Anda di halaman 1dari 229

ANALISIS POTENSI RESIKO BANJIR PADA DAS YANG

MENCAKUP KOTA MEDAN DENGAN


MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
(SIG)

TESIS

OLEH:
ASRIL ZEVRI
117016015/TS

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
ANALISIS POTENSI RESIKO BANJIR PADA DAS YANG
MENCAKUP KOTA MEDAN DENGAN
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
(SIG)

TESIS
Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Teknik
Pada Program Studi Magister Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ASRIL ZEVRI
117016015/TS

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
Judul Tesis : ANALISIS POTENSI RESIKO BANJIR PADA DAS
YANG MENCAKUP KOTA MEDAN DENGAN
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
(SIG)

Nama Mahasiswa : Asril Zevri


Nomor Pokok : 117016015
Program Studi : Magister Teknik Sipil

Menyetujui:
Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia Tarigan, M.Sc


Ketua

Medis Sejahtera Surbakti, ST. MT Ir. Rudi Iskandar, MT


Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME

Tanggal lulus : 24 April 2014


Telah Diuji Pada
Tanggal Lulus : 24 April 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia Tarigan, M.Sc

Anggota : Medis Sejahtera Surbakti, ST. MT


Ir. Rudi Iskandar, MT
Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE
Ir. Makmur Ginting, M.Sc
ABSTRAK

Hilir daerah aliran sungai (DAS) Sungai Belawan dan Deli mencakup jantung
Kota Medan, sehingga kedua DAS ini memiliki pengaruh yang penting terhadap
kondisi lahan dan lingkungan di Kota Medan. Debit banjir mereka yang meningkat
membuat dataran banjir semakin meluas yang mengakibatkan resiko banjir seperti
kerugian dan kerusakan akibat genangan semakin tinggi.
Penelitian ini bermaksud menganalisa potensi resiko banjir di DAS Belawan dan
DAS Deli secara kuantitatif dan sistematis dengan sistem informasi geografis (SIG).
Dalam menganalisanya, penelitian ini mempunyai tujuan yaitu 1)menganalisa potensi
banjir dengan menggunakan software HEC-RAS, 2)memprediksi daerah genangan
banjir dari hasil analisa di atas dengan SIG dan melakukan analisa spasial dan 3)
mengestimasi resiko banjir yang terjadi.
Data peta yang diperlukan untuk menyusun lapisan informasi yang relevan
dalam menganalisa potensi banjir adalah peta curah hujan, peta topografi, peta
infrastuktur kota Medan, dan peta tata guna lahan. Lapisan-lapisan peta ini diperlukan
untuk menghitung debit banjir dengan kala ulang 25, 50, dan 100 tahun. Selanjutnya
pengukuran memanjang dan melintang sungai perlu dilaksanakan agar analisa profil
muka air sungai dapat dibuat dengan bantuan software HEC-RAS. Hasil analisa HEC-
RAS ditumpangtindihkan (overlay) dengan peta infrastruktur Kota Medan, maka dengan
menggunakan sistem informasi geografis resiko banjir dapat diestimasi.
Hasil penelitian menunjukan untuk Sungai Deli memiliki potensi banjir akibat
debit banjir tahunan periode ulang 25,50, dan 100 tahun yang menimbulkan tinggi
banjir mencapai 5 meter dan luas genangan mencapai 11.74 km, 2 sehingga
mengakibatkan 30 daerah genangan di Kota Medan. Resiko kerugian penduduk yang
terkena dampak banjir mencapai 219658 orang dengan biaya sebesar Rp
846,750,183,208,-. Untuk Sungai Babura menimbulkan tinggi banjir mencapai 4 meter
dan luas genangan mencapai 3.20 km2, sehingga mengakibatkan 14 daerah genangan di
Kota Medan. Resiko kerugian penduduk yang terkena dampak banjir mencapai 60711
orang dengan biaya sebesar Rp 270,150,698,007,-. Sedangkan untuk Sungai Belawan
menimbulkan tinggi banjir mencapai 4 meter dan luas genangan mencapai 0.30 km, 2
sehingga mengakibatkan 3 daerah genangan di Kota Medan. Resiko kerugian penduduk
yang terkena dampak banjir mencapai 12625 orang dengan biaya sebesar Rp
41,940,528,190,-. Kemudian infrasruktur yang terkena dampak banjir akibat luapan
Sungai Deli dan Babura mengakibatkan sebanyak 13 ruas jalan arteri sekunder, 6 unit
infrastruktur transportasi, 5 unit fasilitas utama dan 401 unit fasilitas umum. Sedangkan
Sungai Belawan mengakibatkan infrastruktur yang terkena dampak banjir sebanyak 1
ruas jalan arteri sekunder, 2 infrastruktur transportasi dan 6 unit fasilitas umum.

Kata kunci: debit banjir, resiko banjir, SIG, HEC-RAS.

i
ABSTRACT

Downstream watershed of Belawan River and Deli River includes the heart of
the city of Medan that both watersheds have the most important influence on the land
and environmental conditions of the city of Medan.The increased flood discharge of
these two rivers makes the floodplains increasingly widespread resulting in the blood
risk in the forms of loss and damage due to the increasinglywater inundation.
The purpose of this study was to quantitatively and systematically analyze the
flood risk potential along the watersheds of Belawan and Deli Rivers through a
geographic information system (GIS). In analyzing it, the purpose of this study was 1)
to analyze flood potential through HEC-RAS software, 2) to predict flood inundation
area based on the result of analysis above through GIS and spatial analysis, and 3) to
estimate the risk of the flood occured.
The data map needed to compile relevant information layers in analyzing flood
potential were the map of rainfall, the map of topography, the map of infrastructure of
Medan, and the map of land use. The layers of these maps were needed to calculate the
flood debit repeated in 25, 50, and 100 years. Further, longitudinal and transverse
measurements need to be implemented that the analysis of the profile of the river water
level can be madethrough HEC-RAS software. The result of HEC-RAS analysis was
overlaid with the map of the infrastructure of the city of Medan then through
geographic information system (GIS) the flood risk could be estimated.
The result of this study showed that Deli River has flood potential due to the
annual flood debit repeated in 25, 50, and 100 years causing the flood of 5 meters high
and the widespread of inundation reached up to 11.74 km2 wide that created 30 flood
inundation areas in the city of Medan. The risk of loss experienced by the population
impacted by the flood reached 219,658 people with the cost of Rp. 846,750,183,208.-
Babura River caused the flood of 4 meters high and the widespread of inundation
reached up to 3.20 km2 wide that created 14 flood inundation areas in the city of
Medan. The risk of loss experienced by the population impacted by the flood reached
60,711 people with the cost of Rp. 270,150,698,007.- While Belawan River caused the
flood of 4 meters high and the widespread of inundation reached up to 0.30 km 2 wide
that created 3 flood inundation areas in the city of Medan. The risk of loss experienced
by the population impacted by the flood reached 12,625 people with the cost of Rp.
41,940,528,190.- The infrastructure impacted by the flood due to the overflow of Deli
and Babura Rivers were 13 secondary arterial roads, 6 transportation infrastructure
units, 5 units of major facilities and 401 units of public facilities, while Belawan River
impacted 1 secondary arterial roads, 2 transportation infrastructure units, and 6 units
of public facilities.

Keywords: Flood Debit, Risk of Flood, GIS, HEC-RAS

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini berjudul “Analisis Potensi Resiko Banjir Pada DAS Yang
Mencakup Kota Medan Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis
(SIG)”. Tesis ini merupakan hasil dari analisis program HEC-RAS dalam menganalisa
potensi banjir dan mengestimasi resiko banjir dengan menggunakan program Mapinfo
sebagai salah satu alat dalam sistem informasi geografis.
Tesis ini diselesaikan sebagai salah satu diantara persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Magister Teknik pada Fakultas
Teknik Program Magister Teknik Sipil Jurusan Manajemen Prasarana Publik
Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih atas saran/ide/masukan dan waktunya kepada
Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, M.Sc sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan
Bapak Medis Sejahtera Surbakti, ST. MT dan Ir. Rudi Iskandar, MT sebagai Anggota
Komisi Pembimbing, kepada Bapak Ir. Syahrizal, MT, Bapak Ir. Zulkarnaen Abdul
Muis, M.Eng,Sc, Bapak Ir. Makmur Ginting, M.Sc sebagai pembanding serta Para Staf
Pengajar Magister Teknik Sipil yang telah memberikan materi kuliah selama masa
perkuliahan, kepada Abangda Yun Ardi yang telah banyak membantu dalam urusan
administrasi di Magister Teknik Sipil USU dan kepada para rekan sejawat Fais Isma,
ST dan Alexander Tuahta Sihombing, ST terima kasih atas kebersamaan selama
menjalani kuliah selama ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto,
MSCE sebagai Ketua Jurusan Magister Teknik Sipil dan Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT
sebagai Sekretaris Jurusan Magister Teknik Sipil, kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami
Syam, MSME sebagai Dekan Fakultas Teknik dan Bapak Prof. Dr. dr. Syahril

iii
Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) sebagai Rektor Universitas Sumatera
Utara.
Kepada kedua orang tua ayahanda Ir. Azmi Hamidi dan Ibunda Sri Rahayu
yang telah memberikan bimbingan, dukungan, perhatian dan doanya selama ini, serta
kakanda Astri Pratiwi, abangda Azis Silalahi serta adinda Azuhra Yulinda yang selalu
memberikan semangat maupun bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna disebabkan
keterbatasan pengetahuan, pengalaman serta referensi yang penulis miliki. Untuk itu
penulis mengharapkan saran–saran dan kritik demi kesempurnaan tesis ini di masa
yang akan datang.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi kita.

Medan, April 2014


Penulis,

Asril Zevri

iv
PERNYATAAN

Bersama ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi manapun dan
sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis disebutkan dalam
naskah penulisan ini dan disebabkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2014


Penulis,

Asril Zevri

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi
1. Nama : Asril Zevri
2. Tempat/Tanggal Lahir : Kuala/19 Agustus 1987
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Pekerjaan : Karyawan Swasta
5. Agama : Islam
6. Alamat : JL. Tengku Amir Hamzah No. 19 A Binjai

II. Riwayat Pendidikan


1. SD Negeri 020263 Binjai tahun 1993 - 1999
2. SMP Negeri 3 Binjai tahun 1999 - 2002
3. SMA Negeri 1 Binjai tahun 2002 - 2005
4. S1 Teknik Sipil FT USU Medan tahun 2005 - 2010
5. S2 Teknik Sipil FT USU Medan tahun 2011 - 2013

III. Riwayat Pekerjaan


Juni 2010- Desember 2010 : Proyek Evaluasi Medan Flood Control Medan
PT. Koridor Multigatra, sebagai Asisten Tenaga
Ahli Sungai.
Mei 2011 - Mei 2014 : Proyek Pembangunan Rumah Minimalis Polonia
Medan PT. Bina Reksa Estate, sebagai Supervisor
Sipil.

vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK....................................................................................................................i
ABSTRACT.................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR................................................................................................. iii
PERNYATAAN.......................................................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL....................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. xx
DAFTAR NOTASI......................................................................................................xxiv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 3
1.5 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah...........................................4
1.5.1 Ruang Lingkup....................................................................... 4
1.5.2 Pembatasan Masalah.............................................................. 4
1.6 Sistematika Penelitian………………………………………………..5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 6


2.1 Daerah Aliran Sungai...........................................................................6
2.1.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai........................................... 6
2.1.2 Pengertian Sungai...................................................................7
2.1.3 Bentuk-bentuk Daerah Aliran Sungai.....................................9
2.2 Potensi Banjir..................................................................................... .11
2.2.1 Pengertian Banjir....................................................................11

vii
2.2.2 Daerah Rawan Banjir............................................................. 13
2.2.3 Tingkat Bahaya Banjir............................................................14
2.2.4 Potensi Banjir Sungai Deli..................................................... 15
2.2.5 Potensi Banjir Sungai Babura................................................ 17
2.3 Curah Hujan.........................................................................................18
2.3.1 Faktor Curah Hujan................................................................ 18
2.3.2 Analisa Curah Hujan Kawasan.............................................. 19
2.3.3 Analisa Frekuensi................................................................... 21
2.3.4 Uji Kecocokan (Goodnes of Fittest Test)...............................24
2.3.5 Intensitas Curah Hujan........................................................... 25
2.3.6 Waktu Konsentrasi................................................................. 26
2.3.7 Koefisien Limpasan................................................................26
2.4 Debit Banjir..........................................................................................28
2.4.1 Debit Banjir............................................................................. 28
2.4.2 Metode Perhitungan Debit Banjir.......................................... 28
2.4.2.1 Metode Rasional.................................................... 28
2.4.2.2 Metode Hidrograf Banjir....................................... 29
2.5 Aplikasi HEC-RAS...............................................................................35
2.5.1 Graphical User Interface........................................................36
2.5.2 Analisa Hidraulika..................................................................37
2.5.3 Penyimpanan Data dan Manajemen Data.............................. 38
2.5.4 Grafik dan Pelaporan..............................................................39
2.5.5 HEC-RAS dalam Analisa Potensi Banjir................................ 40
2.6 Sistem Informasi Geografis (SIG)....................................................... 41
2.6.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)....................... 41
2.6.2 Kelebihan Sistem Informasi Geografis (SIG)........................ 42
2.6.3 Data Spasial............................................................................43
2.6.4 Penginderaan Jauh..................................................................43
2.6.5 Overlay...................................................................................44
2.6.6 Sistem Informasi Geografis dalam Prediksi Daerah
Genangan Banjir.....................................................................45

viii
2.7 Estimasi Resiko Banjir.........................................................................47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................. 49


3.1 Lokasi Penelitian..................................................................................49
3.2 Data dan Alat Penelitian……………………………………………..51
3.3 Asumsi Pada Penelitian.…………………………………………….. 52
3.4 Metodologi Pengolahan Data.………………………………………. 54
3.4.1 Data Profil Sungai.................................................................. 54
3.4.2 Observasi Data Curah Hujan..................................................54
3.4.3 Uji Kecocokan (Goodness of Fittest Test)..............................55
3.4.4 Menganalisa Debit Banjir Rancangan dengan Metode
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu...................................... 56
3.4.5 Menganalisa Pemodelan Potensi Banjir dengan
HEC-RAS............................................................................... 56
3.4.6 Prediksi Daerah Genangan Banjir dengan Sistem
Informasi Geografis (SIG)..................................................... 57

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN........................................................................ 60


4.1 Perhitungan Curah Hujan Kawasan DAS Deli.................................... 60
4.2 Perhitungan Koefisien Pengaliran DAS Deli...................................... 63
4.3 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli............... 65
4.3.1 Metode Distribusi Gumbel..................................................... 66
4.3.2 Metode Distribusi Log Pearson Tipe III................................ 67
4.3.3 Metode Distribusi Normal......................................................68
4.3.4 Metode Distribusi Log Normal.............................................. 69
4.4 Uji Kecocokan (Godness of Fit test) DAS Deli...................................71
4.5 Debit Banjir Rancangan Metode Hidrograf Sintetik Nakayasu
Sungai Deli.......................................................................................... 72
4.6 Analisa Potensi Banjir Sungai Deli dengan menggunakan
HEC-RAS............................................................................................. 80
4.6.1 Analisa Potensi Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun....... 81

ix
4.6.2 Analisa Potensi Banjir Sungai Deli Periode Q50 Tahun…….82
4.6.3 Analisa Potensi Banjir Sungai Deli Periode Q25 Tahun……. 83
4.7 Perhitungan Curah Hujan Kawasan DAS Babura................................ 87
4.8 Perhitungan Koefisien Pengaliran DAS Babura................................... 90
4.9 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Babura............ 91
4.9.1 Metode Distribusi Gumbel..................................................... 92
4.9.2 Metode Distribusi Log Pearson Tipe III................................ 93
4.9.3 Metode Distribusi Normal......................................................94
4.9.4 Metode Distribusi Log Normal.............................................. 95
4.10 Uji Kecocokan (Godness of Fit test) DAS Babura.............................. 97
4.11 Debit Banjir Rancangan Metode Hidrograf Sintetik Nakayasu
Sungai Babura..................................................................................... 98
4.12 Analisa Potensi Banjir Sungai Babura dengan menggunakan
HEC-RAS............................................................................................. 106
4.12.1 Analisa Potensi Banjir Sungai Babura Periode Q100Tahun....106
4.12.2 Analisa Potensi Banjir Sungai Babura Periode Q50 Tahun.... 107
4.12.3 Analisa Potensi Banjir Sungai Babura Periode Q25 Tahun.... 108
4.13 Perhitungan Curah Hujan Kawasan DAS Belawan.............................111
4.14 Perhitungan Koefisien Pengaliran DAS Belawan................................114
4.15 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Belawan........ 116
4.15.1 Metode Distribusi Gumbel..................................................... 117
4.15.2 Metode Distribusi Normal..................................................... 118
4.15.3 Metode Distribusi Log Pearson III........................................ 119
4.15.4 Metode Distribusi Log Normal.............................................. 120
4.16 Uji Kecocokan (Godness of Fit test) DAS Belawan........................... 122
4.17 Debit Banjir Rancangan Metode Hidrograf Sintetik Nakayasu
Sungai Belawan................................................................................... 122
4.18 Analisa Potensi Banjir Sungai Belawan dengan menggunakan
HEC-RAS............................................................................................. 131
4.18.1 Analisa Potensi Banjir Sungai Belawan Periode Q100
Tahun………………………………………………………..131

x
4.18.2 Analisa Potensi Banjir Sungai Belawan Periode
Q50 Tahun............................................................................... 132
4.18.3 Analisa Potensi Banjir Sungai Belawan Periode
Q25 Tahun............................................................................... 133
4.19 Prediksi Daerah Genangan Banjir Dengan Sistem Informasi
Geografis..............................................................................................135
4.19.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli……………...136
4.19.1.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli
Periode Q100 Tahun................................................ 136
4.19.1.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli
Periode Q50 Tahun……………............................. 137
4.19.1.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli
Periode Q25 Tahun……………............................. 138
4.19.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura................. 139
4.19.2.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura
Periode Q100 Tahun………………........................ 139
4.19.2.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura
Periode Q50 Tahun................................................ 140
4.19.2.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura
Periode Q25 Tahun................................................. 141
4.19.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan...............142
4.19.3.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir
Sungai Belawan Periode Q100 Tahun.....................142
4.19.3.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir
Sungai Belawan Periode Q50 Tahun...................... 142
4.19.3.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir
Sungai Belawan Periode Q25 Tahun...................... 143
4.20 Estimasi Resiko Banjir.......................................................................... 143
4.20.1 Estimasi Resiko Banjir Sungai Deli....................................... 144
4.20.1.1 Estimasi Resiko Banjir Sungai Deli Periode
Q100 Tahun………................................................ 144

xi
4.20.1.2 Estimasi Resiko Banjir Sungai Deli Periode
Q50 Tahun……….................................................. 148
4.20.1.3 Estimasi Resiko Banjir Sungai Deli Periode
Q25 Tahun……….................................................. 150
4.20.2 Estimasi Resiko Banjir Sungai Babura.................................. 152
4.20.2.1 Estimasi Resiko Banjir Sungai Babura
Periode Q100 Tahun................................................ 152
4.20.2.2 Estimasi Resiko Banjir Sungai Babura
Periode Q50 Tahun................................................. 154
4.20.2.3 Estimasi Resiko Banjir Sungai Babura
Periode Q25 Tahun................................................. 156
4.20.3 Estimasi Resiko Banjir Sungai Belawan................................ 158
4.20.3.1 Estimasi Resiko Banjir Sungai Belawan
Periode Q100 Tahun................................................ 158
4.20.3.2 Estimasi Resiko Banjir Sungai Belawan
Periode Q50 Tahun................................................. 160
4.20.3.3 Estimasi Resiko Banjir Sungai Belawan
Periode Q25 Tahun................................................. 161
4.21 Prediksi Daerah Genangan Banjir Tehadap Infrastruktur
di Kota Medan....................................................................................... 162
4.21.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir DAS Deli terhadap
Infrastruktur Jalan dan Transportasi di Kota Medan………..163
4.21.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir DAS Deli
Terhadap Fasilitas Utama di Kota Medan............................. 164
4.21.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli
Terhadap Fasilitas Umum di Kota Medan............................. 164
4.21.4 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura
Terhadap Fasilitas Umum di Kota Medan............................. 166
4.21.5 Prediksi Daerah Genangan Banjir DAS Belawan
Terhadap Fasilitas Umum di Kota Medan............................. 167
4.21.6 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan

xii
Terhadap Fasilitas Umum di Kota Medan............................. 167

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 168


5.1 Kesimpulan........................................................................................... 168
5.2 Saran..................................................................................................... 172

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Tingkat Bahaya Banjir ....................................................................... 15

2.2 Perkiraan Debit Banjir Periode Ulang Sungai Deli (JICA, 1992) ....... 17

2.3 Perkiraan Debit Banjir Periode Ulang Sungai Babura (JICA, 1992) ... 18

2.4 Tabel nilai ∆P kritis Smirnov-kolmogrov (Kamiana, 2011) ................ 25

2.5 Nilai Koefisien Limpasan…………………………………………….. 27

4.1 Luas Areal Pengaruh Stasiun Hujan Daerah Aliran Sungai Deli ........ 60

4.2 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Polonia .. 61

4.3 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Tuntungan... 61

4.4 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Patumbak .. 62

4.5 Perhitungan Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Deli ..... 63

4.6 Zona Penggunaan Lahan di DAS Deli ............................................... 63

4.7 Nilai Koefisen Pengaliran di DAS Deli ............................................. 64

4.8 Rangking Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Deli ......... 65

4.9 Hasil Perhitungan dengan Metode Gumbel ........................................ 66

4.10 Hasil Perhitungan dengan Metode Log Pearson Tipe III .................... 67

4.11 Hasil Perhitungan dengan Metode Distribusi Normal ........................ 68

4.12 Hasil Perhitungan dengan Metode Distribusi Log Normal ................. 69

4.13 Resume Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Harian DAS Deli ......... 70

4.14 Uji Distribusi Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli ............. 71

4.15 Rangking Curah Hujan DAS Deli dengan Metode Gumbel ................ 72

xiv
4.16 Persamaan Lengkung Hidrograf Nakayasu………………………… . 74

4.17 Distribusi Curah Hujan Rencana DAS Deli………………………… . 76

4.18 Perhitungan Satuan Unit Hidrograf Sungai Deli ……………………. 77

4.19 Debit Banjir Rancangan Sungai Deli menurut Periode Kala Ulang….. 78

4.20 Resume Tinggi Banjir Maksimum Sungai Deli menurut Periode


Kala Ulang…………………………………………………………… 86

4.21 Luas Areal Pengaruh Stasiun Hujan Daerah Aliran Sungai Babura .... 87

4.22 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Polonia ...... 88

4.23 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Tuntungan . 88

4.24 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Patumbak .. 89

4.25 Perhitungan Curah Hujan Regional Maksimum Harian Das Babura... 90

4.26 Nilai Koefisien Pengaliran DAS Babura ............................................ 91

4.27 Rangking Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Babura .... 92

4.28 Hasil Perhitungan dengan Metode Gumbel ........................................ 92

4.29 Hasil Perhitungan dengan Metode Log Pearson Tipe III .................... 93

4.30 Hasil Perhitungan Metode Distribusi Normal .................................... 94

4.31 Hasil Perhitungan Metode Distribusi Log Normal ............................. 95

4.32 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Babura ........... 96

4.33 Uji Distribusi Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Babura ........ 97

4.34 Persamaan Lengkung Hidrograf Nakayasu ........................................ 100

4.35 Distribusi Curah Hujan Rencana DAS Babura ................................... 102

4.36 Perhitungan Satuan Unit Hidrograf Sungai Babura ............................ 103

4.37 Debit Banjir Rancangan Sungai Babura menurut Periode Kala Ulang 104

xv
4.38 Resume Tinggi Banjir Sungai Babura menurut Periode Kala Ulang ... 110

4.39 Luas Areal Pengaruh Stasiun Hujan Daerah Aliran Sungai Belawan.. 111

4.40 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Belawan .... 112

4.41 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Bulu Cina .. 112

4.42 Data Curah Hujan Bulan dan Harian Maksimum Stasiun Tongkoh .... 113

4.43 Perhitungan Hujan Regional Harian Maksimum DAS Belawan ......... 114

4.44 Zona Tata Guna Lahan DAS Belawan ............................................... 115

4.45 Nilai Koefisien Pengaliran DAS Belawan.......................................... 116

4.46 Rangking Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Belawan .. 116

4.47 Hasil Perhitungan dengan Metode Gumbel ........................................ 117

4.48 Hasil Perhitungan dengan Metode Normal ........................................ 118

4.49 Hasil Perhitungan Metode Distribusi Log Pearson III ........................ 119

4.50 Hasil Perhitungan Metode Distribusi Log Normal ............................. 120

4.51 Resume Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang .................. 121

4.52 Uji Distribusi Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Belawan ...... 122

4.53 Persamaan Lengkung Hidrograf Nakayasu ........................................ 125

4.54 Distribusi Curah Hujan Rencana DAS Belawan ................................ 127

4.55 Perhitungan Satuan Unit Hidrograf Sungai Belawan .......................... 128

4.56 Debit Banjir Rancangan Sungai Belawan Periode Kala Ulang ........... 129

4.57 Resume Tinggi Banjir Sungai Belawan menurut Periode Kala Ulang 134

4.58 Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q100 tahun .................. 137

4.59 Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q50 tahun .................... 138

4.60 Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q25 tahun .................... 139

xvi
4.61 Daerah Genangan Banjir Sungai Babura periode Q100 tahun .............. 140

4.62 Daerah Genangan Banjir Sungai Babura periode Q50 tahun ................ 141

4.63 Daerah Genangan Banjir Sungai Babura periode Q25 tahun ............... 141

4.64 Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan periode Q100 tahun ............ 142

4.65 Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan periode Q50 tahun ............. 143

4.66 Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan periode Q25 tahun ............. 143

4.67 Perkiraan Nilai Kerusakan dan Kerugian Rumah Akibat Banjir ......... 144

4.68 Jumlah Penduduk Terkena Dampak Banjir Sungai Deli Periode


Q100 Tahun ........................................................................................ 145

4.69 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Deli Periode


Q100 Tahun ........................................................................................ 146

4.70 Jumlah Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Deli Periode


Q100 Tahun ........................................................................................ 147

4.71 Jumlah Penduduk Terkena Dampak Banjir Sungai Deli Periode


Q50 Tahun .......................................................................................... 148

4.72 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Deli Periode


Q50 Tahun ......................................................................................... 149

4.73 Jumlah Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Deli Periode


Q50 Tahun ......................................................................................... 150

4.74 Jumlah Penduduk Terkena Dampak Banjir Sungai Deli Periode


Q25 Tahun……………………………………………………………. 151

4.75 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Deli Periode


Q50 Tahun…………………………………………………………….. 151

4.76 Jumlah Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Deli Periode


Q25 Tahun ......................................................................................... 152

xvii
4.77 Jumlah Penduduk Terkena Dampak Banjir Sungai Babura Periode
Q100 Tahun) ....................................................................................... 153

4.78 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Babura Periode


Q100 Tahun......................................................................................... 153

4.79 Jumlah Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Babura Periode


100 Tahun ........................................................................................ 154

4.80 Jumlah Penduduk Terkena Dampak Banjir Sungai Babura Periode


Q50 Tahun ......................................................................................... 155

4.81 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Babura Periode


Q50 Tahun ......................................................................................... 155

4.82 Jumlah Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Babura Periode


Q50 Tahun ......................................................................................... 156

4.83 Jumlah Penduduk Terkena Dampak Banjir Sungai Babura Periode


Q25 Tahun ......................................................................................... 157

4.84 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Babura Periode


Q25 Tahun ......................................................................................... 157

4.85 Jumlah Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Babura Periode


Q25 Tahun ......................................................................................... 158

4.86 Jumlah Penduduk Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan Periode


Q100 Tahun........................................................................................ 158

4.87 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan Periode


Q100 Tahun ........................................................................................ 159

4.88 Jumlah Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Belawan Periode


Q100 Tahun ........................................................................................ 159

4.89 Jumlah Penduduk Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan


Periode Q50 Tahun ............................................................................. 160

xviii
4.90 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan Periode
Q50 Tahun……………………………………………………………. 160

4.91 Jumlah Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Belawan Periode


Q50 Tahun .......................................................................................... 160

4.92 Jumlah Penduduk Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan Periode


Q25 Tahun .......................................................................................... 162

4.93 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan Periode


Q25 Tahun .......................................................................................... 162

4.94 Jumlah Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Belawan Periode


Q25 Tahun .......................................................................................... 162

4.95 Jalan Arteri Sekunder Terkena Dampak Banjir DAS Deli .................. 163

4.96 Infrastruktur Transportasi Terkena Dampak Banjir DAS Deli ............ 164

4.97 Fasilitas Utama Terkena Dampak Banjir DAS Deli ........................... 164

4.98 Fasilitas Umum Terkena Dampak Banjir Sungai Deli ........................ 165

4.99 Fasilitas Umum Terkena Dampak Banjir Sungai Babura ................... 166

4.100 Infrastruktur Jalan dan Transportasi Terkena Dampak Banjir Sungai


Belawan ............................................................................................ 167

4.101 Fasilitas Umum Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan ................. 167

xix
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 5

2.1 Daerah Aliran Sungai ........................................................................ 7

2.2 Struktur Koridor Sungai .................................................................... 8

2.3 DAS Bentuk Memanjang................................................................... 10

2.4 DAS Bentuk Radial ........................................................................... 10

2.5 DAS Bentuk Parallel ......................................................................... 11

2.6 DAS Bentuk Komplek ....................................................................... 11

2.7 Daerah Penguasaan Sungai ................................................................ 14

2.8 Perkiraan Debit Banjir untuk berbagai Periode Ulang (JICA,1992) .... 16

2.9 Aljabar .............................................................................................. 19

2.10 Polygon Thiessen .............................................................................. 20

2.11 Metode Isohyet .................................................................................. 21

2.12 Kurva Hidrograf Sintetis Nakayasu ................................................... 34

2.13 Tampilan HEC-RAS Versi 4.0 .......................................................... 40

2.14 Integrasi Model dengan SIG .............................................................. 44

3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................... 51

3.1 Bagan Alir Penelitian ........................................................................ 53

4.1 Polygon thiessen DAS Deli ............................................................... 60

4.2 Peta Rencana Tata Ruang Kota Medan .............................................. 64

xx
4.3 Metode Gumbel DAS Deli ................................................................ 67

4.4 Grafik Metode Log Pearson Tipe III DAS Deli................................. 68

4.5 Grafik Metode Distribusi Normal ...................................................... 69

4.6 Grafik Metode Distribusi Log Normal DAS Deli............................... 70

4.7 Grafik Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli........... 71

4.8 Batas-Batas Daerah Sempadan Sungai............................................... 72

4.9 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Deli .................... 75

4.10 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Deli menurut


Periode Ulang.................................................................................... 79

4.11 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun................. 81

4.12 Dataran Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun ................................. 81

4.13 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q50 Tahun .................. 82

4.14 Dataran Banjir Sungai Deli Periode Q50 Tahun .................................. 82

4.15 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q25 Tahun .................. 83

4.16 Dataran Banjir Sungai Deli Periode Q25 Tahun .................................. 83

4.17 Perspektif Kondisi Sungai Deli pada saat Normal dan Banjir ............ 85

4.18 Polygon thiessen DAS Babura ........................................................... 87

4.19 Peta Rencana Tata Ruang Kota Medan .............................................. 91

4.20 Grafik Metode Gumbel DAS Babura ................................................. 93

4.21 Grafik Metode Log Pearson Tipe III DAS Babura ............................ 94

4.22 Grafik Metode Distribusi Normal DAS Babura ................................. 95

4.23 Grafik Metode Distribusi Log Normal DAS Babura .......................... 96

4.24 Grafik Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Babura ...... 97

xxi
4.25 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Babura ............... 101

4.26 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Babura menurut


Periode Ulang.................................................................................... 105

4.27 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q100 Tahun .............. 106

4.28 Dataran Banjir Sungai Babura Periode Q100 Tahun ........................... 107

4.29 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q50 Tahun ............. 107

4.30 Dataran Banjir Sungai Babura Periode Q50 Tahun ............................ 108

4.31 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q25 Tahun ............... 108

4.32 Dataran Banjir Sungai Babura Periode Q25 Tahun ............................. 109

4.33 Perspektif Kondisi Sungai Babura pada saat Normal dan Banjir ....... 109

4.34 Polygon thiessen DAS Belawan ........................................................ 111

4.35 Peta Rencana Tata Ruang Kota Medan .............................................. 114

4.36 Grafik Metode Gumbel DAS Belawan .............................................. 117

4.37 Grafik Metode Normal DAS Belawan ............................................... 118

4.38 Grafik Metode Distribusi Log Pearson Tipe III DAS Belawan ........... 119

4.39 Grafik Metode Distribusi Log Normal DAS Belawan ....................... 120

4.40 Grafik Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Belawan .... 121

4.41 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Belawan ............. 126

4.42 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Belawan Menurut


Periode Kala Ulang ........................................................................... 130

4.43 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun .......... 131

4.44 Dataran Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun ......................... 132

4.45 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q50 Tahun ........... 132

4.46 Dataran Banjir Sungai Belawan Periode Q50 Tahun ........................... 133

xxii
4.47 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q25 Tahun ............ 133

4.48 Dataran Banjir Sungai Belawan Periode Q25 Tahun .......................... 134

xxiii
DAFTAR NOTASI

�T = Intensitas curah hujan dengan periode ulang T tahun.

inetto = Hujan efektif (mm).

