.532
7 2009 50 63 99 80.917
8 2010 98 148 106 113.906
9 2011 82 177 124 127.740
10 2012 103 52 62 68.585
Sumber hasil perhitungan
yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas. Faktor utama yang
mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau persentase lahan kedap air, kemiringan
lahan, tanaman penutup tanah, intensitas hujan. Koefisien limpasan juga tergantung
sifat, kondisi tanah. Penggunaan lahan pada DAS Deli dilihat Tabel 4.6.
Laju infiltrasi menurun pada hujan yang terus-menerus dan juga dipengaruhi
kondisi kejenuhan air sebelumnya. Faktor lain yang mempengaruhi nilai C yaitu air
tanah, derajat kepadatan tanah, porositas tanah dan simpanan depresi (Suripin, 2004).
25747 .48
C rerata = = 0.282517357 = 0.28
91140 .16
Dari hasil perhitungan di atas maka nilai koefisien limpasan 0.28 ini dapat
diartikan bahwa air hujan yang turun akan melimpas ke permukaan dan mengalir
menuju daerah hilir yang dijelaskan pada Tabel 4.7. Nilai koefisien ini juga dapat
digunakan untuk menentukan kondisi fisik dari DAS Deli yang artinya memiliki
kondisi fisik yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie dan Syarief (2005),
yang menyatakan bahwa angka koefisien aliran permukaan itu merupakan salah satu
indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 - 1.
65
Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terinterepsi dan terinfiltrasi ke dalam
tanah dan sebaliknya untuk C = 1 menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir
sebagai aliran permukaan (run off). Perubahan tata guna lahan yang terjadi secara
Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan hasil curah hujan kala ulang
dengan bantuan Software Smada (DISTRIB 2.13). Caranya yaitu dengan memasukkan
data curah hujan regional harian maksimum dijelaskan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Rangking Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Deli
Tahapan input data ke dalam Software Smada (DISTRIB 2.13) sebagai berikut:
2. Masukan data curah hujan regional harian maksimum pada kolom data
berwarna putih.
66
3. Kemudian klik pada kolom berwaran biru hingga muncul angka pada
4. Print, hingga muncul data dan di copykan pada Microsoft Excel, jika sudah
6. Dengan cara yang sama dapat melihat pada pilihan Select Distribution.
Tabel 4.9 hasil perhitungan dengan Metode Gumbel dan Gambar 4.3 grafik
Predicted Value
120.00 Predicted
Value
100.00
80.00
60.00 Distribution
40.00
20.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Weibull Probability
Tabel 4.10 hasil perhitungan dengan Metode Metode Log Pearson Tipe III dan
Gambar 4.4 grafik yang dihasilkan dengan Metode Log Pearson Tipe III.
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan dengan Metode Log Pearson Tipe III.
140.00
Log Pearson Type III
120.00
Predicted Value
100.00
80.00 Predicted
Value
60.00
40.00 Distribution
20.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Weibull Probability
Gambar 4.4 Grafik Metode Log Pearson Tipe III DAS Deli
Tabel 4.11 hasil perhitungan dengan Metode Distribusi Normal dan Gambar
Normal Distribution
140.00
Preddicted Value
120.00
100.00 Predicted
Value
80.00
60.00 Distribution
40.00
20.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Weibull Probability
Gambar 4.5 Grafik Metode Distribusi Normal DAS Deli
Tabel 4.12 hasil perhitungan dengan Metode Distribusi Log Normal dan
Gambar 4.6 grafik yang dihasilkan dengan Metode Distribusi Log Normal.
Predicted Value
100.00 Predicted
80.00
Value
60.00 Distribution
40.00
20.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Weibull Probability
Gambar 4.6 Grafik Metode Distribusi Log Normal DAS Deli
Setelah melihat dari keempat Metode yang kita pakai, Tabel 4.13 dapat dilihat
Tabel 4.13 Resume Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli
PERIODE
ULANG CURAH HUJAN
(Tahun)
LOG LOG
NORMAL PEARSON GUMBEL
NORMAL PEARSON
(mm) (mm) T III T III (mm)
(mm) (mm)
100 147.91 157.75 152.15 165.02 194.49
50 142.2 149.02 145.25 155.64 178.28
25 135.85 139.89 137.77 145.7 161.95
10 126.03 126.83 126.57 131.31 139.94
5 116.81 115.7 116.47 118.86 122.52
3 108.23 106.2 107.4 108.13 108.69
2 99.2 97.06 98.23 97.71 96.21
Sumber hasil perhitungan
71
200
190
Dari grafik dan perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk
menghitung curah hujan kala ulang digunakan Metode Gumbel karena memiliki curah
hujan yang maksimum. Agar data tersebut dapat digunakan maka, perlu di uji
Uji kecocokan data curah hujan dengan menggunakan metode Gumbel di ujikan
Tabel 4.14 Uji Distribusi Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli
Uji Distribusi Normal Log Normal Log Pearson Type III Gumbel
Dmax hasil uji 7.79 9.62 7.94 14.27
Do syarat (<) 32 32 32 32
Hasil korelasi uji Diterima Diterima Diterima Diterima
Sumber hasil perhitungan
Tabel 4.15 Rangking Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli Metode Gumbel
No
Periode Ulang (tahun)
1 100
2 50
3 25
4 10
5 5
6 hasil perhitungan
Sumber 3
7 2
4.5 Debit Banjir Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Deli
tentang garis sempadan sungai yang juga merupakan penjabaran dari Peraturan
Pemerintah No.35 Tahun 1991 dan Peraturan Menteri No. 63 tahun 1993, ketentuan
= 3.590 jam.
Tr = 0.5 Tg – 1.0 Tg
Tr = 0.7 x Tg
= 0.7 x 3.590
= 2.513 jam
T0,3 = x Tg.
= 2 x 3.590.
= 7.18 jam.
Peak time (Tp) = Tg + (0.8 x Tr).
= 5.60 jam.
= 4.15 m 3 /dt.
Base Flow (QB) = 0.5 x Qp.
= 0.5 x 4.15.
74
= 2.08 m 3 /dt.
Data di atas digunakan sebagai parameter untuk input unit Hidrograf Sungai
Deli, sedangkan data Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dapat dilihat pada
perhitungan berikut:
t 23.55 jam.
96.21 55% 15% 11% 7% 7% 5% 52.92 14.43 10.58 6.73 6.73 4.81
108.69 55% 15% 11% 7% 7% 5% 59.78 16.3 11.96 7.61 7.61 5.43
122.52 55% 15% 11% 7% 7% 5% 67.39 18.38 13.48 8.58 8.58 6.13
161.95 55% 15% 11% 7% 7% 5% 89.07 24.29 17.81 11.34 11.34 8.1
178.28 55% 15% 11% 7% 7% 5% 98.05 26.74 19.61 12.48 12.48 8.91
194.49 55% 15% 11% 7% 7% 5% 106.97 29.17 21.39 13.61 13.61 9.72
Sumber hasil perhitungan
77
Tabel 4.19 Debit Banjir Rancangan Sungai Deli Menurut Periode Kala Ulang
Untuk menganalisa potensi banjir digunakan profil sungai yang telah diolah
sebelumnya menjadi data geometrik baik itu cross section, long section, jarak tiap cross
section, angka kekasaran saluran dan elevasi sungai yang dipadukan dengan debit banjir
periode ulang yang diinput ke dalam Software HEC-RAS. HEC-RAS akan menghasilkan
output data elevasi muka air tiap cross section, elevasi muka air kritis tiap cross section,
elevasi garis energi, slope garis energi tiap cross section, kecepatan aliran tiap cross
section, luas penampang basah, Froude Number tiap cross section, penampang
memanjang dan penampang melintang. Hasil hitungan dalam bentuk grafik dan tabel
tentunya setelah program di run. Presentasi dalam bentuk grafik dipakai untuk
menampilkan tampang lintang (gerak muka air), tampang panjang (perubahan profil
muka air sepanjang alur), kurva ukur debit, gambar perspektif alur, atau hidrograf.
Presentasi dalam bentuk tabel dipakai untuk menampilkan hasil rinci berupa angka
(nilai) variabel di lokasi/titik tertentu, atau laporan ringkas proses hitungan seperti
kesalahan dan peringatan, dan presentasi dalam bentuk video akan menunjukkan daerah
Dalam penelitian ini hanya memodelkan keadaan banjir yang terjadi pada
periode ulang tahap awal 25 tahun dan tahap akhir 100 tahun di Sungai Deli sesuai
dengan rekomendasi periode ulang untuk desain banjir dan genangan (Haryono,1999).
Batasan bantaran Sungai Deli diambil sejauh 1 km dari tepi sungai dengan
asumsi HEC-RAS titik akhir merupakan dinding. Selain itu penelitian ini hanya
memperlihatkan keadaan banjir yang terjadi di sekitar kawasan Sungai Deli mulai dari
hulu sampai hilir untuk tampang melintangnya, baik sebelum banjir dan waktu banjir,
81
namun secara tampak atas akan terlihat daerah yang akan tergenang akibat banjir kala
ulang tersebut. Berdasarkan hasil running dengan waktu mulai (simulation time) pukul
00:00 tanggal 19 Agustus 2013 hingga pukul 00:00 tanggal 20 Agustus 2013, dapat
dilihat gambar profil muka air dari hulu sampai hilir di lokasi studi pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun
Dari hasil analisa maka didapat ketinggian muka air banjir adalah 5 meter dari
tebing kanan dan kiri sungai Deli, sedangkan untuk daerah dataran banjir mencapai 700
meter dari tebing kanan dan kiri sungai ditampilkan pada Gambar 4.12.
