Anda di halaman 1dari 5

1.

Yang memotifasi saya untuk menjadi Guru Penggerak adalah saya ingin mengembangkan
kemampuan saya sebagai guru; baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi
pembelajaran. Untuk mewujudkan motifasi tersebut, maka saya akan terus
mengembangkan kemampuan saya sebagai guru dengan selalu belajar dari berbagai
sumber baik dari teman sejawat, dari buku, maupun belajar dari sumber-sumber lain yang
dapat menunjang saya dalam mewujudkan motifasi saya untuk menjadi Guru Penggerak
yang dapat memberikan perubahan baik dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Kelebihan yang mendukung peran saya sebagai Guru Penggerak adalah motifasi dan
semangat saya disertai dukungan dari teman sejawat serta adanya sarana teknologi
modern dalam percepatan transformasi digital pendidikan. Saya selalu belajar
meningkatkan penguasaan saya di bidang IT (informasi Teknologi) karena perkembangan
iptek yang sangat pesat di era transformasi digital seperti sekarang ini menuntut semua
guru khususnya saya untuk menguasai iptek dan pemanfaatan IT (informasi Teknologi)
dalam proses pembelajaran. Hal paling sederhana dalam pemanfaatan IT (informasi
Teknologi) adalah penggunaan Handphone (HP) untuk sarana pembelajaran daring di
masa Pandemi Covid-19. Saya selalu belajar mengikuti perkembangan zaman, utamanya
di era transformasi digital seperti sekarang ini, mau tidak mau guru harus bisa menguasai
IT (informasi Teknologi) dan jangan sampai gaptek (gagap teknologi). Sarana
pembelajaran yang paling mudah dan terjangkau untuk melaksanakan pembelajaran daring
adalah Handphone (HP). Untuk itu saya selalu memberikan pengertian kepada semua
siswa dan orangtua/wali murid akan pentingnya sarana teknologi untuk berkomunikasi di
pembelajaran dengan sistem daring, yaitu Handphone (HP).
Contoh perubahan ataupun pemberdayaan yang memberikan dampak nyata berdasarkan
inisiatif saya adalah memberbadayakan semua teman sejawat dalam satu sekolah untuk
belajar mengoperasikan komputer/laptop sehingga semua tidak gagap teknologi (gaptek).
Semua saya awali mulai tahun 2014 sampai sekarang sehingga semua teman sejawat
dalam satu sekolah tidak ada yang gaptek lagi. Awal dari inisiatif saya bermula ketika
dalam satu sekolah saya yang bisa mengoperasikan komputer hanya saya sendiri, dari
situlah timbul inisiatif saya untuk meberikan motifasi kepada rekan sejawat saya agar mau
belajar mengoperasikan komputer/laptop karena di era transformasi digital diperlukan
kemampuan menguasai IT (Informasi Teknologi) dan salah satunya harus bisa
mengoperasikan komputer/laptop. Pada saat itu (awal tahun 2014) inisiatif saya untuk
mengajari semua rekan sejawat mengoperasikan komputer/laptop didukung penuh oleh
atasan langsung saya yaitu Kepala Sekolah dan pada saat itu pula rekan sejawat
semuanya antusias serta semangat untuk belajar mengoperasikan komputer/laptop. Bak
gayung bersambut, dari situ saya mengajari rekan sejawat saya untuk memberikan dasar-
dasar mengoperasikan komputer/laptop. Untuk pengembangannya rekan sejawat ada yang
ikut kursus dan pelatihan komputer sehingga semua rekan sejawat dalam satu sekolahan
sekarang sudah bisa semua mengoperasikan komputer/laptop dengan baik. Inisiatif saya
untuk melakukan perubahan tersebut niscaya tidak akan terwujud tanpa adanya peran dari
atasan langsung saya, yaitu Kepala Sekolah dan juga rekan-rekan sejawat yang sangat
antusias dan semangat untuk belajar mengoperasikan komputer/laptop.
2. Ketika masa Pandemi Covid-19 ini, maka pembelajaran diwajibkan dengan metode daring
dan menggunakan Handphone (HP) sebagai sarana utama pembelajaran sedangkan tidak
semua siswa dan orangtua/wali murid memiliki HP android. Untuk itu saya berkomunikasi
dengan siswa dan orangtua/wali murid untuk mencari solusi agar pembelajaran tetap
bejalan dengan baik dan mengakomodir siswa dan orangtua/wali murid yang memiliki HP
maupun yang tidak memiliki HP. Saya meminta komite sekolah dan Pemeritah Desa
Sewurejo untuk memfasilitasi komunikasi saya dengan orangtua/wali murid agar mendapat
solusi yang terbaik.