K = Variabel standar untuk R yang besarnya tergantung dari nilai G.

KT = Faktor frekuensi.

L = Jarak penampang/ panjang saluran (m).

n = Angka kekasaran Manning untuk kondisi tanah.

P = Keliling basah (m).

Q = Debit sungai (m3/s).

Qi = Total debit banjir pada jam ke i akibat limpasan hujan efektif (m3/det).

Qn = Debit pada saat jam ke n (m3/det).

Qp = Debit puncak (m3/det).

q = Besar aliran larutan garam (l/detik).

R = Curah hujan rata-rata wilayah atau daerah.

Re1 = Hujan rencana efektif jam ke 1 (mm/jam).

r = Jari jari hidraulis (m).

S = Standar deviasi data hujan.

Sf = Kemiringan garis energi.

Sn = Reduced standar deviation yang juga tergantung pada jumlah sampel/data.

So = Kemiringan dasar saluran.

T = Waktu (s).

Tr = Durasi hujan (jam).

xxiv
tdur = Waktu durasi (jam).

tp = Waktu puncak (jam).

t0,3 = Waktu saat debit sama dengan 0,3 kali debit puncak (jam).

UH1 = Ordinat hidrograf satuan.

V = Volume (m3)

v = Kecepatan aliran (m/s).

X = Nilai rata-rata hitung sampel.

XT = Perkiraan nilai yang diharapkan akan terjadi dengan periode ulang.

Yn = Reduced mean yang tergantung jumlah sampel/data n.

YTr = Reduced variate.

1,5 t0,3 = Waktu saat debit sama dengan 0,32 kali debit puncak (jam).

�� = Kekentalan dinamik.

� = Kedalaman tangkai/ dalamnya air (m).

n = Standar deviasi dari populasi x.

a = Sudut kemiringan permukaan air.

Δx = Bagian saluran sepanjang Δx.

x = Harga rata rata dari populasi x.

α = Koefisien, nilainya antara 1,5 – 3,0.

� = Koefisien

xxv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah hilir Wilayah Sungai Belawan-Ular-Padang (WS BUP) berada di

kawasan pantai timur Provinsi Sumatera Utara. Wilayah sungai ini mencakup enam

Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan luas seluruhnya 6.215,66 km2 (Departemen PU

Balai Wilayah Sungai Sumatera II, 2008). Dari keenam wilayah sungai tersebut DAS

Belawan dan DAS Deli merupakan DAS yang luasannya mencakup Kota Medan. Hulu

dari kedua DAS tersebut berada di Kabupaten Deli Serdang yaitu di Kecamatan

Sibolangit dan Kecamatan Kutalimbaru yang kemudian mengalir melintasi jantung

Kota Medan hingga bermuara di perairan Pelabuhan Belawan.

Kedua DAS tersebut memiliki sungai utama dan anak-anak sungainya yang

berperan penting dalam kehidupan masyarakat di Kota Medan. Dari kedua DAS

tersebut terdapat tiga sungai yang sangat krusial yaitu Sungai Deli, Sungai Babura dan

Sungai Belawan. Ketiga sungai tersebut menjadi saluran utama yang mendukung sistem

saluran drainase di Kota Medan. Pada musim hujan, curah hujan dengan intensitas yang

sangat tinggi dapat meningkatkan laju aliran limpasan dengan cepat. Hal ini

dikarenakan semakin berkurangnya lahan terbuka hijau yang berfungsi untuk menyerap

air dan mereduksi debit aliran yang masuk ke sistem drainase dan sungai. Dengan

meningkatnya debit aliran ini potensi banjir meningkat dan daerah genangan di

pemukiman di Kota Medan meluas. Di dalam studi yang disponsori oleh JICA (1992),

luas daerah genangan yang terjadi saat banjir tahunan di Kota Medan mencapai + 9000
2

Ha. Daerah genangan banjir ini meliputi daerah pemukiman, industri dan areal

transportasi. Laporan JICA tersebut menyebutkan bahwa banjir disebabkan oleh

mengecilnya penampang sungai dan anak sungai. Salah satu upaya pemerintah

mengurangi potensi banjir di Kota Medan adalah dengan membuat kanal banjir yang

bertujuan memotong puncak banjir Sungai Deli sebelum masuk ke jantung Kota Medan

untuk dialirkan ke Sungai Percut (Departemen Kimpraswil, 2002). Namun banjir

tahunan masih terus terjadi yang menunjukan bahwa keberadaan kanal banjir tersebut

tidak efektif mengurangi daerah genangan banjir di Kota Medan.

Salah satu upaya penanggulangan meluasnya potensi resiko banjir adalah

dengan memahami karakteristik daerah dataran banjir (flood plain) sungainya. Luas

dataran banjir ini dapat dievaluasi berdasarkan karakteristik penampang memanjang

dan melintang sungainya. Selanjutnya luas dataran banjir ini dapat ditumpangtindihkan

(overlay) dengan peta infrastruktur kota melalui sistem informasi geografis untuk

perhitungan potensi kerugian yang diakibatkan oleh banjir.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang ada dapat dibuat rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana potensi banjir terjadi sekitar wilayah Kota Medan baik itu tinggi

banjir dan dataran banjir yang dilalui sungai Belawan, Deli, Sungai Babura.

2. Bagaimanakah daerah genangan banjir yang terjadi akibat potensi banjir di

sekitar wilayah Kota Medan yang dilalui oleh Sungai Belawan, Sungai Deli,

dan Sungai Babura.

3. Bagaimanakah mengestimasi kerugian yang diakibatkan banjir.

1.3 Tujuan Penelitian


3

Untuk dapat menganalisa potensi banjir dan mengestimasi kerugiannya di DAS

Belawan dan DAS Deli yang mencakup wilayah Kota Medan, maka penelitian ini

mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui debit banjir kala ulang 25, 50 dan 100 tahun di DAS Belawan dan

DAS Deli.

2. Melakukan analisa potensi genangan banjir dengan menggunakan software

HEC-RAS (Hydrologic Engineering Center River Analysis System).

3. Mengevaluasi daerah genangan banjir menggunakan SIG (Sistem Informasi

Geografis) dengan melakukan analisa spasial.

4. Mengestimasi kerugian akibat banjir dengan menghitung kerugian yang

terjadi sesuai dengan periode ulang banjir.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari studi ini adalah:

1. Memberi gambaran informasi akademis mengenai potensi banjir terjadi.

2. Menjadi dasar pertimbangan bagi pemerintah maupun swasta dalam

mengambil suatu keputusan untuk merencanakan langkah mitigasi banjir di

Kota Medan.

3. Menjadi bahan masukan bagi pemerintah maupun swasta dalam upaya

perlindungan DAS Deli dan DAS Belawan.

4. Menjadi bahan masukan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan untuk

pengendalian banjir di Kota Medan.

1.5 Ruang lingkup dan Pembatasan Masalah

1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian


4

Ruang lingkup penelitian dijabarkan pada Gambar 1.1. Dari gambar tersebut

dapat dilihat bahwa input data utama untuk proses perhitungan dengan HEC-RAS

adalah data profil sungai, data hujan dan data karakteristik DAS. Output yang

dikeluarkan HEC-RAS berupa peta dataran banjir ditumpangtindihkan dengan peta

tematik (Infrastruktur Kota Medan) dalam satu sistem informasi geografis. Selanjutnya

analisis spasial dapat dilakukan guna menghitung kerugian akibat banjirnya.

Data hujan Data profil sungai Data karakteristik


DAS

Analisa potensi banjir dengan software HEC-RAS

Proses digitasi peta dasar dan peta-peta tematik


pendukung yang relevan

Prediksi daerah genangan banjir dengan SIG dan


melakukan analisa spasial

Pengestimasian kerugian akibat banjir

Kesimpulan

Gambar 1.1 Ruang Lingkup Penelitian

1.5.2 Pembatasan Masalah

Oleh karena keterbatasan waktu dan luasnya areal DAS yang mencakup Kota

Medan, maka penelitian ini hanya membahas masalah luapan banjir di sungai utama

dan anak-anak sungai yang berada di DAS Deli dan DAS Belawan, yaitu sungai Deli
5

dan sungai Babura di DAS Deli dan Sungai Belawan di DAS Belawan. Penelitian ini

tidak membahas lama genangan yang terjadi akibat banjir.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan, memberikan gambaran umum dan latar belakang

tentang keadaan DAS Belawan dan DAS Deli, tujuan, manfaat dan

rumusan masalah yang akan dibahas.

BAB II Tinjauan Pustaka, menjelaskan konsep Daerah Aliran Sungai (DAS)

dan dasar-dasar teori dan analisa yang digunakan.

BAB III Metodologi Penelitian, menjelaskan tentang keadaan di lapangan

(lokasi studi), metode yang digunakan dalam analisa dan langkah-

langkah dalam analisa penelitian.

BAB IV Analisa dan Pembahasan, menganalisa hasil pemodelan banjir di DAS

Belawan dan DAS Deli dengan menggunakan software HEC-RAS

versi 4.0, juga memuat penggambaran hidrograf banjir dengan

meggunakan Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu. Kemudian

menyajikan hasil prediksi tersebut kedalam Sistem Informasi

Geografis (SIG) dan mengestimasi resiko kerugian banjir.

BAB V Kesimpulan dan Saran, berisi poin-poin kesimpulan yang dapat

dirangkum dari simulasi dan analisa yang dilakukan dalam penelitian.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)

2.1.1 Pengertian DAS

Daerah Aliran Sungai (DAS), dalam istilah asing disebut catchment area,

drainage area, drainage basin, river basin, atau watershed (Notohadiprawiro, 1981;

Cech, 2005). Pengertian yang berkembang di Indonesia, terdapat tiga terminologi sesuai

dengan luas dan cakupannya yaitu: Catchment, Watershed dan Basin. Tidak ada

batasan baku, tetapi selama ini dipahami bahwa catchment lebih kecil dari watershed,

dan basin adalah DAS besar (Priyono dan Savitri, 2001). Definisi lain menyatakan

Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang menerima, menampung

dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkan ke laut atau danau melalui satu

sungai utama. Dengan demikian suatu DAS akan dipisahkan dari wilayah DAS lain di

sekitarnya oleh batas alam (topografi) berupa punggung bukit atau gunung. Dengan

demikian seluruh wilayah daratan habis berbagi ke dalam uni-unit Daerah Aliran

Sungai (DAS) (Asdak, 1995).

DAS biasanya dibagi menjadi tiga bagian yaitu daerah hulu, tengah, dan hilir.

Fungsi suatu DAS merupakan suatu respon gabungan yang dilakukan oleh seluruh

faktor alamiah dan buatan manusia dan yang ada pada DAS tersebut. Sebuah DAS yang

besar dapat dibagi menjadi Sub DAS-Sub DAS yang lebih kecil ditampilkan pada

Gambar 2.1. Unit spasial yang lebih kecil dapat dibentuk pada SubDAS untuk

melakukan analisa spasial yang lebih akurat berdasarkan jenis tanah dan penggunaan

lahannya.
7

Faktor utama kerusakan DAS ditandai dengan menurunnya kemampuan

menyimpannya yang menyebabkan tingginya laju erosi dan debit banjir sungai-

sungainya. Faktor utama penyebab adalah 1)hilang/rusaknya penutupan vegetasi

permanen/hutan, 2)penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, dan

3)penerapan teknologi pengelolaan lahan/pengelolaan DAS yang tidak tepat

(Sinukaban, 2007).

Gambar 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)

2.1.2 Pengertian Sungai

Dalam siklus hidrologi, aliran sungai digolongkan sebagai aliran permukaan.

Air sungai bisa berasal dari air hujan (terutama di daerah tropis) dan bisa pula berasal

dari es yang mencair di gunung atau pegunungan (terutama di daerah empat musim).

Oleh karena itu, debit air sungai bisa sangat dipengaruhi oleh musim. Bagi kita di

Indonesia yang berada di daerah tropis, debit air sungai akan tinggi bila musim hujan

dan rendah di musim kemarau. Sementara itu, di daerah empat musim, debit aliran

sungai meningkat ketika musim dingin berakhir karena salju mencair. Menurut Sandy

(1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu juga mengikis bumi

sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air tertampung melalui saluran kecil

atau besar yang disebut dengan istilah alur sungai.


8

Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah mengalir ke tempat-

tempat yang lebih rendah. Setelah mengalami bermacam macam perlawanan akibat

gaya berat, air hujan akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang

di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur

sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air didalamnya disebut sungai.

Suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, di mana air akan

mengalir melalui sungai dan anak sungai disebut daerah aliran sungai (DAS). Dalam

istilah bahasa inggris disebut Catchment Area, Watershed, atau River Basin.

Menurut Waryono (2001) bahwa struktur sungai pada hakekatnya merupakan

bentuk luar penampang badan sungai yang memiliki karakteristik berbeda pada bagian

hulu, tengah, dan hilir. Lebih jauh dikemukakan bahwa bagian dari struktur sungai

meliputi badan sungai, tanggul sungai dan bantaran sungai. Forman (1986)

menggambarkan struktur koridor sungai secara rinci ditampilkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Struktur Koridor Sungai

Keterangan:

A: Penyangga tepian sungai. D: Batas tinggi air semu.

B: Dataran banjir. E: Dasar sungai.

C: Badan sungai. F: Vegetasi riparian.


9

Fungsi pokok sungai adalah untuk mengalirkan kelebihan air dari permukaan

tanah, sedangkan fungsi lainnya adalah dapat digunakan untuk kesejahteraan manusia,

seperti sumber air minum, PLTA, pengairan, transportasi air, untuk meninggikan tanah

yang rendah dan mengatur suhu tanah. Menurut peraturan perundangan yang ada,

fungsi sungai adalah:

a. Sungai sebagai sumber air yang merupakan salah satu sumber daya alam

yang mempunyai fungsi serba guna bagi kehidupan manusia.

b. Sungai harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan

pemanfaatannya, dan dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan.

2.1.3 Bentuk bentuk Daerah Aliran Sungai

Bentuk bentuk DAS dapat dibagi dalam empat, antara lain:

a. Bentuk memanjang/ bulu burung.

b. Bentuk radial.

c. Bentuk parallel.

d. Bentuk komplek.

a. Bentuk memanjang/ bulu burung

Bentuk DAS ini biasanya akan memanjang dengan anak-anak sungainya

langsung mengalir ke induk sungai yang berbentuk seperti bulu burung.

Bentuk ini akan menyebabkan besar aliran banjir relatif lebih kecil karena

perjalanan banjir dari anak sungai itu berbeda beda dan banjir berlangsung

agak lama. Bentuk dari DAS ini ditampilkan pada Gambar 2.3.
10

Gambar 2.3 DAS bentuk memanjang

b. Bentuk radial

Bentuk DAS ini seolah olah memusat pada satu titik sehingga

menggambarkan adanya bentuk radial, kadang-kadang gambaran tersebut

memberi bentuk kipas atau lingkaran. Sebagai akibat dari bentuk tersebut

maka waktu yang diperlukan aliran yang datang dari segala penjuru anak

sungai memerlukan waktu yang hampir bersamaan. Sebagai contoh DAS

Bengawan Solo ditampilkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 DAS bentuk radial

c. Bentuk paralel

DAS ini dibentuk oleh dua jalur DAS yang bersatu dibagian hilir. Dan

apabila terjadi banjir di daerah hilir biasanya terjadi setelah di bawah titik
11

pertemuan. Sebagai contoh adalah banjir di Batang Hari di bawah

pertemuan Batang Tembesi ditampilkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 DAS bentuk paralel

d. Bentuk komplek

DAS bentuk komplek merupakan bentuk kejadian gabungan dari

beberapa bentuk DAS yang dijelaskan di atas, sebagai contoh

ditampilkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 DAS bentuk komplek

2.2 Potensi Banjir

2.2.1 Pengertian Banjir

Dalam ilmu geografi istilah “banjir” tidak dapat di definisikan dengan

memuaskan. Salah satu pengertian tentang banjir yang mendefinisikan bahwa


12

peristiwa meluapnya air sungai melampaui tanggulnya sehingga menggenangi daratan

disampingnya (Strahler, 1975). Pengertian ini tidak mempersalahkan apakah banjir

adalah suatu bencana atau bukan. Pengertian ini memandang “banjir” sebagai suatu

istilah yang bermakna sosial-budaya, karena suatu tempat dikatakan dilanda banjir jika

tempat itu adalah daerah budi daya manusia yang tidak semestinya dilanda banjir, jika

tempat itu adalah suatu hutan atau suatu permukiman yang terdiri atas rumah-rumah

panggung yang dibuat untuk menghindari naiknya permukaan setiap musim, maka itu

tidak dikatakan banjir oleh mereka. Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa

istilah banjir itu tidak dipakai secara konsisten. Terkadang disamakan dengan

“genangan”. padahal tidak semua genangan disebabkan oleh meluapnya sungai,

misalnya genangan di ruas jalan yang cekung. Namun yang jelas kata “banjir” akan

memunculkan kesan ”genangan” dipikiran kita.

Banjir adalah setiap aliran yang relatif tinggi yang melampaui tanggul sungai

sehingga aliran air menyebar ke dataran sungai dan menimbulkan masalah pada

manusia (Chow, 1970). Definisi di atas menjelaskan bahwa banjir terjadi apabila

kapasitas alir sungai telah terlampaui dan air telah menyebar ke dataran banjir, bahkan

lebih jauh yang mengakibatkan terjadinya genangan. Genangan air tidak dikatakan

banjir apabila tidak menimbulkan masalah bagi manusia yang tinggal pada daerah

genangan tersebut. Menurut Hasibuan (2004), banjir adalah jumlah debit air yang

melebihi kapasitas pengaliran air tertentu, ataupun meluapnya aliran air pada palung

sungai atau saluran sehingga air melimpah dari kiri kanan tanggul sungai atau saluran.

Dalam kepentingan yang lebih teknis, banjir dapat disebut sebagai genangan air

yang terjadi di suatu lokasi yang diakibatkan oleh:


13

1. Perubahan tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS).

2. Pembuangan sampah.

3. Erosi dan sedimentasi.

4. Kawasan kumuh sepanjang jalur drainase.

5. Perencanaan sistem pengendalian banjir yang tidak tepat.

6. Curah hujan yang tinggi.

7. Pengaruh fisiografi/geofisik sungai.

8. Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai.

9. Pengaruh air pasang.

10. Penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang surut air laut).

11. Drainase lahan.

12. Bendung dan bangunan air.

13. Kerusakan bangunan pengendali banjir (Kodoatie, 2005).

2.2.2 Daerah Rawan Banjir

Untuk mereduksi kerugian akibat banjir, maka lebih dulu harus diketahui secara

pasti daerah rawan banjir. Daerah rawan banjir dapat dikenali berdasarkan karakter

wilayah banjir yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. limpasan dari tepi sungai.

2. wilayah cekungan.

3. banjir akibat pasang surut.

Menurut Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang garis sempadan

sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai dan bekas sungai, daerah
14

penguasaan sungai adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran atau daerah sempadan

ditampilkan pada Gambar 2.7. Elevasi dan debit banjir daerah rawan banjir sekurang-

kurangnya ditentukan berdasarkan analisis perioda ulang 50 tahunan.

Tingkat resiko di daerah rawan banjir bervariasi tergantung ketinggian

permukaan tanah setempat. Dengan menggunakan peta kontur ketinggian permukaan

tanah serta melalui analisis hidrologi dan hidrolika dapat ditentukan pembagian dataran

banjir menurut tingkat resiko terhadap banjir. Pembagian daerah rawan banjir

digunakan sebagai bahan acuan penataan ruang wilayah perkotaan sehingga diketahui

resiko banjir yang akan terjadi. Dengan mengikuti pemetaan daerah rawan banjir yang

telah diperbaiki maka resiko terjadi bencana/kerusakan/kerugian akibat genangan banjir

yang diderita oleh masyarakat menjadi minimal.

Gambar 2.7: Daerah Penguasaan Sungai

Gambar 2.7 Daerah Penguasaan Sungai

2.2.3 Tingkat Bahaya Banjir

Banjir terjadi sepanjang sistem sungai dan anak-anak sungainya yang mampu

membanjiri wilayah luas dan mendorong peluapan air di dataran banjirnya (flood plain).

Dataran banjir merupakan daerah rawan banjir yang dapat diklasifikasi berdasarkan
15

kala ulang banjirnya. Dataran banjir di sekitar bantaran sungai yang masuk dalam

daerah genangan pada debit banjir tahunan Q100 merupakan daerah rawan banjir yang

sangat tinggi dijelaskan pada Tabel 2.1 menjelaskan klasifikasi ini yang akan diadopsi

dalam studi ini.

Tabel 2.1 Tingkat Bahaya Banjir menurut Periode Kala Ulang


Kelas Kala Ulang Daerah Rawan
Debit Banjir Banjir
1 Q50 – Q100 Sangat Tinggi
2 Q30 – Q50 Tinggi
3 Q10 – Q30 Sedang
4 Q1 – Q10 Rendah

2.2.4 Potensi Banjir Sungai Deli

Sungai Deli membelah Kota Medan dari arah selatan ke utara dengan total

watershed 358 km2. Dari total luas watershed tersebut, sekitar 200 km2 atau 56%

diantaranya telah dan sedang berubah menjadi wilayah terbangun/perkotaan. Wilayah

tersebut terdiri dari catchment area sungai Deli bagian downstream (17 km2), Sungai

sikambing (40 km2), Sungai Babura (99 km2), dan sisi kiri kanan Sungai Deli hingga ke

Deli Tua/Namorambe (44 km2). Catchment area selebihnya (158 km2) yakni terhitung

dari Delitua/Namorambe hingga Sembahe/Sibolangit/Gunung Sibayak merupakan

lahan pertanian, kebun campuran dan hutan tanaman industri dan hutan alam.

Kemiringan dasar Sungai Deli rata-rata ialah 0.00611 dan pada daerah yang landai atau

mild slope ialah 0.0008. Berdasarkan pengamatan kejadian-kejadian banjir di Kota

Medan maka ancaman banjir paling ekstrem ialah apabila banjir Sungai Deli dan

Babura (river flood) terjadi bersamaan dengan hujan di atas Kota Medan (urban storm

water).
16

Sesuai dengan kondisi topografi Kota Medan maka sistem saluran drainase

Kota Medan jarang yang bermuara ke Sungai Belawan sehingga banjir Sungai Belawan

tidak terlalu banyak mempengaruhi sistem drainase Kota Medan. Demikian juga banjir

Sungai Percut sudah tidak menjadi ancaman karena telah selesai dinormalisasi hingga

ke muara yakni untuk debit banjir periode ulang 30 tahun, termasuk menampung

pengalihan debit Sungai Deli melalui Floodway. Drainase primer Sungai Sikambing

juga sudah selesai dinormalisasi ialah pada bagian downstream yakni JL. Kejaksaan

hingga muara Belawan yakni untuk debit banjir periode ulang 20 tahun. Sementara itu,

penampang Sungai Deli antara titi kuning (Floodway) dan JL. Kejaksaan masih rawan

banjir karena belum dinormalisasi. Kapasitas penampang Sungai Deli pada bagian ini

masih rendah yakni hanya mampu menampung debit banjir periode ulang 2 tahun yaitu

sebesar 160 m3/det (Ginting, 2012). Perkiraan debit banjir Sungai Deli pada beberapa

ruas (section) untuk berbagai periode ulang menurut hasil analisis yang dilaporkan pada

study JICA (1992) ditampilkan pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Perkiraan Debit Banjir untuk berbagai Periode Ulang


(Sumber: JICA, 1992)
17

Tabel 2.2 Perkiraan Debit Banjir untuk Periode Ulang Sungai Deli

Periode Ulang (Tahun)


Debit Banjir 10 Tahun 20 Tahun 30 Tahun
3 3
(m /det) (m /det) (m3/det)
Q1 460 530 570
Q2 420 490 520
Q3 260 300 320
Sumber JICA 1992

Dari hasil analisis tersebut pada Gambar 2.8 di atas dapat dilihat bahwa debit

banjir Sungai Deli pada bagian yang belum dinormalisasi yakni antara JL. Kejaksaan

dan titi kuning untuk periode 10 tahun adalah sebesar Q3 = 260 m3/det. Jika debit banjir

periode ulang 10 tahun yakni Q3 = 260 m3/det dibandingkan dengan kapasitas

penampang pada bagian ini yakni 160 m3/det, maka pada kejadian banjir periode ulang

10 tahun akan terjadi potensi banjir yang mengancam permukiman penduduk sebesar

100 m3/det.

2.2.5 Potensi Banjir Sungai Babura

Selanjutnya, Sungai Babura yang merupakan anak Sungai Deli adalah sungai

yang sangat potensil sebagai ancaman banjir Kota Medan karena disamping watershed

sungai ini seluruhnya berada pada wilayah penyangga perkembangan Kota Medan,

pembangunan pemukiman sangat pesat di wilayah ini dan penampang sungai ini belum

pernah dinormalisasi. Kemiringan dasar sungai rata-rata ialah 0.00236 dan pada daerah

landai atau mild slope ialah 0.00187. Menurut hasil studi dan analisis JICA dan

MMUDP, kapasitas penampang Sungai Babura yang ada pada saat ini (natural) hanya

mampu menampung debit banjir periode ulang 1 tahun yakni sebesar 69 m3/det. Dari
18

hasil analisis yang tertera pada gambar 2.8 dapat diketahui bahwa debit Sungai Babura

yang masuk ke Sungai Deli dijelaskan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Perkiraan Debit Banjir untuk Periode Ulang Sungai Babura

Periode Ulang (Tahun)


Debit Banjir 10 Tahun 20 Tahun 30 Tahun 50 Tahun 100 Tahun
(m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det) (m3/det)
Qbabura 160 190 200 230 260
Sumber JICA 1992

Jadi bila dibandingkan dengan kapasitas penampang Sungai Babura yakni 69

m3/det, maka potensi banjir Sungai Babura yang mengancam permukiman penduduk

untuk periode ulang 10 tahun ialah sebesar 91 m3/det.

2.3 Curah Hujan

2.3.1 Faktor Curah Hujan

Faktor curah hujan yang tinggi merupakan salah satu faktor utama penyebab

banjir. Wilayah Indonesia yang merupakan benua maritim di daerah tropis mempunyai

curah hujan yang sangat tinggi. Dengan didominasi oleh adanya awan-awan konvektif

dan orografik yang sangat tinggi. Dengan didominasi oleh adanya

awan-awan konvektif dan orografik maka intensitas curah hujan yang terjadi sangat

besar. Curah hujan yang tinggi, lereng yang curam di daerah hulu disertai dengan

perubahan ekosistem dari tanaman tahunan atau tanaman keras berakar dalam ke

tanaman semusim berakar dangkal mengakibatkan berkurangnya air yang disimpan

dalam tanah, memperbesar aliran permukaan serta menyebabkan terjadinya tanah

longsor. Curah hujan yang tinggi dalam kurun waktu yang singkat dan tidak dapat
19

diserap tanah akan dilepas sebagai aliran permukaan yang akhirnya menimbulkan

banjir.

2.3.2 Analisa Curah Hujan Kawasan

a. Metode Aritmatik (Aljabar)

Metode ini merupakan perhitungan curah hujan wilayah dengan rata-rata

aljabar curah hujan di dalam dan sekitar wilayah yang bersangkutan.

(2.1)

di mana: R = Curah hujan rata-rata wilayah atau daerah.

Ri = Curah hujan di stasiun pengamatan ke-i.

n = Jumlah stasiun pengamatan.

Hasil perhitungan yang diperoleh dengan cara aritmatik ini hampir sama

dengan cara lain apabila jumlah stasiun pengamatan cukup banyak dan

tersebar merata di seluruh wilayah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.9.

Keuntungan perhitungan dengan cara ini adalah lebih objektif.

Gambar 2.9 Aljabar


20

b. Metode Thiessen

Jika titik-titik di daerah pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar

merata, maka cara perhitungan curah hujan dilakukan dengan

memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik pengamatan ditampilkan pada

Gambar 2.10.

(2.2)

di mana: R = Curah hujan daerah.

Rn = Curah hujan di setiap stasiun pengamatan.

An = Luas daerah yang mewakili tiap stasiun pengamatan.

Gambar 2.10 Polygon Thiessen

c. Metode Isohyet

Peta isohyet digambar pada peta topografi dengan perbedaan 10 mm – 20 mm

berdasarkan data curah hujan pada stasiun pengamatan di dalam dan di luar

daerah yang dimaksud. Luas bagian antara dua garis isohyet yang berdekatan

diukur dengan Planimeter ditampilkan pada Gambar 2.11. Curah hujan

daerah itu dapat dihitung menurut persamaan:


21

(2.3)

Ini adalah cara yang paling teliti untuk mendapatkan hujan areal rata-rata, tetapi

memerlukan jaringan pos penakar yang relatif lebih padat yang memungkinkan

untuk membuat isohyet.

Gambar 2.11 Metode Isohyet

2.3.3 Analisa Frekuensi

Analisis frekuensi adalah prosedur memperkirakan frekuensi suatu kejadian

pada masa lalu atau masa yang akan datang. Prosedur tersebut dapat digunakan

menentukan hujan rancangan dalam berbagai kala ulang berdasarkan distribusi yang

paling sesuai antara distribusi hujan secara teoritik dengan distribusi hujan secara

empirik. Hujan rancangan ini digunakan untuk menentukan intensitas hujan yang

diperlukan dalam perhitungan debit banjir menggunakan metode rasional. Dalam

penelitian ini dihitung hujan harian rancangan dengan kala ulang 2, 3, 5, 10, 25, 50, dan

100 tahun Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi metode

yang dipakai dalam analisis frekuensi data curah hujan harian maksimum adalah

sebagai berikut:

1. Distribusi Gumbel.
22

2. Distribusi Log Pearson Tipe III.

3. Distribusi Normal.

4. Distribusi Log Normal.

1. Distribusi Gumbel

Menurut Gumbel curah hujan untuk periode ulang tertentu (PUH) tertentu

(Tr) dihitung berdasarkan persamaan berikut:


X Tr = +S (2.4)

Y Tr = -Ln � −1
(2.5)

1
( � – )2 2
=1
Sn =
−1
(2.6)

dimana: YTr = Reduced variate.

S = Standar deviasi data hujan.

Sn = Standar deviation tergantung pada jumlah sampel/data.


Tr = Fungsi waktu balik (tahun).

Yn = Reduced mean yang tergantung jumlah sampel/data n.

2. Distribusi Log Pearson Tipe II

Metode ini telah mengembangkan serangkaian fungsi probabilitas yang

dapat dipakai untuk hampir semua distribusi probabilitas empiris. Tiga

parameter penting dalam Metode Log Pearson Tipe III, yaitu:

1. Harga rata-rata (R).

2. Simpangan baku (S).

3. Koefisien kemencengan (G).


23

= Log R (2.7)
�=1 � �
Log = (2.8)

1
�=1 (� � � −� � )2 2
S= (2.9)
−1

�=1 (� � � −� � )3
G= (2.10)
−1 ( −2) ( ) 3

Log T = Log + KS (2.11)

di mana: R = Curah hujan rencana (mm).

G = Koefisien kemencengan.