Gambar 4.13 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q 50 Tahun
Dari hasil analisa maka didapat ketinggian muka air banjir mencapai 3 meter
dari tebing kanan dan kiri sungai Deli, sedangkan untuk daerah dataran banjir mencapai
400 meter dari tebing kanan dan kiri sungai ditampilkan pada Gambar 4.14.
83
Gambar 4.15 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q 25 Tahun
dari tebing kanan dan kiri sungai Deli, sedangkan untuk daerah dataran banjir mencapai
200 meter dari tebing kanan dan kiri sungai ditampilkan pada Gambar 4.16.
84
Untuk penampang sungai yang tampak baik data cross section dan long section
secara bersamaan secara 3 dimensi (gambar perspektif) terjadinya banjir dapat dilihat
pada Gambar 4.17, yang menunjukkan muka air pada saat banjir di sepanjang alur
sungai. Garis berwarna merah menunujukkan batas penampang basah (bank) Sungai
Deli, jika air lewat dari batas tersebut, maka dapat dikatakan banjir atau air sungai
menunjukkan garis contour dan bantaran sungai, jika air tidak mampu tertampung di
dalam penampang, maka air akan meluap ke bantaran tersebut. Jarak bantaran sungai
Jarak tersebut merupakan asumsi penulis karena HEC-RAS akan membaca garis
akhir sebagai dinding jika dibuat dekat dengan penampang basah sungai (bank), yang
artinya air banjir akan lebih tinggi bukan meluap ke daerah sekitar sungai. Dan garis
biru menunjukkan air sungai yang bergerak dari hulu Sungai Deli (“550”) hingga hilir
Untuk melihat daerah genangan yang disebabkan oleh naiknya debit Sungai Deli
penulis mengkombinasikan Digital Elevation Model (DEM) dengan hasil running HEC-
RAS pada software Global Maper dan MapInfo yang disajikan dalam bentuk jpg untuk
keadaan banjir Q25,Q50 dan Q100 tahun sesuai dengan rekomendasi periode ulang untuk
Gambar 4.17 Perspektif Kondisi Sungai Deli pada saat Normal dan Banjir
86
ketinggian banjir maksimum di Sungai Deli menurut periode ulang Q 25, Q50 dan Q100
Tabel 4.20 Resume Tinggi Banjir Maksimum Sungai Deli menurut Periode Ulang
1. Untuk Q100 Tahun
Bagian Elevasi Tebing Sungai Elevasi Banjir Ketinggian Banjir
(meter) (meter) (meter)
Hulu 70 67 0
Tengah 33 38 5
Hilir 22 25 3
Sumber hasil perhitungan
banjir maksimum di Sungai Deli menurut periode ulang 25, 50 dan 100 tahun.
87
Pada Gambar 4.18 merupakan tampilan dari DAS Babura dan dari perhitungan
luas area dengan menggunakan metode Polygon Thiessen yang dibagi menjadi 3 daerah
Tabel 4.21 Luas Areal Pengaruh Stasiun Hujan Daerah Aliran Sungai Babura
Tabel 4.22 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Polonia
Tabel 4.23 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Tuntungan
Tabel 4.24 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Patumbak
Ai Ri
A1 R1 A2 R2 A3 R3 n
Kemudian data-data di atas diinput ke dalam rumus metode Polygon Thiessen.
R
A i
Tabel 4.25 Perhitungan Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Babura
Curah Hujan Harian Maksimum (RHmax)(mm) RH max
No. Tahun
Patumbak (mm) Polonia (mm) Tuntungan (mm)
1 2003 108 152 109 113.93
2 2004 82 70 93 90.36
3 2005 112 78 93 91.29
4 2006 40 62 101 96.5
5 2007 161 116 118 117.79
6 2008 113 81 95 93.4
7 2009 50 63 99 94.85
8 2010 98 148 106 110.82
9 2011 82 177 124 130.06
10 2012 103 52 62 60.87
Sumber hasil perhitungan
Nilai koefisien ini juga dapat digunakan untuk menentukan kondisi fisik dari
Sungai Babura. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie dan Syarief (2005), yang
menyatakan bahwa angka koefisien aliran permukaan itu merupakan salah satu
indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 - 1. Nilai
C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terinterepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah
dan sebaliknya untuk C = 1 menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir sebagai
aliran permukaan (run off). Perubahan tata guna lahan yang terjadi secara langsung
25746 .13
Crerata = = 0.28
95000 .16
Dari perhitungan di atas maka nilai koefisien limpasan 0.28 ini dapat diartikan
bahwa air hujan yang turun akan melimpas ke permukaan dan mengalir menuju daerah
hilir dijelaskan pada Tabel 4.26. Gambar 4.19 Rencana Tata Ruang Kota Medan.
91
Gambar 4.19 Peta Rencana Tata Ruang Kota Medan (PEMPROVSU, 2010)
92
Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan hasil curah hujan kala ulang
dengan bantuan Software Smada (DISTRIB 2.13). Caranya yaitu dengan memasukkan
data curah hujan regional harian maksimum dijelaskan pada Tabel 4.27.
Tabel 4.27 Rangking Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Babura
Hasil Perhitungan dengan Metode Gumbel dilihat pada Tabel 4.28 dan Grafik
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Weibull Probability
Hasil Perhitungan dengan Metode Log Pearson Tipe III dilihat pada Tabel 4.29
dan Grafik Metode Log Pearson Tipe III tentang DAS Babura dilihat Gambar 4.21.
94
120.00
100.00 Predicted Value
80.00 Distributi
60.00 on
40.00
20.00
0.00
0 0.5 1
Weibull Probability
Gambar 4.21 Grafik Metode Log Pearson Tipe III DAS Babura
Hasil Perhitungan dengan Metode Distribusi Normal dilihat pada Tabel 4.30 dan
80 Distributi
on
60
40
20
0
0 0.5 1
Weibull Probability
Gambar 4.22 Grafik Metode Distribusi Normal DAS Babura
Hasil Perhitungan dengan Metode Distribusi Log Normal dilihat pada Tabel
4.31 dan Grafik Distribusi Log Normal tentang DAS Babura dilihat Gambar 4.23.
96
80.00 Distributi
on
60.00
40.00
20.00
0.00
0 0.5 1
Weibull Probability
Gambar 4.23 Grafik Metode Distribusi Log Normal DAS Babura
97
Resume curah hujan dari DAS Babura dapat dilihat pada Tabel 4.32.
Tabel 4.32 Resume Perhitungan Curah Hujan Kala Ulang DAS Babura
Periode
CURAH HUJAN
Ulang
(Tahun) NORMAL LOG NORMAL PEARSON T III LOG PEARSON T GUMBEL
(mm) (mm) (mm) III (mm) (mm)
100 144.63 152.85 131.89 126.13 187.33
50 139.4 145.13 129.72 125.69 172.47
25 133.59 137 126.97 124.77 157.51
10 124.58 125.3 121.94 122.13 137.33
5 116.13 115.24 116.32 117.97 121.37
3 108.26 106.59 110.21 112.41 108.68
2 99.99 98.2 102.83 104.73 97.25
Sumber hasil perhitungan
200
190 Normal
Curah Hujan (mm)
180
Log Normal
170
160 Pearson T III
150
140 Log Pearson
130 T III
120
110
100
Dari grafik dan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menghitung
curah hujan kala ulang digunakan Metode Gumbel karena memiliki curah hujan yang
98
maksimum ditampilkan pada Gambar 4.24. Agar data tersebut dapat digunakan, diuji
Uji kecocokan data curah hujan dengan menggunakan metode Gumbel di ujikan
Tabel 4.33 Uji Distribusi Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Babura
Uji Distribusi Normal Log Normal Log Pearson Type III Gumbel
Dmax hasil uji 13.49 15.3 10.44 12.26
Do syarat (<) 32 32 32 32
Hasil korelasi uji Diterima Diterima Diterima Diterima
Sumber hasil perhitungan
Keterangan: untuk n = 10 dengan tingkat kepercayaan 0.20, Do syarat (<) = 32
= 2.467 jam.
Tr = 0.7 x Tg,
99
Tr = 0.7 x Tg.
= 0.7 x 2.467.
= 1.727 jam.
T0,3 = x Tg.
= 2 x 2.467.
= 4.934 jam.
= 3.85 jam.
= 1.30 m 3 /dt.
= 0.5 x 1.30.
= 0.65 m 3 /dt.
100
Data di atas digunakan sebagai parameter untuk input unit hidrograf Sungai
Babura, sedangkan data Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dapat dilihat pada
perhitungan berikut:
t 3.85 jam.
t 16.185 jam.
101
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
2 97.25 55% 15% 11% 7% 7% 5% 47.99 13.09 9.6 6.11 6.11 4.36
3 108.68 55% 15% 11% 7% 7% 5% 56.83 15.5 11.37 7.23 7.23 5.17
5 121.37 55% 15% 11% 7% 7% 5% 67.8 18.49 13.56 8.63 8.63 6.16
10 137.33 55% 15% 11% 7% 7% 5% 83.4 22.75 16.68 10.61 10.61 7.58
25 157.51 55% 15% 11% 7% 7% 5% 106.24 28.97 21.25 13.52 13.52 9.66
100 187.33 55% 15% 11% 7% 7% 5% 147.5 40.23 29.5 18.77 18.77 13.41
Tabel 4.37 Debit Banjir Rancangan Sungai Babura menurut Periode Kala Ulang
Gambar 4.26 Grafik Hidrograf Sintesis Nakayasu Sungai Babura menurut Periode Ulang
107
Analisa yang dilakukan sama halnya dengan Sungai Deli dimana pada HEC-
RAS ini akan menampilkan elevasi muka air banjir yang terjadi di setiap penampang
sungai baik itu penampang melintang (cross section) maupun penampang memanjang
(long section) dari sungai. Berdasarkan hasil running dengan waktu mulai (simulation
time) pukul 00:00 tanggal 19 Agustus 2013 hingga pukul 00:00 tanggal 20 Agustus
2013, maka didapat hasil analisa muka air banjir baik penampang melintang maupun
Dari hasil analisa untuk periode Q100 tahun didapat ketinggian muka air banjir
adalah 4 meter dari tebing sungai Babura Gambar 4.27, sedang untuk daerah dataran
banjir mencapai 500 meter dari tebing sungai ditampilkan pada Gambar 4.28.
