Anda di halaman 1dari 6

1.

Pengertian Paradigma Baru Pembelajaran PKN di SD Abad 21


Paradigma PKn adalah model atau kerangka berpikir dalam proses pendidikan
kewarganegaraan (PKn) di Indonesia. Pkn paradigma baru mensyaratkan materi
pembelajaran yang memuat komponen-komponen pengetahuan, keterampilan, dan
disposisi kepribadian warga negara yang fungsional. Tidak hanya dalam tataran
kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara, tetapi juga dalam masyarakat global.
Dinamika perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditandai oleh
semakin terbukanya dan ketatnya persaingan antarbangsa, maka Indonesia mulai
memasuki era reformasi diberbagai bidang menuju kehidupan masyarakat yang lebih
demokratis. Pada masa transisi atau proses perjalanan bangsa menuju masyarakat
madani (civil society), PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang perlu menyesuaikan
diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Proses pembangunan karakter
bangsa (nation character building) yang sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia telah
mendapat prioritas, saat ini perludilakukan revitalisasi menyesuaikan dengan amanah
konstitusi NKRI. Proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarah pada
penciptaan suatu masyarakat Indonesia yang menempatkan demokrasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai titik pusatnya/sentral. Dalam proses
tersebut pembangunan karakter bangsa kembali dirasakan sebagai kebutuhan yang
sangat mendesak dan perlu paradigma atau pola pikir yang baru
paradigma pendidikan demokrasi melalui PKn perlu dikembangkan dengan
memperhatikan sifat multidimensional. Sifat multidimensional ini terletak pada: 1)
Pandangan yang pluralistik-uniter, 2) sikap dalam menempatkan individu, negara, dan
masyarakat global secara harmonis, 3) tujuan yang mengarah pada semua dimensi
kecerdasan, dan 4) konteks (setting) yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang
terbuka, fleksibel atau luwes, dan bervariasi merujuk kepada dimensi tujuannya
(Winataputra, 2008). Selain itu, lingkungan sekolah juga dapat dikembangkan
sedemikian rupa menjadi lab demokrasi atau democratic laboratory. Sekolah
diperlakukan sebagai lingkungan kehidupan demokratis yang bersifat mikro atau disebut
micro cosmos of democracy. Sedangkan, lingkungan masyarakat umum dapat
diperlakukan sebagai kelas global yang terbuka atau open global classroom.
Dengan demikian, diharapkan konsep “learning democracy, in democracy, and for
democracy” dengan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana kurikuler utama
dapat diwujudkan. Dimana dimaksudkan agar siswa dapat belajar demokrasi dan proses
demokratisasi dalam situasi yang demokratis, dengan tujuan untuk melatih diri menjadi
warga negara yang demokratis, sehingga akan membangun kehidupan yang demokratis

2.Fungsi, tugas dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) paradigma baru abad 21 di SD
menurut Darmadi fungsi pkn paradigma abad 21 (2010) ialah:
1. Membina, mengembangkan, dan melestarikan konsep nilai moral serta norma Pancasila
secara dinamik dan bertanggung jawab.
2.Membina dan mengembangkan jati diri manusia Indonesia seutuhnya, khususnya guru PKn
Profesional yang berkepribadian Pancasila dan melek politik (political literate) serta mampu
menjadi insan teladandan narasumber dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3. Memuat acuan pokok pola pembinaan dan pengembangan program dan pengajaran
pendidikan Pancasila, kewarganegaraan, ketatanegaraan, dan hukum persekolahan, disamping
acuan pokok formal lainnya.
4.Membina perbekalan pengetahuan dan keterampilan okupasional selaku guru PKn dan tata
negara RI pada persekolahan.
Selain itu, Winataputra (2008) juga menyampaikan bahwa pembelajaran PKn berfungsi
sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga negara Indonesia yang demokratis
dan bertanggung jawab. PKn berperan besar dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik dengan memberikan keteladanan dan membangun motivasi, serta
pengembangan kreativitas peserta didik, sehingga pada proses pembelajaran PKn sekolah perlu
dikembangkan pusat pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan dalam membangun
kehidupan yang demokratis