S = Simpangan baku.

K = Variabel standar untuk R yang besarnya tergantung dari nilai

G.

3. Distribusi Normal
Distribusi normal disebut juga distribusi Gauss. Dalam pemakaian praktis

umumnya digunakan persamaan sebagai berikut:

T = + KT S (2.12)

KT = (2.13)

di mana: T = Perkiraan nilai yang diharapkan akan terjadi dengan

periode ulang T– tahunan.

= Nilai rata-rata hitung sampel.

KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau

yang digunakan periode ulang dan tipe model matematik

distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang.


24

4. Metode Distribusi Log Normal

Logn xT x k n (2.14)

di mana: � T = Intensitas curah hujan dengan periode ulang T tahun.

x = Harga rata rata dari populasi x.

K = Faktor frekuensi.

n = Standar deviasi dari populasi x.

2.3.4 Uji kecocokan (Goodness of fittest test)

Penguji parameter untuk menguji kecocokan (the goodness of fittest test)

distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan

dapat menggambarkan atau mewakili distribusi frekuensi tersebut. Penelitian ini

menggunakan Metode Smirnov-Kolmogorof (secara analitis). Pengujian probabilitas

Metode Smirnov-Kolmograf dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

1. Urutkan data (Xi) dari besar ke kecil atau sebaliknya.

2. Tentukan peluang empiris masing-masing data yang sudah diurut tersebut

(Xi) dengan rumus tertentu, misalnya rumus weibull.


+1
( �) = (2.15)

dimana: n = Jumlah data

i = Nomor urut data diurut dari besar ke kecil atau sebaliknya.

3. Tentukan peluang teoritis masing-masing data yang sudah di urut tersebut

P’(Xi) berdasarkan persamaan distribusi probablitas yang dipilih (Gumbel,

Normal, dan sebagainya).

4. Hitung selisih (∆Pi) antara peluang empiris dan teoritis data yang diurut.
25

∆ � = ( �) − ’( �) (2.16)

5. Tentukan apakah ∆Pi < ∆P kritis, jika “tidak” artinya Distribusi Probabilitas

yang dipilih tidak dapat diterima, demikian sebaliknya.

6. ∆P kritis dijelaskan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Tabel Nilai ∆� Kritis Smirnov-Kolmogrov (Kamiana, 2011)

(derajat kepercayaan)
N
0,20 0,10 0,05 0,01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23

N > 50

2.3.5 Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu

kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi, Lubis (1992). Dalam penelitian ini

intensitas hujan diturunkan dari data curah hujan harian. Menurut Lubis (1992)

intensitas hujan (mm/jam) dapat diturunkan dari data curah hujan harian (mm) empirik

menggunakan metode mononobe sebagai berikut:


2
24 3
�= 24
24 t
(2.17)
di mana: I = Intensitas curah hujan (mm/jam).

t = Lamanya curah hujan (jam).

R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).


26

2.3.6 Waktu Konsentrasi

Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang

jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ketempat keluar DAS (Titik Kontrol)

setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Salah satu rumus untuk

memperkirakan waktu konsentrasi (tc) adalah rumus yang dikembangkan oleh Kirpich

(1940), yang dapat ditulis sebagai berikut:

Tc = 0.00025 (L/√S)0.8 (2.18)


di mana: L = Panjang saluran utama dari hulu sampai penguras dalam km.

S = Kemiringan rata-rata saluran utama dalam m/m.

Waktu konsentrasi dapat juga dihitung dengan membedakan menjadi dua

komponen, yaitu:

1. Inlet time (t0) yakni waktu yang diperlukan air untuk mengalir di

permukaan lahan sampai saluran terdekat.

2. Conduit time (td) yakni waktu perjalanan dari pertama masuk sampai titik

keluaran.

tc = t0 + td (2.19)
di mana: t0 = 23 x 3,28 x Ls x n (menit).

td = Ls 60 V (menit).

n = Angka kekasaran Manning.

Ls = Panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m).

2.3.7 Koefisien Limpasan


Nilai koefisien limpasan ataupun koefisien pengaliran sangat berpengaruh

terhadap debit banjir. Limpasan air hujan yang langsung mengalir di atas permukaan

suatu lahan dapat memberikan aliran yang cepat maupun lambat pada saat menuju suatu
27

saluran drainase dan yang nantinya menuju ke saluran primer atau sungai, tergantung

dari tata guna lahan di sekitar saluran tersebut. Nilai koefisien ini juga dapat digunakan

untuk menentukan kondisi fisik dari suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) yang artinya

memiliki kondisi fisik yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie dan

Syarief (2005) yang menyatakan bahwa angka koefisien aliran permukaan itu

merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C

berkisar antara 0 – 1, nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terinterepsi dan

terinfiltrasi ke dalam tanah dan sebaliknya untuk C = 1 menunjukkan bahwa semua air

hujan mengalir sebagai aliran permukaan (run off). Perubahan tata guna lahan yang

terjadi secara langsung mempengaruhi debit puncak yang terjadi pada suatu DAS.

Tabel 2.5 Nilai Koefisien Limpasan

Jenis Daerah Koefisien Limpasan


Daerah Perdagangan
Kota 0.70-0.95
Sekitar Kota 0.50-0.70
Daerah Pemukiman
Satu Rumah 0.30-0.50
Banyak Rumah, terpisah 0.40-0.50
Banyak Rumah, rapat 0.60-0.75
Pemukiman, pinggiran kota 0.25-0.40
Apartemen 0.50-0.70
Daerah Industry
Ringan 0.50-0.80
Padat 0.60-0.90
Lapangan, kuburan dan sejenisnya 0.10-0.25 \

Halaman, jalan kereta api dan sejenisnya 0.20-0.35


Lahan tidak terpelihara 0.10-0.30

Sumber: SNI 03-2415—1991


28

2.4 Debit Banjir

2.4.1 Debit Banjir

Daerah dataran banjir diprediksi berdasarkan debit banjir dengan kala ulang

tertentu. Debit banjir dengan kala ulang 100 tahun Q100 bermakna banjir yang memiliki

probabilitas kejadian 0.01 dalam setahun yang akan menggenangi daerah dataran banjir.

Daerah dataran banjir Q100 tentu jauh lebih besar dari daerah dataran banjir Q10.

Mengingat banyak sungai di Indonesia yang tidak dilengkapi dengan alat pengukur

debit, maka debit banjir biasanya dihitung berdasarkan curah hujan dengan

menggunakan metode Gumbel, metode Log Pearson III, ataupun metode Normal. Dan

perhitungan debit banjir digunakan dengan metode hidrograf sintetis (Nakayasu,

Snyder, dll) untuk pemodelan unsteady flow dan metode rasional untuk steady flow.

2.4.2 Metode Perhitungan Debit Banjir

2.4.2.1 Metode Rasional

Besarnya debit rencana dihitung dengan memakai metode Rasional kalau

daerah alirannya kurang dari 80 Ha. Untuk daerah yang alirannya lebih luas sampai

dengan 5000 Ha, dapat digunakan metode rasional yang diubah. Untuk luas daerah

yang lebih dari 5000 Ha, digunakan hidrograf satuan atau metode rasional yang diubah.

Rumus metode rasional adalah sebagai berikut:

Q=fxCxIxA (2.20)
di mana: C = Koefisien pengaliran.

I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam).

A = Luas daerah aliran (km2).


29

f = Faktor konversi = 0.278.

2.4.2.2 Metode Hidrograf Banjir

Kebanyakan daerah aliran sungai sebagian besar curah hujan akan menjadi

limpasan langsung. Aliran semacam ini dapat menghasilkan puncak banjir yang tinggi.

Teori hidrograf satuan menghubungkan hujan netto atau hujan efektif, yaitu sebagian

hujan total yang menyebabkan adanya limpasan permukaan, dengan hidrograf

limpasan langsung sehingga merupakan sarana untuk menghitung hidrograf akibat

hujan sembarang. Ini dikerjakan atas dasar anggapan bahwa transformasi hujan netto

menjadi limpasan langsung tidak berubah karena waktu (time invariant). Dari sudut

limpasan langsung semua hujan yang tidak memberikan sumbangan terhadap

terjadinya banjir dipandang sebagai kehilangan. Kehilangan tersebut terdiri atas:

a. Air hujan yang tersangkut didahan pohon dan tumbuhan (interception).

b. Tampungan di cekungan (depression storage).

c. Pengisian lengas tanah (replenisment of soil moisture).

d. Pengisian air tanah (recharge).

e. Evapotranspirasi.

Jadi hidrograf tersebut didefinisikan sebagai hubungan antara salah satu unsur

aliran terhadap waktu. Berdasarkan definisi tersebut dikenal ada 2 macam hidrograf,

yaitu hidrograf muka air dan hidrograf debit. Hidrograf muka air tidak lain adalah data

atau garafik hasil rekaman AWLR (Automatic Water Level Recorder). Sedangkan

hidrograf debit, yang dalam pengertian sehari hari disebut hidrograf, diperoleh dari

hidrograf muka air dan lengkung debit. Hidrograf tersusun atas dua komponen, yaitu
30

aliran permukaan, yang berasal dari aliran langsung air hujan, dan aliran dasar (base

flow). Aliran dasar berasal dari air tanah yang pada umumnya tidak memberikan respon

yang cepat terhadap hujan.

1. Hidrograf Satuan

Hidrograf satuan adalah hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh

hujan efektif yang terjadi merata diseluruh DAS dan dengan intensitas tetap selama satu

satuan waktu yang ditetapkan, yang disebut hujan satuan. Hujan satuan adalah curah

hujan yang lamanya sedimikian rupa sehingga lamanya limpasan permukaan tidak

menjadi pendek, meskipun curah hujan itu menjadi pendek. Jadi hujan satuan yang

dipilih adalah yang lamanya sama atau lebih pendek dari periode naik hidrograf (waktu

dari titik permulaan aliran permukaan sampai puncak). Periode limpasan dari hujan

satuan semuanya adalah kira kira sama dan tidak ada sangkut pautnya dengan intensitas

hujan. Hidrograf satuan merupakan model sederhana yang menyatakan respon DAS

terhadap hujan. Tujuan dari hidrograf satuan adalah untuk memperkirakan hubungan

antara hujan efektif dan aliran permukaan. Konsep hidrograf saatuan pertama kali

dikemukakan oleh Sherman pada tahun 1932. Dia menyatakan bahwa suatu sistem DAS

mempunyai sifat khas yang menyatakan respon DAS terhadap suatu masukan tertentu

yang berdasarkan 3 prinsip:

a. Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah aliran tertentu,

intensitas hujan yang berbeda tetapi memiliki durasi sama, akan

menghasilkan limpasan dengan durasi sama, meskipun jumlahnya berbeda.

Ini merupakan aturan empiris yang mendekati kebenaran.


31

b. Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah aliran tertentu,

intensitas hujan yang berbeda tetapi memiliki durasi sama, akan

menghasilkan hidrograf limpasan, dimana ordinatnya pada sembarang

waktu memiliki proposi yang sama dengan proposi intensitas hujan efektif.

Dengan kata lain, ordinat hidrograf satuan sebanding dengan volume hujan

efektif yang menimbulkannya. Hal ini berarti bahwa hujan sebanyak n kali

lipat dalam satuan waktu tertentu akan menghasilkan suatu hidrograf

dengan ordinat sebesar n kali lipat.

c. Prinsip superposisi dipakai pada hidrograf yang dihasilkan oleh hujan

efektif berintensitas seragam yang memiliki periode periode yang

berdekatan atau tersendiri. Jadi, hidrograf yang merepresentasikan

kombinasi beberapa kejadian aliran permukaan adalah jumlah dari ordinat

hidrograf tunggal yang memberi kontribusi.

Ketiga asumsi ini secara tidak langsung menyatakan bahwa tanggapan DAS

terhadap hujan adalah linier, walaupun sebenarnya kurang tepat. Namun demikian,

penggunaan hidrograf satuan telah banyak memberikan hasil yang memuaskan untuk

berbagai kondisi. Sehingga, teori hidrograf satuan banyak dipakai dalam menentukan

debit atau banjir rencana.

2. Hidrograf satuan sintetik

Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa untuk menurunkan hidrograf

satuan diperlukan rekaman data limpasan dan data hujan, padahal sering kita jumpai

ada beberapa DAS tidak memiliki sama sekali catatan limpasan. Dalam kasus ini,
32

hidrograf satuan diturunkan berdasarkan data-data dari sungai pada DAS yang sama

atau DAS terdekat yang mempunyai karakteristik yang sama. Karakteristik atau

parameter daerah pengaliran tersebut terlebih dahulu perlu dicari waktu, lebar dasar,

luas, kemiringan, panjang, koefisien limpasan dan lain sebagainya. Hasil dari

penurunan hidrograf satuan ini dinamakan hidrograf satuan sintetik (HSS). Ada tiga

jenis hidrograf satuan sintetis, yaitu:

1. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu.

2. Hidrograf Satuan Sintetik Snyder.

3. Hidrograf Satuan Sintetik Gama I.

4. Hidrograf Satuan Sintetik SCS.

Dalam penelitian ini hanya akan dibahas mengenai Hidrograf Satuan Sintetik

Nakayasu. Hidrograf tersebut penulis rasa cocok dengan kedaan lokasi studi di DAS

Deli dan DAS Belawan khususnya pada sungai utama dan anak sungainya di kedua

DAS tersebut yaitu Sungai Deli, Sungai Babura, dan Sungai Belawan.

3. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Stasiun pengukur debit dan tinggi muka air sungai (stasiun hidrometri) pada

umumnya hanya dipasang di tempat tempat tertentu yang dipandang oleh pengelolanya

mempunyai arti yang cukup penting. Hal tersebut disebabkan karena tidak mungkin

memasang stasiun hidrometri disembarang tempat dan biaya pemasangannya juga

tidak murah. Namun masalah yang banyak timbul adalah ketidak-cocokan antara

rencana pengembangan jaringan stasiun hidrometri. Pengembangan suatu daerah

sering tidak dapat diketahui sebelumnya, atau kalau rencana itu diketahui tidak
33

selekasnya diikuti dengan keiatan pengumpulan data. Hingga pada saat dibutuhkan

untuk analisis data tidak tersedia, atau tersedia dalam jangka waktu yang sangat

pendek.

Untuk mengatasi hal ini sebenarnya di Indonesia telah dikenal dan banyak

digunakan berbagai cara untuk memperkirakan banjir rancangan yang didasarkan atas

persamaan rasional. Cara ini mengandalkan data curah hujan sebagai dasar hitungan.

Namun dari penelitian terbukti bahwa metode seperti Melchior, Der Weduwen dan

Haspers mempunyai penyimpangan yang berkisar antara 2% - 80%, dengan

penyimpangan rata rata berturut turut sebesar 89%, 85% dan 56%. Selain itu tercatat

pula bahwa 77% dari kasus yang ditinjau menunjukkan perkiraan lebih

(overestimated). Cara- cara rasional untuk memperkirakan banjir yang mendapatkan

kritikan tajam, karena pemakaian koefisien limpasan (runoff coefficient) mengundang

subjektivitas yang sangat besar dan merupakan salah satu faktor penyebab

penyimpangannya. Penyebab lainnya adalah koefisien reduksi (reduction coefficient).

Persamaan rasional hanya dianjurkan untuk DAS kecil kurang dari 80 hektar

atau untuk DAS yang memiliki unsur unsur penyusun yang seragam. Dalam

perancangan diharapkan perkiraan banjir rancangan yang menyimpang sekecil

mungkin. Sudah barang tentu perkiraan yang tepat tidak akan dapat diharapkan, karena

proses pengalihragaman hujan menjadi banjir merupakan proses alam yang sangat

kompleks yang tidak dapat diungkapkan dengan persamaan matematik secara tuntas.

Cara lain yang lebih baik hampir seluruhnya menuntut ketersediaan data pengukuran

sungai yang memadai. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu ini merupakan salah satu

upaya untuk mengatasi kesulitan kesulitan tersebut. Cara ini dapat digunakan

disembarang lokasi yang dikehendaki dalam suatu DAS tanpa tergantung ada atau
34

tidaknya data pengukuran sungai. Akan tetapi, perlu ditegaskan bahwa kegiatan

hidrometrik masih tetap merupakan pilihan utama, sehingga walaupun telah ditemukan

cara pendekatan yang akan banyak mengatasi masalah kelangkaan data, namun prioritas

pengukuran sungai ditempat mutlak masih diperlukan. Hidrograf satuan ini secara

sederhana dapat ditampilkan pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Kurva Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Nakayasu (1950) telah menyelidiki hidrograf satuan di Jepang dan memberikan

seperangkat persamaan untuk membentuk suatu hidrograf satuan sebagai berikut:

1. Waktu kelambatan (tg), rumusnya:

untuk L > 15 � : � = 0,4 + 0, 058 � � (2.21)

untuk L < 15 � : � = 0,21 � �0,7 (2.22)

2. Waktu puncak dan debit puncak hidrograf satuan sintetis dirumuskan

sebagai berikut:

= � + 0,8 (2.23)
35

3. Waktu saat debit sama dengan 0,3 kali debit puncak:

0,3 = �� � (2.24)

4. Waktu puncak:

= � + 0,8 (2.25)

5. Debit puncak hidrograf satuan sintetis dirumuskan sebagai berikut:


1 1
= ��� 0 � (2.26)
3,6 (0,3 � � 0,3 )

6. Bagian lengkung naik (0 < t < tp):


2,4
= � (2.27)

7. Bagian lengkung turun:

Jika < < 0,3

= � 0,3 0,3 (2.28)

Jika > > 0,3

− + 0,5 � 0,3

= � 0,3 1,5 � 0,3


(2.29)

Jika > 1,5 0,3

− + 1,5 � 0,3

= � 0,3 2 � 0,3
(2.30)

2.5 Aplikasi HEC-RAS

HEC-RAS merupakan program aplikasi untuk pemodelan aliran saluran terbuka

seperti drainase, sungai, dan penampang saluran terbuka lainnya. River Analysis System

(RAS), dibuat oleh Hydrologic Engineering Center (HEC) yang merupakan satuan kerja
36

di bawah US Army Corps of Engineers (USACE). HEC-RAS dapat menyajikan

merupakan pemodelan satu dimensi aliran tunak maupun tak-tunak (steady and

unsteady onedimensional flow model). HEC-RAS memiliki empat komponen model satu

dimensi: (1) hitungan profil muka air aliran tunak, (2) simulasi aliran tak-tunak, (3)

hitungan angkutan sedimen, dan (4) hitungan kualitas air. Dalam pemodelan, input

HEC-RAS untuk pemodelan keempat komponen tersebut dapat memakai data geometri

yang sama, routine hitungan hidraulika yang sama, serta beberapa fitur desain hidraulik

yang dapat diakses setelah hitungan profil muka air dilakukan. HEC-RAS merupakan

program aplikasi yang mengintegrasikan fitur graphical user interface, analisis

hidraulik, manajemen dan penyimpanan data, grafik, serta pelaporan.

2.5.1 Graphical user interface

Interface ini berfungsi sebagai penghubung antara pemakai dan HEC-RAS.

Graphical interface dibuat untuk memudahkan pemakaian HEC-RAS dengan tetap

mempertahankan efisiensi. Melalui graphical interface ini, dimungkinkan untuk

melakukan hal-hal berikut ini:

1. Manajemen file.

2. Menginputkan data serta mengeditnya.

3. Melakukan analisis hidraulik.

4. Menampilkan data masukan maupun hasil analisis dalam bentuk tabel dan

grafik.

5. Penyusunan laporan.

6. Mengakses On-Line help.


37

2.5.2 Analisis Hidraulika

Steady Flow Water Surface Component. Modul ini berfungsi untuk menghitung

profil muka air aliran permanen berubah beraturan (steady gradually varied flow).

Program ini mampu memodelkan jaringan sungai, sungai dendritik, maupun sungai

tunggal. Regime aliran yang dapat dimodelkan adalah aliran sub-kritik, super- kritik,

maupun campuran antara keduanya.

Modul aliran permanen HEC-RAS mampu memperhitungkan pengaruh berbagai

hambatan aliran, seperti jembatan (bridges), gorong-gorong (culverts), bendung (weirs),

ataupun hambatan di bantaran sungai. Modul aliran permanen dirancang untuk dipakai

pada permasalahan pengelolaan bantaran sungai dan penetapan asuransi resiko banjir

berkenaan dengan penetapan bantaran sungai dan dataran banjir. Modul aliran

permanen dapat pula dipakai untuk perkiraan perubahan muka air akibat perbaikan alur

atau pembangunan tanggul.

Unsteady Flow Simulation. Modul ini mampu mensimulasikan aliran tak-

permanen satu dimensi pada sungai yang memiliki alur kompleks. Semula, modul aliran

tak-permanen HEC-RAS hanya dapat diaplikasikan pada aliran sub-kritik dan

mensimulasikan regime aliran campuran (sub-kritik, super-kritik, loncat air, dan draw-

downs). Fitur spesial modul aliran tak-permanen mencakup analisis dam-break,

limpasan melalui tanggul dan tanggul jebol, pompa, operasi dam navigasi, serta aliran

tekan dalam pipa.

Sediment Transport/ Movable Boundary Computations. Modul ini mampu

mensimulasikan transport sedimen satu dimensi (simulasi perubahan dasar sungai)

akibat gerusan atau deposisi dalam waktu yang cukup panjang (umumnya tahunan,
38

namun dapat pula dilakukan simulasi perubahan dasar sungai akibat sejumlah banjir

tunggal). Potensi transpor sedimen dihitung berdasarkan fraksi ukuran butir sedimen

sehingga memungkinkan simulasi armoring dan sorting. Fitur utama modul transport

sedimen mencakup kemampuan untuk memodelkan suatu jaring (network) sungai,

dredging, berbagai alternatif tanggul, dan pemakaian berbagai persamaan (empiris)

transport sedimen.

Modul transport sedimen dirancang untuk mensimulasikan trend jangka panjang

gerusan dan deposisi yang diakibatkan oleh perubahan frekuensi dan durasi debit atau

muka air, ataupun perubahan geometri sungai. Modul ini dapat pula dipakai untuk

memprediksi deposisi didalam reservoir, desain kontraksi untuk keperluan navigasi,

mengkaji pengaruh dredging terhadap laju deposisi, memperkirakan kedalaman gerusan

akibat banjir, serta mengkaji sedimentasi di suatu saluran.

Water Quality Analysis. Modul ini dapat dipakai untuk melakukan analisis

kualitas air di sungai. HEC-RAS versi 4.0 Beta saat ini baru dapat dipakai untuk

melakukan analisis temperatur air. Versi ini akan akan dapat dipakai untuk melakukan

simulasi transpor berbagai konstituen kualitas air.

2.5.3 Penyimpanan Data dan Manajemen Data

Penyimpanan data dilakukan ke dalam “flat” files (format ASCII dan biner),

serta file HEC-DSS. Data masukan dari pemakai HEC-RAS disimpan kedalam file-file

yang dikelompokkan menjadi: project, plan, geometry, steady flow, unsteady flow, dan

sediment data. Hasil keluaran model disimpan kedalam binary file. Data dapat

ditransfer dari HEC-RAS ke program aplikasi lain melalui HEC-DSS file. Manajemen
39

data dilakukan melalui user interface. Pemakai diminta untuk menuliskan satu nama

file untuk project yang sedang dia buat. HEC-RAS akan menciptakan beberapa file

secara automatik (file-file: plan, geometry, steady flow, unsteady flow, output, etc.) dan

menamainya sesuai dengan nama file project yang dituliskan oleh pemakai.

Penggantian nama file, pemindahan lokasi penyimpanan file, penghapusan file

dilakukan oleh pemakai melalui fasilitas interface; operasi tersebut dilakukan

berdasarkan project-by-project. Penggantian nama, pemindahan lokasi penyimpanan,

ataupun penghapusan file yang dilakukan dari luar HEC-RAS (dilakukan langsung pada

folder), biasanya akan menyebabkan kesulitan pada saat pemakaian HEC-RAS

mengingat pengubahan tersebut kemungkinan besar tidak dikenali oleh HEC-RAS. Oleh

karena itu, operasi atau modifikasi file-file harus dilakukan melalui perintah dari dalam

HEC-RAS.

2.5.4 Grafik dan Pelaporan

Fasilitas grafik yang disediakan oleh HEC-RAS mencakup grafik X-Y alur

sungai, tampang lintang, rating curves, hidrograf, dan grafik-grafik lain yang

merupakan plot X-Y berbagai variabel hidraulik. HEC-RAS menyediakan pula fitur plot

3D beberapa tampang lintang sekaligus. Hasil keluaran model dapat pula ditampilkan

dalam bentuk tabel. Pemakai dapat memilih antara memakai tabel yang telah disediakan

oleh HEC-RAS atau membuat/mengedit tabel sesuai kebutuhan. Grafik dan tabel dapat

ditampilkan di layar, dicetak, atau dicopy ke clipboard untuk dimasukkan kedalam

program aplikasi lain (word processor, spreadsheet). Fasilitas pelaporan pada HEC-

RAS dapat berupa pencetakan data masukan dan keluaran hasil pada printer atau

plotter.
40

Dalam penggunaan program HEC-RAS, yang perlu diperhatkan yaitu input data

untuk HEC-RAS. Setiap data yang berhubungan dengan kondisi kajian sudah tentu

merupakan input pada pemodelan. Data geometri untuk model saluran dan bangunan air

menggunakan data lapangan hasil survei dan data ketinggian elevasi. Data perhitungan

hidrologi berupa data debit banjir dengan periode ulang tertentu. Pemodelan dibuat

dengan memanfaatkan data debit berdasarkan kurva hidrograf untuk mengetahui

pergerakan air. Data kecepatan air sesaat yang tercatat dan sudah dianalisis secara

hidrolis dapat menjadi input pada syarat batas.

Gambar 2.13 Tampilan HEC-RAS Versi 4.0

2.5.5 HEC-RAS dalam Analisa Potensi Banjir

Dalam permasalahan banjir hal utama yang harus diketahui adalah sampai

setinggi mana profil muka air yang dihasilkan oleh debit banjir sehingga dapat

menggenangi daerah di sekitar sungai tersebut. Maka dari itu dengan menggunakan

program HEC-RAS dapat diprediksi sampai setinggi mana profil muka air banjir yang

terjadi. Hasil daripada prediksi tersebut dapat ditampilkan menurut periode ulang banjir

tahunan baik itu Q25 sampai Q100 yang terjadi sepanjang daerah aliran sungai baik itu di

badan sungai, bantaran sungai bagian kiri dan kanan, sampai daerah dataran tinggi yaitu
41

daerah pemukiman dan fasilitas-fasilitas infrastruktur yang ada disekitar sungai.

Dengan adanya simulasi pemodelan seperti ini banjir dapat di analisa dan dapat

memprediksi banjir tahunan yang sering terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi

dan akibat saluran penampang sungai yang tidak dapat menampung debit banjir yang

melebihi kapasitas tampang saluran. Dan hasil dari prediksi pemodelan tersebut dapat

diintegrasi dengan sistem informasi geografis yang nantinya dapat menampilkan

informasi daripada daerah genangan banjir dan luas genangan yang terjadi menurut

periode kala ulangnya.

2.6 Sistem Informasi Geografis (SIG)

2.6.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)

Banyak definisi SIG telah diajukan dari waktu ke waktu, namun tidak ada

satupun yang dapat sepenuhnya memuaskan. Meskipun banyak yang mendefinisikan

sebagai sesuatu yang lebih dari sebuah teknologi, saat ini label SIG disandingkan

dengan berbagai macam hal, diantaranya yaitu sejenis perangkat lunak yang dapat

dibeli dari sebuah vendor untuk menjalankan peralatan untuk mengolah fungsi-fungsi

kompleks (perangkat lunak SIG), representasi digital dari berbagai aspek dunia

geografis dalam bentuk rangkaian data (data SIG); komunitas orang-orang yang

menggunakan dan menyerukan penggunaan perangkat SIG untuk berbagai tujuan

(komunitas SIG) dan aktivitas menggunakan SIG untuk memberikan solusi terhadap

permasalahan atau ilmu pengetahuan lanjutan (melakukan SIG). Penamaan berlaku

pada semua hal tersebut dan pengertiannya bergantung pada konteks di mana

iadigunakan (Longley, 2005). Banyak penulis mendefinisikan (SIG) dengan


42

karakteristik yang sedikit berbeda, namun ada kesepakatan bersama bahwa kemampuan

kunci dari SIG adalah kemampuannya membuat suatu basis data geografis dan data di

dalamnya dapat dimanipulasi, diintegrasikan, dianalisis dan ditampilkan (Gregory &

Pell, 2007).

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah basis data yang biasanya mempunyai

komponen spasial dalam pengolahan dan penyimpanannya. Karenanya SIG mempunyai

potensi untuk menyimpan dan menghasilkan produk-produk peta dan sejenisnya. Ia

juga menawarkan potensi untuk menjalankan analisis berganda ataupun mengevaluasi

suatu skenario sebagaimana simulasi model (Lyon, 2003).

SIG dalam esensinya adalah sebuah pusat penyimpanan dan perangkat -

perangkat analisis bagi data yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Pengembang

dapat menumpangtindihkan informasi dari berbagai sumber data tersebut melalui

berbagai theme dan layer, melaksanakan analisis data secara menyeluruh dan

menggambarkannya secara grafis bagi pengguna (Albrecht, 2007).

2.6.2 Kelebihan Sistem Informasi Geografis (SIG)

Hampir semua yang terjadi di suatu tempat. Umumnya, aktivitas-aktivitas

manusia terbatas pada ruang yang berada di dekat atau di permukaan bumi. Mengetahui

di mana suatu hal terjadi adalah kepentingan yang mendesak, apabila kita hendak

berangkat ke suatu lokasi atau menugaskan seseorang kesana, untuk mencari informasi

lain terhadap sebuah tempat, atau menginformasikan kepada seseorang yang tinggal

dekat tempat tersebut. Oleh karenanya, lokasi geografis merupakan atribut penting dari

beragam aktivitas, kebijakan, strategi dan perencanaan. Sistem Informasi Geografis


43

adalah sebuah kelas khusus sistem informasi yang merekam, bukan hanya kejadian,

aktivitas dan sesuatu, tetapi juga di mana kejadian, aktivitas dan sesuatu tersebut terjadi

atau berada (Longley, 2005). Terdapat sejumlah kelebihan yang dibawa oleh teknologi

SIG bagi penelitian sumber daya air. SIG memungkinkan penataan dan penyimpanan

data yang lebih baik. Tujuan dari studi DAS diantaranya adalah pembagian DAS,

identifikasi pembagian drainase dan jaringan alur sungai, karakterisasi lereng dan

hadapan, konfigurasi daerah tangkapan air dan perilaku aliran air yang menghasilkan

variabel-variabel tersebut sulit dilakukan dari peta-peta cetak dan foto udara. Metode

tradisional tersebut menjadi pokok terjadinya kesalahan akibat operasi manual dan

terbukti membutuhkan waktu yang lama (Lyon, 2003).

2.6.3 Data Spasial

Dalam bentuk yang sangat umum, data geografis dapat digambarkan sebagai

suatu data yang mempunyai referensi spasial. Sebuah referensi spasial adalah sebuah

penunjuk bagi semacam lokasi, baik itu dalam bentuk langsung yang ditunjukkan

sebagai sebuah koordinat, sebuah alamat atau kedudukan relatif terhadap lokasi lain.

Suatu lokasi dapat (1) berdiri sendiri atau (2) menjadi bagian dari sebuah objek

keruangan, di mana dalam kasus ini lokasi menjadi definisi pembatas bagi objek

tersebut. Atribut yang diasosiasikan dengan suatu data geografis harus valid bagi

seluruh koordinat yang menjadi bagian dari objek geografis (Albrecht, 2007).

2.6.4 Penginderaan jauh

Dewasa ini, foto udara skala kecil dan citra satelit telah digunakan untuk

pemetaan penggunaan lahan/penutup lahan bagi wilayah yang luas (Lillesand dan

Kiefer, 1990). Data penginderaan jauh dan SIG saling melengkapi satu sama lain
44

dengan saling menambahkan informasi. Data SIG membantu analisis citra dalam

mengelompokkan pixel-pixel yang meragukan, sedangkan citra yang digunakan sebagai

latar belakang bagi data vektor khusus menyediakan orientasi dan tata letak situasional

(Albrecht, 2007).