Gambar 4.27 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q 100 Tahun
108
Untuk periode Q50 tahun diperoleh ketinggian muka air banjir mencapai 3 meter
dari tebing sungai pada Gambar 4.29, sedangkan daerah dataran banjir mencapai 300
meter dari tebing sungai baik kiri maupun kanan yag ditampilkan pada Gambar 4.30.
Gambar 4.29 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q 50 Tahun
109
Untuk Periode Q25 tahun diperoleh ketinggian muka air banjir mencapai 2
meter dari tebing kanan dan kiri sungai pada Gambar 4.31, sedangkan untuk daerah
dataran banjr mencapai 200 meter dari tebing kanan dan kiri sungai ditampilkan pada
Gambar 4.32.
Gambar 4.31 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q 25 Tahun
110
Gambar 4.33 Perspektif Kondisi Sungai Babura pada saat Normal dan Banjir
111
ketinggian air banjir maksimum di Sungai Babura menurut periode ulang Q 25, Q50 dan
Tabel 4.38 Resume Tinggi Banjir Maksimum Sungai Babura Periode Kala Ulang
1. Untuk Q100 Tahun
Bagian Elevasi Tebing Sungai Elevasi Muka Air Banjir Ketinggian Banjir
(meter) (meter) (meter)
Hulu 50 45 0
Tengah 30 32 2
Hilir 26 30 4
Sumber hasil perhitungan
Dari perhitungan luas area dengan menggunakan metode Polygon Thiessen yang
Tabel 4.39 Luas Areal Pengaruh Stasiun Hujan Daerah Aliran Sungai Belawan
Tabel 4.40 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Belawan
Tabel 4.41 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Bulu Cina
Tabel 4.42 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Tongkoh
Ai Ri
A1 R1 A2 R2 A3 R3 n
R
A i
Tabel 4.43 Perhitungan Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Belawan
Curah Hujan Harian Maksimum (RHmax) (mm) RH max (mm)
No. Tahun Belawan Bulu Cina Tongkoh
(mm) (mm) (mm)
1 2003 104 98 101 100.44
2 2004 127 121 125 123.794
3 2005 110 105 108 107.21
4 2006 96 91 94 93.21
5 2007 112 107 110 109.21
6 2008 111 106 109 108.21
7 2009 94 89 92 91.21
8 2010 101 96 99 98.21
9 2011 38 91 94 79.888
10 2012 73 70 72 71.397
Sumber hasil perhitungan
Perubahan tata guna lahan yang terjadi secara langsung mempengaruhi debit
puncak yang terjadi pada suatu DAS. Gambar 4.35 Rencana Tata Ruang Kota
9787 .397
Crerata = = 0.24
41763
Dari hasil perhitungan di atas maka nilai koefisien limpasan 0.24 ini dapat
diartikan bahwa air hujan yang turun akan melimpas ke permukaan dan mengalir
menuju daerah hilir yang dijelaskan pada Tabel 4.45. Nilai koefisien ini juga dapat
digunakan untuk menentukan kondisi fisik dari DAS Belawan yang artinya memiliki
kondisi fisik yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie dan Syarief (2005),
yang menyatakan bahwa angka koefisien aliran permukaan itu merupakan salah satu
indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 – 1.
Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terinterepsi dan terinfiltrasi ke dalam
tanah dan sebaliknya untuk C = 1 menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir
Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan hasil curah hujan kala ulang
dengan bantuan Software Smada (DISTRIB 2.13). Caranya yaitu dengan memasukkan
data curah hujan regional harian maksimum yang dijelaskan pada Tabel 4.46.
Tabel 4.46 Rangking Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Belawan
Hasil Perhitungan Metode Distribusi Gumbel dapat dilihat pada Tabel 4.47 dan
120.00
100.00
Predicted
80.00 Value
60.00 Distribution
40.00
20.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Weibull Probability
Gambar 4.36 Grafik Distribusi Gumbel DAS Belawan
119
Normal Distribution
140.00
120.00
Predicted
Predicted Value
100.00 Value
80.00 Distribution
60.00
40.00
20.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Weibull Probability
Hasil Perhitungan Metode Distribusi Log Pearson Tipe III dapat dilihat pada
Tabel 4.49 dan Grafik Distribusi Log Pearson Tipe III DAS Belawan dilihat pada
Gambar 4.38.
Tabel 4.49 Hasil Perhitungan Metode Distribusi Log Pearson Tipe III
120.00
Predicted Value
Predicted
100.00 Value
80.00 Distribution
60.00
40.00
20.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Weibull Probability
Gambar 4.38 Grafik Metode Distribusi Log Pearson Tipe III DAS Belawan
121
Hasil Perhitungan Metode Distribusi Log Normal dapat dilihat pada Tabel 4.50
dan Grafik Distribusi Log Normal DAS Belawan dilihat pada Gambar 4.39.
120.00
Value
100.00
80.00 Distribution
60.00
40.00
20.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Weibull Probability
Gambar 4.39 Grafik Metode Distribusi Log Normal DAS Belawan
122
Tabel 4.51 Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Belawan
PERIODE
ULANG CURAH HUJAN
PEARSON T LOG PEARSON
(Tahun) NORMAL LOG NORMAL
III T III
GUMBEL
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
100 133.19 138.4 127.15 128.11 166.83
50 129.06 132.73 124.55 126 155.13
25 124.48 126.7 121.47 123.28 143.33
10 117.38 117.9 116.28 118.27 127.43
5 110.72 110.2 110.94 112.71 114.85
3 104.52 103.48 105.52 106.8 104.85
2 98 96.85 99.35 99.89 95.84
Sumber hasil perhitungan
180
170
Curah Hujan (mm)
160 Normal
Dari grafik dan perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk
menghitung curah hujan kala ulang digunakan Metode Gumbel karena memiliki curah
hujan yang maksimum ditampilkan pada Gambar 4.40. Agar data tersebut dapat
Kolmogorof.
123
Uji kecocokan data curah hujan dengan menggunakan metode Gumbel di ujikan
Tabel 4.52 Uji Distribusi Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Belawan
Uji Distribusi Normal Log Normal Log Pearson Type III Gumbel
Dmax hasil uji 6.81 7.91 4.61 7.63
Do syarat (<) 32 32 32 32
Hasil korelasi uji Diterima Diterima Diterima Diterima
Sumber hasil perhitungan
Keterangan: untuk n = 10, dengan tingkat kepercayaan 0.20, Do syarat (<) = 32.
= 4.170 jam.
124
Tr = 0.7 x Tg.
Tr = 0.7 x Tg.
= 0.7 x 4.170.
= 2.919 jam.
T0,3 = x Tg.
= 2 x 4.170.
= 8.34 jam.
= 6.51 jam.
= 2.79 m 3 /dt.
125
= 0.5 x 2.79.
= 1.40 m 3 /dt.
Data di atas digunakan sebagai parameter untuk input unit Hidrograf Sungai
Belawan, sedangkan data Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dapat dilihat pada
perhitungan berikut:
t 6.51 jam.
t 27.36 jam.
126
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
2 95.84 55% 15% 11% 7% 7% 5% 52.71 14.38 10.54 6.71 6.71 4.79
3 104.85 55% 15% 11% 7% 7% 5% 57.67 15.73 11.53 7.34 7.34 5.24
5 114.85 55% 15% 11% 7% 7% 5% 63.17 17.23 12.63 8.04 8.04 5.74
10 127.43 55% 15% 11% 7% 7% 5% 70.09 19.11 14.02 8.92 8.92 6.37
25 143.33 55% 15% 11% 7% 7% 5% 78.83 21.5 15.77 10.03 10.03 7.17
50 155.13 55% 15% 11% 7% 7% 5% 85.32 23.27 17.06 10.86 10.86 7.76
100 166.83 55% 15% 11% 7% 7% 5% 91.76 25.02 18.35 11.68 11.68 8.34
Sumber hasil perhitungan
129
Tabel 4.56 Debit Banjir Rancangan Sungai Belawan menurut Periode Kala Ulang
Gambar 4.42 Grafik Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu Sungai Belawan menurut Periode Ulang
132
Analisa yang dilakukan sama halnya dengan sungai Deli dan Babura di mana
pada HEC-RAS ini akan menampilkan elevasi muka air banjir yang terjadi di setiap
penampang sungai baik itu penampang melintang (cross section) maupun penampang
memanjang (long section) dari sungai. Berdasarkan hasil running dengan waktu mulai
(simulation time) pukul 00:00 tanggal 19 Agustus 2013 hingga pukul 00:00 tanggal 20
Agustus 2013, maka didapat hasil analisa muka air banjir baik penampang melintang
banjir dari tebing sungai mencapai mencapai 4 meter, sedangkan daerah dataran banjir
mencapai 600 meter yang berada di bantaran kiri dan kanan sungai ditampilkan pada
Gambar 4.44.
