Anda di halaman 1dari 1

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah sempat menerbitkan Surat Edaran (SE)

Menaker Nomor M/3/HK.04/III/2020 tentang Pelindungan Pekerja/Buruh dan Kelangsungan


Usaha Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19.
Salah satu poinnya mengatur bahwa bagi perusahaan yang melakukan pembatasan kegiatan
usaha akibat kebijakan pemerintah di daerah masing-masing guna pencegahan dan
penanggulangan COVID-19 sehingga menyebabkan sebagian atau seluruh pekerja/buruhnya
tidak masuk kerja, dengan mempertimbangkan kelangsungan usaha maka perubahan besaran
dan cara pembayaran upah pekerja/buruh dilakukan SESUAI DENGAN KESEPAKATAN
ANTARA PENGUSAHA DENGAN PEKERJA/BURUH. Soal cuti tak dibayar atau
dirumahkan tanpa pembayaran gaji oleh pekerja HARUS ADA PERSETUJUAN DARI
BURUH, pengusaha tak bisa melakukan secara sepihak.
Didalam UU No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, sebagai prinsip dasarnya adalah no work,
no pay. Pada pasal 93 ayat satu berbunyi "Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak
melakukan pekerjaan". NAMUN, PASAL 2 MENEGASKAN BAHWA ITU TIDAK
BERLAKU, dan pengusaha wajib membayar upah apabila:
a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga
tidak dapat melakukan pekerjaan;
c. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah, menikahkan,
mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istri melahirkan dan keguguran kandungan, suami
atau istri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggora keluarga dalam satu
rumah meninggal dunia; d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang
menjalankan kewajiban terhadap agamanya;
d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang
diperintahkan agamanya;
e. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak
mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat
dihindari pengusaha;
f. pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat;
g. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas persetujuan pengusaha;
dan
h. pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

Namun, bagi serikat pekerja, apabila pengusaha menerapkan merumahkan karyawan tanpa
digaji sama sekali atau cuti tak dibayar, sudah termasuk pelanggaran. Ketua Departemen
Komunikasi dan Media Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Kahar Cahyono juga
berpedoman pada pasal yang sama di UU Ketenagakerjaan.

yaitu pada Pasal 93 Ayat (2) hurup f UU No 13 Tahun 2003. Intinya, pengusaha wajib tetap
membayar upah pekerja/buruh yang bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi
pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang
seharusnya dapat dihindari pengusaha,"

Anda mungkin juga menyukai