2.6.5 Overlay

Overlay adalah inti dari operasi SIG yang seolah mendefinisikan SIG. Apabila

sebuah perangkat lunak dapat melakukan proses overlay, maka dapat dipastikan bahwa

aplikasi tersebut adalah sebuah aplikasi SIG dan bukan hanya aplikasi Computer Aided

Design (CAD) atau kartografi saja (Albrecht, 2007). Proses overlay memerlukan

ketepatan dalam kesamaan lokasi. Dengan kata lain, pada suatu lokasi tertentu, suatu

data yang terdapat dalam sebuah kelas fitur dan data yang terdapat dalam kelas fitur lain

digabungkan menjadi sebuah set data hasil dan membentuk geometri yang sebelumnya

tidak ada, sehingga menghasilkan data yang benar-benar baru (Albrecht, 2007).

Gambar 2.14 Integrasi Model dengan SIG


45

2.6.6 Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Prediksi Daerah Genangan Banjir

Untuk mempermudah integrasi antara model hidrolika, hidrologi dan sistem

informasi geografis. US. Army Corps Of Engineer mengembangkan HEC-RAS.

Program ini kemudian dapat digunakan sebagai interface dengan perangkat lunak

sistem informasi geografis seperti ArcView ataupun MapInfo sehingga dapat secara

langsung memproses data spasial yang terdapat dalam Sistem informasi geografis ke

dalam model tersebut. Selanjutnya sistem ini membantu menjadi media dari analisa

model ke dalam analisa spasial. Integrasi ini merupakan integrasi eksternal mengingat

masing-masing program telah mempunyai bahasa masing-masing akan tetapi dapat

disatukan dengan adanya program interface.

ArcView dan MapInfo akan bekerja dengan optimal apabila digunakan data peta

DEM (Digital Elevation Model) yang umumnya dibangkitkan berdasarkan data radar

atau foto udara yang akurat. Sedangkan data tutupan lahan dapat secara baik digunakan

peta berdasarkan citra satelit terlebih lagi dengan menggunakan Ikonos.

Freier (2005) mendemontrasikan kemampuan SIG dalam mengukur potensi

banjir pada suatu DAS untuk menentukan resiko banjir di perkotaan dengan

menumpangtindihkan lapisan peta sarana kota, peta jalan, peta alur sungai dan peta

daerah dataran banjir untuk Q100. Dengan model SIGnya ia dapat mengidentifikasi

sarana-sarana publik penting yang masuk ke dalam daerah rawan banjir untuk kala

ulang 100 tahun tersebut. Model seperti ini dapat pula dijadikan dasar untuk proses

mitigasi dan rencana tanggap darurat saat banjir terjadi.


46

Ghani, dkk (2000) mengembangkan model integrasi antara ArcView 3.2 dengan

HEC-6, Fluvial 12 dan HEC-RAS. Model integrasi ini digunakan untuk meramal

perubahan arus air sungai, sehingga dapat diketahui luapan air sungai yang akan terjadi.

Lebih lanjut hasil hitungan model ini kemudian digambarkan dalam bentuk poligon

dengan bantuan HEC-GeoRAS dan kemudian diekspor kedalam sistem informasi

geografis. Kedua gambar tersebut dapat dilihat bahwa luasan dan kedalaman daerah

genangan. Hal ini merupakan overlay antar peta dasar lokasi dengan hasil hitungan

model yang digambarkan secara spasial pada ArcView. Overlay ini memberikan

penampakkan yang jelas akan daerah rawan banjir .

Interface HEC-GeoRAS membentuk Shapefile pada ArcView sebagai hasil dari

hitungan HEC-RAS, shapefile ini yang kemudian dapat diaktifkan di layar untuk

mengetahui daerah rawan banjir. Apabila telah didapatkan daerah genangan, maka

kemudian dapat diekplorasi lebih lanjut mengenai resiko banjir yang akan terjadi seperti

beberapa banyak rumah atau bangunan yang akan terendam, kerusakan lahan pertanian

atau peruntukan lain, beberapa jiwa yang harus diungsikan dan lain-lain.

Ghani (2000) menerangkan bahwa Interface HEC-GeoRAS membentuk Shape

file pada ArcView sebagai hasil dari hitungan HEC-RAS, shapefile ini yang kemudian

dapat diaktifkan di layar untuk mengetahui daerah rawan banjir. Apabila telah

didapatkan daerah genangan, maka kemudian dapat diekplorasi lebih lanjut mengenai

kerugian yang akan terjadi seperti beberapa banyak rumah atau bangunan yang akan

terendam, kerusakan lahan pertanian atau peruntukan lain, beberapa jiwa yang harus

diungsikan dan lain-lain sesuai dengan tujuan analisis dan keberadaan data base spasial

yang terkait dalam ArcView.


47

2.7 Estimasi Resiko Banjir

Resiko banjir pasti akan terjadi apabila suatu daerah terkena dampak banjir baik

itu kerusakan, bencana dan kerugian. Semua hal itu akan berdampak langsung terhadap

penduduk sekitar akibat dari daerah genangan banjir yang menggenangi dataran

pemukiman penduduk. Dalam hal ini kerusakan terjadi terhadap rumah yang

memberikan arti bahwasanya pemilik rumah harus mengeluarkan biaya ganti rugi

akibat banjir. Selain itu banjir juga memberikan dampak bencana terhadap penduduk

seperti: penyakit, gangguan terhadap psikologis (Ganguan kesehatan dan kenyamanan)

dan memungkinkan terjadinya kematian. Untuk itu sudah seharusnya perlu dilakukan

suatu metode maupun suatu pendekatan yang bertujuan untuk menghitung resiko

kerugian banjir, agar nantinya pemerintah dalam mengantisipasi kerugian banjir

tahunan yang sering terjadi dapat diprediksi ataupun dianalisa dengan cepat dan akurat.

Dalam mengestimasi resiko banjir berdasarkan standar perkiraan nilai kerusakan

dan kerugian rumah akibat banjir (http//www.scribd.com/doc/Bappenas 2007Laporan

Penilaian kerusakan kerugian Jabodetabek), terdapat beberapa formula dalam

perhitungan estimasi resiko banjir yaitu:

1. Untuk jumlah penduduk yang terkena dampak diestimasi proporsional

terhadap luas genangan banjirnya dengan formula sebagai berikut:

(2.31)
48

2. Untuk jumlah rumah yang terkena dampak dihitung dengan formula yang

sama yaitu:

(2.32)

3. Kemudian untuk menghitung besar biaya kerugian yang diakibatkan oleh

banjir digunakan formula sebagai berikut:

(2.33)
49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini berada pada 2 (dua) wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)

yaitu DAS Belawan dan DAS Deli tepatnya pada sungai utama dan anak sungainya

yang melewati Kota Medan yaitu Sungai Belawan pada DAS Belawan,. Secara

administrasi sebagian besar kedua wilayah DAS tersebut berada di kabupaten Deli

Serdang dan Kota Medan.

1. DAS Belawan

DAS (Daerah Aliran Sungai) Belawan merupakan Daerah Aliran Sungai di

Provinsi Sumatera Utara dengan luas 40,789.98 Ha. Daerah Aliran Sungai

Belawan terbentang antara 3° 15' 49,83'' s/d 3° 50' 38,89'' garis Lintang Utara

dan meridian 98° 29' 58,56'' s/d 98° 43' 21,76'' Bujur Timur. Secara

administrasi DAS Belawan berada pada 2 (dua) Kabupaten/ Kota yaitu

Kabupaten Deli Serdang seluas 38,029.30 Ha (93.23 %) dan Kota Medan Seluas

2,760.69 Ha (6.77 %). Adapun Batas DAS Belawan adalah:

Sebelah Utara : Daerah Aliran Sungai Asam Kumbang.

Sebelah Selatan : Daerah Aliran Sungai Deli.

Sebelah Barat : Daerah Aliran Sungai Asam Kumbang dan Wampu.

Sebelah Timur : Daerah Aliran Sungai Deli.


50

2. DAS Deli

DAS (Daerah Aliran Sungai) Deli merupakan Daerah Aliran Sungai di Provinsi

Sumatera Utara dengan luas 47,298.01 Ha. Daerah Aliran Sungai Deli

terbentang antara 3° 13' 35,50'' s/d 3° 47' 06,05'' garis Lintang Utara dan

meridian 98° 29' 22,52'' s/d 98° 42' 51,23'' Bujur Timur. Secara administrasi

DAS Deli berada pada 3 (tiga) Kabupaten yaitu Karo 1,417.65 Ha (3 %),

Kabupaten Deli Serdang seluas 29,115.20 Ha (61.56 %) dan Kota Medan

seluas 16,765.16 ha (35.45 %). Adapun batas DAS Deli adalah:

Sebelah Utara: Daerah Aliran Sungai Belawan.

Sebelah Selatan: Daerah Aliran Sungai Wampu.

Sebelah Barat: Daerah Aliran Sungai Belawan.

Sebelah Timur: Daerah Aliran Sungai Batang Kuis.

3. DAS Babura

DAS (Daerah Aliran Sungai) Babura merupakan salah satu anak sungai dari

Sungai Deli (DAS Deli) yang terbentang dari kawasan Sibolangit hingga Kota

Medan dengan luas 99 km2. Daerah Aliran Sungai Babura terbentang antara

98°39'44.00"-98°39'38.75" Bujur Timur dan 3°33'17.31" - 3°34'14.64" Lintang

Utara. Adapun batas DAS Babura adalah:

Sebelah Utara: Medan, Selat Malaka.

Sebelah Timur: Medan.

Sebelah Selatan: Kabupaten Deli Serdang.

Sebelah Barat: Deli Serdang dan Medan.


51

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

3.2 Data dan Alat Penelitian


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Sekunder adalah data

yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dalam penelitian ini. Adapun data

sekunder dalam penelitian ini adalah:

1. Data curah hujan bulanan dan harian maksimum 10 tahun di DAS Deli dan

Belawan, tahun 2003-2012 yang diperoleh dari Badan Metereologi

Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sampali Medan.

2. Data kependudukan Kota Medan diperoleh dari BPS Kota Medan tahun 2012.

3. Peta digital DAS Deli dan Belawan diperoleh dari BPDAS Sei Wampu Ular

tahun 2012.

4. Peta digital Kota Medan dan tata guna lahan diperoleh dari BAPPEDA

PROVSU 2010.

5. Data DEM (Digital Elevation Model) yang bersumber dari ASTER GDEM

tahun 2009 dari http://www.gdem.aster.ersdac.or.jp/outline.jsp.


52

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan secara

pengamatan, peninjauan, dan pengukuran profil sungai. Adapun data primer dalam

penelitian ini:

1. Data profil memanjang (Long Section) sungai per 100-300 meter dan

melintang (Cross Section) sungai per 1 meter hingga mencapai bantaran

sungai 20 meter.

2. Data elevasi dan kemiringan sungai per 100- 300 meter.

Dalam penelitian ini data primer tidak langsung diperoleh di lapangan, tetapi

diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera-II (BWSS-II) yang mengukur langsung

di lapangan pada tahun 2010, jadi data profil sungai dalam penelitian ini termasuk ke

dalam data sekunder Dalam menganalisa data-data di atas digunakan suatu perangkat

alat berupa perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software) yang dimulai

dari pemasukan data (Input) sampai dengan pencetakan hasil (Output). Dimana

perangkat keras (Hardware) terdiri dari: Komputer, printer, scanning dan alat tulis.

Sementara perangkat lunak (Software) terdiri dari: Microsoft Office 2007, Microsoft

Excel 2007, MapInfo versi 11.0, HEC-RAS versi 4.0, ArcView versi 3.3, Google Earth

versi 5.0.11733.9347 dan Global Mapper versi 11.0.

3.3 Asumsi Pada Penelitian

Asumsi yang dilakukan dalam penelitan ini yaitu:

Dikarenakan elevasi sungai pada profil melintang hanya mencapai 10-20 meter

sampai bantaran sungai (Data profil sungai dari BWSS-II), maka elevasi 20 - 1000

meter dari bantaran sungai sampai ke tebing sungai untuk mencapai dataran
53

pemukiman, diasumsikan sesuai dengan kontur dari DEM (Digital Elevation Model)

untuk memperlihatkan genangan banjir. Adapun kerangka pikir dari penelitian ini dapat

dijelaskan pada bagan alir Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian


54

3.4 Metodologi Pengolahan Data

Metode penelitian dilakukan dengan pengumpulan data-data seperti data profil

sungai, data curah hujan dan data peta-peta pendukung yaitu: Peta Daerah Aliran

Sungai (DAS), peta kota Medan, peta infrastruktur dan peta kontur. Data profil sungai

dan data curah hujan digunakan untuk analisa debit banjir menurut periode kala ulang

yang diinput ke dalam software HEC-RAS untuk menganalisa potensi banjir yang

memberikan pemodelan berupa tinggi banjir dan dataran banjir yang terjadi. Prediksi

daerah genangan banjir dengan sistem informasi geografis digunakan software MapInfo

yang nantinya memberikan informasi daerah genangan banjir dan luas daerah genangan

banjir menurut periode kala ulang banjir. Kemudian estimasi kerugian banjir dilakukan

dengan menghitung jumlah penduduk yang terkena dampak banjir disetiap daerah

genangan dan jumlah biaya kerugian yang diakibatkan banjir menurut periode kala

ulang.

3.4.1 Data Profil Sungai

Data profil sungai terdiri dari bagian profil melintang sungai (Cross Section)

dan profil memanjang sungai (Long Section) yang menunjukan variasi tingkat elevasi

maupun kedalaman tiap-tiap penampang sungai. Kemiringan dan koefisien kekasaran

dasar sungai juga berpengaruh nantinya terhadap perhitungan debit banjir dan potensi

banjir. Kemudian data profil sungai ini diinput ke dalam HEC-RAS yang nantinya

memberikan hasil potensi banjir berupa pemodelan yaitu tinggi banjir dan dataran

banjir yang terjadi menurut periode kala ulangnya.


55

3.4.2 Observasi Data Curah Hujan

Observasi data adalah pengumpulan data-data yang diperlukan untuk menunjang

penelitian ini. Data curah hujan yang digunakan ialah data curah hujan harian

maksimum dari 3 stasiun pengamatan curah hujan setiap DAS yaitu stasiun Patumbak,

Polonia dan Tuntungan untuk DAS Deli. Dan 3 stasiun pengamatan curah hujan untuk

DAS Belawan yaitu stasiun Tongkoh, Bulu Cina dan Belawan.

Analisa curah hujan kawasan/areal yang digunakan dalam perhitungan pada

tugas akhir ini hanya menggunakan metode Polygon Thiessen, mengingat posisi stasiun

penakar curah hujan yang membentuk sebuah polygon dan akan memberikan hasil yang

lebih teliti dari pada cara aljabar (aritmatik) dan metode isohyet. Data yang digunakan

ialah data curah hujan harian maksimum dan peta DAS Deli dengan DAS Belawan.

Dengan menghitung luas DAS masing masing areal yang dipengaruhi oleh 3 stasiun

penakar curah hujan pada satu DAS maka didapat curah hujan rata rata atau curah hujan

kawasan pada masing-masing DAS yaitu DAS Deli dan DAS Belawan.

Untuk menganalisa frekuensi curah hujan periodik digunakan metode Distribusi

Log Pearson III, Gumbel, Normal dan Log Normal. Dalam penelitian ini dihitung curah

hujan rancangan dengan kala ulang 2, 3, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun. Dalam

perhitungan ini digunakan software Smada untuk mempercepat pengerjaannya.

Kemudian data tersebut akan digunakan untuk menghitung debit banjir rancangan kala

ulang dengan metode Nakayasu.

3.4.3 Uji Kecocokaan

Pengujian parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

Metode Smirnov-Kolmogorof. Pada dasarnya uji ini merupakan pengecekan terhadap


56

penyimpangan rerata data yang dianalisis berdasarkan distribusi terpilih, dari beberapa

metode curah hujan periodik kemudian diuji dengan Metode Smirnov-Kolmogorof,

hingga mendapatkan hasil yang bisa digunakan untuk menghitung debit banjir

rancangan periode kala ulang.

3.4.4 Menganalisa Debit Banjir Rancangan dengan Metode Hidrograf Satuan

Sintetik Nakayasu

Analisa debit banjir rancangan kala ulang diambil dari data curah hujan kala

ulang dan mengolah data tersebut dengan menggunakan Metode Hidrograf Satuan

Sintetik Nakayasu. Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu adalah metode yang

berdasarkan teori hidrograf satuan yang menggunakan curah hujan efektif (bagian dari

hujan total yang menghasilkan limpasan langsung).

3.4.5 Menganalisa Pemodelan Potensi Banjir dengan HEC-RAS

Data–data sungai baik itu Long Section, Cross Section maupun kemiringan dan

elevasi sungai kemudian akan diolah dengan debit banjir pada Software Hydrologic

Engineering Center River Analysis System (HEC-RAS) Versi 4.0. Output dari hasil

pengolahan data tersebut dapat ditunjukkan dengan simulasi terjadinya potensi banjir

tahunan baik berupa animasi maupun peta/gambar pada Software tersebut. Langkah

analisa pemodelan pada Software Hydrologic Engineering Center River Analysis

System (HEC-RAS) Versi 4.0 tersebut adalah sebagai berikut:

1. Buka Software Hydrologic Engineering Center River Analysis System

(HEC- RAS) Versi .4.0, hingga muncul tampilan awal;


57

2. Membuat Model Hidraulik:

a. Membuat project baru;

b. Memasukan data geometri Sungai Deli, Sungai Babura dan Sungai

Belawan (Data Sungai) hingga muncul gambar profil ketiga sungai

tersebut;

c. Memasukan data debit banjir rancangan yang sebelumnya dihitung

dengan Hidrograf Sintetik Nakayasu;

d. Memasukan data aliran sebagai kondisi batas (Unsteady Flow Data);

e. Save data tersebut.

3. Running dan Save Project dan keluar dari program.

3.4.6 Prediksi Daerah Genangan Banjir dengan Sistem Informasi Geografis


Setelah mendapatkan hasil analisa potensi banjir berupa pemodelan yang

menunjukan tinggi banjir dan dataran banjir dengan software HEC-RAS, maka dapat

ditampilkan daerah-daerah genangan banjir dan luas areal banjir yang terjadi di

sepanjang wilayah sungai, dengan sistem informasi geografis yang diprediksi

menggunakan software MapInfo. Untuk mempermudah integrasi antara model

hidrolika, hidrologi dan sistem informasi geografis. Program ini kemudian dapat

digunakan sebagai interface dengan perangkat lunak SIG seperti MapInfo sehingga

dapat secara langsung memproses data spasial yang terdapat dalam SIG ke dalam model

tersebut. MapInfo akan bekerja dengan optimal apabila digunakan data peta DEM

(Digital Elevation Model ) yang umumnya dibangkitkan berdasarkan data radar atau

foto udara yang akurat. Adapun langkah penyajian sistem informasi geografis dengan

software MapInfo antara lain:


58

1. Memasukkan data-data yang diperlukan dalam penyajiannnya yaitu:

a. Peta digital DAS Deli dan Belawan khususnya Sungai Deli dan Sungai

Belawan.

b. Peta digital administrasi Kota Medan.

c. Peta digital tata guna lahan Kota Medan.

d. Peta digital kontur.

e. Peta digital infrastruktur Kota Medan.

f. Peta digital sungai dalam kondisi banjir menurut periode ulangnya yang

dianalisa dengan menggunakan software HEC-RAS.

2. Menumpangtindihkan antara peta yang satu dengan yang lain, terutama peta

digital sungai dalam kondisi banjir dengan peta kontur untuk mengetahui

ketinggian banjir yang terjadi di sepanjang wilayah sungai di Global

Mapper.

3. Setelah mendapatkan ketinggian banjir hasilnya dapat ditumpangtindihkan

kembali dengan peta digital Kota Medan untuk mengetahui di daerah mana

saja yang terkena banjir dan dapat memberikan informasi jumlah penduduk

yang terkena dampak banjir dan juga dapat memberikan informasi luas

wilayah yang terkena banjir.

4. Setelah itu dapat ditumpangtindihkan dengan peta digital infrastruktur untuk

mengetahuisarana ataupun fasilitas apa saja yang terkena dampak banjir.

5. Setelah semua dilakukan hasil informasi tersebut dapat digunakan untuk

mengestimasi resiko yang diakibatkan banjir menurut periode ulangnya baik

itu kerusakan, bencana dan kerugian yang berdasarkan kepada:


59

a. Jumlah penduduk yang terkena dampak banjir dilihat dari peta

kependudukan yang berada di tiap-tiap kecamatan atau kelurahan yang

dilalui oleh sungai.

b. Jumlah rumah yang terkena dampak banjir dilihat dari peta

kependudukan yang berada di tiap-tiap kecamatan atau kelurahan yang

dilalui oleh sungai.

c. Jumlah biaya kerugian yang dihitung dengan mengacu kepada

(http//www.scribd.com/doc/Bappenas 2007 Laporan Penilaian

kerusakan kerugian Jabodetabek.


60

BAB IV

ANALISA PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Curah Hujan Kawasan DAS Deli

Perhitungan data curah hujan kawasan bertujuan untuk mengetahui curah hujan

yang terjadi di Daerah Aliran Sungai Deli yang dimulai dari hulu sampai hilir

ditampilkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Polygon Thiessen DAS Deli

Dari perhitungan luas area dengan menggunakan metode Polygon Thiessen

yang dibagi menjadi 3 daerah di atas dapat dijelaskan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Luas Areal Pengaruh Stasiun Hujan Daerah Aliran Sungai Deli
No Nama Stasiun Luas Areal
1 Stasiun Polonia 106.72 Km2
2 Stasiun Tuntungan 270.19 Km2
3 Stasiun Patumbak 96.061 Km2
Luas Total 472.971 Km2
Sumber hasil perhitungan
61

Tabel 4.2 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Polonia

Sumber BMKG Stasiun Sampali

Tabel 4.3 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Tuntungan

Sumber BMKG Stasiun Sampali


62

Tabel 4.4 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Patumbak

Sumber BMKG Stasiun Sampali

Kemudian data-data di atas diinput ke dalam rumus metode Polygon Thiessen.

  Ai Ri
A1 R1  A2 R2  A3 R3 n
R
A i

dimana: Ri = Curah Hujan Maksimum tiap stasiun (mm).

Ai = Luas Area Stasiun (km2).

A = Total Luas Area Stasiun (km2).

Dengan metode Polygon Thiessen maka diperoleh rangking dari pada curah

hujan regional maksimum dijelaskan pada Tabel 4.5.


63

Tabel 4.5 Perhitungan Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Deli
Curah Hujan Harian Maksimum
No. Tahun (RHmax) (mm) RH max (mm)
Patumbak Polonia Tuntungan
1 2003 108 152 109 118.486
2 2004 82 70 93 85.706
3 2005 112 78 93 93.390
4 2006 40 62 101 79.849
5 2007 161 116 118 126.334
6 2008 113 81 95 95.532
7 2009 50 63 99 80.917
8 2010 98 148 106 113.906
9 2011 82 177 124 127.740
10 2012 103 52 62 68.585
Sumber hasil perhitungan

4.2 Perhitungan Koefisien Pengaliran DAS Deli

Koefisien limpasan variabel paling menentukan debit banjir. Pemilihan harga C

yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas. Faktor utama yang

mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau persentase lahan kedap air, kemiringan

lahan, tanaman penutup tanah, intensitas hujan. Koefisien limpasan juga tergantung

sifat, kondisi tanah. Penggunaan lahan pada DAS Deli dilihat Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Zona Penggunaan Lahan DAS Deli


No Zona Penggunaan Lahan Koefisien Limpasan © Luasan Area (ha)
1 Air danau/situ 0.15 1.61
2 Air empang 0.15 179.06
3 Air rawa 0.15 3730.23
4 Air tawar sungai 0.15 950.4
5 Budi daya lainnya 0.2 204.41
6 Hutan rimba 0.05 15152.87
7 Pasir/bukit pasir darat 0.2 9.02
8 Pasir/bukit pasir laut 0.2 253.08
9 Perkebunan/kebun 0.4 15800.61
10 Permukiman dan tempat kegiatan 0.9 10475.44
11 Sawah 0.15 9149.64
12 Semak belukar/alang-alang 0.2 8422.29
13 Tegalan/ladang 0.2 26811.5
Total 91140.16
64

Laju infiltrasi menurun pada hujan yang terus-menerus dan juga dipengaruhi

kondisi kejenuhan air sebelumnya. Faktor lain yang mempengaruhi nilai C yaitu air

tanah, derajat kepadatan tanah, porositas tanah dan simpanan depresi (Suripin, 2004).

Tabel 4.7 Nilai Koefisien Pengaliran di DAS Deli


Koefisien Luasan Area
No Zona Penggunaan Lahan CxA
Limpasan © (ha)
1 Air danau/situ 0.15 1.61 0.2415
2 Air empang 0.15 179.06 26.859
3 Air rawa 0.15 3730.23 559.5345
4 Air tawar sungai 0.15 950.4 142.56
5 Budidaya lainnya 0.2 204.41 40.882
6 Hutan rimba 0.05 15152.87 757.6435
7 Pasir/bukit pasir darat 0.2 9.02 1.804
8 Pasir/bukit pasir laut 0.2 253.08 50.616
9 Perkebunan/kebun 0.4 15800.61 6320.244
10 Permukiman dan tempat kegiatan 0.9 10475.44 9427.896
11 Sawah 0.15 9149.64 1372.446
12 Semak belukar/alang-alang 0.2 8422.29 1684.458
13 Tegalan/ladang 0.2 26811.5 5362.3
Total 91140.16 25747.4845
Sumber hasil perhitungan

25747 .48
C rerata = = 0.282517357 = 0.28
91140 .16

Dari hasil perhitungan di atas maka nilai koefisien limpasan 0.28 ini dapat

diartikan bahwa air hujan yang turun akan melimpas ke permukaan dan mengalir

menuju daerah hilir yang dijelaskan pada Tabel 4.7. Nilai koefisien ini juga dapat

digunakan untuk menentukan kondisi fisik dari DAS Deli yang artinya memiliki

kondisi fisik yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie dan Syarief (2005),

yang menyatakan bahwa angka koefisien aliran permukaan itu merupakan salah satu

indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 - 1.
65

Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terinterepsi dan terinfiltrasi ke dalam

tanah dan sebaliknya untuk C = 1 menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir

sebagai aliran permukaan (run off). Perubahan tata guna lahan yang terjadi secara

langsung mempengaruhi debit puncak yang terjadi pada suatu DAS.

4.3 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli

Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan hasil curah hujan kala ulang

dengan bantuan Software Smada (DISTRIB 2.13). Caranya yaitu dengan memasukkan

data curah hujan regional harian maksimum dijelaskan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Rangking Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Deli

No. Urut Tahun Rhmax (mm)


1 2011 127.74
2 2007 126.334
3 2003 118.486
4 2010 113.906
5 2008 95.532
6 2005 93.39
7 2004 85.706
8 2009 80.917
9 2006 79.849
10 2012 68.585
Sumber hasil perhitungan

Tahapan input data ke dalam Software Smada (DISTRIB 2.13) sebagai berikut:

1. Buka Software Smada (DISTRIB 2.13) kemudian Continue.

2. Masukan data curah hujan regional harian maksimum pada kolom data

berwarna putih.
66

3. Kemudian klik pada kolom berwaran biru hingga muncul angka pada

kolom Weibull, Prediction dan standar deviasi.

4. Print, hingga muncul data dan di copykan pada Microsoft Excel, jika sudah

didicopy, klik done.

5. Sedangkan untuk melihat grafiknya dapat mengklik 2 kali pada grafik

tersebut, dan jika sudah di copy, klik done.

6. Dengan cara yang sama dapat melihat pada pilihan Select Distribution.

4.3.1 Metode Distribusi Gumbel

Tabel 4.9 hasil perhitungan dengan Metode Gumbel dan Gambar 4.3 grafik

yang dihasilkan dengan Metode Gumbel.

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan dengan Metode Gumbel

Point Weibull Actual Predicted Standard Dvalue


Number Probability Value Value Deviation [abs(AV-PV)]
1 0.09 68.585 67.4 8.311 1.6
2 0.18 79.849 75.32 6.6237 4.68
3 0.27 80.917 81.63 5.7254 0.63
4 0.36 85.706 87.44 5.4402 1.44
5 0.45 93.39 93.22 5.756 0.78
6 0.55 95.532 99.33 6.6424 3.33
7 0.64 113.906 106.14 8.0735 7.86
8 0.73 118.486 114.27 10.1221 3.73
9 0.82 126.334 124.99 13.1081 1.01
10 0.91 127.74 142.27 18.2221 14.27
Dmax 14.27
67

Gumbel Extremal Type 1


140.00

Predicted Value
120.00 Predicted
Value
100.00
80.00
60.00 Distribution

40.00
20.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Weibull Probability

Gambar 4.3 Grafik Metode Gumbel DAS Deli

4.3.2 Metode Distribusi Log Pearson Tipe III

Tabel 4.10 hasil perhitungan dengan Metode Metode Log Pearson Tipe III dan

Gambar 4.4 grafik yang dihasilkan dengan Metode Log Pearson Tipe III.

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan dengan Metode Log Pearson Tipe III.

Point Weibull Actual Predicted Standard Dvalue


Number Probability Value Value Deviation [abs(AV-PV)]
1 0.09 68.585 70.51 7.96 1.51
2 0.18 79.849 78.43 7.292 1.57
3 0.27 80.917 84.5 7.264 3.5
4 0.36 85.706 89.9 7.462 3.9
5 0.45 93.39 95.1 7.765 1.1
6 0.55 95.532 100.38 8.137 4.38
7 0.64 113.906 106.06 8.598 7.94
8 0.73 118.486 112.55 9.244 5.45
9 0.82 126.334 120.69 10.378 5.31
10 0.91 127.74 132.89 13.247 4.89
Dmax 7.94
68

140.00
Log Pearson Type III
120.00

Predicted Value
100.00
80.00 Predicted
Value
60.00
40.00 Distribution
20.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Weibull Probability

Gambar 4.4 Grafik Metode Log Pearson Tipe III DAS Deli

4.3.3 Metode Distribusi Normal

Tabel 4.11 hasil perhitungan dengan Metode Distribusi Normal dan Gambar

4.5 grafik yang dihasilkan dengan Metode Distribusi Normal.

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan dengan Metode Distribusi Normal

Point Weibull Actual Predicted Standard Dvalue


Number Probability Value Value Deviation [abs(AV-PV)]
1 0.09 68.585 71.25 11.043 2.25
2 0.18 79.849 80.19 8.943 0.19
3 0.27 80.917 86.55 7.734 5.55
4 0.36 85.706 91.91 7.01 5.91
5 0.45 93.39 96.82 6.662 2.82
6 0.55 95.532 101.58 6.662 5.58
7 0.64 113.906 106.49 7.01 7.51
8 0.73 118.486 111.85 7.734 6.15
9 0.82 126.334 118.21 8.943 7.79
10 0.91 127.74 127.15 11.043 0.85
Dmax 7.79
69

Normal Distribution
140.00

Preddicted Value
120.00
100.00 Predicted
Value
80.00
60.00 Distribution
40.00
20.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Weibull Probability
Gambar 4.5 Grafik Metode Distribusi Normal DAS Deli

4.3.4 Metode Distribusi Log Normal

Tabel 4.12 hasil perhitungan dengan Metode Distribusi Log Normal dan

Gambar 4.6 grafik yang dihasilkan dengan Metode Distribusi Log Normal.

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan dengan Metode Distribusi Log Normal

Point Weibull Actual Predicted Standard Dvalue


Number Probability Value Value Deviation [abs(AV-PV)]
1 0.09 68.585 73.45 7.393 4.45
2 0.18 79.849 80.3 6.549 0.3
3 0.27 80.917 85.56 6.183 4.56
4 0.36 85.706 90.26 6.105 4.26
5 0.45 93.39 94.78 6.262 0.78
6 0.55 95.532 99.4 6.64 3.4
7 0.64 113.906 104.38 7.255 9.62
8 0.73 118.486 110.11 8.164 7.89
9 0.82 126.334 117.33 9.525 8.67
10 0.91 127.74 128.26 11.867 0.26
Dmax 9.62
70

Log Normal Distribution


140.00
120.00

Predicted Value
100.00 Predicted
80.00
Value

60.00 Distribution
40.00
20.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

Weibull Probability
Gambar 4.6 Grafik Metode Distribusi Log Normal DAS Deli

Setelah melihat dari keempat Metode yang kita pakai, Tabel 4.13 dapat dilihat

resume perhitungan curah hujan untuk DAS Deli tersebut.