Gambar 4.43 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun
133
Untuk hasil periode Q50 tahun Gambar 4.45 didapat untuk ketinggian muka air
banjir mencapai 3 meter dari tebing sungai baik itu tebing kanan dan kiri. Sedangkan
daerah dataran banjir mencapai 300 meter dari tebing kiri dan kanan sungai yang
Gambar 4.45 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q50 Tahun
134
muka air banjir mencapai sekitar 2 meter dari tebing kanan dan kiri sungai. Sedangkan
dataran banjir mencapai 200 meter dari tebing kanan dan kiri sungai dilihat Gambar
4.48.
Gambar 4.47 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q25 Tahun
135
Sungai Belawan menurut periode ulang Q25, Q50 dan Q100 dijelaskan pada Tabel 4.57
dan Gambar 4.49 dilihat kondisi Sungai Belawan pada saat Normal dan Banjir.
Tabel 4.57 Resume Banjir Maksimum Sungai Belawan menurut Periode Ulang
Gambar 4.49 Perspektif Kondisi Sungai Belawan pada saat Normal dan Banjir
Setelah melakukan analisa potensi banjir di Sungai Deli, Babura, dan Belawan
dengan menggunakan program HEC-RAS dapat diketahui tinggi banjir dan dataran
banjir yang terjadi di sekitar kota Medan. Untuk mengetahui informasi mengenai
daerah-daerah genangan banjir dan luas genangan banjir maka dilakukan suatu integrasi
antara HEC-RAS dengan perangkat lunak sistem informasi geografis yaitu MapInfo.
137
Hasil dari integrasi tersebut akan memberikan informasi mengenai daerah genangan
4.19.1.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun
peta, di mana peta tersebut akan menampilkan Sungai Deli yang berpotensi
menimbulkan banjir dengan periode ulang Q100 tahun. Untuk periode Q100 tahun
pada lampiran Gambar 1, akibat dari tinggi banjir tersebut menimbulkan luas
genangan banjir yang menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Deli
berkisar antara 0.63 km2 - 2.63 km2 ditampilkan pada lampiran Gambar 2 dan
Medan mencapai 30 kelurahan yang dilalui oleh Sungai Deli ditampilkan pada
lampiran gambar 3.
Kemudian untuk mengetahui berapa jumlah daerah yang terkena banjir dan
luas genangan banjir dibutuhkan data peta Kota Medan yang diambil dari BAPPEDA
Provinsi Sumatera Utara. Adapun daerah genangan dan luas genangan yang terjadi akan
Tabel 4.58 Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q 100 Tahun
Kecamatan Daerah Luas Wilayah Luas
Genangan (km²) Genangan (km²)
Medan Maimun Alur 0.21 0.21
Medan Maimun Hamdan 0.12 0.12
Medan Maimun Jati 0.21 0.21
Medan Maimun Kampung Baru 0.43 0.16
Medan Maimun Sei Mati 0.1 0.1
Medan Maimun Suka Raja 0.1 0.1
Medan Polonia Angrung 0.12 0.09
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.31
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.75
Medan Polonia Sari Rejo 0.43 0.19
Medan Johor Pangkalan Masyhur 1.75 0.54
Medan Johor Titi Kuning 0.72 0.55
Medan Barat Glugur Kota 0.25 0.14
Medan Barat Kesawan 0.41 0.41
Medan Barat Pulau Brayan Kota 0.38 0.38
Medan Barat Silalas 0.32 0.32
Medan Timur Gaharu 0.25 0.14
Medan Timur Gang Buntu 0.17 0.17
Medan Deli Kota Bangun 0.94 0.27
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 0.58 0.58
Medan Kota Mesjid 0.11 0.11
Medan Kota Pasar baru 1.5 1.5
Medan Kota Teladan Barat 0.24 0.12
Medan Labuhan Besar 1.94 0.4
Medan Labuhan Martubung 1.5 0.77
Medan Marelan rengas pulau 3.86 1.3
Medan Marelan Titi Papan 1.62 0.76
Medan Marelan Tanah Enam Ratus 1.27 0.25
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.55
Medan Petisah Sekip 0.24 0.24
Total 22.29 11.74
Sumber hasil prediksi
139
4.19.1.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q50 Tahun
Untuk periode Q50 tahun akibat luapan Sungai Deli menimbulkan banjir
mencapai ketinggian 1-3 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 4, luas dataran
banjir yang menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Deli berkisar antara
0.04 km2- 0.46 km2 ditampilkan pada lampiran Gambar 5 dan menyebabkan daerah-
daerah genangan yang terjadi di sekitar wilayah Kota Medan mencapai 18 kelurahan
yang dilalui oleh Sungai Deli ditampilkan pada lampiran Gambar 6. Adapun daerah
4.19.1.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q25 Tahun
Untuk periode Q25 tahun akibat luapan sungai Deli menimbulkan banjir
banjir yang menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Deli berkisar antara
0.06 km2 - 0.09 km2 ditampilkan pada lampiran Gambar 8 dan menyebabkan daerah-
daerah genangan yang terjadi di sekitar wilayah Kota Medan mencapai 8 kelurahan
yang dilalui oleh Sungai Deli ditampilkan pada lampiran Gambar 9. Adapun daerah
4.19.2.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura Periode Q100 Tahun
Untuk periode Q100 tahun akibat luapan Sungai Babura menimbulkan tinggi
banjir mencapai 2 - 4 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 10, luas genangan
banjir yang menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Babura berkisar
antara 0.30 km2 - 0.51 km2 ditampilkan pada lampiran Gambar 11 dan menyebabkan
141
kelurahan yang dilalui oleh Sungai Babura ditampilkan pada lampiran Gambar 12.
Adapun daerah genangan banjir terjadi akan dijelaskan pada Tabel 4.61.
Tabel 4.61 Daerah Genangan Banjir Sungai Babura Periode Q 100 Tahun
4.19.2.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura Periode Q50 Tahun
banjir mencapai 1-3 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 13, luas genangan
banjir yang menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Babura berkisar
antara 0.05 km2 - 0.30 km2, ditampilkan pada lampiran Gambar 14 dan
Medan mencapai 9 kelurahan yang dilalui oleh Sungai Babura ditampilkan pada
142
lampiran Gambar 15. Adapun daerah genangan banjir yang terjadi akan dijelaskan
4.19.2.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura Periode Q25 Tahun
Untuk periode Q25 akibat luapan Sungai Babura menimbulkan tinggi banjir
mencapai 1-2 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 16, luas genangan banjir yang
menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Babura berkisar antara sekitar
0.06 km2 - 0.11 km2, ditampilkan pada lampiran Gambar 17 dan menyebabkan daerah-
daerah genangan yang terjadi di sekitar wilayah Kota Medan mencapai 7 kelurahan
yang dilalui oleh Sungai Babura yang ditampilkan pada lampiran Gambar 18. Adapun
daerah genangan banjir yang terjadi akan dijelaskan pada Tabel 4.63.
4.19.3.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun
Untuk periode Q100 akibat luapan Sungai Belawan menimbulkan tinggi banjir
mencapai 1-4 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 19, luas genangan banjir
yang menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Belawan berkisar antara
0.06 km2 - 0.16 km2 ditampilkan pada lampiran Gambar 20 dan menyebabkan daerah-
daerah genangan yang terjadi di sekitar wilayah Kota Medan mencapai 3 kelurahan
yang dilalui oleh Sungai Belawan ditampilkan pada lampiran Gambar 21. Adapun
daerah genangan banjir yang terjadi akan dijelaskan pada Tabel 4.64.
Untuk periode Q50 akibat luapan Sungai Belawan menimbulkan tinggi banjir
mencapai 1-3 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 22, luas genangan banjir yang
menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Belawan berkisar antara 0.07
km2 - 0.12 km2 ditampilkan pada Lampiran Gambar 23 dan menyebabkan daerah-
144
kelurahan yang dilalui oleh Sungai Belawan ditampilkan pada lampiran Gambar 24.
Adapun daerah genangan banjir yang terjadi akan dilihat pada Tabel 4.65.
Untuk periode Q25 akibat luapan Sungai Belawan menimbulkan tinggi banjir
mencapai 1-2 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 25, luas genangan banjir yang
menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Belawan berkisar antara 0.06
km2 – 0.08 km2 ditampilkan pada Lampiran Gambar 26 dan menyebabkan daerah-
daerah genangan yang terjadi di sekitar wilayah Kota Medan mencapai 2 kelurahan
yang dilalui oleh Sungai Belawan ditampilkan pada lampiran Gambar 27. Adapun
daerah genangan banjir yang terjadi akan dilihat pada Tabel 4.66.
1. Jumlah penduduk per kelurahan diperoleh dari data BPS Kota Medan.
2. Jumlah rumah per kelurahan diperoleh dari data BPS Kota Medan.
Tabel 4.67 Standar Perkiraan Nilai Kerusakan, Kerugian Rumah Akibat Banjir
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak banjir
akibat luapan Sungai Deli periode 100 tahun mencapai 219658 orang dijelaskan pada
Tabel 4.68.