Tugas Pkn dengan Paradigma Baru Pembelajaran Pkn di SD


Pendidikan kewarganegaraan memiliki tugas dalam mempersiapkan para peserta didik
menjadi warga negara baik dan cerdas (be good and smart citizen), yakni warga negara yang
menguasai pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), mengartikulasikan
keterampilan/kecakapan kewarganegaraan (civic skills), dan memiliki karakter
kewarganegaraan (civic dispositions). Bagi bangsa Indonesia ukuran warga negara yang baik
sangat dipengaruhi oleh ideologi nasional yaitu Pancasila, dimana Pancasila memiliki fungsi
sebagai acuan/landasan/dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.(Ulfah, 2018)
Arah pengembangan PKn di Indonesia harus berlandaskan ideologi Pancasila, landasan
konstitusional UUD NRI Tahun 1945, dan landasan operasional UndangUndang No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan merupakan salah satu bentuk dari domain kurikuler pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan. Sesuai dengan namanya, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang terdapat pada tingkatan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah.
Secara ontologis, mata pelajaran PKn berawal dari nilai-nilai Pancasila dan konsepsi
kewarganegaraan. Secara epistemologis, mata pelajaran PKn merupakan program
pengembangan individu, dan secara aksiologis mata pelajaran ini bertujuan untuk
pendewasaan peserta didik sebagai anggota masyarakat, warga negara, dan komponen bangsa
Indonesia.
Pembelajaran PKn di sekolah merupakan pengembangan dan peningkatan kualitas warga
negara secara utuh, dalam berbagai aspek yaitu:
a. civic literacy atau kesadaran sebagai warga negara, yakni pengetahuan dan pemahaman
peserta didik tentang hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan demokrasi
konstitusional Indonesia.
b.civic engagement atau komunikasi sosial kultural kewarganegaraan , yakni kemauan dan
kemampuan peserta didik untuk melibatkan diri dalam komunikasi sosial-kultural sesuai dengan
hak dan kewajibannya
c. civic skill and participation atau kemampuan berpartisipasi, yakni kemauan, kemampuan, dan
keterampilan peserta didik sebagai warga negara dalam mengambil prakarsa dan turut serta
dalam pemecahan masalah sosial-kultur kewarganegaraan di lingkungannya.
d.civic knowledge atau penalaran kewarganegaraan, yakni kemampuan peserta untuk berpikir
secara kritis dan bertanggungjawab tentang ide, instrumentasi, dan praksis demokrasi
konstitusional Indonesia.
e. civic participation and civic responsibility atau partisipasi kewarganegaraan secara
bertanggung jawab, yakni kesadaran dan kesiapan peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan
penuh tanggung jawab dalam berkehidupan demokrasi konstitusional. (Dokumen SKGK,
Depdiknas, 2004)