Tabel 4.13 Resume Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli
PERIODE
ULANG CURAH HUJAN
(Tahun)
LOG LOG
NORMAL PEARSON GUMBEL
NORMAL PEARSON
(mm) (mm) T III T III (mm)
(mm) (mm)
100 147.91 157.75 152.15 165.02 194.49
50 142.2 149.02 145.25 155.64 178.28
25 135.85 139.89 137.77 145.7 161.95
10 126.03 126.83 126.57 131.31 139.94
5 116.81 115.7 116.47 118.86 122.52
3 108.23 106.2 107.4 108.13 108.69
2 99.2 97.06 98.23 97.71 96.21
Sumber hasil perhitungan
71

200
190

Curah Hujan (mm)


180 Normal
170
160 Log Normal
150
Pearson T III
140
130 Log Pearson T
120 III
110
100

Periode Ulang (Tahun)


Gambar 4.7 Grafik Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli

Dari grafik dan perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk

menghitung curah hujan kala ulang digunakan Metode Gumbel karena memiliki curah

hujan yang maksimum. Agar data tersebut dapat digunakan maka, perlu di uji

kecocokannya dengan menggunakan Metode Smirnov-Kolmogorof.

4.4 Uji Kecocokan (Goodnes of fittest test) DAS Deli

Uji kecocokan data curah hujan dengan menggunakan metode Gumbel di ujikan

pada Metode Smirnov-Kolmogorof dijelaskan pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Uji Distribusi Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli
Uji Distribusi Normal Log Normal Log Pearson Type III Gumbel
Dmax hasil uji 7.79 9.62 7.94 14.27
Do syarat (<) 32 32 32 32
Hasil korelasi uji Diterima Diterima Diterima Diterima
Sumber hasil perhitungan

Keterangan: Untuk n = 10 tingkat kepercayaan 0.20, Do s yarat (<) = 32.


72

Tabel 4.15 Rangking Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli Metode Gumbel

No
Periode Ulang (tahun)
1 100
2 50
3 25
4 10
5 5
6 hasil perhitungan
Sumber 3
7 2

4.5 Debit Banjir Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Deli

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 1995

tentang garis sempadan sungai yang juga merupakan penjabaran dari Peraturan

Pemerintah No.35 Tahun 1991 dan Peraturan Menteri No. 63 tahun 1993, ketentuan

batas-batas daerah sempadan sungai adalah seperti pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Batas-Batas Daerah Sempadan Sungai

Parameter-parameter Daerah Aliran Sungai Deli untuk perhitungan debit banjir

dihitung sebagai berikut:


73

Luas daerah sungai Deli (A) = 472.971 km 2

Panjang Sungai (L) = 55 km.

Koef. Pengaliran DAS (CWDAS) = 0.28 (hasil perhitungan).

Panjang sungai L > 15 km; Tg = 0.4 +0.058 x L, maka:

Tg = 0.4 + 0.058 x 55 km.

= 3.590 jam.

karena waktu hujan (Tr) 0  Tr  1 , maka diasumsikan Tr = 0.7 x Tg, syarat:

Tr = 0.5 Tg – 1.0 Tg
Tr = 0.7 x Tg
= 0.7 x 3.590
= 2.513 jam

Koefisien pembanding  = (1.5 – 3). Koefisien pembanding diambil  = 2,

karena daerah pengalirannya biasa.

T0,3 =  x Tg.
= 2 x 3.590.
= 7.18 jam.
Peak time (Tp) = Tg + (0.8 x Tr).

= 3.590 + (0.8 x 2.513).

= 5.60 jam.

Curah hujan spesifik (R0) = 1 mm.

Debit puncak (Qp) = (A/3.6) x (Ro/(0.3 x Tp + T0.3 )) x CWDAS.

= (472.971/3.6) x (1/(0.3 x 5.60 + 7.18) x 0.28.

= 4.15 m 3 /dt.
Base Flow (QB) = 0.5 x Qp.
= 0.5 x 4.15.
74

= 2.08 m 3 /dt.

Data di atas digunakan sebagai parameter untuk input unit Hidrograf Sungai

Deli, sedangkan data Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dapat dilihat pada

perhitungan berikut:

Untuk lengkung naik: t  Tp.


t  5.60 jam.

Untuk lengkung turun I: Tp  t  Tp + T0,3.

5.60  t  5.60 + 7.18.

5.60 jam  t  12.78 jam.

Untuk lengkung turun II: Tp + T0.3  t  Tp + T0.3 + 1.5 x T0.3.

5.60 + 7.18 t  5.60+ 7.18 + 10.77.

12.78 jam  t  23.55 jam.

Untuk lengkung turun III: t  Tp + T0.3 + 1.5 x T0.3.

t  5.60 + 7.18+ 10.77.

t  23.55 jam.

Tabel 4.16 Persamaan Lengkung Hidrograf Nakayasu


No Karakteristik Notasi Persamaan
1 Lengkung naik Qdo Qp . (t/Tp)2.4
2 Lengkung turun tahap 1 Qd1 Qp . 0.3 ((t-Tp)/T0.3))
3 Lengkung turun tahap 2 Qd2 Qp . 0.3 ((t–Tp+0.5.T0.3)/ (1.5.T0.3)
4 Lengkung turun tahap 3 Qd3 Qp . 0.3 ((t-Tp+1.5.T0.3) / (2.T0.3)
Sumber Rekayasa Hidrologi
75

Gambar 4.9 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Deli


76

Tabel 4.17 Disribusi Curah Hujan Rencana DAS Deli

Curah hujan Nisbah Jam ke- (%)


Jam ke-
(mm) 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

96.21 55% 15% 11% 7% 7% 5% 52.92 14.43 10.58 6.73 6.73 4.81

108.69 55% 15% 11% 7% 7% 5% 59.78 16.3 11.96 7.61 7.61 5.43

122.52 55% 15% 11% 7% 7% 5% 67.39 18.38 13.48 8.58 8.58 6.13

139.94 55% 15% 11% 7% 7% 5% 76.97 20.99 15.39 9.8 9.8 7

161.95 55% 15% 11% 7% 7% 5% 89.07 24.29 17.81 11.34 11.34 8.1

178.28 55% 15% 11% 7% 7% 5% 98.05 26.74 19.61 12.48 12.48 8.91

194.49 55% 15% 11% 7% 7% 5% 106.97 29.17 21.39 13.61 13.61 9.72
Sumber hasil perhitungan
77

Tabel 4.18 Perhitungan Satuan Unit Hidrograf Sungai Deli

Sumber hasil perhitungan


78

Tabel 4.19 Debit Banjir Rancangan Sungai Deli Menurut Periode Kala Ulang

Sumber hasil perhitungan


79

Sumber hasil perhitungan


Gambar 4.10 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Deli menurut Periode Ulang
80

4.6 Analisa Potensi Banjir Sungai Deli dengan Menggunakan HEC-RAS

Untuk menganalisa potensi banjir digunakan profil sungai yang telah diolah

sebelumnya menjadi data geometrik baik itu cross section, long section, jarak tiap cross

section, angka kekasaran saluran dan elevasi sungai yang dipadukan dengan debit banjir

periode ulang yang diinput ke dalam Software HEC-RAS. HEC-RAS akan menghasilkan

output data elevasi muka air tiap cross section, elevasi muka air kritis tiap cross section,

elevasi garis energi, slope garis energi tiap cross section, kecepatan aliran tiap cross

section, luas penampang basah, Froude Number tiap cross section, penampang

memanjang dan penampang melintang. Hasil hitungan dalam bentuk grafik dan tabel

tentunya setelah program di run. Presentasi dalam bentuk grafik dipakai untuk

menampilkan tampang lintang (gerak muka air), tampang panjang (perubahan profil

muka air sepanjang alur), kurva ukur debit, gambar perspektif alur, atau hidrograf.

Presentasi dalam bentuk tabel dipakai untuk menampilkan hasil rinci berupa angka

(nilai) variabel di lokasi/titik tertentu, atau laporan ringkas proses hitungan seperti

kesalahan dan peringatan, dan presentasi dalam bentuk video akan menunjukkan daerah

genangan yang dipengaruhi akibat naiknya air pada Sungai Deli.

Dalam penelitian ini hanya memodelkan keadaan banjir yang terjadi pada

periode ulang tahap awal 25 tahun dan tahap akhir 100 tahun di Sungai Deli sesuai

dengan rekomendasi periode ulang untuk desain banjir dan genangan (Haryono,1999).

Batasan bantaran Sungai Deli diambil sejauh 1 km dari tepi sungai dengan

asumsi HEC-RAS titik akhir merupakan dinding. Selain itu penelitian ini hanya

memperlihatkan keadaan banjir yang terjadi di sekitar kawasan Sungai Deli mulai dari

hulu sampai hilir untuk tampang melintangnya, baik sebelum banjir dan waktu banjir,
81

namun secara tampak atas akan terlihat daerah yang akan tergenang akibat banjir kala

ulang tersebut. Berdasarkan hasil running dengan waktu mulai (simulation time) pukul

00:00 tanggal 19 Agustus 2013 hingga pukul 00:00 tanggal 20 Agustus 2013, dapat

dilihat gambar profil muka air dari hulu sampai hilir di lokasi studi pada Gambar 4.11.

4.6.1 Analisa Potensi Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun

Gambar 4.11 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun

Ketinggian Banjir 5 meter

Daerah dataran banjir

Gambar 4.12 Dataran Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun


82

Dari hasil analisa maka didapat ketinggian muka air banjir adalah 5 meter dari

tebing kanan dan kiri sungai Deli, sedangkan untuk daerah dataran banjir mencapai 700

meter dari tebing kanan dan kiri sungai ditampilkan pada Gambar 4.12.

4.6.2 Analisa Potensi Banjir Sungai Deli Periode Q50 Tahun

Gambar 4.13 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q 50 Tahun

Ketinggian Banjir 3 meter

Daerah dataran banjir

Gambar 4.14 Dataran Banjir Sungai Deli Periode Q50 Tahun

Dari hasil analisa maka didapat ketinggian muka air banjir mencapai 3 meter

dari tebing kanan dan kiri sungai Deli, sedangkan untuk daerah dataran banjir mencapai

400 meter dari tebing kanan dan kiri sungai ditampilkan pada Gambar 4.14.
83

4.6.3 Analisa Potensi Banjir Sungai Deli Periode Q25 Tahun

Gambar 4.15 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli Periode Q 25 Tahun

Ketinggian Banjir 1 meter


Daerah dataran banjir

Gambar 4.16 Dataran Banjir Sungai Deli Periode Q25 Tahun


Dari hasil analisa maka didapat ketinggian muka air banjir mencapai 1 meter

dari tebing kanan dan kiri sungai Deli, sedangkan untuk daerah dataran banjir mencapai

200 meter dari tebing kanan dan kiri sungai ditampilkan pada Gambar 4.16.
84

Untuk penampang sungai yang tampak baik data cross section dan long section

secara bersamaan secara 3 dimensi (gambar perspektif) terjadinya banjir dapat dilihat

pada Gambar 4.17, yang menunjukkan muka air pada saat banjir di sepanjang alur

sungai. Garis berwarna merah menunujukkan batas penampang basah (bank) Sungai

Deli, jika air lewat dari batas tersebut, maka dapat dikatakan banjir atau air sungai

pasang sehingga menyebabkan meluap dari penampangnya. Garis berwarna hitam

menunjukkan garis contour dan bantaran sungai, jika air tidak mampu tertampung di

dalam penampang, maka air akan meluap ke bantaran tersebut. Jarak bantaran sungai

yaitu 1 m ditambah dengan daerah sekitar sungai sebesar 1 km.

Jarak tersebut merupakan asumsi penulis karena HEC-RAS akan membaca garis

akhir sebagai dinding jika dibuat dekat dengan penampang basah sungai (bank), yang

artinya air banjir akan lebih tinggi bukan meluap ke daerah sekitar sungai. Dan garis

biru menunjukkan air sungai yang bergerak dari hulu Sungai Deli (“550”) hingga hilir

lokasi study (“0”).

Untuk melihat daerah genangan yang disebabkan oleh naiknya debit Sungai Deli

penulis mengkombinasikan Digital Elevation Model (DEM) dengan hasil running HEC-

RAS pada software Global Maper dan MapInfo yang disajikan dalam bentuk jpg untuk

keadaan banjir Q25,Q50 dan Q100 tahun sesuai dengan rekomendasi periode ulang untuk

desain banjir dan genangan (Haryono,1999).


85

Kondisi air normal

Kondisi air banjir

Gambar 4.17 Perspektif Kondisi Sungai Deli pada saat Normal dan Banjir
86

Dari hasil analisa dengan menggunakan program HEC-RAS maka didapat

ketinggian banjir maksimum di Sungai Deli menurut periode ulang Q 25, Q50 dan Q100

dijelaskan pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20 Resume Tinggi Banjir Maksimum Sungai Deli menurut Periode Ulang
1. Untuk Q100 Tahun
Bagian Elevasi Tebing Sungai Elevasi Banjir Ketinggian Banjir
(meter) (meter) (meter)
Hulu 70 67 0
Tengah 33 38 5
Hilir 22 25 3
Sumber hasil perhitungan

2. Untuk Q50 Tahun


Bagian Elevasi Tebing Sungai Elevasi Banjir Ketinggian Banjir
(meter) (meter) (meter)
Hulu 70 66 0
Tengah 33 36 3
Hilir 22 24 2
Sumber hasil perhitungan

3. Untuk Q25 Tahun


Bagian Elevasi Tebing Sungai Elevasi Banjir Ketinggian Banjir
(meter) (meter) (meter)
Hulu 70 64 0
Tengah 33 34 1
Hilir 22 21 0
Sumber hasil perhitungan

Hasil analisa dengan menggunakan program HEC-RAS didapat ketinggian

banjir maksimum di Sungai Deli menurut periode ulang 25, 50 dan 100 tahun.
87

4.7 Perhitungan Curah Hujan Kawasan DAS Babura

Gambar 4.18 Polygon Thiessen DAS Babura

Pada Gambar 4.18 merupakan tampilan dari DAS Babura dan dari perhitungan

luas area dengan menggunakan metode Polygon Thiessen yang dibagi menjadi 3 daerah

di atas dapat dijelaskan pada Tabel 4.21.

Tabel 4.21 Luas Areal Pengaruh Stasiun Hujan Daerah Aliran Sungai Babura

No Nama Stasiun Penakar Curah Hujan Luas Areal


1 Stasiun Polonia 10.9 Km2
2 Stasiun Tuntungan 84.06 Km2
3 Stasiun Patumbak 0.043 Km2
Luas Total 95 Km2
Sumber hasil perhitungan
88

Tabel 4.22 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Polonia

Sumber BMKG Stasiun Sampali

Tabel 4.23 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Tuntungan

Sumber BMKG Stasiun Sampali


89

Tabel 4.24 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Patumbak

Sumber BMKG Stasiun Sampali

  Ai Ri
A1 R1  A2 R2  A3 R3 n
Kemudian data-data di atas diinput ke dalam rumus metode Polygon Thiessen.

R
A i

dimana: Ri = Curah Hujan Maksimum tiap stasiun (mm).

Ai = Luas Area Stasiun (km2).

A = Total Luas Area Stasiun (km2).

Dengan metode Polygon Thiessen maka diperoleh curah hujan regional

maksimum dijelaskan pada Tabel 4.25.


90

Tabel 4.25 Perhitungan Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Babura
Curah Hujan Harian Maksimum (RHmax)(mm) RH max
No. Tahun
Patumbak (mm) Polonia (mm) Tuntungan (mm)
1 2003 108 152 109 113.93
2 2004 82 70 93 90.36
3 2005 112 78 93 91.29
4 2006 40 62 101 96.5
5 2007 161 116 118 117.79
6 2008 113 81 95 93.4
7 2009 50 63 99 94.85
8 2010 98 148 106 110.82
9 2011 82 177 124 130.06
10 2012 103 52 62 60.87
Sumber hasil perhitungan

4.8 Perhitungan Koefisien Pengaliran DAS Babura

Nilai koefisien ini juga dapat digunakan untuk menentukan kondisi fisik dari

Sungai Babura. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie dan Syarief (2005), yang

menyatakan bahwa angka koefisien aliran permukaan itu merupakan salah satu

indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 - 1. Nilai

C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terinterepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah

dan sebaliknya untuk C = 1 menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir sebagai

aliran permukaan (run off). Perubahan tata guna lahan yang terjadi secara langsung

mempengaruhi debit puncak yang terjadi pada suatu DAS.

25746 .13
Crerata = = 0.28
95000 .16

Dari perhitungan di atas maka nilai koefisien limpasan 0.28 ini dapat diartikan

bahwa air hujan yang turun akan melimpas ke permukaan dan mengalir menuju daerah

hilir dijelaskan pada Tabel 4.26. Gambar 4.19 Rencana Tata Ruang Kota Medan.
91

Tabel 4.26 Nilai Koefisien Pengaliran DAS Babura


No. Jenis Daerah A (Ha) C CxA
1 Air danau/situ 1.61 0.15 0.2415
2 Air empang 179.06 0.15 25.509
3 Air rawa 3730.23 0.15 559.5345
4 Air tawar sungai 950.4 0.15 142.56
5 Budidaya lainnya 204.41 0.2 40.882
6 Hutan rimba 15152.87 0.05 757.6435
7 Pasir/pasir bukit darat 9.02 0.2 1.804
8 Pasir/pasir bukit laut 253.08 0.2 50.616
9 Perkebunan/kebun 15800.61 0.4 6320.244
10 Pemukiman dan tempat kegiatan 10475.44 0.9 9427.896
11 Sawah 9149.64 0.15 1372.446
12 Semak belukar/ alang alang 8422.29 0.2 1684.458
13 Tegalan/ladang 26811.5 0.2 5362.3
TOTAL 95000.16 25746.13
Sumber hasil perhitungan

Gambar 4.19 Peta Rencana Tata Ruang Kota Medan (PEMPROVSU, 2010)
92

4.9 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Babura

Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan hasil curah hujan kala ulang

dengan bantuan Software Smada (DISTRIB 2.13). Caranya yaitu dengan memasukkan

data curah hujan regional harian maksimum dijelaskan pada Tabel 4.27.

Tabel 4.27 Rangking Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Babura

No. Urut Tahun Rhmax (mm)


1 2011 130.06
2 2007 117.79
3 2003 113.93
4 2010 110.82
5 2006 96.5
6 2009 94.85
7 2008 93.4
8 2005 91.29
9 2004 90.36
10 2012 60.87
Sumber hasil perhitungan

4.9.1 Metode Distribusi Gumbel

Hasil Perhitungan dengan Metode Gumbel dilihat pada Tabel 4.28 dan Grafik

Metode Gumbel tentang DAS Babura dilihat Gambar 4.20.


93

Tabel 4.28 Hasil Perhitungan dengan Metode Gumbel

Point Weibull Actual Predicted Standard Dvalue


Number Probability Value Value Deviation [abs(AV-PV)]
1 0.09 60.87 70.84 7.6181 9.97
2 0.18 90.36 78.1 6.0715 12.26
3 0.27 91.29 83.88 5.2481 7.41
4 0.36 93.4 89.2 4.9866 4.2
5 0.45 94.85 94.51 5.2762 0.34
6 0.55 96.5 100.1 6.0886 3.6
7 0.64 110.82 106.35 7.4005 4.47
8 0.73 113.93 113.8 9.2783 0.13
9 0.82 117.79 123.62 12.0153 5.83
10 0.91 130.06 139.47 16.703 9.41
Dmax 12.26

150.00 Gumbel Extremal Type I


Predicted Value

100.00 Predicted Value


Distribu
tion
50.00

0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Weibull Probability

Gambar 4.20 Grafik Metode Gumbel DAS Babura

4.9.2 Metode Distribusi Log Pearson Tipe III

Hasil Perhitungan dengan Metode Log Pearson Tipe III dilihat pada Tabel 4.29

dan Grafik Metode Log Pearson Tipe III tentang DAS Babura dilihat Gambar 4.21.
94

Tabel 4.29 Hasil Perhitungan Metode Log Pearson Tipe III

Point Weibull Actual Predicted Standard Dvalue


Number Probability Value Value Deviation [abs(AV-PV)]
1 0.09 60.87 71.1 13.112 10.23
2 0.18 90.36 83.04 11.654 7.32
3 0.27 91.29 91.01 11.844 0.28
4 0.36 93.4 97.2 11.759 3.8
5 0.45 94.85 102.39 11.053 7.54
6 0.55 96.5 106.94 9.671 10.44
7 0.64 110.82 111.08 7.656 0.26
8 0.73 113.93 114.97 5.516 1.04
9 0.82 117.79 118.72 6.232 0.93
10 0.91 130.06 122.52 13.368 7.54
Dmax 10.44

140.00 Log Pearson Type III


Predicted Value

120.00
100.00 Predicted Value
80.00 Distributi
60.00 on

40.00
20.00
0.00
0 0.5 1
Weibull Probability

Gambar 4.21 Grafik Metode Log Pearson Tipe III DAS Babura

4.9.3 Metode Distribusi Normal

Hasil Perhitungan dengan Metode Distribusi Normal dilihat pada Tabel 4.30 dan

Grafik Distribusi Normal tentang DAS Babura dilihat Gambar 4.22.


95

Tabel 4.30 Hasil Perhitungan Metode Distribusi Normal

Point Weibull Actual Predicted Standard Dvalue


Number Probability Value Value Deviation [abs(AV-PV)]
1 0.09 60.87 74.36 10.1228 13.49
2 0.18 90.36 82.56 8.1972 7.8
3 0.27 91.29 88.39 7.0893 2.9
4 0.36 93.4 93.3 6.4252 0.1
5 0.45 94.85 97.8 6.1069 2.95
6 0.55 96.5 102.17 6.1069 5.67
7 0.64 110.82 106.67 6.4252 4.15
8 0.73 113.93 111.58 7.0893 2.35
9 0.82 117.79 117.42 8.1972 0.37
10 0.91 130.06 125.61 10.1228 4.45
Dmax 13.49

140 Normal Distribution


120
100 Predicted Value
Predicted Value

80 Distributi
on
60
40
20
0
0 0.5 1
Weibull Probability
Gambar 4.22 Grafik Metode Distribusi Normal DAS Babura

4.9.4 Metode Distribusi Log Normal

Hasil Perhitungan dengan Metode Distribusi Log Normal dilihat pada Tabel

4.31 dan Grafik Distribusi Log Normal tentang DAS Babura dilihat Gambar 4.23.
96

Tabel 4.31 Hasil Perhitungan Metode Distribusi Log Normal

Point Weibull Actual Predicted Standard Dvalue


Number Probability Value Value Deviation [abs(AV-PV)]
1 0.09 60.87 76.17 6.87 15.3
2 0.18 90.36 82.62 6.089 7.74
3 0.27 91.29 87.54 5.745 3.75
4 0.36 93.4 91.9 5.661 1.5
5 0.45 94.85 96.09 5.784 1.24
6 0.55 96.5 100.35 6.101 3.85
7 0.64 110.82 104.92 6.627 5.9
8 0.73 113.93 110.15 7.411 3.78
9 0.82 117.79 116.71 8.589 1.08
10 0.91 130.06 126.58 10.617 3.48
Dmax 15.3

Log Normal Distribution


140.00
120.00
100.00 Predicted Value
Predicted Value

80.00 Distributi
on
60.00
40.00
20.00
0.00
0 0.5 1
Weibull Probability
Gambar 4.23 Grafik Metode Distribusi Log Normal DAS Babura
97

Resume curah hujan dari DAS Babura dapat dilihat pada Tabel 4.32.

Tabel 4.32 Resume Perhitungan Curah Hujan Kala Ulang DAS Babura
Periode
CURAH HUJAN
Ulang
(Tahun) NORMAL LOG NORMAL PEARSON T III LOG PEARSON T GUMBEL
(mm) (mm) (mm) III (mm) (mm)
100 144.63 152.85 131.89 126.13 187.33
50 139.4 145.13 129.72 125.69 172.47
25 133.59 137 126.97 124.77 157.51
10 124.58 125.3 121.94 122.13 137.33
5 116.13 115.24 116.32 117.97 121.37
3 108.26 106.59 110.21 112.41 108.68
2 99.99 98.2 102.83 104.73 97.25
Sumber hasil perhitungan

200
190 Normal
Curah Hujan (mm)

180
Log Normal
170
160 Pearson T III
150
140 Log Pearson
130 T III
120
110
100

Periode Ulang (Tahun)


Gambar 4.24 Grafik Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Babura

Dari grafik dan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menghitung

curah hujan kala ulang digunakan Metode Gumbel karena memiliki curah hujan yang
98

maksimum ditampilkan pada Gambar 4.24. Agar data tersebut dapat digunakan, diuji

kecocokannya dengan menggunakan Metode Smirnov-Kolmogorof.

4.10 Uji Kecocokan (Goodnes of fittest test) DAS Babura

Uji kecocokan data curah hujan dengan menggunakan metode Gumbel di ujikan

pada Metode Smirnov-Kolmogorof dijelaskan pada Tabel 4.33.

Tabel 4.33 Uji Distribusi Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Babura
Uji Distribusi Normal Log Normal Log Pearson Type III Gumbel
Dmax hasil uji 13.49 15.3 10.44 12.26
Do syarat (<) 32 32 32 32
Hasil korelasi uji Diterima Diterima Diterima Diterima
Sumber hasil perhitungan
Keterangan: untuk n = 10 dengan tingkat kepercayaan 0.20, Do syarat (<) = 32

4.11 Debit Banjir Metode Hidrograf Sintetis Nakayasu Sungai Babura

Parameter-parameter Daerah Aliran Sungai Babura untuk perhitungan debit

banjir dihitung sebagai berikut:

Luas daerah sungai Babura (A) = 95 km 2

Panjang Sungai (L) = 35 km.

Koef. Pengaliran DAS (CWDAS) = 0.28 (hasil perhitungan).

Panjang sungai L > 15 km; Tg = 0.4 +0.058L, maka:

Tg = 0.4 + 0.058 x 35 km.

= 2.467 jam.

Karena waktu hujan (Tr) 0  Tr  1, maka diasumsikan:

Tr = 0.7 x Tg,
99

Tr = 0.5 Tg – 1.0 Tg.

Tr = 0.7 x Tg.

= 0.7 x 2.467.

= 1.727 jam.

Koefisien pembanding  = (1.5 – 3), Koefisien pembanding diambil  = 2,

karena daerah pengalirannya biasa.

T0,3 =  x Tg.

= 2 x 2.467.

= 4.934 jam.

Peak time ` (Tp) = Tg + (0.8 x Tr).

= 2.467 + (0.8 x 1.727).

= 3.85 jam.

Curah hujan spesifik (R0) = 1 mm. Debit puncak.

(Qp) = (A/3.6) x (Ro/(0.3 x Tp + T0.3 )) x CWDAS.

= (95/3.6) x (1/(0.3x 3.85 + 4.934)) x 0.28.

= 1.30 m 3 /dt.

Base Flow (QB) = 0.5 x Qp.

= 0.5 x 1.30.

= 0.65 m 3 /dt.
100

Data di atas digunakan sebagai parameter untuk input unit hidrograf Sungai

Babura, sedangkan data Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dapat dilihat pada

perhitungan berikut:

Untuk lengkung naik: t  Tp.

t  3.85 jam.

Untuk lengkung turun I: Tp  t  Tp + T0.3.

3.85  t  3.85 + 4.934.

3.85 jam  t  8.784 jam.

Untuk lengkung turun II: Tp + T0.3  t  Tp + T0.3 + 1.5 x T0.3.

3.85 + 4.934  t  3.85 + 4.934 + 1.5 x 4.934.

8.784 jam  t  16.185 jam.

Untuk lengkung turun III: t  Tp + T0.3 + 1.5 x T0.3.

t  3.85 + 4.934 + 1.5 x 4.934.

t  16.185 jam.
101

Tabel 4.34 Persamaan Lengkung Hidrograf Nakayasu

No Karakteristik Notasi Persamaan


1 Lengkung naik Qdo Qp . (t/Tp)2.4
2 Lengkung turun tahap 1 Qd1 Qp . 0.3 ((t-Tp)/T0.3))
3 Lengkung turun tahap 2 Qd2 Qp . 0.3 ((t–Tp+0.5.T0.3)/ (1.5.T0.3)

4 Lengkung turun tahap 3 Qd3 Qp . 0.3 ((t-Tp+1.5.T0.3) / (2.T0.3)


Sumber Rekayasa Hidrologi
102

Gambar 4.25 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Babura


103

Tabel 4.35 Distribusi Curah Hujan Rencana DAS Babura

Perioda Curah Nisbah Jam ke-


ulang hujan Jam ke-
(Tahun) (mm) (%)

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

2 97.25 55% 15% 11% 7% 7% 5% 47.99 13.09 9.6 6.11 6.11 4.36

3 108.68 55% 15% 11% 7% 7% 5% 56.83 15.5 11.37 7.23 7.23 5.17

5 121.37 55% 15% 11% 7% 7% 5% 67.8 18.49 13.56 8.63 8.63 6.16

10 137.33 55% 15% 11% 7% 7% 5% 83.4 22.75 16.68 10.61 10.61 7.58

25 157.51 55% 15% 11% 7% 7% 5% 106.24 28.97 21.25 13.52 13.52 9.66

50 172.47 55% 15% 11% 7% 7% 5% 125.72 34.29 25.14 16 16 11.43

100 187.33 55% 15% 11% 7% 7% 5% 147.5 40.23 29.5 18.77 18.77 13.41

Sumber hasil perhitungan


104

Tabel 4.36 Perhitungan Satuan Unit Hidrograf Sungai Babura

Sumber hasil perhitungan


105

Tabel 4.37 Debit Banjir Rancangan Sungai Babura menurut Periode Kala Ulang

Sumber hasil perhitungan


106

Gambar 4.26 Grafik Hidrograf Sintesis Nakayasu Sungai Babura menurut Periode Ulang
107

4.12 Analisa Potensi Banjir Sungai Babura dengan Menggunakan HEC-RAS

Analisa yang dilakukan sama halnya dengan Sungai Deli dimana pada HEC-

RAS ini akan menampilkan elevasi muka air banjir yang terjadi di setiap penampang

sungai baik itu penampang melintang (cross section) maupun penampang memanjang

(long section) dari sungai. Berdasarkan hasil running dengan waktu mulai (simulation

time) pukul 00:00 tanggal 19 Agustus 2013 hingga pukul 00:00 tanggal 20 Agustus

2013, maka didapat hasil analisa muka air banjir baik penampang melintang maupun

memanjang setiap periode ulang banjir.

4.12.1 Analisa Potensi Banjir Sungai Babura Periode Q100 Tahun

Dari hasil analisa untuk periode Q100 tahun didapat ketinggian muka air banjir

adalah 4 meter dari tebing sungai Babura Gambar 4.27, sedang untuk daerah dataran

banjir mencapai 500 meter dari tebing sungai ditampilkan pada Gambar 4.28.

Gambar 4.27 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q 100 Tahun
108

Ketinggian Banjir 4 meter

Daerah dataran banjir

4.28 Dataran Banjir Sungai Babura Periode Q100 Tahun

4.12.2 Analisa Potensi Banjir Sungai Babura Periode Q50 Tahun

Untuk periode Q50 tahun diperoleh ketinggian muka air banjir mencapai 3 meter

dari tebing sungai pada Gambar 4.29, sedangkan daerah dataran banjir mencapai 300

meter dari tebing sungai baik kiri maupun kanan yag ditampilkan pada Gambar 4.30.

Gambar 4.29 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q 50 Tahun
109

Ketinggian Banjir 3 meter


Daerah dataran banjir

Gambar 4.30 Dataran Banjir Sungai Babura Periode Q50 Tahun

4.12.3 Analisa Potensi Banjir Sungai Babura Periode Q25 Tahun

Untuk Periode Q25 tahun diperoleh ketinggian muka air banjir mencapai 2

meter dari tebing kanan dan kiri sungai pada Gambar 4.31, sedangkan untuk daerah

dataran banjr mencapai 200 meter dari tebing kanan dan kiri sungai ditampilkan pada

Gambar 4.32.