Tabel 4.68 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun
Jumlah
Luas Jumlah Luas Penduduk
Kecamatan Daerah Genangan Wilayah Penduduk Genangan terkena
(km²) (km²) dampak
(jiwa) (Jiwa)
Medan Maimun Aur 0.21 5639 0.21 5639
Medan Maimun Hamdan 0.12 5120 0.12 5120
Medan Maimun Jati 0.21 768 0.21 768
Medan Maimun Kampung Baru 0.43 16969 0.16 6314
Medan Maimun Sei Mati 0.1 7913 0.1 7913
Medan Maimun Suka Raja 0.1 3256 0.1 3256
Medan Polonia Angrung 0.12 1729 0.09 1297
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 2785 0.31 2785
Medan Polonia Suka Damai 1.66 5563 0.75 2513
Medan Polonia Sari Rejo 0.43 26083 0.19 4955
Medan Johor Pangkalan Masyhur 1.75 31683 0.54 9776
Medan Johor Titi Kuning 0.72 21257 0.55 16238
Medan Barat Glugur Kota 0.25 7921 0.14 4436
Medan Barat Kesawan 0.41 3719 0.41 3719
Medan Barat Pulau Brayan Kota 0.38 11693 0.38 11693
Medan Barat Silalas 0.32 7039 0.32 7039
Medan Timur Gaharu 0.25 7872 0.14 4408
Medan Timur Gang Buntu 0.17 3473 0.17 3473
Medan Deli Kota Bangun 0.94 10904 0.27 3132
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 0.58 34472 0.58 34472
Medan Kota Mesjid 0.11 3063 0.11 3063
Medan Kota Pasar baru 1.5 2884 1.5 2884
Medan Kota Teladan Barat 0.24 7274 0.12 3637
Medan Labuhan Besar 1.94 34228 0.4 7057
Medan Labuhan Martubung 1.5 16265 0.77 8349
Medan Marelan rengas pulau 3.86 55881 1.3 18820
Medan Marelan Titi Papan 1.62 30409 0.76 14266
Medan Marelan Tanah Enam Ratus 1.27 29684 0.25 29684
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 9137 0.55 9137
147
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah rumah yang terkena dampak banjir
akibat luapan Sungai Deli periode 100 tahun mencapai 42336 unit dijelaskan pada
Tabel 4.69.
Tabel 4.69 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun
Jumlah
Jumlah Luas Luas Rumah
Kecamatan Daerah Genangan Rumah Wilayah Genangan Terendam
(unit) (km²) (km²)
(unit)
Medan Maimun Aur 1800 0.21 0.21 1800
Medan Maimun Hamdan 2120 0.12 0.12 2120
Medan Maimun Jati 257 0.21 0.21 257
Medan Maimun Kampung Baru 3245 0.43 0.16 1207
Medan Maimun Sei Mati 2005 0.1 0.1 2005
Medan Maimun Suka Raja 903 0.1 0.1 903
Medan Polonia Angrung 428 0.12 0.09 321
Medan Polonia Madras Hulu 961 0.31 0.31 961
Medan Polonia Suka Damai 1049 1.66 0.75 473
Medan Polonia Sari Rejo 797 0.43 0.19 352
Medan Johor Pangkalan Masyhur 4520 1.75 0.54 1395
Medan Johor Titi Kuning 3225 0.72 0.55 2464
Medan Barat Glugur Kota 1971 0.25 0.14 1104
Medan Barat Kesawan 2028 0.41 0.41 2028
Medan Barat Pulau Brayan Kota 2842 0.38 0.38 2842
Medan Barat Silalas 1159 0.32 0.32 1159
Medan Timur Gaharu 1435 0.25 0.14 804
Medan Timur Gang Buntu 1450 0.17 0.17 1450
Medan Deli Kota Bangun 1225 0.94 0.27 352
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 3802 0.58 0.58 3802
Medan Kota Mesjid 1021 0.11 0.11 1021
Medan Kota Pasar baru 1264 1.5 1.5 1264
Medan Kota Teladan Barat 1349 0.24 0.12 675
Medan Labuhan Besar 4723 1.94 0.4 974
Medan Labuhan Martubung 1993 1.5 0.77 1023
Medan Marelan rengas pulau 6322 3.86 1.3 2129
Medan Marelan Titi Papan 3508 1.62 0.76 1646
Medan Marelan Tanah Enam Ratus 3567 1.27 0.25 702
148
dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah estimasi kerugian
dampak banjir akibat luapan Sungai Deli periode 100 tahun mencapai sekitar Rp
Tabel 4.70 Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Deli Periode Q 100 Tahun
Jumlah
Jumlah Luas Rumah Estimasi Biaya
Kecamatan Daerah Genangan Rumah Genangan Terendam
Kerugian (Rp)
(unit) (km²)
(unit)
Medan Maimun Aur 1800 0.21 1800 Rp 36,000,000,000
Medan Maimun Hamdan 2120 0.12 2120 Rp 42,400,000,000
Medan Maimun Jati 257 0.21 257 Rp 5,140,000,000
Medan Maimun Kampung Baru 3245 0.16 1207 Rp 24,148,837,209
Medan Maimun Sei Mati 2005 0.1 2005 Rp 40,100,000,000
Medan Maimun Suka Raja 903 0.1 903 Rp 18,060,000,000
Medan Polonia Angrung 428 0.09 321 Rp 6,420,000,000
Medan Polonia Madras Hulu 961 0.31 961 Rp 19,220,000,000
Medan Polonia Suka Damai 1049 0.75 473 Rp 9,478,915,663
Medan Polonia Sari Rejo 797 0.19 352 Rp 7,043,255,814
Medan Johor Pangkalan Masyhur 4520 0.54 1395 Rp 27,894,857,143
Medan Johor Titi Kuning 3225 0.55 2464 Rp 49,270,833,333
Medan Barat Glugur Kota 1971 0.14 1104 Rp 22,075,200,000
Medan Barat Kesawan 2028 0.41 2028 Rp 40,560,000,000
Medan Barat Pulau Brayan Kota 2842 0.38 2842 Rp 56,840,000,000
Medan Barat Silalas 1159 0.32 1159 Rp 23,180,000,000
Medan Timur Gaharu 1435 0.14 804 Rp 16,072,000,000
Medan Timur Gang Buntu 1450 0.17 1450 Rp 29,000,000,000
Medan Deli Kota Bangun 1225 0.27 352 Rp 7,037,234,043
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 3802 0.58 3802 Rp 76,040,000,000
Medan Kota Mesjid 1021 0.11 1021 Rp 20,420,000,000
Medan Kota Pasar baru 1264 1.5 1264 Rp 25,280,000,000
Medan Kota Teladan Barat 1349 0.12 675 Rp 13,490,000,000
149
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak banjir
akibat luapan Sungai Deli periode 50 tahun mencapai 50434 orang dijelaskan pada
Tabel 4.71.
Tabel 4.71 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Deli Periode Q50 Tahun
Jumlah
Luas
Daerah Genangan Luas Jumlah Penduduk
Kecamatan Wilayah
Genangan Penduduk Terkena
(km²)
(km²) Dampak (Jiwa)
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.14 9137 2326
Medan Timur Gang Buntu 0.17 0.14 3473 2860
Medan Barat Kesawan 0.41 0.09 3719 816
Medan Maimun Hamdan 0.12 0.12 5120 5120
Medan Maimun Kampung baru 0.43 0.22 16969 8682
Medan Maimun Aur 0.21 0.11 5639 2954
Medan Maimun Jati 0.21 0.21 768 768
Medan Maimun Sei Mati 0.1 0.1 7913 7913
Medan Maimun Suka Raja 0.1 0.1 3256 3256
Medan Kota Pasar baru 1.5 0.03 2884 58
Medan Kota Teladan Barat 0.24 0.08 7274 2425
Medan Kota Mesjid 0.11 0.06 3063 1671
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.55 5563 1843
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.17 2785 1527
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 0.58 0.09 34472 5349
Medan Deli Kota Bangun 0.94 0.12 10904 1392
Medan Labuhan Titi Papan 1.62 0.04 30409 751
150
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah rumah yang terkena dampak banjir
akibat luapan Sungai Deli periode 50 tahun mencapai 13110 unit dijelaskan pada Tabel
4.72.