Kesulitan yang saya hadapi saat bekerja sama dengan orangtua/wali murid adalah tidak
semua orangtua/wali murid memiliki HP android. Sebagian besar siswa dan orangtua/wali
murid menolak pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19. Tapi karena aturan yang
mewajibkan semua satuan pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran daring; maka
mau tidak mau guru, siswa dan orangtua/wali murid harus beradaptasi dengan sistem
pembelajaran daring. meskipun banyak tantangan dan penolakan terutama dari
orangtua/wali murid tapi tetap harus melaksanakan aturan yang telah ditetapkan
pemerintah. Untuk itu saya mengombinasikan pembelajaran daring dan luring agar
komunikasi antara saya dan siswa serta orangtua/wali murid dapat selalu terjalin dengan
baik tanpa ada kendala. Dalam melaksanakan pembelajaran daring, saya selalu
memberikan pembelajaran yang variatif agar siswa tidak bosan dan tetap semangat
belajar. Sedangkan dalam pembelajaran luring, saya menerapkan potokol kesehatan ketat
5M dengan sistem guru keliling (guling) agar pembelajaran tetap berjalan dengan baik.

Banyak sekali upaya yang saya lakukan untuk mendapatkan komitmen dari berbagai pihak
untuk bekerja sama, diantaranya adalah:
1. Bekerja sama dengan komite sekolah agar selalu menjembatani pihak sekolah dengan
orangtua/wali murid sehingga komunikasi antara pihak sekolah dengan orangtua/wali murid
dapat senantiasa terjalin dengan baik;
2. Bekerja sama dengan rekan sejawat untuk mengembangkan pembelajaran yang kreatif,
inovatif, dan variatif berdasarkan kurikulum darurat di masa pandemi Covid-19 dan
dituangkan dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi yang sesuai dengan
kurikulum;
3. Bekerja sama dengan Kepala Sekolah sebagai atasan langsung dalam
mengoordinasikan aturan maupun pelaksanaan pembelajaran sehingga pembelajaran
dapat dilaksanakan dengan baik tanpa menyalahi aturan yang berlaku;
4. Bekerja Sama dengan Pemerintah Desa agar memberikan sosialisasi kepada
masyarakat tentang keharusan pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 untuk
mengurangi resiko penularan Covid-19;
5. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat agar ikut berpartisipasi tentang pentingnya
protokol kesehatan 5M (Mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, Memakai masker,
Menjaga Jarak, Menghindari kerumunan, dan Mengurangi mobilitas di luar rumah)
sehingga mengoptimalkan pembelajaran daring sebagai sistem pembelajaran yang aman;
6. Bekerja sama dengan pemuka agama agar memberikan pencerahan kepada
masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan sehingga harus mengoptimalkan
pembelajaran daring bagi anak sekolah sebagai sistem pembelajaran di masa pandemi
Covid-19 ini; dan
7. Bekerja sama dengan orangtua/wali murid melalui pembelajaran daring sehingga
pelayanan pendidikan bagi siswa dapat terus berjalan dengan inovasi-inovasi dan variasi
baru yang membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna.

3. Pada masa Pandemi Covid-19 (pertengahan bulan Maret 2020 sampai dengan sekarang),
maka pembelajaran diwajibkan dengan metode daring dan menggunakan Handphone (HP)
sebagai sarana utama pembelajaran sedangkan tidak semua siswa dan orangtua/wali
murid memiliki HP android. Untuk itu saya berkomunikasi dengan siswa dan orangtua/wali
murid untuk mencari solusi agar pembelajaran tetap bejalan dengan baik dan
mengakomodir siswa dan orangtua/wali murid yang memiliki HP maupun yang tidak
memiliki HP. Saya meminta komite sekolah dan Pemeritah Desa Sewurejo untuk
memfasilitasi komunikasi saya dengan orangtua/wali murid agar mendapat solusi yang
terbaik.