Gambar 4.31 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Babura Periode Q 25 Tahun
110

Ketinggian Banjir 2 meter


Daerah dataran banjir

Gambar 4.32 Dataran Banjir Sungai Babura Periode Q25 Tahun

Kondisi air normal

Kondisi air banjir

Gambar 4.33 Perspektif Kondisi Sungai Babura pada saat Normal dan Banjir
111

Dari hasil analisa dengan menggunakan program HEC-RAS maka diperoleh

ketinggian air banjir maksimum di Sungai Babura menurut periode ulang Q 25, Q50 dan

Q100 yang dijelaskan pada Tabel 4.38.

Tabel 4.38 Resume Tinggi Banjir Maksimum Sungai Babura Periode Kala Ulang
1. Untuk Q100 Tahun

Bagian Elevasi Tebing Sungai Elevasi Muka Air Banjir Ketinggian Banjir
(meter) (meter) (meter)
Hulu 50 45 0
Tengah 30 32 2
Hilir 26 30 4
Sumber hasil perhitungan

2. Untuk Q50 Tahun


Bagian Elevasi Tebing Sungai Elevasi Muka Air Banjir Ketinggian Banjir
(meter) (meter) (meter)
Hulu 50 40 0
Tengah 30 32 2
Hilir 26 29 3
Sumber hasil perhitungan

3. Untuk Q25 Tahun


Bagian Elevasi Tebing Sungai Elevasi Muka Air Banjir Ketinggian Banjir
(meter) (meter) (meter)
Hulu 50 37 0
Tengah 30 31 1
Hilir 26 28 2
Sumber hasil perhitungan
112

4.13 Perhitungan Curah Hujan Kawasan DAS Belawan

Gambar 4.34 Polygon Thiessen DAS Belawan

Dari perhitungan luas area dengan menggunakan metode Polygon Thiessen yang

dibagi menjadi 3 daerah di atas dapat dijelaskan pada Tabel 4.39.

Tabel 4.39 Luas Areal Pengaruh Stasiun Hujan Daerah Aliran Sungai Belawan

No. Nama Stasiun Penakar Curah Hujan Luas Areal

1 Stasiun Belawan 94.98 Km2


2 Stasiun Bulu Cina 172.170 Km2
3 Stasiun Tongkoh 146.730 Km2
Luas Total 413.88 Km2
Sumber hasil perhitungan
113

Tabel 4.40 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Belawan

Sumber BMKG Stasiun Sampali

Tabel 4.41 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Bulu Cina

Sumber BMKG Stasiun Sampali


114

Tabel 4.42 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Tongkoh

Sumber BMKG Stasiun Sampali

Kemudian data-data di atas diinput ke dalam rumus metode Polygon Thiessen.

  Ai Ri
A1 R1  A2 R2  A3 R3 n
R
A i

dimana: Ri = Curah Hujan Maksimum tiap stasiun (mm).

Ai = Luas Area Stasiun (km2).

A = Total Luas Area Stasiun (km2).

Dengan metode Polygon Thiessen maka diperoleh curah hujan regional

maksimum yang dijelaskan pada Tabel 4.43.


115

Tabel 4.43 Perhitungan Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Belawan
Curah Hujan Harian Maksimum (RHmax) (mm) RH max (mm)
No. Tahun Belawan Bulu Cina Tongkoh
(mm) (mm) (mm)
1 2003 104 98 101 100.44
2 2004 127 121 125 123.794
3 2005 110 105 108 107.21
4 2006 96 91 94 93.21
5 2007 112 107 110 109.21
6 2008 111 106 109 108.21
7 2009 94 89 92 91.21
8 2010 101 96 99 98.21
9 2011 38 91 94 79.888
10 2012 73 70 72 71.397
Sumber hasil perhitungan

4.14 Perhitungan Koefisien Pengaliran DAS Belawan

Perubahan tata guna lahan yang terjadi secara langsung mempengaruhi debit

puncak yang terjadi pada suatu DAS. Gambar 4.35 Rencana Tata Ruang Kota

Medan. Tabel 4.44 Zona Tata Guna Lahan DAS Belawan.

Gambar 4.35 Rencana Tata Ruang Kota Medan (PEMPROVSU, 2010)


116

9787 .397
Crerata = = 0.24
41763

Dari hasil perhitungan di atas maka nilai koefisien limpasan 0.24 ini dapat

diartikan bahwa air hujan yang turun akan melimpas ke permukaan dan mengalir

menuju daerah hilir yang dijelaskan pada Tabel 4.45. Nilai koefisien ini juga dapat

digunakan untuk menentukan kondisi fisik dari DAS Belawan yang artinya memiliki

kondisi fisik yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie dan Syarief (2005),

yang menyatakan bahwa angka koefisien aliran permukaan itu merupakan salah satu

indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 – 1.

Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terinterepsi dan terinfiltrasi ke dalam

tanah dan sebaliknya untuk C = 1 menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir

sebagai aliran permukaan (run off).

Tabel 4.44 Zona Tata Guna Lahan DAS Belawan

No Zona Penggunaan Lahan Luasan Area (ha)


1 Air empang 15.46
2 Air rawa 1273.87
3 Air tawar sungai 1298.93
4 Hutan rimba 4279.09
5 Pasir/bukit pasir laut 23.99
6 Perkebunan/kebun 3845.88
7 Permukiman dan tempat kegiatan 1970.32
8 Sawah 7396.18
9 Semak belukar/alang-alang 6665.57
10 Tegalan/ladang 14993.71
Total 41763
Sumber Peta RBI Medan
117

Tabel 4.45 Nilai Koefisien Pengaliran DAS Belawan


Koefisien Luasan
Zona Penggunaan Lahan CxA
Limpasan © Area (ha)
Air empang 0.2 15.46 3.09
Air rawa 0.15 1273.87 191.08
Air tawar sungai 0.15 1298.93 194.84
Hutan rimba 0.15 4279.09 641.86
Pasir/bukit pasir laut 0.15 23.99 3.60
Perkebunan/kebun 0.4 3845.88 1538.35
Permukiman dan tempat kegiatan 0.9 1970.32 1773.29
Sawah 0.15 7396.18 1109.43
Semak belukar/alang-alang 0.2 6665.57 1333.11
Tegalan/ladang 0.2 14993.71 2998.74
Total 2.65 41763 9787.40
Sumber hasil perhitungan

4.15 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Belawan

Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan hasil curah hujan kala ulang

dengan bantuan Software Smada (DISTRIB 2.13). Caranya yaitu dengan memasukkan

data curah hujan regional harian maksimum yang dijelaskan pada Tabel 4.46.

Tabel 4.46 Rangking Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Belawan

No. Urut Tahun RH max


(mm)
1 2004 123.794
2 2007 109.21
3 2008 108.21
4 2005 107.21
5 2003 100.44
6 2010 98.21
7 2006 93.21
8 2009 91.21
9 2011 79.888
10 2012 71.397
Sumber hasil perhitungan
118

4.15.1 Metode Distribusi Gumbel

Hasil Perhitungan Metode Distribusi Gumbel dapat dilihat pada Tabel 4.47 dan

Grafik Distribusi Gumbel DAS Belawan dilihat pada Gambar 4.36.

Tabel 4.47 Hasil Perhitungan Metode Distribusi Gumbel

Point Weibull Actual Predicted Standard Dvalue


Number Probability Value Value Deviation [abs(AV-PV)]
1 0.09 71.397 75.03 6.0038 4.03
2 0.18 79.888 80.75 4.7849 0.75
3 0.27 91.21 85.31 4.136 5.69
4 0.36 93.21 89.5 3.93 3.5
5 0.45 98.21 93.68 4.1581 4.32
6 0.55 100.44 98.09 4.7984 1.91
7 0.64 107.21 103.01 5.8323 3.99
8 0.73 108.21 108.88 7.3122 0.88
9 0.82 109.21 116.63 9.4692 7.63
10 0.91 123.794 129.11 13.1636 6.11
Dmax 7.63

Gumbel Extremal Type 1


140.00
Predicted Value

120.00
100.00
Predicted
80.00 Value
60.00 Distribution
40.00
20.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

Weibull Probability
Gambar 4.36 Grafik Distribusi Gumbel DAS Belawan
119

4.15.2 Metode Distribusi Normal


Hasil Perhitungan Metode Distribusi Normal dapat dilihat pada Tabel 4.48 dan

Grafik Distribusi Normal DAS Belawan dilihat pada Gambar 4.37.

Tabel 4.48 Hasil Perhitungan Metode Distribusi Normal

Point Weibull Actual Predicted Standard Dvalue


Number Probability Value Value Deviation [abs(AV-PV)]
1 0.09 71.397 77.81 7.978 6.81
2 0.18 79.888 84.26 6.46 4.26
3 0.27 91.21 88.86 5.587 2.14
4 0.36 93.21 92.73 5.064 0.27
5 0.45 98.21 96.28 4.813 1.72
6 0.55 100.44 99.72 4.813 0.28
7 0.64 107.21 103.27 5.064 3.73
8 0.73 108.21 107.14 5.587 0.86
9 0.82 109.21 111.74 6.46 2.74
10 0.91 123.794 118.19 7.978 4.81
Dmax 6.81

Normal Distribution
140.00

120.00
Predicted
Predicted Value

100.00 Value

80.00 Distribution
60.00

40.00

20.00

0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

Weibull Probability

Gambar 4.37 Grafik Metode Distribusi Normal DAS Belawan


120

4.15.3 Metode Distribusi Log Pearson III

Hasil Perhitungan Metode Distribusi Log Pearson Tipe III dapat dilihat pada

Tabel 4.49 dan Grafik Distribusi Log Pearson Tipe III DAS Belawan dilihat pada

Gambar 4.38.

Tabel 4.49 Hasil Perhitungan Metode Distribusi Log Pearson Tipe III

Point Weibull Actual Predicted Standard Dvalue


Number Probability Value Value Deviation [abs(AV-PV)]
1 0.09 71.397 75.3 8.936 4.3
2 0.18 79.888 83.53 7.265 3.53
3 0.27 91.21 89.23 6.87 1.77
4 0.36 93.21 93.87 6.783 0.87
5 0.45 98.21 97.96 6.696 0.04
6 0.55 100.44 101.78 6.491 1.78
7 0.64 107.21 105.52 6.114 1.48
8 0.73 108.21 109.37 5.572 1.37
9 0.82 109.21 113.61 5.118 4.61
10 0.91 123.794 118.9 6.284 4.1
Dmax 4.61

Log Pearson Type III


140.00

120.00
Predicted Value

Predicted
100.00 Value

80.00 Distribution
60.00

40.00

20.00

0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

Weibull Probability
Gambar 4.38 Grafik Metode Distribusi Log Pearson Tipe III DAS Belawan
121

4.15.4 Metode Distribusi Log Normal

Hasil Perhitungan Metode Distribusi Log Normal dapat dilihat pada Tabel 4.50

dan Grafik Distribusi Log Normal DAS Belawan dilihat pada Gambar 4.39.

Tabel 4.50 Hasil Perhitungan Metode Distribusi Log Normal

Point Weibull Actual Predicted Standard Dvalue


Number Probability Value Value Deviation [abs(AV-PV)]
1 0.09 71.397 78.91 5.582 7.91
2 0.18 79.888 84.26 4.945 4.26
3 0.27 91.21 88.28 4.653 2.72
4 0.36 93.21 91.81 4.559 1.19
5 0.45 98.21 95.18 4.621 2.82
6 0.55 100.44 98.56 4.825 1.44
7 0.64 107.21 102.17 5.181 4.83
8 0.73 108.21 106.26 5.725 1.74
9 0.82 109.21 111.33 6.55 2.33
10 0.91 123.794 118.87 7.976 4.13
Dmax 7.91

Log Normal Distribution


140.00
Predicted
Predicted Value

120.00
Value
100.00

80.00 Distribution
60.00

40.00

20.00

0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Weibull Probability
Gambar 4.39 Grafik Metode Distribusi Log Normal DAS Belawan
122

Tabel 4.51 Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Belawan
PERIODE
ULANG CURAH HUJAN
PEARSON T LOG PEARSON
(Tahun) NORMAL LOG NORMAL
III T III
GUMBEL
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
100 133.19 138.4 127.15 128.11 166.83
50 129.06 132.73 124.55 126 155.13
25 124.48 126.7 121.47 123.28 143.33
10 117.38 117.9 116.28 118.27 127.43
5 110.72 110.2 110.94 112.71 114.85
3 104.52 103.48 105.52 106.8 104.85
2 98 96.85 99.35 99.89 95.84
Sumber hasil perhitungan

180
170
Curah Hujan (mm)

160 Normal

150 Log Normal


140 Pearson T III
130 Log Pearson T III
120 Gumbel
110
100

Periode Ulang (Tahun)


Gambar 4.40 Grafik Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Belawan

Dari grafik dan perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk

menghitung curah hujan kala ulang digunakan Metode Gumbel karena memiliki curah

hujan yang maksimum ditampilkan pada Gambar 4.40. Agar data tersebut dapat

digunakan maka, perlu di uji kecocokannya dengan menggunakan Metode Smirnov-

Kolmogorof.
123

4.16 Uji Kecocokan (Goodnes of fittest test) DAS Belawan

Uji kecocokan data curah hujan dengan menggunakan metode Gumbel di ujikan

pada Metode Smirnov-Kolmogorof yang dijelaskan pada Tabel 4.52.

Tabel 4.52 Uji Distribusi Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Belawan

Uji Distribusi Normal Log Normal Log Pearson Type III Gumbel
Dmax hasil uji 6.81 7.91 4.61 7.63
Do syarat (<) 32 32 32 32
Hasil korelasi uji Diterima Diterima Diterima Diterima
Sumber hasil perhitungan

Keterangan: untuk n = 10, dengan tingkat kepercayaan 0.20, Do syarat (<) = 32.

4.17 Debit Banjir Metode Hidrograf Sintetis Nakayasu Sungai Belawan

Parameter-parameter Daerah Aliran Sungai Belawan untuk perhitungan debit

banjir dihitung sebagai berikut:

Luas daerah sungai Belawan (A) = 413.880 km 2

Panjang Sungai (L) = 65 km.

Koef. Pengaliran DAS (CWDAS) = 0.24 (hasil perhitungan).

Panjang sungai L > 15 km; Tg = 0.4 + 0.058L.

Tg = 0.4 + 0.058 x 65 km.

= 4.170 jam.
124

karena waktu hujan (Tr) 0  Tr  1, maka diasumsikan:

Tr = 0.7 x Tg.

Syarat: Tr = 0.5 Tg – 1.0 Tg.

Tr = 0.7 x Tg.

= 0.7 x 4.170.

= 2.919 jam.

Koefisien pembanding  = (1.5 – 3).

Koefisien pembanding diambil  = 2, karena daerah pengalirannya biasa.

T0,3 =  x Tg.

= 2 x 4.170.

= 8.34 jam.

Peak time (Tp) = Tg + (0.8 x Tr).

= 4.170 + (0.8 x 2.919).

= 6.51 jam.

Curah hujan spesifik (R0) = 1 mm.

Debit puncak (Qp) = (A/3.6) x (Ro/(0.3 x Tp + T0.3 )) x CWDAS.

= (413.880/3.6) x (1/(0.3 x 6.51 + 8.34)) x 0.25.

= 2.79 m 3 /dt.
125

Base Flow (Qb) = 0.5 x Qp.

= 0.5 x 2.79.

= 1.40 m 3 /dt.

Data di atas digunakan sebagai parameter untuk input unit Hidrograf Sungai

Belawan, sedangkan data Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dapat dilihat pada

perhitungan berikut:

Untuk lengkung naik: t  Tp.

t  6.51 jam.

Untuk lengkung turun I: Tp  t  Tp + T0,3.

6.51  t  6.51+ 8.34.

6.51 jam  t 14.85 jam.

Untuk lengkung turun II: Tp + T0,3  t  Tp + T0,3 + 1.5 x T0.3.

6.51 + 8.34 t  6.51+ 8.34 + 12.51.

14.85 jam  t  27.36 jam.

Untuk lengkung turun III: t  Tp + T0,3 + 1.5 x T0,3.

t  6.51 + 8.34+ 12.51.

t  27.36 jam.
126

Tabel 4.53 Persamaan Lengkung Hidrograf Nakayasu


No Karakteristik Notasi Persamaan
1 Lengkung naik Qdo Qp . (t/Tp)2.4
2 Lengkung turun tahap 1 Qd1 Qp . 0.3 ((t-Tp)/T0.3))

3 Lengkung turun tahap 2 Qd2 Qp . 0.3 ((t–Tp+0.5.T0.3)/ (1.5.T0.3)

4 Lengkung turun tahap 3 Qd3 Qp . 0.3 ((t-Tp+1.5.T0.3) / (2.T0.3)


Sumber Rekayasa Hidrologi
127

Gambar 4.41 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Belawan


128

Tabel 4.54 Distribusi Curah Hujan Rencana DAS Belawan


Periode Curah Nisbah Jam Jam ke-
ulang hujan ke- (%)
(Tahun) (mm)

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

2 95.84 55% 15% 11% 7% 7% 5% 52.71 14.38 10.54 6.71 6.71 4.79

3 104.85 55% 15% 11% 7% 7% 5% 57.67 15.73 11.53 7.34 7.34 5.24

5 114.85 55% 15% 11% 7% 7% 5% 63.17 17.23 12.63 8.04 8.04 5.74

10 127.43 55% 15% 11% 7% 7% 5% 70.09 19.11 14.02 8.92 8.92 6.37

25 143.33 55% 15% 11% 7% 7% 5% 78.83 21.5 15.77 10.03 10.03 7.17

50 155.13 55% 15% 11% 7% 7% 5% 85.32 23.27 17.06 10.86 10.86 7.76

100 166.83 55% 15% 11% 7% 7% 5% 91.76 25.02 18.35 11.68 11.68 8.34
Sumber hasil perhitungan
129

Tabel 4.55 Perhitungan Satuan Unit Hidrograf Sungai Belawan

Sumber hasil perhitungan


130

Tabel 4.56 Debit Banjir Rancangan Sungai Belawan menurut Periode Kala Ulang

Sumber hasil perhitungan


131

Gambar 4.42 Grafik Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu Sungai Belawan menurut Periode Ulang
132

4.18 Analisa Potensi Banjir Sungai Belawan dengan Menggunakan HEC-RAS

Analisa yang dilakukan sama halnya dengan sungai Deli dan Babura di mana

pada HEC-RAS ini akan menampilkan elevasi muka air banjir yang terjadi di setiap

penampang sungai baik itu penampang melintang (cross section) maupun penampang

memanjang (long section) dari sungai. Berdasarkan hasil running dengan waktu mulai

(simulation time) pukul 00:00 tanggal 19 Agustus 2013 hingga pukul 00:00 tanggal 20

Agustus 2013, maka didapat hasil analisa muka air banjir baik penampang melintang

maupun memanjang setiap periode ulang banjir.

4.18.1 Analisa Potensi Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun


Dari Gambar 4.43 dapat dilihat untuk periode Q100 tahun ketinggian muka air

banjir dari tebing sungai mencapai mencapai 4 meter, sedangkan daerah dataran banjir

mencapai 600 meter yang berada di bantaran kiri dan kanan sungai ditampilkan pada

Gambar 4.44.

Gambar 4.43 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun
133

Ketinggian Banjir 4 meter

Daerah dataran banjir

Gambar 4.44 Dataran Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun

4.18.2 Analisa Potensi Banjir Sungai Belawan Periode Q50 Tahun

Untuk hasil periode Q50 tahun Gambar 4.45 didapat untuk ketinggian muka air

banjir mencapai 3 meter dari tebing sungai baik itu tebing kanan dan kiri. Sedangkan

daerah dataran banjir mencapai 300 meter dari tebing kiri dan kanan sungai yang

ditampilkan pada Gambar 4.46.

Gambar 4.45 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q50 Tahun
134

Ketinggian Banjir 3 meter

Daerah dataran banjir

Gambar 4.46 Dataran Banjir Sungai Belawan Periode Q50 Tahun

4.18.3 Analisa Potensi Banjir Sungai Belawan Periode Q25 Tahun


Untuk hasil periode Q25 tahun Gambar 4.47 didapat bahwa untuk ketinggian

muka air banjir mencapai sekitar 2 meter dari tebing kanan dan kiri sungai. Sedangkan

dataran banjir mencapai 200 meter dari tebing kanan dan kiri sungai dilihat Gambar

4.48.

Gambar 4.47 Tinggi Muka Air Banjir Sungai Belawan Periode Q25 Tahun
135

Ketinggian Banjir 2 meter

Daerah dataran banjir

Gambar 4.48 Dataran Banjir Sungai Belawan Periode Q25 Tahun

Dari menggunakan program HEC-RAS didapat tinggi banjir maksimum di

Sungai Belawan menurut periode ulang Q25, Q50 dan Q100 dijelaskan pada Tabel 4.57

dan Gambar 4.49 dilihat kondisi Sungai Belawan pada saat Normal dan Banjir.

Tabel 4.57 Resume Banjir Maksimum Sungai Belawan menurut Periode Ulang

1. Untuk Q100 Tahun


Bagian Elevasi Tebing Sungai Elevasi Muka Air Banjir Ketinggian Banjir
(meter) (meter) (meter)
Hulu 50 49 0
Tengah 25 29 4
Hilir 10 10 0
Sumber hasil perhitungan
2. Untuk Q50 Tahun
Bagian Elevasi Tebing Sungai Elevasi Muka Air Banjir Ketinggian Banjir
(meter) (meter) (meter)
Hulu 50 49 0
Tengah 25 28 3
Hilir 10 9 0
Sumber hasil perhitungan
3. Untuk Q25 Tahun
Bagian Elevasi Tebing Sungai Elevasi Muka Air Banjir Ketinggian Banjir
(meter) (meter) (meter)
Hulu 50 37 0
Tengah 25 26 1
Hilir 10 8 0
Sumber hasil perhitungan
136

Kondisi air normal

Kondisi air banjir

Gambar 4.49 Perspektif Kondisi Sungai Belawan pada saat Normal dan Banjir

4.19 Prediksi Daerah Genangan Banjir Dengan Sistem Informasi Geografis

Setelah melakukan analisa potensi banjir di Sungai Deli, Babura, dan Belawan

dengan menggunakan program HEC-RAS dapat diketahui tinggi banjir dan dataran

banjir yang terjadi di sekitar kota Medan. Untuk mengetahui informasi mengenai

daerah-daerah genangan banjir dan luas genangan banjir maka dilakukan suatu integrasi

antara HEC-RAS dengan perangkat lunak sistem informasi geografis yaitu MapInfo.
137

Hasil dari integrasi tersebut akan memberikan informasi mengenai daerah genangan

banjir sesuai periode ulang Q25, Q50 dan Q100.

4.19.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli

4.19.1.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun

Dalam menyajikan hasil informasi tersebut akan ditampilkan dalam bentuk

peta, di mana peta tersebut akan menampilkan Sungai Deli yang berpotensi

menimbulkan banjir dengan periode ulang Q100 tahun. Untuk periode Q100 tahun

akibat luapan Sungai Deli menimbulkan tinggi banjir 1 - 5 meter ditampilkan

pada lampiran Gambar 1, akibat dari tinggi banjir tersebut menimbulkan luas

genangan banjir yang menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Deli

berkisar antara 0.63 km2 - 2.63 km2 ditampilkan pada lampiran Gambar 2 dan

menyebabkan daerah-daerah genangan yang terjadi di sekitar wilayah Kota

Medan mencapai 30 kelurahan yang dilalui oleh Sungai Deli ditampilkan pada

lampiran gambar 3.

Kemudian untuk mengetahui berapa jumlah daerah yang terkena banjir dan

luas genangan banjir dibutuhkan data peta Kota Medan yang diambil dari BAPPEDA

Provinsi Sumatera Utara. Adapun daerah genangan dan luas genangan yang terjadi akan

dijelaskan pada Tabel 4.58.


138

Tabel 4.58 Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q 100 Tahun
Kecamatan Daerah Luas Wilayah Luas
Genangan (km²) Genangan (km²)
Medan Maimun Alur 0.21 0.21
Medan Maimun Hamdan 0.12 0.12
Medan Maimun Jati 0.21 0.21
Medan Maimun Kampung Baru 0.43 0.16
Medan Maimun Sei Mati 0.1 0.1
Medan Maimun Suka Raja 0.1 0.1
Medan Polonia Angrung 0.12 0.09
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.31
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.75
Medan Polonia Sari Rejo 0.43 0.19
Medan Johor Pangkalan Masyhur 1.75 0.54
Medan Johor Titi Kuning 0.72 0.55
Medan Barat Glugur Kota 0.25 0.14
Medan Barat Kesawan 0.41 0.41
Medan Barat Pulau Brayan Kota 0.38 0.38
Medan Barat Silalas 0.32 0.32
Medan Timur Gaharu 0.25 0.14
Medan Timur Gang Buntu 0.17 0.17
Medan Deli Kota Bangun 0.94 0.27
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 0.58 0.58
Medan Kota Mesjid 0.11 0.11
Medan Kota Pasar baru 1.5 1.5
Medan Kota Teladan Barat 0.24 0.12
Medan Labuhan Besar 1.94 0.4
Medan Labuhan Martubung 1.5 0.77
Medan Marelan rengas pulau 3.86 1.3
Medan Marelan Titi Papan 1.62 0.76
Medan Marelan Tanah Enam Ratus 1.27 0.25
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.55
Medan Petisah Sekip 0.24 0.24
Total 22.29 11.74
Sumber hasil prediksi
139

4.19.1.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q50 Tahun

Untuk periode Q50 tahun akibat luapan Sungai Deli menimbulkan banjir

mencapai ketinggian 1-3 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 4, luas dataran

banjir yang menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Deli berkisar antara

0.04 km2- 0.46 km2 ditampilkan pada lampiran Gambar 5 dan menyebabkan daerah-

daerah genangan yang terjadi di sekitar wilayah Kota Medan mencapai 18 kelurahan

yang dilalui oleh Sungai Deli ditampilkan pada lampiran Gambar 6. Adapun daerah

genangan banjir yang terjadi akan dijelaskan pada Tabel 4.59.

Tabel 4.59 Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q 50 Tahun


Daerah Luas Wilayah Luas
Kecamatan
Genangan (km²) Genangan (km²)
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.14
Medan Timur Gang Buntu 0.17 0.14
Medan Barat Kesawan 0.41 0.09
Medan Maimun Hamdan 0.12 0.12
Medan Maimun Kampung baru 0.43 0.22
Medan Maimun Aur 0.21 0.11
Medan Maimun Jati 0.21 0.21
Medan Maimun Sei Mati 0.1 0.1
Medan Maimun Suka Raja 0.1 0.1
Medan Kota Pasar baru 1.5 0.03
Medan Kota Teladan Barat 0.24 0.08
Medan Kota Mesjid 0.11 0.06
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.55
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.17
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 0.58 0.09
Medan Deli Kota Bangun 0.94 0.12
Medan Labuhan Titi Papan 1.62 0.04
Medan Labuhan Rengas Pulau 3.86 0.05
Total 13.12 2.42
Sumber hasil prediksi
140

4.19.1.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q25 Tahun

Untuk periode Q25 tahun akibat luapan sungai Deli menimbulkan banjir

mencapai ketinggian 1 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 7, luas genangan

banjir yang menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Deli berkisar antara

0.06 km2 - 0.09 km2 ditampilkan pada lampiran Gambar 8 dan menyebabkan daerah-

daerah genangan yang terjadi di sekitar wilayah Kota Medan mencapai 8 kelurahan

yang dilalui oleh Sungai Deli ditampilkan pada lampiran Gambar 9. Adapun daerah

genangan banjir yang terjadi akan dijelaskan pada Tabel 4.60.

Tabel 4.60 Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Periode Q 25 Tahun


Kecamatan Daerah Luas Wilayah Luas
Genangan (km²) Genangan (km²)
Medan Maimun Hamdan 0.12 0.12
Medan Maimun Kampung baru 0.43 0.22
Medan Maimun Aur 0.21 0.08
Medan Maimun Jati 0.21 0.12
Medan Maimun Sei Mati 0.1 0.1
Medan Maimun Suka Raja 0.1 0.1
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.25
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.04
Total 3.14 1.03
Sumber hasil prediksi

4.19.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura

4.19.2.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura Periode Q100 Tahun

Untuk periode Q100 tahun akibat luapan Sungai Babura menimbulkan tinggi

banjir mencapai 2 - 4 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 10, luas genangan

banjir yang menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Babura berkisar

antara 0.30 km2 - 0.51 km2 ditampilkan pada lampiran Gambar 11 dan menyebabkan
141

daerah-daerah genangan yang terjadi di sekitar wilayah Kota Medan mencapai 14

kelurahan yang dilalui oleh Sungai Babura ditampilkan pada lampiran Gambar 12.

Adapun daerah genangan banjir terjadi akan dijelaskan pada Tabel 4.61.

Tabel 4.61 Daerah Genangan Banjir Sungai Babura Periode Q 100 Tahun

Kecamatan Daerah Luas Wilayah Luas


Genangan (km²) Genangan (km²)
Medan Selayang Beringin 0.33 0.05
Medan Barat Kesawan 0.41 0.05
Medan Baru Titi Rante 0.39 0.22
Medan Baru Padang Bulan 0.66 0.46
Medan Baru Merdeka 0.35 0.2
Medan Baru Darat 0.16 0.16
Medan Baru Babura 0.35 0.08
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.19
Medan Polonia Sari Rejo 0.79 0.13
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.2
Medan Polonia Polonia 0.52 0.52
Medan Polonia Angrung 0.12 0.12
Medan Petisah Petisah Hulu 0.27 0.27
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.55
Total 6.87 3.2
Sumber hasil prediksi

4.19.2.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura Periode Q50 Tahun

Untuk periode Q50 akibat luapan Sungai Babura menimbulkan tinggi

banjir mencapai 1-3 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 13, luas genangan

banjir yang menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Babura berkisar

antara 0.05 km2 - 0.30 km2, ditampilkan pada lampiran Gambar 14 dan

menyebabkan daerah-daerah genangan yang terjadi di sekitar wilayah Kota

Medan mencapai 9 kelurahan yang dilalui oleh Sungai Babura ditampilkan pada
142

lampiran Gambar 15. Adapun daerah genangan banjir yang terjadi akan dijelaskan

pada Tabel 4.62.

Tabel 4.62 Daerah Genangan Banjir Sungai Babura Periode Q 50 Tahun


Kecamatan Daerah Luas Wilayah Luas
Genangan (km²) Genangan (km²)
Medan Baru Titi Rante 0.39 0.07
Medan Baru Padang Bulan 0.66 0.14
Medan Baru Darat 0.16 0.16
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.03
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.12
Medan Polonia Polonia 0.52 0.52
Medan Polonia Angrung 0.12 0.12
Medan Petisah Petisah Hulu 0.27 0.13
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.29
Total 4.25 1.58
Sumber hasil prediksi

4.19.2.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura Periode Q25 Tahun

Untuk periode Q25 akibat luapan Sungai Babura menimbulkan tinggi banjir

mencapai 1-2 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 16, luas genangan banjir yang

menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Babura berkisar antara sekitar

0.06 km2 - 0.11 km2, ditampilkan pada lampiran Gambar 17 dan menyebabkan daerah-

daerah genangan yang terjadi di sekitar wilayah Kota Medan mencapai 7 kelurahan

yang dilalui oleh Sungai Babura yang ditampilkan pada lampiran Gambar 18. Adapun

daerah genangan banjir yang terjadi akan dijelaskan pada Tabel 4.63.

Tabel 4.63 Daerah Genangan Banjir Sungai Babura Periode Q 25 Tahun

Luas Wilayah Luas


Kecamatan Daerah Genangan
(km²) Genangan (km²)
Medan Baru Padang Bulan 0.66 0.06
Medan Baru Darat 0.16 0.04
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.09
Medan Polonia Polonia 0.52 0.18
143

Medan Polonia Angrung 0.12 0.03


Medan Petisah Petisah Hulu 0.27 0.08
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.2
Total 2.59 0.68
Sumber hasil prediksi

4.19.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan

4.19.3.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun

Untuk periode Q100 akibat luapan Sungai Belawan menimbulkan tinggi banjir

mencapai 1-4 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 19, luas genangan banjir

yang menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Belawan berkisar antara

0.06 km2 - 0.16 km2 ditampilkan pada lampiran Gambar 20 dan menyebabkan daerah-

daerah genangan yang terjadi di sekitar wilayah Kota Medan mencapai 3 kelurahan

yang dilalui oleh Sungai Belawan ditampilkan pada lampiran Gambar 21. Adapun

daerah genangan banjir yang terjadi akan dijelaskan pada Tabel 4.64.