Tabel 4.72 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Deli Periode Q 50 Tahun
Luas Jumlah
Daerah Luas Jumlah
Rumah
Kecamatan Genangan Wilayah Genangan Rumah
Terendam
(km²) (km²) (Unit)
(Unit)
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.14 2990 761
Medan Timur Gang Buntu 0.17 0.14 1450 1194
Medan Barat Kesawan 0.41 0.09 2028 445
Medan Maimun Hamdan 0.12 0.12 2120 2120
Medan Maimun Kampung baru 0.43 0.22 3245 1660
Medan Maimun Aur 0.21 0.11 1800 943
Medan Maimun Jati 0.21 0.21 257 257
Medan Maimun Sei Mati 0.1 0.1 2005 2005
Medan Maimun Suka Raja 0.1 0.1 903 903
Medan Kota Pasar baru 1.5 0.03 1264 25
Medan Kota Teladan Barat 0.24 0.08 1349 450
Medan Kota Mesjid 0.11 0.06 1021 557
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.55 1049 348
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.17 961 527
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 0.58 0.09 3802 590
Medan Deli Kota Bangun 0.94 0.12 1225 156
Medan Labuhan Titi Papan 1.62 0.04 3508 87
Medan Labuhan Rengas Pulau 3.86 0.05 6322 82
Total 13.12 2.42 37299 13110
Sumber hasil perhitungan
151
dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah estimasi
kerugian dampak banjir akibat luapan Sungai Deli periode 50 tahun mencapai sekitar
Tabel 4.73 Jumlah Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Deli Periode Q 50 Tahun
Jumlah
Luas Jumlah
Rumah Estimasi Biaya
Kecamatan Daerah Genangan Genangan Rumah
Terendam Kerugian (Rp)
(km²) (Unit)
(Unit)
Medan Petisah Petisah Tengah 0.14 2990 761 Rp 15,221,818,182
Medan Timur Gang Buntu 0.14 1450 1194 Rp 23,882,352,941
Medan Barat Kesawan 0.09 2028 445 Rp 8,903,414,634
Medan Maimun Hamdan 0.12 2120 2120 Rp 42,400,000,000
Medan Maimun Kampung baru 0.22 3245 1660 Rp 33,204,651,163
Medan Maimun Aur 0.11 1800 943 Rp 18,857,142,857
Medan Maimun Jati 0.21 257 257 Rp 5,140,000,000
Medan Maimun Sei Mati 0.1 2005 2005 Rp 40,100,000,000
Medan Maimun Suka Raja 0.1 903 903 Rp 18,060,000,000
Medan Kota Pasar baru 0.03 1264 25 Rp 505,600,000
Medan Kota Teladan Barat 0.08 1349 450 Rp 8,993,333,333
Medan Kota Mesjid 0.06 1021 557 Rp 11,138,181,818
Medan Polonia Suka Damai 0.55 1049 348 Rp 6,951,204,819
Medan Polonia Madras Hulu 0.17 961 527 Rp 10,540,000,000
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 0.09 3802 590 Rp 11,799,310,345
Medan Deli Kota Bangun 0.12 1225 156 Rp 3,127,659,574
Medan Labuhan Titi Papan 0.04 3508 87 Rp 1,732,345,679
Medan Labuhan Rengas Pulau 0.05 6322 82 Rp 1,637,823,834
Total 2.42 37299 13110 Rp262,194,839,180
Sumber hasil perhitungan
152
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak banjir
akibat luapan Sungai Deli periode 25 tahun mencapai 28755 orang dijelaskan pada
Tabel 4.74.
Tabel 4.74 Jumlah Penduduk Terkena Dampak Banjir Sungai Deli Periode Q 25 Tahun
Tabel 4.75 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Deli Periode Q 25 Tahun
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah rumah terkena dampak banjir akibat
luapan Sungai Deli periode 25 tahun mencapai 7803 unit dilihat Tabel 4.75.
dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah estimasi kerugian
dampak banjir akibat luapan Sungai Deli periode 25 tahun mencapai sekitar Rp
Tabel 4.76 Jumlah Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Deli Periode Q 25 Tahun
Luas Jumlah
Jumlah
Daerah Genangan Rumah Estimasi Biaya
Kecamatan Rumah
Genangan Terendam Kerugian (Rp)
(km²) (Unit)
(Unit)
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak banjir
akibat luapan Sungai Babura periode 100 tahun mencapai 60711 orang yang akan
Tabel 4.77 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Babura Periode Q 100 Tahun
luapan Sungai Babura periode 100 tahun mencapai 13508 unit dilihat Tabel 4.78.
155
Tabel 4.78 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Babura periode Q 100 Tahun
Luas Luas
Daerah Jumlah Jumlah Rumah
Kecamatan Wilayah Genangan
Genangan Rumah (Unit) Terendam (unit)
(km²) (km²)
Medan Selayang Beringin 0.33 0.05 1034 157
Medan Barat Kesawan 0.41 0.05 2028 247
Medan Baru Titi Rante 0.39 0.22 1335 753
Medan Baru Padang Bulan 0.66 0.46 4457 3106
Medan Baru Merdeka 0.35 0.2 1796 1026
Medan Baru Darat 0.16 0.16 606 606
Medan Baru Babura 0.35 0.08 268 61
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.19 961 589
Medan Polonia Sari Rejo 0.79 0.13 797 131
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.2 1049 126
Medan Polonia Polonia 0.52 0.52 2498 2498
Medan Polonia Angrung 0.12 0.12 428 428
Medan Petisah Petisah Hulu 0.27 0.27 788 788
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.55 2990 2990
Total 6.87 3.2 113647 13508
Sumber hasil perhitungan
dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah estimasi kerugian
dampak banjir akibat luapan Sungai Babura periode 100 tahun mencapai sekitar Rp
Tabel 4.79 Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Babura periode Q100 Tahun
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak banjir akibat
luapan Sungai Babura periode 50 tahun mencapai 32856 orang dijelaskan pada Tabel
4.80.
Tabel 4.80 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Babura Periode Q 50 Tahun
Daerah
Luas Jumlah Jumlah Penduduk
Genangan Luas Wilayah
Kecamatan Genangan Penduduk Terkena Dampak
(km²)
(km²) (jiwa) (Jiwa)
Medan Baru Titi Rante 0.39 0.07 9048 1624
Medan Baru Padang Bulan 0.66 0.14 9123 1935
Medan Baru Darat 0.16 0.16 1911 1911
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.03 5563 101
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.12 2785 1078
Medan Polonia Polonia 0.52 0.52 17392 17392
Medan Polonia Angrung 0.12 0.12 1729 1729
157
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah rumah yang terkena dampak banjir
akibat luapan Sungai Babura periode 50 tahun mencapai 7064 unit dijelaskan pada
Tabel 4.81.
Tabel 4.81 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Babura periode Q 50 Tahun
Luas
Daerah Luas Wilayah Jumlah Rumah Jumlah Rumah
Kecamatan Genangan
Genangan (km²) (Unit) Terendam (unit)
(km²)
Medan Baru Titi Rante 0.39 0.07 1335 240
Medan Baru Padang Bulan 0.66 0.14 4457 945
Medan Baru Darat 0.16 0.16 606 606
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.03 1049 19
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.12 961 372
Medan Polonia Polonia 0.52 0.52 2498 2498
Medan Polonia Angrung 0.12 0.12 428 428
Medan Petisah Petisah Hulu 0.27 0.13 788 379
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.29 2990 1577
Total 4.25 1.58 15112 7064
Sumber hasil perhitungan
Tabel 4.82 Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Babura periode Q50 Tahun
Luas Jumlah
Jumlah Rumah Estimasi Biaya
Kecamatan Dearah Genangan Genangan Rumah
Terendam (unit) Kerugian (Rp)
(km²) (Unit)
Medan Baru Titi Rante 0.07 1335 240 Rp 4,792,307,692
Medan Baru Padang Bulan 0.14 4457 945 Rp 18,908,484,848
Medan Baru Darat 0.16 606 606 Rp 12,120,000,000
Medan Polonia Suka Damai 0.03 1049 19 Rp 379,156,627
158
dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah estimasi kerugian
dampak banjir akibat luapan Sungai Babura periode 50 tahun mencapai sekitar Rp
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak banjir
akibat luapan Sungai Babura periode 25 tahun mencapai 13287 orang dijelaskan pada
Tabel 4.83.
Tabel 4.83 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Babura Periode Q 25 Tahun
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah rumah yang terkena dampak banjir
akibat luapan Sungai Babura periode 25 tahun mencapai 3128 unit dijelaskan pada
Tabel 4.84.
Tabel 4.84 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Babura periode Q 25 Tahun
Luas
Daerah Luas Wilayah Jumlah Jumlah Rumah
Kecamatan Genangan
Genangan (km²) Rumah (Unit) Terendam (unit)
(km²)
Medan Baru Padang Bulan 0.66 0.06 4457 405
Medan Baru Darat 0.16 0.04 606 152
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.09 961 279
Medan Polonia Polonia 0.52 0.18 2498 865
Medan Polonia Angrung 0.12 0.03 428 107
Medan Petisah Petisah Hulu 0.27 0.08 788 233
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.2 2990 1087
dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah estimasi kerugian
dampak banjir akibat luapan Sungai Babura periode 25 tahun mencapai sekitar Rp
Tabel 4.85 Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Babura periode Q25 Tahun
Luas
Dearah Jumlah Jumlah Rumah Estimasi Biaya
Kecamatan Genangan
Genangan Rumah (Unit) Terendam (unit) Kerugian (Rp)
(km²)
Medan Baru Padang Bulan 0.06 4457 405 Rp 8,103,636,364
Medan Baru Darat 0.04 606 152 Rp 3,030,000,000
Medan Polonia Madras Hulu 0.09 961 279 Rp 5,580,000,000
Medan Polonia Polonia 0.18 2498 865 Rp 17,293,846,154
Medan Polonia Angrung 0.03 428 107 Rp 2,140,000,000
Medan Petisah Petisah Hulu 0.08 788 233 Rp 4,669,629,630
Medan Petisah Petisah Tengah 0.2 2990 1087 Rp 21,745,454,545
Total 0.68 12728 3128 Rp 62,562,566,693
Sumber hasil perhitungan
Tabel 4.86 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Belawan Periode Q 100 Tahun
banjir akibat luapan Sungai Belawan periode 100 tahun mencapai 12625 orang
Tabel 4.87 Jumlah Rumah Terkena Banjir Sungai Belawan Periode Q 100 Tahun
Luas
Daerah Luas Wilayah Jumlah Penduduk
Kecamatan Genangan
Genangan (km²) (jiwa)
(km2)
Medan Sunggal Kel Lalang 0.95 0.32 3042
Medan Helvetia Cinta Damai 0.85 0.16 3567
Medan Helvetia Tanjung Dusta 1.09 0.19 2300
Total 2.89 0.67 8909
Sumber hasil perhitungan
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah rumah yang terkena dampak banjir
akibat luapan Sungai Belawan periode 100 tahun mencapai 2097 unit dijelaskan pada
Tabel 4.87.