Upaya-upaya yang saya lakukan dalam menghadapi situasi sulit di masa pandemi Covid-
19 ini adalah bekerjasama dengan berbagai pihak agar pembelajaran kepada siswa tetap
dapat berjalan dengan baik meskipun pembelajarannya dengan sistem daring. Dalam
setiap kesulitan pasti ada kemudahan meskipun masa pandemi Covid-19 ini adalah masa-
masa sulit namun pasti ada hikmah dibalik semua itu. Untuk itu kita dituntut bagaimana
cara kita mengambil hikmah dari kesulitan ini. Peluang yang dapat kita ambil dari
pembelajaran daring ini adalah memberikan pemahaman kepada siswa, orangtua/wali
murid dan kepada masyarakat luas akan pentingnya penguasaan IT (Informasi Teknologi)
di era transformasi digital seperti sekarang ini. Barang siapa mampu menguasai IT
(Informasi Teknologi) dengan baik, maka tidak akan mengalami kesulitan dengan sitem
pembelajaran daring. Kesempatan inilah yang harus dimanfaatkan guru untuk memberikan
pemahaman kepada siswa, orangtua/wali murid akan pentingnya penguasaan IT
(Informasi Teknologi) dalam pendidikan.

Pertimbangan-pertimbangan atau alternatif yang saya hadirkan dalam membuat keputusan


diantaranya adalah selalu berkoordinasi dengan Kepala Sekolah selaku atasan langsung
dan juga rekan sejawat serta pertimbangan dari komite sekolah dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan. Dengan selalu berkoordinasi dengan berbagai pihak, diharapkan setiap
keputusan yang saya ambil tidak menyalahi aturan dan dapat mengakomodir semua
kepentingan tanpa mengorbankan pelayanan pendidikan kepada siswa. Kalau
berdasarkan aturan kita laksanakan kaku di lapangan, maka akan terjadi benturan-
benturan yang mengakibatkan proses pembelajaran akan terhambat. Untuk itu setiap
keputusan yang saya ambil harus mempertimbangkan semua keentingan dan dicarikan
jalan tengah yang terbaik. Informasi yang saya gunakan dalam memgambil keputusan
bukanlah informasi sepihak namun informasi dari berbagai pihak sehingga dengan
pertimbangan-pertimbangan yang matang akan ditemukan jalan tengah agar keputusan
yang saya ambil bisa mengakomodir berbagai kepentingan. Pertimbangan yang paling
penting dalam membuat sebuah keputusan adalah bagaimana pembelajaran daring di
masa Pandemi Covid-19 ini tidak mengurangi kualitas pembelajaran namun membuat
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
Dari berbagai pertimbangan yang saya komunikasikan dengan berbagai pihak, maka saya
memutuskan untuk melaksanakan pembelajaran tidak hanya sekedar pembelajaran daring,
namun saya juga melaksanakan pembelajaran dengan luring yaitu dengan sistem guru
keliling (guling). Sistem guru keliling adalah cara dimana guru melakukan pembelajaran
kunjung rumah siswa sehingga tidak berpotensi menimbulkan kerumunan. Sistem guru
keliling tersebut hanya diperuntukkan bagi siswa yang benar-benar tidak dapat mengakses
pembelajaran dengan sistem daring. Dari kombinasi sistem daring dan luring tersebut
diharapkan dapat mengakomodir berbagai latar belakang siswa sehingga layanan pendikan
kepada siswa tetap berjalan dengan baik.