Tabel 4.64 Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan Periode Q 100Tahun


Kecamatan Daerah Luas Wilayah Luas Genangan
Genangan (km²) (km²)
Medan Sunggal Kel Lalang 0.95 0.32
Medan Helvetia Cinta Damai 0.85 0.16
Medan Helvetia Tanjung Dusta 1.09 0.19
Total 2.89 0.67
Sumber hasil prediksi

4.19.3.2 Prediksi Genangan Banjir Sungai Belawan Periode Q50Tahun

Untuk periode Q50 akibat luapan Sungai Belawan menimbulkan tinggi banjir

mencapai 1-3 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 22, luas genangan banjir yang

menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Belawan berkisar antara 0.07

km2 - 0.12 km2 ditampilkan pada Lampiran Gambar 23 dan menyebabkan daerah-
144

daerah genangan yang terjadi di sekitar wilayah Kota Medan mencapai 2

kelurahan yang dilalui oleh Sungai Belawan ditampilkan pada lampiran Gambar 24.

Adapun daerah genangan banjir yang terjadi akan dilihat pada Tabel 4.65.

Tabel 4.65 Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan Periode Q 50 Tahun


Daerah Luas Wilayah Luas Genangan
Kecamatan
Genangan (km²) (km²)

Medan Sunggal Lalang 0.95 0.19


Medan Helvetia Cinta Damai 0.85 0.11
Total 1.8 0.3
Sumber hasil prediksi

4.19.3.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan Periode Q25Tahun

Untuk periode Q25 akibat luapan Sungai Belawan menimbulkan tinggi banjir

mencapai 1-2 meter ditampilkan pada lampiran Gambar 25, luas genangan banjir yang

menggenangi daerah di sekitar wilayah aliran Sungai Belawan berkisar antara 0.06

km2 – 0.08 km2 ditampilkan pada Lampiran Gambar 26 dan menyebabkan daerah-

daerah genangan yang terjadi di sekitar wilayah Kota Medan mencapai 2 kelurahan

yang dilalui oleh Sungai Belawan ditampilkan pada lampiran Gambar 27. Adapun

daerah genangan banjir yang terjadi akan dilihat pada Tabel 4.66.

Tabel 4.66 Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan Periode Q 25 Tahun

Kecamatan Daerah Genangan Luas Wilayah Luas Genangan

Medan Sunggal Lalang 0.95 0.06


Medan Helvetia Cinta Damai 0.85 0.08
Total 1.8 0.14
Sumber hasil prediksi
145

4.20 Estimasi Resiko Banjir

Perhitungan estimasi resiko banjir dalam penelitian ini membutuhkan

parameter-parameter yang akan digunakan untuk menghitung resiko banjir yaitu:

1. Jumlah penduduk per kelurahan diperoleh dari data BPS Kota Medan.

2. Jumlah rumah per kelurahan diperoleh dari data BPS Kota Medan.

3. Estimasi biaya kerugian mengacu kepada BAPPENAS dan formula estimasi

resikonya dalam menganalisa kerugian banjir di Pulau jawa khususnya di

provinsi Jakarta, Bogor, dan Banten (Tabel 4.67).

Tabel 4.67 Standar Perkiraan Nilai Kerusakan, Kerugian Rumah Akibat Banjir

(www.scribd.com/doc/Bappenas 2007 Laporan Penilaian kerusakan kerugian Jabodetabek)


146

4.20.1 Estimasi Resiko Banjir Sungai Deli

4.20.1.1 Estimasi Resiko Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak banjir

akibat luapan Sungai Deli periode 100 tahun mencapai 219658 orang dijelaskan pada

Tabel 4.68.

Tabel 4.68 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun

Jumlah
Luas Jumlah Luas Penduduk
Kecamatan Daerah Genangan Wilayah Penduduk Genangan terkena
(km²) (km²) dampak
(jiwa) (Jiwa)
Medan Maimun Aur 0.21 5639 0.21 5639
Medan Maimun Hamdan 0.12 5120 0.12 5120
Medan Maimun Jati 0.21 768 0.21 768
Medan Maimun Kampung Baru 0.43 16969 0.16 6314
Medan Maimun Sei Mati 0.1 7913 0.1 7913
Medan Maimun Suka Raja 0.1 3256 0.1 3256
Medan Polonia Angrung 0.12 1729 0.09 1297
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 2785 0.31 2785
Medan Polonia Suka Damai 1.66 5563 0.75 2513
Medan Polonia Sari Rejo 0.43 26083 0.19 4955
Medan Johor Pangkalan Masyhur 1.75 31683 0.54 9776
Medan Johor Titi Kuning 0.72 21257 0.55 16238
Medan Barat Glugur Kota 0.25 7921 0.14 4436
Medan Barat Kesawan 0.41 3719 0.41 3719
Medan Barat Pulau Brayan Kota 0.38 11693 0.38 11693
Medan Barat Silalas 0.32 7039 0.32 7039
Medan Timur Gaharu 0.25 7872 0.14 4408
Medan Timur Gang Buntu 0.17 3473 0.17 3473
Medan Deli Kota Bangun 0.94 10904 0.27 3132
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 0.58 34472 0.58 34472
Medan Kota Mesjid 0.11 3063 0.11 3063
Medan Kota Pasar baru 1.5 2884 1.5 2884
Medan Kota Teladan Barat 0.24 7274 0.12 3637
Medan Labuhan Besar 1.94 34228 0.4 7057
Medan Labuhan Martubung 1.5 16265 0.77 8349
Medan Marelan rengas pulau 3.86 55881 1.3 18820
Medan Marelan Titi Papan 1.62 30409 0.76 14266
Medan Marelan Tanah Enam Ratus 1.27 29684 0.25 29684
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 9137 0.55 9137
147

Medan Petisah Sekip 0.24 7654 0.24 7654


Total 22.29 412337 11.74 219658
Sumber hasil perhitungan

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah rumah yang terkena dampak banjir

akibat luapan Sungai Deli periode 100 tahun mencapai 42336 unit dijelaskan pada

Tabel 4.69.

Tabel 4.69 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Deli Periode Q100 Tahun

Jumlah
Jumlah Luas Luas Rumah
Kecamatan Daerah Genangan Rumah Wilayah Genangan Terendam
(unit) (km²) (km²)
(unit)
Medan Maimun Aur 1800 0.21 0.21 1800
Medan Maimun Hamdan 2120 0.12 0.12 2120
Medan Maimun Jati 257 0.21 0.21 257
Medan Maimun Kampung Baru 3245 0.43 0.16 1207
Medan Maimun Sei Mati 2005 0.1 0.1 2005
Medan Maimun Suka Raja 903 0.1 0.1 903
Medan Polonia Angrung 428 0.12 0.09 321
Medan Polonia Madras Hulu 961 0.31 0.31 961
Medan Polonia Suka Damai 1049 1.66 0.75 473
Medan Polonia Sari Rejo 797 0.43 0.19 352
Medan Johor Pangkalan Masyhur 4520 1.75 0.54 1395
Medan Johor Titi Kuning 3225 0.72 0.55 2464
Medan Barat Glugur Kota 1971 0.25 0.14 1104
Medan Barat Kesawan 2028 0.41 0.41 2028
Medan Barat Pulau Brayan Kota 2842 0.38 0.38 2842
Medan Barat Silalas 1159 0.32 0.32 1159
Medan Timur Gaharu 1435 0.25 0.14 804
Medan Timur Gang Buntu 1450 0.17 0.17 1450
Medan Deli Kota Bangun 1225 0.94 0.27 352
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 3802 0.58 0.58 3802
Medan Kota Mesjid 1021 0.11 0.11 1021
Medan Kota Pasar baru 1264 1.5 1.5 1264
Medan Kota Teladan Barat 1349 0.24 0.12 675
Medan Labuhan Besar 4723 1.94 0.4 974
Medan Labuhan Martubung 1993 1.5 0.77 1023
Medan Marelan rengas pulau 6322 3.86 1.3 2129
Medan Marelan Titi Papan 3508 1.62 0.76 1646
Medan Marelan Tanah Enam Ratus 3567 1.27 0.25 702
148

Medan Petisah Petisah Tengah 2990 0.55 0.55 2990


Medan Petisah Sekip 2115 0.24 0.24 2115
Total 66074 22.29 11.74 42336
Sumber hasil perhitungan

Dalam menganalisa estimasi kerugian diambil nilai kerugian 1 unit rumah

akibat banjir sekitar Rp 20 juta/unit dimasukan kedalam klasifikasi rusak berat

dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah estimasi kerugian

dampak banjir akibat luapan Sungai Deli periode 100 tahun mencapai sekitar Rp

846,750,183,208,- dijelaskan pada Tabel 4.70.

Tabel 4.70 Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Deli Periode Q 100 Tahun
Jumlah
Jumlah Luas Rumah Estimasi Biaya
Kecamatan Daerah Genangan Rumah Genangan Terendam
Kerugian (Rp)
(unit) (km²)
(unit)
Medan Maimun Aur 1800 0.21 1800 Rp 36,000,000,000
Medan Maimun Hamdan 2120 0.12 2120 Rp 42,400,000,000
Medan Maimun Jati 257 0.21 257 Rp 5,140,000,000
Medan Maimun Kampung Baru 3245 0.16 1207 Rp 24,148,837,209
Medan Maimun Sei Mati 2005 0.1 2005 Rp 40,100,000,000
Medan Maimun Suka Raja 903 0.1 903 Rp 18,060,000,000
Medan Polonia Angrung 428 0.09 321 Rp 6,420,000,000
Medan Polonia Madras Hulu 961 0.31 961 Rp 19,220,000,000
Medan Polonia Suka Damai 1049 0.75 473 Rp 9,478,915,663
Medan Polonia Sari Rejo 797 0.19 352 Rp 7,043,255,814
Medan Johor Pangkalan Masyhur 4520 0.54 1395 Rp 27,894,857,143
Medan Johor Titi Kuning 3225 0.55 2464 Rp 49,270,833,333
Medan Barat Glugur Kota 1971 0.14 1104 Rp 22,075,200,000
Medan Barat Kesawan 2028 0.41 2028 Rp 40,560,000,000
Medan Barat Pulau Brayan Kota 2842 0.38 2842 Rp 56,840,000,000
Medan Barat Silalas 1159 0.32 1159 Rp 23,180,000,000
Medan Timur Gaharu 1435 0.14 804 Rp 16,072,000,000
Medan Timur Gang Buntu 1450 0.17 1450 Rp 29,000,000,000
Medan Deli Kota Bangun 1225 0.27 352 Rp 7,037,234,043
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 3802 0.58 3802 Rp 76,040,000,000
Medan Kota Mesjid 1021 0.11 1021 Rp 20,420,000,000
Medan Kota Pasar baru 1264 1.5 1264 Rp 25,280,000,000
Medan Kota Teladan Barat 1349 0.12 675 Rp 13,490,000,000
149

Medan Labuhan Besar 4723 0.4 0.4 Rp 19,476,288,660


Medan Labuhan Martubung 1993 0.77 0.77 Rp 20,461,466,667
Medan Marelan rengas pulau 6322 1.3 1.3 Rp 42,583,419,689
Medan Marelan Titi Papan 3508 0.76 0.76 Rp 32,914,567,901
Medan Marelan Tanah Enam Ratus 3567 0.55 0.25 Rp 59,800,000,000
Medan Petisah Petisah Tengah 2990 0.24 0.55 Rp 42,300,000,000
Medan Petisah Sekip 2115 0.25 0.24 Rp 14,043,307,087
Total 66074 11.74 42336 Rp 846,750,183,208
Sumber hasil perhitungan

4.20.1.2 Estimasi Resiko Banjir Sungai Deli Periode Q50 Tahun

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak banjir

akibat luapan Sungai Deli periode 50 tahun mencapai 50434 orang dijelaskan pada

Tabel 4.71.

Tabel 4.71 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Deli Periode Q50 Tahun

Jumlah
Luas
Daerah Genangan Luas Jumlah Penduduk
Kecamatan Wilayah
Genangan Penduduk Terkena
(km²)
(km²) Dampak (Jiwa)
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.14 9137 2326
Medan Timur Gang Buntu 0.17 0.14 3473 2860
Medan Barat Kesawan 0.41 0.09 3719 816
Medan Maimun Hamdan 0.12 0.12 5120 5120
Medan Maimun Kampung baru 0.43 0.22 16969 8682
Medan Maimun Aur 0.21 0.11 5639 2954
Medan Maimun Jati 0.21 0.21 768 768
Medan Maimun Sei Mati 0.1 0.1 7913 7913
Medan Maimun Suka Raja 0.1 0.1 3256 3256
Medan Kota Pasar baru 1.5 0.03 2884 58
Medan Kota Teladan Barat 0.24 0.08 7274 2425
Medan Kota Mesjid 0.11 0.06 3063 1671
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.55 5563 1843
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.17 2785 1527
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 0.58 0.09 34472 5349
Medan Deli Kota Bangun 0.94 0.12 10904 1392
Medan Labuhan Titi Papan 1.62 0.04 30409 751
150

Medan Labuhan Rengas Pulau 3.86 0.05 55881 724


Total 13.12 2.42 160605 50434
Sumber hasil perhitungan

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah rumah yang terkena dampak banjir

akibat luapan Sungai Deli periode 50 tahun mencapai 13110 unit dijelaskan pada Tabel

4.72.

Tabel 4.72 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Deli Periode Q 50 Tahun

Luas Jumlah
Daerah Luas Jumlah
Rumah
Kecamatan Genangan Wilayah Genangan Rumah
Terendam
(km²) (km²) (Unit)
(Unit)
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.14 2990 761
Medan Timur Gang Buntu 0.17 0.14 1450 1194
Medan Barat Kesawan 0.41 0.09 2028 445
Medan Maimun Hamdan 0.12 0.12 2120 2120
Medan Maimun Kampung baru 0.43 0.22 3245 1660
Medan Maimun Aur 0.21 0.11 1800 943
Medan Maimun Jati 0.21 0.21 257 257
Medan Maimun Sei Mati 0.1 0.1 2005 2005
Medan Maimun Suka Raja 0.1 0.1 903 903
Medan Kota Pasar baru 1.5 0.03 1264 25
Medan Kota Teladan Barat 0.24 0.08 1349 450
Medan Kota Mesjid 0.11 0.06 1021 557
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.55 1049 348
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.17 961 527
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 0.58 0.09 3802 590
Medan Deli Kota Bangun 0.94 0.12 1225 156
Medan Labuhan Titi Papan 1.62 0.04 3508 87
Medan Labuhan Rengas Pulau 3.86 0.05 6322 82
Total 13.12 2.42 37299 13110
Sumber hasil perhitungan
151

Dalam menganalisa estimasi kerugian diambil nilai kerugian 1 unit rumah

akibat banjir sekitar Rp 20 juta/unit dimasukan ke dalam klasifikasi rusak berat

dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah estimasi

kerugian dampak banjir akibat luapan Sungai Deli periode 50 tahun mencapai sekitar

Rp 262,194,839,180,- dijelaskan pada Tabel 4.73.

Tabel 4.73 Jumlah Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Deli Periode Q 50 Tahun

Jumlah
Luas Jumlah
Rumah Estimasi Biaya
Kecamatan Daerah Genangan Genangan Rumah
Terendam Kerugian (Rp)
(km²) (Unit)
(Unit)
Medan Petisah Petisah Tengah 0.14 2990 761 Rp 15,221,818,182
Medan Timur Gang Buntu 0.14 1450 1194 Rp 23,882,352,941
Medan Barat Kesawan 0.09 2028 445 Rp 8,903,414,634
Medan Maimun Hamdan 0.12 2120 2120 Rp 42,400,000,000
Medan Maimun Kampung baru 0.22 3245 1660 Rp 33,204,651,163
Medan Maimun Aur 0.11 1800 943 Rp 18,857,142,857
Medan Maimun Jati 0.21 257 257 Rp 5,140,000,000
Medan Maimun Sei Mati 0.1 2005 2005 Rp 40,100,000,000
Medan Maimun Suka Raja 0.1 903 903 Rp 18,060,000,000
Medan Kota Pasar baru 0.03 1264 25 Rp 505,600,000
Medan Kota Teladan Barat 0.08 1349 450 Rp 8,993,333,333
Medan Kota Mesjid 0.06 1021 557 Rp 11,138,181,818
Medan Polonia Suka Damai 0.55 1049 348 Rp 6,951,204,819
Medan Polonia Madras Hulu 0.17 961 527 Rp 10,540,000,000
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 0.09 3802 590 Rp 11,799,310,345
Medan Deli Kota Bangun 0.12 1225 156 Rp 3,127,659,574
Medan Labuhan Titi Papan 0.04 3508 87 Rp 1,732,345,679
Medan Labuhan Rengas Pulau 0.05 6322 82 Rp 1,637,823,834
Total 2.42 37299 13110 Rp262,194,839,180
Sumber hasil perhitungan
152

4.20.1.3 Estimasi Resiko Banjir Sungai Deli Periode Q25 Tahun

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak banjir

akibat luapan Sungai Deli periode 25 tahun mencapai 28755 orang dijelaskan pada

Tabel 4.74.

Tabel 4.74 Jumlah Penduduk Terkena Dampak Banjir Sungai Deli Periode Q 25 Tahun

Luas Jumlah Jumlah Rumah


Daerah Estimasi Biaya
Kecamatan Genangan Rumah Terendam
Genangan Kerugian (Rp)
(km²) (Unit) (Unit)
Medan Maimun Hamdan 0.12 0.12 5120 5120
Medan Maimun Kampung baru 0.43 0.22 16969 8682
Medan Maimun Aur 0.21 0.08 5639 2148
Medan Maimun Jati 0.21 0.12 768 439
Medan Maimun Sei Mati 0.1 0.1 7913 7913
Medan Maimun Suka Raja 0.1 0.1 3256 3256
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.25 5563 838
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.04 2785 359
Total 3.14 1.03 160605 28755
Sumber hasil perhitungan

Tabel 4.75 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Deli Periode Q 25 Tahun

Jumlah Jumlah Estimasi


Daerah Luas Rumah Rumah Biaya
Kecamatan Genangan Genangan (Unit) Terendam Kerugian
(km²)
(Unit) (Rp)
Medan Maimun Hamdan 0.12 0.12 2120 2120
Medan Maimun Kampung baru 0.43 0.22 3245 1660
Medan Maimun Aur 0.21 0.08 1800 686
Medan Maimun Jati 0.21 0.12 257 147
Medan Maimun Sei Mati 0.1 0.1 2005 2005
Medan Maimun Suka Raja 0.1 0.1 903 903
153

Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.25 1049 158


Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.04 961 124
Total 3.14 1.03 12340 7803
Sumber hasil perhitungan

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah rumah terkena dampak banjir akibat

luapan Sungai Deli periode 25 tahun mencapai 7803 unit dilihat Tabel 4.75.

Dalam menganalisa estimasi kerugian diambil nilai kerugian 1 unit rumah

akibat banjir sekitar Rp 20 juta/unit dimasukan kedalam klasifikasi rusak berat

dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah estimasi kerugian

dampak banjir akibat luapan Sungai Deli periode 25 tahun mencapai sekitar Rp

156,055,718,288,- dijelaskan pada Tabel 4.76.

Tabel 4.76 Jumlah Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Deli Periode Q 25 Tahun

Luas Jumlah
Jumlah
Daerah Genangan Rumah Estimasi Biaya
Kecamatan Rumah
Genangan Terendam Kerugian (Rp)
(km²) (Unit)
(Unit)

Medan Maimun Hamdan 0.12 2120 2120 Rp42,400,000,000


Medan Maimun Kampung baru 0.22 3245 1660 Rp33,204,651,163
Medan Maimun Aur 0.08 1800 686 Rp13,714,285,714
Medan Maimun Jati 0.12 257 147 Rp2,937,142,857
Medan Maimun Sei Mati 0.1 2005 2005 Rp40,100,000,000
Medan Maimun Suka Raja 0.1 903 903 Rp18,060,000,000
Medan Polonia Suka Damai 0.25 1049 158 Rp3,159,638,554
Medan Polonia Madras Hulu 0.04 961 124 Rp2,480,000,000
Total 1.03 12340 7803 Rp156,055,718,288
Sumber hasil perhitungan
154

4.20.2 Estimasi Resiko Banjir Sungai Babura

4.20.2.1Estimasi Resiko Banjir Sungai Babura Periode Q100 Tahun

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak banjir

akibat luapan Sungai Babura periode 100 tahun mencapai 60711 orang yang akan

dijelaskan pada Tabel 4.77.

Tabel 4.77 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Babura Periode Q 100 Tahun

Daerah Luas Luas Jumlah Jumlah Penduduk


Kecamatan Genangan Wilayah Genangan Penduduk Terkena Dampak
(km²) (km²) (jiwa) (Jiwa)
Medan Selayang Beringin 0.33 0.05 7662 1161
Medan Barat Kesawan 0.41 0.05 3719 454
Medan Baru Titi Rante 0.39 0.22 9048 5104
Medan Baru Padang Bulan 0.66 0.46 9123 6358
Medan Baru Merdeka 0.35 0.2 7890 4509
Medan Baru Darat 0.16 0.16 1911 1911
Medan Baru Babura 0.35 0.08 6894 1576
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.19 2785 1707
Medan Polonia Sari Rejo 0.79 0.13 26083 4292
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.2 5563 670
Medan Polonia Polonia 0.52 0.52 17392 17392
Medan Polonia Angrung 0.12 0.12 1729 1729
Medan Petisah Petisah Hulu 0.27 0.27 4711 4711
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.55 9137 9137
Total 6.87 3.2 113647 60711
Sumber hasil perhitungan

Dari perhitungan diperoleh jumlah rumah terkena dampak banjir akibat

luapan Sungai Babura periode 100 tahun mencapai 13508 unit dilihat Tabel 4.78.
155

Tabel 4.78 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Babura periode Q 100 Tahun

Luas Luas
Daerah Jumlah Jumlah Rumah
Kecamatan Wilayah Genangan
Genangan Rumah (Unit) Terendam (unit)
(km²) (km²)
Medan Selayang Beringin 0.33 0.05 1034 157
Medan Barat Kesawan 0.41 0.05 2028 247
Medan Baru Titi Rante 0.39 0.22 1335 753
Medan Baru Padang Bulan 0.66 0.46 4457 3106
Medan Baru Merdeka 0.35 0.2 1796 1026
Medan Baru Darat 0.16 0.16 606 606
Medan Baru Babura 0.35 0.08 268 61
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.19 961 589
Medan Polonia Sari Rejo 0.79 0.13 797 131
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.2 1049 126
Medan Polonia Polonia 0.52 0.52 2498 2498
Medan Polonia Angrung 0.12 0.12 428 428
Medan Petisah Petisah Hulu 0.27 0.27 788 788
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.55 2990 2990
Total 6.87 3.2 113647 13508
Sumber hasil perhitungan

Dalam menganalisa estimasi kerugian diambil nilai kerugian 1 unit rumah

akibat banjir sekitar Rp 20 juta/unit dimasukan kedalam klasifikasi rusak berat

dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah estimasi kerugian

dampak banjir akibat luapan Sungai Babura periode 100 tahun mencapai sekitar Rp

270,150,698,007,- dijelaskan pada Tabel 4.79.

Tabel 4.79 Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Babura periode Q100 Tahun

Kecamatan Dearah Luas Jumlah Jumlah Rumah Estimasi Biaya


Genangan Genangan Rumah Terendam (unit) Kerugian (Rp)
(km²) (Unit)
Medan Selayang Beringin 0.05 1034 157 Rp 3,133,333,333
Medan Barat Kesawan 0.05 2028 247 Rp 4,946,341,463
156

Medan Baru Titi Rante 0.22 1335 753 Rp 15,061,538,462


Medan Baru Padang Bulan 0.46 4457 3106 Rp 62,127,878,788
Medan Baru Merdeka 0.2 1796 1026 Rp 20,525,714,286
Medan Baru Darat 0.16 606 606 Rp 12,120,000,000
Medan Baru Babura 0.08 268 61 Rp 1,225,142,857
Medan Polonia Madras Hulu 0.19 961 589 Rp 11,780,000,000
Medan Polonia Sari Rejo 0.13 797 131 Rp 2,623,037,975
Medan Polonia Suka Damai 0.2 1049 126 Rp 2,527,710,843
Medan Polonia Polonia 0.52 2498 2498 Rp 49,960,000,000
Medan Polonia Angrung 0.12 428 428 Rp 8,560,000,000
Medan Petisah Petisah Hulu 0.27 788 788 Rp 15,760,000,000
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 2990 2990 Rp 59,800,000,000
Total 3.2 113647 13508 Rp 270,150,698,007
Sumber hasil perhitungan

4.20.2.2 Estimasi Resiko Banjir Sungai Babura Periode Q50Tahun

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak banjir akibat

luapan Sungai Babura periode 50 tahun mencapai 32856 orang dijelaskan pada Tabel

4.80.

Tabel 4.80 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Babura Periode Q 50 Tahun

Daerah
Luas Jumlah Jumlah Penduduk
Genangan Luas Wilayah
Kecamatan Genangan Penduduk Terkena Dampak
(km²)
(km²) (jiwa) (Jiwa)
Medan Baru Titi Rante 0.39 0.07 9048 1624
Medan Baru Padang Bulan 0.66 0.14 9123 1935
Medan Baru Darat 0.16 0.16 1911 1911
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.03 5563 101
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.12 2785 1078
Medan Polonia Polonia 0.52 0.52 17392 17392
Medan Polonia Angrung 0.12 0.12 1729 1729
157

Medan Petisah Petisah Hulu 0.27 0.13 4711 2268


Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.29 9137 4818

Total 4.25 1.58 61399 32856

Sumber hasil perhitungan

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah rumah yang terkena dampak banjir

akibat luapan Sungai Babura periode 50 tahun mencapai 7064 unit dijelaskan pada

Tabel 4.81.

Tabel 4.81 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Babura periode Q 50 Tahun

Luas
Daerah Luas Wilayah Jumlah Rumah Jumlah Rumah
Kecamatan Genangan
Genangan (km²) (Unit) Terendam (unit)
(km²)
Medan Baru Titi Rante 0.39 0.07 1335 240
Medan Baru Padang Bulan 0.66 0.14 4457 945
Medan Baru Darat 0.16 0.16 606 606
Medan Polonia Suka Damai 1.66 0.03 1049 19
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.12 961 372
Medan Polonia Polonia 0.52 0.52 2498 2498
Medan Polonia Angrung 0.12 0.12 428 428
Medan Petisah Petisah Hulu 0.27 0.13 788 379
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.29 2990 1577
Total 4.25 1.58 15112 7064
Sumber hasil perhitungan

Tabel 4.82 Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Babura periode Q50 Tahun

Luas Jumlah
Jumlah Rumah Estimasi Biaya
Kecamatan Dearah Genangan Genangan Rumah
Terendam (unit) Kerugian (Rp)
(km²) (Unit)
Medan Baru Titi Rante 0.07 1335 240 Rp 4,792,307,692
Medan Baru Padang Bulan 0.14 4457 945 Rp 18,908,484,848
Medan Baru Darat 0.16 606 606 Rp 12,120,000,000
Medan Polonia Suka Damai 0.03 1049 19 Rp 379,156,627
158

Medan Polonia Madras Hulu 0.12 961 372 Rp 7,440,000,000


Medan Polonia Polonia 0.52 2498 2498 Rp 49,960,000,000
Medan Polonia Angrung 0.12 428 428 Rp 8,560,000,000
Medan Petisah Petisah Hulu 0.13 788 379 Rp 7,588,148,148
Medan Petisah Petisah Tengah 0.29 2990 1577 Rp 31,530,909,091
Total 1.58 15112 7064 Rp 141,279,006,406
Sumber hasil perhitungan

Dalam menganalisa estimasi kerugian diambil nilai kerugian 1 unit rumah

akibat banjir sekitar Rp 20 juta/unit dimasukan kedalam klasifikasi rusak berat

dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah estimasi kerugian

dampak banjir akibat luapan Sungai Babura periode 50 tahun mencapai sekitar Rp

141,279,006,406,- dijelaskan pada Tabel 4.82.

4.20.2.3 Estimasi Resiko Banjir Sungai Babura Periode Q25 Tahun

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak banjir

akibat luapan Sungai Babura periode 25 tahun mencapai 13287 orang dijelaskan pada

Tabel 4.83.

Tabel 4.83 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Babura Periode Q 25 Tahun

Daerah Luas Jumlah Jumlah Penduduk


Luas Wilayah
Kecamatan Genangan Genangan Penduduk Terkena Dampak
(km²)
(km²) (jiwa) (Jiwa)
Medan Baru Padang Bulan 0.66 0.06 9123 829
Medan Baru Darat 0.16 0.04 1911 478
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.09 2785 809
Medan Polonia Polonia 0.52 0.18 17392 6020
Medan Polonia Angrung 0.12 0.03 1729 432
Medan Petisah Petisah Hulu 0.27 0.08 4711 1396
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.2 9137 3323
159

Total 2.59 0.68 46788 13287


Sumber hasil perhitungan

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah rumah yang terkena dampak banjir

akibat luapan Sungai Babura periode 25 tahun mencapai 3128 unit dijelaskan pada

Tabel 4.84.

Tabel 4.84 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Babura periode Q 25 Tahun

Luas
Daerah Luas Wilayah Jumlah Jumlah Rumah
Kecamatan Genangan
Genangan (km²) Rumah (Unit) Terendam (unit)
(km²)
Medan Baru Padang Bulan 0.66 0.06 4457 405
Medan Baru Darat 0.16 0.04 606 152
Medan Polonia Madras Hulu 0.31 0.09 961 279
Medan Polonia Polonia 0.52 0.18 2498 865
Medan Polonia Angrung 0.12 0.03 428 107
Medan Petisah Petisah Hulu 0.27 0.08 788 233
Medan Petisah Petisah Tengah 0.55 0.2 2990 1087

Total 2.59 0.68 12728 3128


Sumber hasil perhitungan

Dalam menganalisa estimasi kerugian diambil nilai kerugian 1 unit rumah

akibat banjir sekitar Rp 20 juta/unit dimasukan kedalam klasifikasi rusak berat

dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah estimasi kerugian

dampak banjir akibat luapan Sungai Babura periode 25 tahun mencapai sekitar Rp

62,562,566,693,- dijelaskan pada Tabel 4.85.


160

Tabel 4.85 Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Babura periode Q25 Tahun
Luas
Dearah Jumlah Jumlah Rumah Estimasi Biaya
Kecamatan Genangan
Genangan Rumah (Unit) Terendam (unit) Kerugian (Rp)
(km²)
Medan Baru Padang Bulan 0.06 4457 405 Rp 8,103,636,364
Medan Baru Darat 0.04 606 152 Rp 3,030,000,000
Medan Polonia Madras Hulu 0.09 961 279 Rp 5,580,000,000
Medan Polonia Polonia 0.18 2498 865 Rp 17,293,846,154
Medan Polonia Angrung 0.03 428 107 Rp 2,140,000,000
Medan Petisah Petisah Hulu 0.08 788 233 Rp 4,669,629,630
Medan Petisah Petisah Tengah 0.2 2990 1087 Rp 21,745,454,545
Total 0.68 12728 3128 Rp 62,562,566,693
Sumber hasil perhitungan

4.20.3 Estimasi Resiko Banjir Sungai Belawan

4.20.3.1 Estimasi Resiko Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun

Tabel 4.86 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Belawan Periode Q 100 Tahun

Daerah Luas Wilayah Luas Genangan Jumlah Penduduk


Kecamatan
Genangan (km²) (km2) (jiwa)
Medan Sunggal Kel Lalang 0.95 0.32 18051
Medan Helvetia Cinta Damai 0.85 0.16 17116
Medan Helvetia Tanjung Dusta 1.09 0.19 29402
Total 2.89 0.67 64569
Sumber hasil perhitungan

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak

banjir akibat luapan Sungai Belawan periode 100 tahun mencapai 12625 orang

dijelaskan pada Tabel 4.86.