Tabel 4.88 Jumlah Estimasi Kerugian Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun
Luas Jumlah
Dearah Jumlah Rumah Estimasi Biaya
Kecamatan Genangan Rumah
Genangan Terendam (unit) Kerugian (Rp)
(km²) (Unit)
Medan Sunggal Kel Lalang 0.32 3042 1025 Rp 20,493,473,684,-
Medan Helvetia Cinta Damai 0.16 3567 671 Rp 13,428,705,882,-
Medan Helvetia Tanjung Dusta 0.19 2300 401 Rp 8,018,348,624,-
Total 0.67 8909 2097 Rp 41,940,528,190,-
Sumber hasil perhitungan
dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh jumlah estimasi
kerugian dampak banjir akibat luapan Sungai Belawan untuk periode 100 tahun
akibat luapan Sungai Belawan periode 50 tahun mencapai 3009 orang dijelaskan pada
Tabel 4.89.
Tabel 4.89 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Belawan Periode Q 50 Tahun
Dari perhitungan diperoleh jumlah rumah yang terkena dampak banjir luapan
Sungai Belawan periode 50 tahun mencapai 1102 unit dijelaskan pada Tabel 4.90.
Tabel 4.90 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan Periode Q 50 Tahun
Luas Luas
Daerah Jumlah Rumah Jumlah Rumah
Kecamatan Wilayah Genangan
Genangan (unit) Terendam (unit)
(km²) (km²)
Medan Sunggal Lalang 0.95 0.19 3042 608
Tabel 4.91 Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Belawan Periode Q50 Tahun
Kecamatan Daerah Luas Jumlah Jumlah Rumah Estimasi Biaya Banjir
Genangan Genangan Rumah Terendam (unit) (Rp)
(km²) (unit)
Medan Sunggal Lalang 0.19 3042 608 Rp 12,168,000,000,-
Medan Helvetia Cinta Damai 0.11 3567 462 Rp 9,232,235,294,-
Total 0.3 6609 1102 Rp 21,400,235,294,-
Sumber hasil perhitungan
163
rumah akibat banjir sekitar Rp 20 juta/unit dimasukan kedalam klasifikasi rusak berat
dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh jumlah estimasi
kerugian yang diakibatkan dampak banjir akibat luapan Sungai Belawan periode 50
akibat luapan Sungai Belawan untuk periode 25 tahun mencapai 2751 orang dijelaskan
Tabel 4.92 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Belawan Periode Q 25 Tahun
Hasil perhitungan yang diperoleh jumlah rumah yang terkena dampak banjir
akibat luapan Sungai Belawan periode 25 tahun mencapai 528 unit dilihat pada Tabel
4.93.
164
Tabel 4.93 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan Periode Q25 Tahun
dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah estimasi kerugian
yang diakibatkan dampak banjir akibat luapan Sungai Belawan untuk periode 25
Tabel 4.94 Jumlah Estimasi Kerugian Banjir Sungai Belawan Periode Q25 Tahun
Jumlah
Daerah Luas Jumlah
Rumah Estimasi Biaya
Kecamatan Genangan Genangan Rumah
Terendam Banjir (Rp)
(km²) (unit)
(unit)
Medan Sunggal Lalang 0.06 3042 192 Rp 3,842,526,316,-
Medan Helvetia Cinta Damai 0.08 3567 336 Rp 6,714,352,941,-
Total 0.14 6609 528 Rp 10,556,879,257,-
Sumber hasil perhitungan
infrastruktur yang terkena genangan banjir di sekitar wilayah Kota Medan. Dalam
penelitian ini akan menampilkan infrastruktur yang berkaitan dengan publik seperti:
Akibat dari genangan banjir mengakibatkan ruas jalan yang berada di sekitar
daerah genangan terendam banjir ditampilkan pada lampiran Gambar 28. Adapun
Tabel 4.95 Jalan Arteri Sekunder Terkena Dampak Banjir DAS Deli
dan bandara yang berada di Kota Medan ditampilkan pada lampiran Gambar 29. Ada
infrastruktur transportasi yang terkena akibat dampak dari banjir banjir dijelaskan
4.21.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir DAS Deli Terhadap Fasilitas Utama di
Kota Medan
Selain Infrastruktur jalan dan transportasi fasilitas utama terkena banjir seperti:
Perbelanjaan. Fasilitas utama terkena dampak banjir dilihat pada lampiran Gambar 30
dan 31. Fasilitas utama yang terkena dampak banjir dijelaskan pada Tabel 4.97.
No Fasilitas Utama
1 Universitas Sumatera Utara
2 Kawasan Perdagangan
3 Asrama Haji Medan
4 Rumah Sakit
5 Pusat Perbelanjaan
Sumber hasil prediksi
4.21.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Terhadap Fasilitas Umum
di Kota Medan
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik ) Kota Medan dijelaskan pada
lampiran Tabel 1 terdapat beberapa fasilitas umum yang berada di tiap kelurahan,
fasilitas umum yang terkena dampak banjir akibat luapan Sungai Deli dapat dianalisa
167
dengan formula estimasi resiko banjir dan mengacu pada lampiran Gambar 3, 6, dan 9,
sehingga mengakibatkan hampir 338 unit fasilitas umum terkena dampak banjir
Daerah
Kecamatan Hotel Restoran SPBU Mall RS SMP SMA SD
Genangan
Medan Maimun Alur 1 8 0 0 1 0 1 2
Medan Maimun Hamdan 1 10 0 0 1 0 0 1
Medan Maimun Jati 0 3 1 0 2 0 1 3
Medan Maimun Kampung Baru 0 4 0 0 1 1 2 3
Medan Maimun Sei Mati 0 0 1 0 0 0 0 5
Medan Maimun Suka Raja 3 2 0 3 0 0 0 1
Medan Polonia Angrung 0 3 0 0 0 0 1 3
Medan Polonia Madras Hulu 2 25 0 0 0 0 2 4
Medan Polonia Suka Damai 1 2 0 0 0 0 1 1
Medan Polonia Sari Rejo 0 0 0 0 0 0 0 2
Medan Johor Pangkalan Masyhur 0 2 1 0 1 2 0 0
Medan Johor Titi Kuning 0 8 1 0 0 5 6 0
Medan Barat Glugur Kota 0 0 0 0 0 0 0 0
Medan Barat Kesawan 0 0 0 0 0 0 0 0
Medan Barat Pulau Brayan Kota 0 0 0 0 0 0 0 0
Medan Barat Silalas 0 0 0 0 0 0 0 0
Medan Timur Gaharu 1 1 1 0 1 3 2 4
Medan Timur Gang Buntu 10 5 0 0 1 2 2 1
Medan Deli Kota Bangun 0 1 0 0 0 0 0 1
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 0 15 0 0 0 2 2 9
Medan Kota Mesjid 0 0 0 0 2 1 1 1
Medan Kota Pasar baru 0 0 0 0 1 0 0 0
Medan Kota Teladan Barat 0 0 0 0 0 4 6 5
Medan Labuhan Besar 0 6 0 0 0 1 0 2
Medan Labuhan Martubung 0 9 1 0 0 2 1 5
Medan Marelan Rengas Pulau 0 2 0 0 1 2 2 8
168
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik ) Kota Medan dijelaskan pada
lampiran Tabel 2 terdapat beberapa tempat fasilitas umum yang berada di tiap
kelurahan, fasilitas umum yang terkena dampak banjir akibat luapan dari Sungai
Babura dapat dianalisa dengan formula estimasi resiko banjir dan mengacu pada
lampiran Gambar 12, 15, dan 18, sehingga mengakibatkan hampir 63 unit fasilitas
umum terkena dampak banjir, fasilitas tersebut dapat dilihat dan dijelaskan pada Tabel
4.99.
Daerah
Kecamatan Hotel Restoran SPBU Mall RS SMP SMA SD
Genangan
Medan Baru Beringin 0 0 0 0 1 0 1 2
Medan Baru Titi Rante 0 0 0 0 0 1 2 5
Medan Baru Padang Bulan 0 0 0 0 1 2 0 3
Medan Baru Merdeka 0 0 1 0 3 2 1 3
Medan Baru Darat 0 0 0 0 0 1 1 0
Medan Polonia Sari Rejo 0 0 0 0 1 0 0 0
Medan polonia Suka Damai 0 1 0 0 0 0 0 0
Medan Polonia Polonia 0 8 0 0 1 0 2 7
169
Selain DAS Deli banjir juga kerap terjadi dari DAS Belawan khususnya
Sungai Belawan yang alirannya hampir melintasi Kota Medan, genangan banjir
lampiran Gambar 32. Infrastruktur yang terkena dampak banjir dilihat Tabel 4.100.