4. Pengalaman saya saat saya mulai menjadi guru pada tahun 2004 sampai sekarang adalah
ketika mendapat masukan ataupun umpan balik terkait kemampuan saya, maka saya akan
mendengarkan semua masukan dan umpan balik yang diberikan kepada saya kemudian
akan saya manfaatkan masukan dan umpan balik itu untuk memotifasi diri saya agar
menjadi lebih baik lagi. Sebagai seorang guru, jangan sampai kita anti kritik karena semua
masukan dan umpan balik yang diberikan kepada kita adalah semangat dan motifasi kita
untuk terus belajar hal-hal baru yang baik. Sebagai contoh saat saya mengajar kelas 4, ada
orangtua siswa yang memberikan masukan kepada saya untuk memberikan pembelajaran
yang bervariasi tidak monoton. Saya dengarkan masukan tersebut dan saya berusaha
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran sehingga lebih bervariasi dan menyenangkan
dengan tetap memperhatikan capaian kompetensi yang dicapai oleh siswa.
Sebagai seorang guru, jangan sampai kita anti kritik karena semua masukan dan umpan
balik yang diberikan kepada kita adalah semangat dan motifasi kita untuk terus belajar hal-
hal baru yang baik. Setiap saya mendapat masukan dan umpan balik baik dari siswa,
orangtua/wali murid; maka saya akan dengarkan masukan tersebut dan saya berusaha
untuk menyikapi masukan da umpan balik tersebut dengan bijak. Saya akan manfaatkan
masukan dan umpan balik tersebut guna memperbaiki kualitas pembelajaran sehingga
lebih bervariasi dan menyenangkan serta menjadika pembelajaran lebih bermakna kepada
siswa dengan tetap memperhatikan latar belakang semua siswa dan capaian kompetensi
yang akan dicapai oleh siswa. Masukan dan umpan balik adalah suatu hal yang sangat
bagus sekali untuk pengembangan diri guru. Tanpa adanya masukan dan umpan balik,
maka guru akan merasa puas dengan kinerjanya padahal kinerja harus tetap ditingkatkan
agar kualitas pembelajaran juga meningkat sehingga tujuan pendidikan nasional dapat
terwujud.

Selain memanfaatkan masukan dan umpan balik dalam proses pengembangan diri saya,
ada hal berbeda yang saya lakukan untuk mendukung proses pengembangan diri saya
diantaranya adalah dengan melakukan inovasi pembelajaran. Untuk menunjang
pengembangan diri saya dalam melakukan inovasi pembelajaran tersebut, saya mencari
banyak referensi dari buku, dari internet dan melalui pelatihan-pelatihan ataupun webinar
yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan maupun kementerian pendidikan dan ada
juga yang melalui komunitas teman sejawat seluruh Indonesia melalui diskusi
menggunakan media telegram, whatsapp, dan media sosial lainnya yang berhiubungan
dengan pendidikan. Sebetulnya mengikuti pelatihan-pelatihan ataupun webinar tersebut
sangat membuat tidak nyaman karena menyita waktu yang seharusnya untuk istirahat tapi
demi untuk proses pengembangan diri saya, maka semua itu akan saya lakukan agar diri
saya dapat melakukan inovasi pembelajaran sehingga pembelajaran yang saya berikan
kepada siswa akan lebih bervariasi dan tidak membosankan sehingga pembelajaran akan
lebih bermakna apalagi di zaman sulit seperti sekarang ini dengan adanya pandemi Covid-
19 yang mengharuskan pembelajaran daring dan meniadakan pembelajaran tatap muka.

Aplikasi hasil proses pembelajaran yang telah saya sebutkan memanglah sulit dan banyak
terkendala dengan sarana prasarana yang belum memadai dan SDM (Sumber Daya
Manusia) dari siswa, orangtua/wali murid yang masih kurang dalam proses pelaksanaan
pembelajaran daring sehingga menuntut saya untuk bekerja lebih keras lagi dalam
mengembangkan diri dan mencari inovasi-inovasi pembelajaran yang sesuai dengan masa
pandemi Covid-19 ini namun tetap mengedepankan protokol kesehatan 5M (Mencuci
tangan dengan sabun di air mengalir, Memakai masker, Menjaga Jarak, Menghindari
kerumunan, dan Mengurangi mobilitas di luar rumah) tanpa harus mengurangi makna dari
pembelajaran yang bertujuan untuk pencapaian kompetensi siswa dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