161

Tabel 4.87 Jumlah Rumah Terkena Banjir Sungai Belawan Periode Q 100 Tahun

Luas
Daerah Luas Wilayah Jumlah Penduduk
Kecamatan Genangan
Genangan (km²) (jiwa)
(km2)
Medan Sunggal Kel Lalang 0.95 0.32 3042
Medan Helvetia Cinta Damai 0.85 0.16 3567
Medan Helvetia Tanjung Dusta 1.09 0.19 2300
Total 2.89 0.67 8909
Sumber hasil perhitungan

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah rumah yang terkena dampak banjir

akibat luapan Sungai Belawan periode 100 tahun mencapai 2097 unit dijelaskan pada

Tabel 4.87.

Tabel 4.88 Jumlah Estimasi Kerugian Banjir Sungai Belawan Periode Q100 Tahun

Luas Jumlah
Dearah Jumlah Rumah Estimasi Biaya
Kecamatan Genangan Rumah
Genangan Terendam (unit) Kerugian (Rp)
(km²) (Unit)
Medan Sunggal Kel Lalang 0.32 3042 1025 Rp 20,493,473,684,-
Medan Helvetia Cinta Damai 0.16 3567 671 Rp 13,428,705,882,-
Medan Helvetia Tanjung Dusta 0.19 2300 401 Rp 8,018,348,624,-
Total 0.67 8909 2097 Rp 41,940,528,190,-
Sumber hasil perhitungan

Dalam menganalisa estimasi kerugian diambil nilai kerugian 1 unit rumah

akibat banjir sekitar Rp 20 juta/unit dimasukan kedalam klasifikasi rusak berat

dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh jumlah estimasi

kerugian dampak banjir akibat luapan Sungai Belawan untuk periode 100 tahun

mencapai sekitar Rp 41,940,528,190,- dijelaskan pada Tabel 4.88.


162

4.20.3.2 Estimasi Resiko Banjir Sungai Belawan Periode Q50 Tahun


Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak banjir

akibat luapan Sungai Belawan periode 50 tahun mencapai 3009 orang dijelaskan pada

Tabel 4.89.

Tabel 4.89 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Belawan Periode Q 50 Tahun

Daerah Luas Jumlah Jumlah Penduduk


Luas Wilayah
Kecamatan Genangan Genangan Penduduk Terkena Dampak
(km²)
(km²) (jiwa) (Jiwa)
Medan Sunggal Lalang 0.95 0.19 18051 3610
Medan Helvetia Cinta Damai 0.85 0.11 17116 2336
Total 1.8 0.3 35167 3009
Sumber hasil perhitungan

Dari perhitungan diperoleh jumlah rumah yang terkena dampak banjir luapan

Sungai Belawan periode 50 tahun mencapai 1102 unit dijelaskan pada Tabel 4.90.

Tabel 4.90 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan Periode Q 50 Tahun

Luas Luas
Daerah Jumlah Rumah Jumlah Rumah
Kecamatan Wilayah Genangan
Genangan (unit) Terendam (unit)
(km²) (km²)
Medan Sunggal Lalang 0.95 0.19 3042 608

Medan Helvetia Cinta Damai 0.85 0.11 3567 462

Total 1.8 0.3 6609 1102

Sumber hasil perhitungan

Tabel 4.91 Estimasi Kerugian Dampak Banjir Sungai Belawan Periode Q50 Tahun
Kecamatan Daerah Luas Jumlah Jumlah Rumah Estimasi Biaya Banjir
Genangan Genangan Rumah Terendam (unit) (Rp)
(km²) (unit)
Medan Sunggal Lalang 0.19 3042 608 Rp 12,168,000,000,-
Medan Helvetia Cinta Damai 0.11 3567 462 Rp 9,232,235,294,-
Total 0.3 6609 1102 Rp 21,400,235,294,-
Sumber hasil perhitungan
163

Dalam menganalisa estimasi kerugian yang diambil nilai kerugian 1 unit

rumah akibat banjir sekitar Rp 20 juta/unit dimasukan kedalam klasifikasi rusak berat

dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh jumlah estimasi

kerugian yang diakibatkan dampak banjir akibat luapan Sungai Belawan periode 50

tahun dapat mencapai sekitar Rp 21,400,235,294,- dijelaskan pada Tabel 4.91.

4.20.3.3 Estimasi Resiko Banjir Sungai Belawan Periode Q25 Tahun


Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah penduduk yang terkena dampak banjir

akibat luapan Sungai Belawan untuk periode 25 tahun mencapai 2751 orang dijelaskan

pada Tabel 4.92.

Tabel 4.92 Jumlah Penduduk Terkena Banjir Sungai Belawan Periode Q 25 Tahun

Luas Luas Jumlah penduduk


Daerah Jumlah terkena dampak
Kecamatan Wilayah Genangan
Genangan Penduduk (jiwa)
(km²) (km2) (Jiwa)
Medan Sunggal Lalang 0.95 0.06 18051 1140
Medan Helvetia Cinta Damai 0.85 0.08 17116 1611
Total 1.8 0.14 35167 2751
Sumber hasil perhitungan

Hasil perhitungan yang diperoleh jumlah rumah yang terkena dampak banjir

akibat luapan Sungai Belawan periode 25 tahun mencapai 528 unit dilihat pada Tabel

4.93.
164

Tabel 4.93 Jumlah Rumah Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan Periode Q25 Tahun

Daerah Luas Wilayah Luas Genangan Jumlah Jumlah Rumah


Kecamatan
Genangan (km²) (km²) Rumah (unit) Terendam (unit)
Medan Sunggal Lalang 0.95 0.06 3042 336
Medan Helvetia Cinta Damai 0.85 0.08 3567 192
Total 1.8 0.14 6609 528
Sumber hasil perhitungan

Dalam menganalisa estimasi kerugian diambil nilai kerugian 1 unit rumah

akibat banjir sekitar Rp 20 juta/unit dimasukan kedalam klasifikasi rusak berat

dijelaskan pada Tabel 4.67. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah estimasi kerugian

yang diakibatkan dampak banjir akibat luapan Sungai Belawan untuk periode 25

tahun diperkirakan mencapai sekitar Rp 10,556,879,257,- dijelaskan pada Tabel 4.94.

Tabel 4.94 Jumlah Estimasi Kerugian Banjir Sungai Belawan Periode Q25 Tahun

Jumlah
Daerah Luas Jumlah
Rumah Estimasi Biaya
Kecamatan Genangan Genangan Rumah
Terendam Banjir (Rp)
(km²) (unit)
(unit)
Medan Sunggal Lalang 0.06 3042 192 Rp 3,842,526,316,-
Medan Helvetia Cinta Damai 0.08 3567 336 Rp 6,714,352,941,-
Total 0.14 6609 528 Rp 10,556,879,257,-
Sumber hasil perhitungan

4.21 Prediksi Daerah Genangan Banjir Terhadap Infrastruktur Kota Medan

Selanjutnya dengan sistem informasi geografis dapat memprediksi infrastruktur-

infrastruktur yang terkena genangan banjir di sekitar wilayah Kota Medan. Dalam

penelitian ini akan menampilkan infrastruktur yang berkaitan dengan publik seperti:

Jalan dan fasilitas-fasilitas umum lainnya.


165

4.21.1 Prediksi Daerah Genangan Banjir DAS Deli Terhadap Infrastruktur


Jalan dan Transportasi di Kota Medan

Akibat dari genangan banjir mengakibatkan ruas jalan yang berada di sekitar

daerah genangan terendam banjir ditampilkan pada lampiran Gambar 28. Adapun

ruas jalan yang terendam banjir dijelaskan pada Tabel 4.95.

Tabel 4.95 Jalan Arteri Sekunder Terkena Dampak Banjir DAS Deli

No Jalan Arteri Sekunder


1 JL. Brigjend Katamso
2 JL. Diponegoro
3 JL. Sisingamangaraja
4 JL. Djamin Ginting
5 JL. DR Mansyur
6 JL. Patimura
7 JL. Jendral Sudirman
8 JL. Jendral Gatot Subroto
9 JL. H Adam Malik
10 JL. Kapten Maulana Lubis
11 JL. Marelan
12 JL. Pasar V Marelan
13 JL. Seluweh
Sumber hasil prediksi

Dampak banjir juga menggenangi infrastruktur transportasi seperti stasiun

dan bandara yang berada di Kota Medan ditampilkan pada lampiran Gambar 29. Ada

infrastruktur transportasi yang terkena akibat dampak dari banjir banjir dijelaskan

pada Tabel 4.96.


166

Tabel 4.96 Infrastruktur Transportasi Terkena Dampak Banjir DAS Deli

No Stasiun dan Bandara


1 Stasiun Medan
2 Stasiun Pulo Brayan
3 Stasiun Titi Papan
4 Bandara Polonia
5 Stasiun Kampung Besar
6 Stasiun Labuhan
Sumber hasil prediksi

4.21.2 Prediksi Daerah Genangan Banjir DAS Deli Terhadap Fasilitas Utama di
Kota Medan

Selain Infrastruktur jalan dan transportasi fasilitas utama terkena banjir seperti:

Universitas, Asrama Haji, kawasan perdagangan, Rumah Sakit, dan Pusat

Perbelanjaan. Fasilitas utama terkena dampak banjir dilihat pada lampiran Gambar 30

dan 31. Fasilitas utama yang terkena dampak banjir dijelaskan pada Tabel 4.97.

Tabel 4.97 Fasilitas Utama Terkena Dampak Banjir DAS Deli

No Fasilitas Utama
1 Universitas Sumatera Utara
2 Kawasan Perdagangan
3 Asrama Haji Medan
4 Rumah Sakit
5 Pusat Perbelanjaan
Sumber hasil prediksi

4.21.3 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Deli Terhadap Fasilitas Umum
di Kota Medan

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik ) Kota Medan dijelaskan pada

lampiran Tabel 1 terdapat beberapa fasilitas umum yang berada di tiap kelurahan,

fasilitas umum yang terkena dampak banjir akibat luapan Sungai Deli dapat dianalisa
167

dengan formula estimasi resiko banjir dan mengacu pada lampiran Gambar 3, 6, dan 9,

sehingga mengakibatkan hampir 338 unit fasilitas umum terkena dampak banjir

dijelaskan pada Tabel 4.98.

Tabel 4.98 Fasilitas Umum Terkena Dampak Banjir Sungai Deli

Daerah
Kecamatan Hotel Restoran SPBU Mall RS SMP SMA SD
Genangan
Medan Maimun Alur 1 8 0 0 1 0 1 2
Medan Maimun Hamdan 1 10 0 0 1 0 0 1
Medan Maimun Jati 0 3 1 0 2 0 1 3
Medan Maimun Kampung Baru 0 4 0 0 1 1 2 3
Medan Maimun Sei Mati 0 0 1 0 0 0 0 5
Medan Maimun Suka Raja 3 2 0 3 0 0 0 1
Medan Polonia Angrung 0 3 0 0 0 0 1 3
Medan Polonia Madras Hulu 2 25 0 0 0 0 2 4
Medan Polonia Suka Damai 1 2 0 0 0 0 1 1
Medan Polonia Sari Rejo 0 0 0 0 0 0 0 2
Medan Johor Pangkalan Masyhur 0 2 1 0 1 2 0 0
Medan Johor Titi Kuning 0 8 1 0 0 5 6 0
Medan Barat Glugur Kota 0 0 0 0 0 0 0 0
Medan Barat Kesawan 0 0 0 0 0 0 0 0
Medan Barat Pulau Brayan Kota 0 0 0 0 0 0 0 0
Medan Barat Silalas 0 0 0 0 0 0 0 0
Medan Timur Gaharu 1 1 1 0 1 3 2 4
Medan Timur Gang Buntu 10 5 0 0 1 2 2 1
Medan Deli Kota Bangun 0 1 0 0 0 0 0 1
Medan Deli Tanjung Mulia Hilir 0 15 0 0 0 2 2 9
Medan Kota Mesjid 0 0 0 0 2 1 1 1
Medan Kota Pasar baru 0 0 0 0 1 0 0 0
Medan Kota Teladan Barat 0 0 0 0 0 4 6 5
Medan Labuhan Besar 0 6 0 0 0 1 0 2
Medan Labuhan Martubung 0 9 1 0 0 2 1 5
Medan Marelan Rengas Pulau 0 2 0 0 1 2 2 8
168

Medan Marelan Titi Papan 0 0 0 0 0 0 0 0


Medan Marelan Tanah Enam Ratus 0 1 0 0 0 0 0 1
Medan Petisah Petisah Tengah 12 21 1 0 6 4 0 1
Medan Petisah Sekip 3 13 1 0 0 2 0 6
Total 34 141 9 4 18 32 30 70

Total Keseluruhan 338


Sumber hasil perhitungan

4.21.4 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Babura Terhadap Fasilitas


Umum di Kota Medan

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik ) Kota Medan dijelaskan pada

lampiran Tabel 2 terdapat beberapa tempat fasilitas umum yang berada di tiap

kelurahan, fasilitas umum yang terkena dampak banjir akibat luapan dari Sungai

Babura dapat dianalisa dengan formula estimasi resiko banjir dan mengacu pada

lampiran Gambar 12, 15, dan 18, sehingga mengakibatkan hampir 63 unit fasilitas

umum terkena dampak banjir, fasilitas tersebut dapat dilihat dan dijelaskan pada Tabel

4.99.

Tabel 4.99 Fasilitas Umum Terkena Dampak Banjir Sungai Babura

Daerah
Kecamatan Hotel Restoran SPBU Mall RS SMP SMA SD
Genangan
Medan Baru Beringin 0 0 0 0 1 0 1 2
Medan Baru Titi Rante 0 0 0 0 0 1 2 5
Medan Baru Padang Bulan 0 0 0 0 1 2 0 3
Medan Baru Merdeka 0 0 1 0 3 2 1 3
Medan Baru Darat 0 0 0 0 0 1 1 0
Medan Polonia Sari Rejo 0 0 0 0 1 0 0 0
Medan polonia Suka Damai 0 1 0 0 0 0 0 0
Medan Polonia Polonia 0 8 0 0 1 0 2 7
169

Medan Polonia Angrung 0 4 0 0 0 0 1 4


Medan Petisah Petisah Hulu 0 0 0 0 0 0 0 2
Medan Petisah Madras Hulu 0 2 0 0 0 0 0 0
Total 0 15 1 0 7 6 8 26
Total Keseluruhan 63
Sumber hasil perhitungan

4.21.5 Prediksi Daerah Genangan Banjir DAS Belawan Terhadap Fasilitas


Umum di Kota Medan

Selain DAS Deli banjir juga kerap terjadi dari DAS Belawan khususnya

Sungai Belawan yang alirannya hampir melintasi Kota Medan, genangan banjir

mengakibatkan sebagian infrastruktur di Kota Medan terkena dampak, dilihat pada

lampiran Gambar 32. Infrastruktur yang terkena dampak banjir dilihat Tabel 4.100.

Tabel 4.100 Infrastruktur Jalan Transportasi Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan

No Infrastruktur
1 JL. Gatot Subroto
2 Terminal Pinang Baris
3 Jalur Kereta Api
Sumber hasil prediksi

4.21.6 Prediksi Daerah Genangan Banjir Sungai Belawan Terhadap Fasilitas


Umum di Kota Medan

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Medan dijelaskan pada

lampiran Tabel 3 terdapat beberapa fasilitas umum yang berada di tiap kelurahan,

fasilitas umum yang terkena dampak banjir akibat luapan Sungai Belawan dapat

dianalisa dengan formula estimasi resiko banjir dan mengacu pada lampiran Gambar
170

21, 24, dan 27, sehingga mengakibatkan hampir 6 unit fasilitas umum terkena dampak

banjir dijelaskan pada Tabel 4.101.

Tabel 4.101 Fasilitas Umum Terkena Dampak Banjir Sungai Belawan

Kecamatan Kelurahan Restoran Hotel SPBU SD RS SMA SMP


Medan Sunggal Kel Lalang 0 0 0 0 0 0 0
Medan Helvetia Cinta Damai 1 0 0 1 0 1 0
Medan Helvetia Tanjung Dusta 1 0 0 1 0 1 1
Total 1 0 0 2 0 2 1
Total Keseluruhan 6
Sumber hasil perhitungan
171

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa pada bab sebelumnya maka didapat kesimpulan dari penelitian

ini adalah:

1. Debit banjir rancangan maksimum Sungai Deli periode Q100 tahun = 809.21

m3/det. Hasil analisa HEC-RAS menyatakan Sungai Deli dengan debit Q100

tahun = 809.21 m3/det lebih besar dari kapasitas sungai atau memiliki

potensi banjir, sehingga menimbulkan tinggi banjir mencapai 5 meter dan

dataran banjir mencapai 700 meter dari tebing sungai. Hasil analisa spasial

dengan sistem informasi geografis memberikan prediksi bahwasanya luas

genangan banjir mencapai 11.74 km2 dan mengakibatkan 30 daerah

genangan di sekitar Kota Medan. Estimasi kerugian jumlah penduduk yang

terkena dampak banjir mencapai 219658 orang dan biaya kerugian sebesar

Rp 846,750,183,208,-. Untuk debit banjir rancangan maksimum periode Q50

tahun = 741.94 m3/det. Hasil analisa HEC-RAS menyatakan Sungai Deli

dengan debit Q50 tahun = 741.94 m3/det lebih besar dari kapasitas sungai

atau memiliki potensi banjir, sehingga menimbulkan tinggi banjir

maksimum 3 meter dan dataran banjir mencapai 400 meter dari tebing

sungai. Hasil analisa spasial dengan sistem informasi geografis memberikan

prediksi bahwasanya luas genangan banjir mencapai 2.42 km2 dan

mengakibatkan 18 daerah genangan di sekitar Kota Medan. Estimasi


172

kerugian jumlah penduduk yang terkena dampak banjir sebanyak 50434

orang dan biaya kerugian sebesar Rp 262,194,839,180,-. Dan untuk debit

banjir rancangan maksimum periode Q25 tahun = 674.17 m3/det. Hasil

analisa HEC-RAS menyatakan Sungai Deli dengan debit Q25 tahun =

674.17 m3/det lebih besar dari kapasitas sungai atau memiliki potensi banjir,

sehingga menimbulkan tinggi banjir maksimum 1 meter dan dataran banjir

mencapai 200 meter dari tebing sungai. Hasil analisa spasial dengan sistem

informasi geografis memberikan prediksi bahwasanya luas genangan banjir

mencapai 1.03 km2 dan mengakibatkan 8 daerah genangan di sekitar Kota

Medan. Estimasi kerugian jumlah penduduk yang terkena dampak banjir

sebanyak 28755 orang dan biaya kerugian sebesar 156,055,718,288,-.

2. Debit banjir rancangan maksimum Sungai Babura periode Q100 tahun =

301.46 m3/det. Hasil analisa HEC-RAS menyatakan Sungai Babura dengan

debit Q100 tahun = 301.46 m3/det lebih besar dari kapasitas sungai atau

memiliki potensi banjir, sehingga menimbulkan tinggi banjir mencapai 4

meter dan dataran banjir mencapai 500 meter dari tebing sungai. Hasil

analisa spasial dengan sistem informasi geografis memberikan prediksi

bahwasanya luas genangan banjir mencapai 3.20 km2 dan mengakibatkan 14

daerah genangan di sekitar Kota Medan. Estimasi kerugian jumlah

penduduk yang terkena dampak banjir sebanyak 60711 orang dan biaya

kerugian sebesar Rp 270,150,698,007,-. Untuk debit banjir rancangan

maksimum periode Q50 tahun = 262.15 m3/det. Hasil analisa HEC-RAS

menyatakan Sungai Babura dengan debit Q50 tahun = 262.15 m3/det lebih
173

besar dari kapasitas sungai atau memiliki potensi banjir, sehingga

menimbulkan tinggi banjir mencapai 3 meter dan dataran banjir mencapai

300 meter dari tebing sungai. Hasil analisa spasial dengan sistem informasi

geografis memberikan prediksi bahwasanya luas genangan banjir mencapai

1.58 km2 dan mengakibatkan 9 daerah genangan di sekitar Kota Medan.

Estimasi kerugian jumlah penduduk yang terkena dampak banjir sebanyak

31856 orang dan biaya kerugian sebesar Rp 141,279,006,406,-. Dan untuk

debit banjir rancangan maksimum periode Q25 tahun = 221.63 m3/det. Hasil

analisa HEC-RAS menyatakan Sungai Babura dengan debit Q25 tahun =

262.15 m3/det lebih besar dari kapasitas sungai atau memiliki potensi banjir,

sehingga menimbulkan banjir dengan tinggi mencapai 2 meter dan dataran

banjir mencapai 200 meter dari tebing sungai. Hasil analisa spasial dengan

sistem informasi geografis memberikan prediksi bahwasanya luas genangan

banjir mencapai 0.68 km2 dan mengakibatkan 7 daerah genangan di sekitar

Kota Medan. Estimasi kerugian jumlah penduduk yang terkena dampak

banjir sebanyak 13287 orang dan biaya kerugian sebesar Rp

62,562,566,693,-.

3. Debit banjir rancangan maksimum Sungai Belawan periode Q100 tahun =

411.00 m3/det, Hasil analisa HEC-RAS menyatakan Sungai Belawan

dengan debit Q100 tahun = 411.00 m3/det lebih besar dari kapasitas sungai

atau memiliki potensi banjir, sehingga menimbulkan tinggi banjir mencapai

4 meter dan dataran banjir mencapai 600 meter dari tebing sungai. Hasil

analisa spasial dengan sistem informasi geografis memberikan prediksi


174

bahwasanya luas genangan banjir mencapai 0.67 km2 dan mengakibatkan 3

daerah genangan di sekitar kota Medan. Estimasi kerugian jumlah penduduk

yang terkena dampak banjir sebanyak 12625 orang dan biaya kerugian

sebesar Rp 41,940,528,190,-. Untuk debit banjir rancangan maksimum

periode Q50 tahun = 382.27 m3/det Hasil analisa HEC-RAS menyatakan

Sungai Belawan dengan debit Q50 tahun = 382.27 m3/det lebih besar dari

kapasitas sungai atau memiliki potensi banjir, sehingga menimbulkan tinggi

banjir mencapai 3 meter dan dataran banjir mencapai 300 meter dari tebing

sungai. Hasil analisa spasial dengan sistem informasi geografis memberikan

prediksi bahwasanya informasi luas genangan banjir mencapai 0.30 km2 dan

mengakibatkan 2 daerah genangan di sekitar Kota Medan. Estimasi

kerugian jumlah penduduk yang terkena dampak banjir sebanyak 3009

orang dan biaya kerugian sebesar Rp 21,400,235,294,-. Sedangakn untuk

debit banjir rancangan maksimum periode Q25 tahun = 353.30 m3/det. Hasil

analisa HEC-RAS menyatakan Sungai Belawan dengan debit Q25 tahun =

353.30 m3/det lebih besar dari kapasitas sungai atau memiliki potensi banjir,

sehingga menimbulkan banjir dengan tinggi mencapai 2 meter dan dataran

banjir mencapai 200 meter dari tebing sungai. Hasil analisa spasial dengan

sistem informasi geografis memberikan prediksi bahwasanya luas genangan

banjir mencapai 0.14 km2 dan mengakibatkan 2 daerah genangan di sekitar

Kota Medan. Estimasi kerugian jumlah penduduk yang terkena dampak

banjir sebanyak 2751 orang dan biaya kerugian sebesar Rp

10,556,879,257,-.
175

4. Hasil analisa spasial dengan sistem informasi geografis memprediksi daerah

genangan banjir untuk Sungai Deli dan Babura mengakibatkan jalan

terendam banjir sebanyak 13 ruas jalan arteri sekunder, 6 unit infrastruktur

transportasi dan 5 unit fasilitas utama. Selain itu hampir sebanyak 401 unit

fasilitas umum yang berada di sekitar wilayah Kota Medan terkena dampak

banjir. Dan hasil analisa spasial dengan sistem informasi geografis

memprediksi daerah genangan banjir untuk Sungai Belawan mengakibatkan

jalan terendam banjir sebanyak 1 ruas jalan arteri sekunder dan 2

infrastruktur transportasi. Selain itu hampir sebanyak 6 unit fasilitas umum

yang berada di sekitar wilayah Kota Medan terkena dampak banjir.

5.2 Saran

1. Untuk Sungai Deli dan Sungai Babura sudah seharusnya dilakukan

normalisasi di kedua penampang sungai tersebut terutama di bagian tengah

dan hilir sungai.

2. Bangunan-bangunan yang berada di bantaran Sungai Deli dan Sungai Babura

harus dievakuasi dan dijadikan lahan terbuka hijau ataupun daerah

konservasi.

3. Untuk di bagian hulu dari kedua sungai tersebut perlu dilakukan suatu

tindakan ataupun pengawasan yang tegas terhadap bangunan-bangunan liar

yang dapat merusak daerah resapan air.

4. Untuk Sungai Belawan perlu dilakukan juga normalisasi di penampang

sungai tersebut khususnya di bagian tengah dan hilir sungai. Dan di bagian
176

Hulu perlu dilakukan pengawasan terhadap bangunan-bangunan liar yang

dapat merusak daerah resapan air.

5. Perlu direncanakan suatu program ataupun metode yang memberikan

informasi mengenai mitigasi banjir yang bertujuan untuk mengurangi

kerugian terhadap masyarakat.

6. Penelitian mengenai potensi resiko banjir di DAS Deli dan DAS Belawan

diharapkan dapat dilakukan secara berkala dengan menggunakan data-data

yang terbaru, sehingga potensi banjir dapat dievaluasi dan mengurangi

resiko kerugian banjir bagi penduduk di Kota Medan.


177

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2004). SNI 03-2415-1991 Rev. 2004 : Tata Cara Perhitungan Debit Banjir,
Badan Standarisasi Nasional
Albrecht. 2007. Key Concepts and Technique in GIS. Los Angeles.
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Cech, T.V. 2005. Principles of Water Resources History, Development, Management,
and Policy. Second Edition. Wiley. USA.
Chow, V T. 1970. Hidrolika Saluran Terbuka (Open Channel Hydraulics). PT.Gelora
Aksara Pratama.
Departemen Pekerjaan Umum Balai Wilayah Sungai Sumatera Utara II. 2008.
Laporan Akhir Pekerjaan Inventarisasi & Review Design Sungai Deli
Tahun Anggaran 2008. PT. Deka Konsultan.
Departemen Kimpraswil. 2002. Laporan Akhir Evaluasi Pemanfaatan Ruang Kawasan
Medan Dalam Rangka Pemanduserasian Pengelolaan SWS Belawan-
Belumai. PT. Gapura Nirwana Agung.
Forman, R.T.T ang M. Gordon. 1986. Landscape ecologi. John Wiley & Sons.Inc.
Freier. 2005. Principle of Water Resources: History, Development, Management and
Policy in GIS Flooding, New Jersey.
Galati, S. R. 2006. Geographic Information Systems Demystified. Artech House,
London.
Ghani. 2000. Isu dan Amalan Dalam Reka Bentuk Sistem Pemetaan risiko Banjir
Secara Menyeluruh. National Civil Engineering Conference, AWAM
2000.
Ginting, M. 2012. Studi Potensi dan Mitigasi Banjir Kota Medan. Prosiding Seminar
Nasional-1 BMPTTSSI USU, Medan.
Gregory, I. N. and Ell P.S. (2007) Historical GIS: Techniques, methodologies and
scholarship. Cambridge University Press: Cambridge.
Hasibuan. G.M 2004. Model koordinasi kelembagaan pengelolaan banjir perkotaan
terpadu.Disertasi Perencanaan Wilayah USU.Medan.
Hardaningrum, F. 2005. Analisa Genangan Air Hujan di Kawasan Delta dengan
Menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG. Pertemuan Ilmiah Tahunan
MAPIN XIV, Surabaya.
Haryono, S. 1999. Drainase Perkotaan. PT.Mediatama Saptakarya.Jakarta.
http//www.scribd.com/doc/Bappenas 2007Laporan Penilaian kerusakan kerugian
Jabodetabek).
http://www.gdem.aster.ersdac.or.jp/outline.jsp.
178

JICA, Main Report, 1992. The Study On Belawan Padang Integrated River Basin
Development, Medan.
Kamiana, I. M. 2011. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Penerbit:
Garah Ilmu, Yogyakarta
Kirpich, T. P. 1940. Time of concentration of small agricultural watersheds. Civil
Engineering, 10(6), 362.
Kodoatie. 2005. Tata Ruang Air On Integrated Water Resource Management in
Indonesia. Penerbit Andi.
Kurniawan, A. 2012. Analisis Debit Banjir Rancangan Sungai Babura di Hilir
Kawasan Kampus USU. Bidang Studi Teknik Sumber Daya Air USU,
Medan.
Lilesand and Kiefer, 1990. Remote Sensing and Image Interpretation, New York.
Longley. 2005. Geographic Information Systems and Science, New York.
Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat,
Pematang Siantar
Lyon. 2003. Gis for Water Resources and Watershed Management. London.
Miles and Ho, 1999. Applications and Issues of GIS as Tool for Civil Engineering
Modeling. American Society of Civil Engineers, Reston,Virginia.
Notohadiprawiro, T. 1981. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Program
Penghijauan. Makalah disampaikan pada Kuliah Penataran
Pembangunan Pedesaan dan Pertanian Staf Departemen Pertanian di
Fakultas Pertanian UGM , 8 Januari 1981. Yogyakarta
Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat
Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.
Priyono, C. N. S. dan E. Savitri. 2001. Tinjauan Umum Strategi Konsevasi Tanah
dalam Pengelolaan DAS. Alami. Jurnal Air, Lahan, Lingkungan dan
Mitigasi Bencana. Vol. 8 No.1 . Jakarta. p. 1 – 5.
Sandy. 1985. Morfologi Daerah Aliran Sungai. Guru Besar Jurusan Geografi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Sjarief. 2005. Konsep Pengelolaan Sumber Daya Air. Penerbit Andi. Jakarta.
Sinukaban, N. 2007. Peranan Konservasi Tanah dan Air dalam Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai. Ketua Umum Pengurus Pusat MKTI Periode 2004 – 2007
Jurusan Ilmu Tanah, Institut Pertanian Bogor.
Strahler. 1975. Modern Physical Geography, New York : John Willey & Sons.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Penerbit Andi,
Yogyakarta
Trihono, K. 2007. Penerapan Sistem Informasi Geografis dalam untuk Mereduksi
Kerugian Akibat Banjir. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi
(SNATI),Yogyakarta.
179

Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air. Departemen Pekerjaan
Umum. Jakarta

U.S Army Corps of Engineers – Hydrologic Engineering Center (HEC). 2001. Hydraulic
Reference Manual HEC-RAS 3.1.3. California: U.S. Army Corps of
Engineers.
Waskito, T. N. 2000. Evaluasi Pengendalian Banjir Sungai Cibeet Kabupaten Bekasi.
Program Pasca Sarjana Magister Pengelolaan Sumber Daya Air ITB,
Bandung.
Waryono, T. 2001.Fenomena banjir di wilayah perkotaan (Studi kasus banjir DKI
Jakarta 2002).Staf Pengajar Jurusan Geografi MIPA UI, Jakarta.
Wright, N.T. and J. Yoon, Ed., 2007, Application of GIS Technologies in Port Facilities
and Operations Management, , American Society of Civil Engineers,
Reston, Virginia.
180

LAMPIRAN
181

Gambar 1 Gambar 2
182

Gambar 3 Gambar 4
183

Gambar 5 Gambar 6
184

Gambar 7 Gambar 8
185

Gambar 9 Gambar 10
186

Gambar 11
Gambar 12
187

Gambar 13 Gambar 14
188

Gambar 15 Gambar 16
189

Gambar 17 Gambar 18
190

Gambar 19 Gambar 20
191

Gambar 21 Gambar 22
192

Gambar 23 Gambar 24
193

Gambar 26
Gambar 25
194

Gambar 27 Gambar 28
195

Gambar 29 Gambar 30
196

Gambar 31 Gambar 32
197

Gambar 33 Gambar 34
198

Tabel 1: Jumlah Beberapa Fasilitas Umum Tiap Kelurahan Di Sekitar Sungai Deli

Sumber BPS Kota Medan


199

Tabel 2: Jumlah Beberapa Fasilitas Umum Tiap Kelurahan Di Sekitar Sungai Babura

Sumber BPS Kota Medan


200

Tabel 3: Jumlah Beberapa Fasilitas Umum Tiap Kelurahan Di Sekitar Sungai Belawan

Sumber BPS Kota Medan

Anda mungkin juga menyukai