Tabel 4.100 Infrastruktur Jalan Transportasi Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan
No Infrastruktur
1 JL. Gatot Subroto
2 Terminal Pinang Baris
3 Jalur Kereta Api
Sumber hasil prediksi
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Medan dijelaskan pada
lampiran Tabel 3 terdapat beberapa fasilitas umum yang berada di tiap kelurahan,
fasilitas umum yang terkena dampak banjir akibat luapan Sungai Belawan dapat
dianalisa dengan formula estimasi resiko banjir dan mengacu pada lampiran Gambar
170
21, 24, dan 27, sehingga mengakibatkan hampir 6 unit fasilitas umum terkena dampak
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa pada bab sebelumnya maka didapat kesimpulan dari penelitian
ini adalah:
1. Debit banjir rancangan maksimum Sungai Deli periode Q100 tahun = 809.21
m3/det. Hasil analisa HEC-RAS menyatakan Sungai Deli dengan debit Q100
tahun = 809.21 m3/det lebih besar dari kapasitas sungai atau memiliki
dataran banjir mencapai 700 meter dari tebing sungai. Hasil analisa spasial
terkena dampak banjir mencapai 219658 orang dan biaya kerugian sebesar
dengan debit Q50 tahun = 741.94 m3/det lebih besar dari kapasitas sungai
maksimum 3 meter dan dataran banjir mencapai 400 meter dari tebing
674.17 m3/det lebih besar dari kapasitas sungai atau memiliki potensi banjir,
mencapai 200 meter dari tebing sungai. Hasil analisa spasial dengan sistem
debit Q100 tahun = 301.46 m3/det lebih besar dari kapasitas sungai atau
meter dan dataran banjir mencapai 500 meter dari tebing sungai. Hasil
penduduk yang terkena dampak banjir sebanyak 60711 orang dan biaya
menyatakan Sungai Babura dengan debit Q50 tahun = 262.15 m3/det lebih
173
300 meter dari tebing sungai. Hasil analisa spasial dengan sistem informasi
debit banjir rancangan maksimum periode Q25 tahun = 221.63 m3/det. Hasil
262.15 m3/det lebih besar dari kapasitas sungai atau memiliki potensi banjir,
banjir mencapai 200 meter dari tebing sungai. Hasil analisa spasial dengan
62,562,566,693,-.
dengan debit Q100 tahun = 411.00 m3/det lebih besar dari kapasitas sungai
4 meter dan dataran banjir mencapai 600 meter dari tebing sungai. Hasil
yang terkena dampak banjir sebanyak 12625 orang dan biaya kerugian
Sungai Belawan dengan debit Q50 tahun = 382.27 m3/det lebih besar dari
banjir mencapai 3 meter dan dataran banjir mencapai 300 meter dari tebing
prediksi bahwasanya informasi luas genangan banjir mencapai 0.30 km2 dan
debit banjir rancangan maksimum periode Q25 tahun = 353.30 m3/det. Hasil
353.30 m3/det lebih besar dari kapasitas sungai atau memiliki potensi banjir,
banjir mencapai 200 meter dari tebing sungai. Hasil analisa spasial dengan
10,556,879,257,-.
175
transportasi dan 5 unit fasilitas utama. Selain itu hampir sebanyak 401 unit
fasilitas umum yang berada di sekitar wilayah Kota Medan terkena dampak
5.2 Saran
konservasi.
3. Untuk di bagian hulu dari kedua sungai tersebut perlu dilakukan suatu
sungai tersebut khususnya di bagian tengah dan hilir sungai. Dan di bagian
176
6. Penelitian mengenai potensi resiko banjir di DAS Deli dan DAS Belawan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2004). SNI 03-2415-1991 Rev. 2004 : Tata Cara Perhitungan Debit Banjir,
Badan Standarisasi Nasional
Albrecht. 2007. Key Concepts and Technique in GIS. Los Angeles.
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Cech, T.V. 2005. Principles of Water Resources History, Development, Management,
and Policy. Second Edition. Wiley. USA.
Chow, V T. 1970. Hidrolika Saluran Terbuka (Open Channel Hydraulics). PT.Gelora
Aksara Pratama.
Departemen Pekerjaan Umum Balai Wilayah Sungai Sumatera Utara II. 2008.
Laporan Akhir Pekerjaan Inventarisasi & Review Design Sungai Deli
Tahun Anggaran 2008. PT. Deka Konsultan.
Departemen Kimpraswil. 2002. Laporan Akhir Evaluasi Pemanfaatan Ruang Kawasan
Medan Dalam Rangka Pemanduserasian Pengelolaan SWS Belawan-
Belumai. PT. Gapura Nirwana Agung.
Forman, R.T.T ang M. Gordon. 1986. Landscape ecologi. John Wiley & Sons.Inc.
Freier. 2005. Principle of Water Resources: History, Development, Management and
Policy in GIS Flooding, New Jersey.
Galati, S. R. 2006. Geographic Information Systems Demystified. Artech House,
London.
Ghani. 2000. Isu dan Amalan Dalam Reka Bentuk Sistem Pemetaan risiko Banjir
Secara Menyeluruh. National Civil Engineering Conference, AWAM
2000.
Ginting, M. 2012. Studi Potensi dan Mitigasi Banjir Kota Medan. Prosiding Seminar
Nasional-1 BMPTTSSI USU, Medan.
Gregory, I. N. and Ell P.S. (2007) Historical GIS: Techniques, methodologies and
scholarship. Cambridge University Press: Cambridge.
Hasibuan. G.M 2004. Model koordinasi kelembagaan pengelolaan banjir perkotaan
terpadu.Disertasi Perencanaan Wilayah USU.Medan.
Hardaningrum, F. 2005. Analisa Genangan Air Hujan di Kawasan Delta dengan
Menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG. Pertemuan Ilmiah Tahunan
MAPIN XIV, Surabaya.
Haryono, S. 1999. Drainase Perkotaan. PT.Mediatama Saptakarya.Jakarta.
http//www.scribd.com/doc/Bappenas 2007Laporan Penilaian kerusakan kerugian
Jabodetabek).
http://www.gdem.aster.ersdac.or.jp/outline.jsp.
178
JICA, Main Report, 1992. The Study On Belawan Padang Integrated River Basin
Development, Medan.
Kamiana, I. M. 2011. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Penerbit:
Garah Ilmu, Yogyakarta
Kirpich, T. P. 1940. Time of concentration of small agricultural watersheds. Civil
Engineering, 10(6), 362.
Kodoatie. 2005. Tata Ruang Air On Integrated Water Resource Management in
Indonesia. Penerbit Andi.
Kurniawan, A. 2012. Analisis Debit Banjir Rancangan Sungai Babura di Hilir
Kawasan Kampus USU. Bidang Studi Teknik Sumber Daya Air USU,
Medan.
Lilesand and Kiefer, 1990. Remote Sensing and Image Interpretation, New York.
Longley. 2005. Geographic Information Systems and Science, New York.
Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat,
Pematang Siantar
Lyon. 2003. Gis for Water Resources and Watershed Management. London.
Miles and Ho, 1999. Applications and Issues of GIS as Tool for Civil Engineering
Modeling. American Society of Civil Engineers, Reston,Virginia.
Notohadiprawiro, T. 1981. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Program
Penghijauan. Makalah disampaikan pada Kuliah Penataran
Pembangunan Pedesaan dan Pertanian Staf Departemen Pertanian di
Fakultas Pertanian UGM , 8 Januari 1981. Yogyakarta
Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat
Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.
Priyono, C. N. S. dan E. Savitri. 2001. Tinjauan Umum Strategi Konsevasi Tanah
dalam Pengelolaan DAS. Alami. Jurnal Air, Lahan, Lingkungan dan
Mitigasi Bencana. Vol. 8 No.1 . Jakarta. p. 1 – 5.
Sandy. 1985. Morfologi Daerah Aliran Sungai. Guru Besar Jurusan Geografi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Sjarief. 2005. Konsep Pengelolaan Sumber Daya Air. Penerbit Andi. Jakarta.
Sinukaban, N. 2007. Peranan Konservasi Tanah dan Air dalam Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai. Ketua Umum Pengurus Pusat MKTI Periode 2004 – 2007
Jurusan Ilmu Tanah, Institut Pertanian Bogor.
Strahler. 1975. Modern Physical Geography, New York : John Willey & Sons.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Penerbit Andi,
Yogyakarta
Trihono, K. 2007. Penerapan Sistem Informasi Geografis dalam untuk Mereduksi
Kerugian Akibat Banjir. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi
(SNATI),Yogyakarta.
179
Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air. Departemen Pekerjaan
Umum. Jakarta
U.S Army Corps of Engineers – Hydrologic Engineering Center (HEC). 2001. Hydraulic
Reference Manual HEC-RAS 3.1.3. California: U.S. Army Corps of
Engineers.
Waskito, T. N. 2000. Evaluasi Pengendalian Banjir Sungai Cibeet Kabupaten Bekasi.
Program Pasca Sarjana Magister Pengelolaan Sumber Daya Air ITB,
Bandung.
Waryono, T. 2001.Fenomena banjir di wilayah perkotaan (Studi kasus banjir DKI
Jakarta 2002).Staf Pengajar Jurusan Geografi MIPA UI, Jakarta.
Wright, N.T. and J. Yoon, Ed., 2007, Application of GIS Technologies in Port Facilities
and Operations Management, , American Society of Civil Engineers,
Reston, Virginia.
180
LAMPIRAN
181
Gambar 1 Gambar 2
182
Gambar 3 Gambar 4
183
Gambar 5 Gambar 6
184
Gambar 7 Gambar 8
185
Gambar 9 Gambar 10
186
Gambar 11
Gambar 12
187
Gambar 13 Gambar 14
188
Gambar 15 Gambar 16
189
Gambar 17 Gambar 18
190
Gambar 19 Gambar 20
191
Gambar 21 Gambar 22
192
Gambar 23 Gambar 24
193
Gambar 26
Gambar 25
194
Gambar 27 Gambar 28
195
Gambar 29 Gambar 30
196
Gambar 31 Gambar 32
197
Gambar 33 Gambar 34
198
Tabel 1: Jumlah Beberapa Fasilitas Umum Tiap Kelurahan Di Sekitar Sungai Deli
Tabel 2: Jumlah Beberapa Fasilitas Umum Tiap Kelurahan Di Sekitar Sungai Babura
Tabel 3: Jumlah Beberapa Fasilitas Umum Tiap Kelurahan Di Sekitar Sungai Belawan