5. Pengalaman saya melakukan pengembangan terhadap orang lain salah satunya adalah
kepada teman sejawat saya khususnya yang satu sekolahan. Yang memotifasi saya
memberdayakan semua teman sejawat dalam satu sekolahan untuk bisa menguasai IT
agar pada saat mengerjakan administrasi kelas, BOS, Aset, DAPODIK tidak bergantung
pada satu orang. Pada suatu ketika, jika ada yang berhalangan tidak bisa masuk dinas
ataupun cuti maka semua bisa mengerjakan administrasi tanpa bergantung pada satu
orang saja.
Hal yang menjadi fokus pengembangan adalah bagaimana supaya semua rekan sejawat
dalam satu sekolahan saya bisa mengoperasikan komputer/laptop dan menguasai IT agar
rekan sejawat saya tidak gaptek. Hal tersebut memanglah tidak mudah dan bukan tanpa
kendala, namun saya tetap berusaha bagaimanapun caranya supaya rekan-rekan sejawat
saya dalam satu sekolah bisa mencapai hasil pengembangan sesuai yang diharapkan.
Cara saya membangun kesepakatan dengan rekan-rekan sejawat guna mencapai hasil
pengembangan yang diharapkan adalah minimal semua rekan sejawat sudah memiliki
netbook/laptop pribadi karena dengan memiliki dan rajin membuka netbook/laptop tersebut
maka secara otomatis mereka sudah belajar dasar-dasar mengoperasikan netbook/laptop.
Setelah semua rekan sejawat sudah memiliki netbook/laptop pribadi, langkah selanjutnya
adalah membawa netbook/laptop tersebut setiap ke tempat kerja dan disitulah saya akan
mengajarkan dasar-dasar lanjutan mengoperasikan netbook/laptop. Selanjutnya setelah
semua rekan sejawat bisa menguasai dasar-dasar mengoperasikan netbook/laptop maka
pengembangan selanjutnya ada pada pribadi masing-masing hingga sekarang semua
rekan sejawat telah bisa menguasai dan mengoperasikan komputer/netbook/laptop.
Dukungan yang saya berikan kepada semua rekan sejawat saya adalah berupa dukungan
moral dengan memberi motifasi dan semangat agar mereka tetap termotifasi dan
bersemangat untuk bisa menguasai IT (Informasi Teknologi) khususnya dalam
mengoperasikan komputer/netbook/laptop. Hambatan-hambatan yang saya temui ketika
mengajari semua rekan sejawat di satu sekolahan dalam mengajari dasar-dasar
mengoperasikan komputer/netbook/laptop adalah ketika awal belajar, mereka memegang
mouse saja ada yang takut kesetrum. Memang terdengar lucu tapi memang begitulah
kenyatannya. Saya sempat juga mengalami masa dimana saya merasa tidak sanggup lagi
mengajari mereka untuk mengoperasikan komputer/netbook/laptop, namun berjalan
seiringnya waktu akhirnya saya kembali bersemangat dan semakin termotifasi untuk
mengajarkan dasar-dasar mengoperasikan komputer/netbook/laptop kepada rekan-rekan
sejawat saya. Upaya-upaya yang saya lakukan salah satunya adalah dengan berkunjung
door to door ke rumah rekan-rekan sejawat saya untuk memastikan bahwa dasar-dasar
apa yang saya ajarkan dalam mengoperasikan komputer/netbook/laptop diimplementasikan
di rumah.
Setelah berjalan sekira tiga tahun mulai dari tahun 2014 sampai tahun 2017, sebagian
besar rekan sejawat saya dalam satu sekolahan telah bisa menguasai dasar-dasar
mengoperasikan komputer/netbook/laptop. Bahkan ada beberapa orang yang sudah mahir
mengoperasikan komputer/netbook/laptop. Meskipun demikian masih ada juga sebagian
kecil yang belum begitu mahir mengoperasikan komputer/netbook/laptop. Dari pengalaman
tersebut, saya tetap memberi motifasi dan semangat kepada rekan-rekan yang belum
mahir mengoperasikan komputer/netbook/laptop agar segera belajar lebih keras lagi
supaya bisa mahir mengoperasikan komputer/netbook/laptop. Semua itu sangat dibutuhkan
sekali karena era sekarang adalah era transformasi digital yang menuntut guru untuk bisa
menguasai IT (Informasi Teknologi) khususnya dalam mengoperasikan
komputer/netbook/laptop agar tidak gaptek (gagap teknologi).

Anda mungkin juga menyukai