Tugas pokok Pkn dengan paradigma barunya ialah untuk mengembangkan pendidikan
demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yaitu:
a. Mengembangkan Kecerdasan Warga Negara (Civic Intelligence)
Kecerdasan warga negara yang akan dikembangkan untuk membentuk warga negara yang
baik, bukan hanya dalam dimensi/kecerdasan rasional saja, melainkan juga dimensi lain seperti
dimensi spiritual, emosional, dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan
multidimensional. Warga negara yang cerdas tidak saja akan mampu mempertahankan
kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia, tetapi warga negara yang cerdas akan dapat
mengangkat derajat dan martabat bangsa serta menjadikan bangsa ini memiliki nilai kompetitif
yang tinggi dalam melakukan hubungan dengan negara lain. Oleh karena itu, pendidikan
kewarganegaraan yang diberikan di sekolah diharapkan akan dapat melahirkanwarga negara
yang cerdas juga baik.
Masrukhi berpendapat bahwa Civic Intellegence merupakan kemampuan seseorang untuk
memainkan peran dirinya secara proaktif sebagai warga negara dan warga masyarakat dalam
tata kehidupan yang kompleks dengan berbasiskan identititas normatif bangsa. Seseorang yang
memiliki kecerdasan kewarganegaraan akan menunjukkan performance sebagai warga negara
yang peduli terhadap kondisi sosial, jujur dalam mensikapi berbagai fenomena yang ada, kritis
terhadap kondisi yang ada, serta tangguh dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan
yang dialaminya. Jika kecerdasan kewarganegaraan ini tumbuh subur dalam diri seseorang,
maka akan menjadilah dia sosok warga negara yang baik (good citizenship). Dengan demikian
kunci dari pembentukan warga negara yang baik adalah Civic Intellegence.(Masrukhi, 2018)
Adapun kecerdasan jamak yang harus dimiliki warga negara Indonesia meliputi:
1) Kecerdasan Intelektual (IQ)
Kecerdasan intelektual (IQ) adalah bentuk kemampuan individu untuk berpikir, mengolah,
dan menguasai lingkungannya secara maksimal serta bertindak secara maksimal serta bertindak
secara terarah. Kecerdasan ini digunakan untuk memecahkan masalah logika maupun strategis.
Pada kehidupan masyarakat sering ditampilkan dengan cara berpikir yang rasional melalui
penalaran, namun tidak mengindahkan atau mengabaikan nilainilai moral, nilai-nilai agama, dan
nilai-nilai kemanusiaan. Hanya memiliki kecerdasan intelektual saja tanpa disokong dengan
kecerdasan yang lain, manusia manganggap rasio atau akal sebagai sumber utama dan satu-
satunya sumber kebenaran.
2) Kecerdasan Emosional (EQ)
Kecerdasan emosional (EQ) seseorang diaplikasikan dalam bentuk sikap dan perbuatan
menghargai dan menghormati kepentingan orang lain. Dengan sikap seperti itu dapat
membimbing dan mengarahkan seseorang menjadi orang yang peka dan peduli sesama.
Sehingga menjadikan manusia bersikap toleran dan menghargai segala perbedaan yang ada.
Sikap yang mencerminkan kecerdasan emosional itu dapat memperkuat persatuan dan
kesatuan. Kecerdasan emosional yang dimiliki seseorang secara perlahan akan dapat
mencairkan potensi konflik yang ada.
3) Kecerdasan Spiritual (SQ)

Kecerdasan Spiritual (SQ) berkaitan dengan internalisasi, pemahaman, serta pengamalan


nilainilai spiritual dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Orang yang
memiliki kecerdasan spiritual maka sikap dan perbuatannya selalu mencerminkan nilai-nilai
agama yang dianut memiliki kebenaran mutlak. Dalam pikiran setiap manusia bersemayam
suatu titik yang disebut titik hati nurani atau kata hati atau Insan Qolbu. Titik ini menjadi pilar
dari kecerdasan spiritual. Adapula yang menyebutnya dengan kecerdasan hati. Kecedasan
spiritual atau kecerdasan hati dapat diasah atau dilatih. Kecerdasan hati bisa menjadi cerdas
dengan cara membiasakan dalam setiap menangkap, memahami, serta mengamini kebenaran
dengan menggunakan hati. Dalam perkembangannya sangat bergantung pada lingkungan
dimana dia dibesarkan. Disinilah dibutuhkan adanya pembiasaan.

b. Membina Tanggung Jawab Warga Negara (Civic Responsibility)


Membina tanggung jawab warga negara berkaitan dengan kesadaran akan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara. Masyarakat demokratis artinya masyarakat yang
mempunyai kebebasan untuk mengeluarkan ide/aspirasinya kepada pemerintah, sesuai dengan
batas/aturan yang berlaku. Contohnya, masyarakat berhak memilih langsung wakil rakyat yang
akan duduk pada kursi pemerintahan menggunakan musyawarah mufakat untuk mencapai
keputusan. Dalam mewujudkan masyarakat yang demokratis melalui PKn diperlukan suatu
strategi serta pendekatan pembelajaran khusus sesuai dengan paradigma baru Pkn.
c. Mendorong Partisipasi Warga Negara (Civic Participation)
Partisipasi disini berarti ikut serta secara bertanggung jawab dalam kegiatan kenegaraan yang
menyangkut masalah warga negara, baik secara individu, sosial, maupun sebagai pemimpin
dimasa depan. Contohnya, menjalankan hak dan kewajibanwarga negara, ikut pemilu, memeluk
agama, membela negara, dan lainnya.
Civic participation adalah partisipasi kewarganegaraan yang merupakan tujuan dari PPKn
dalam mewujudkan generasi yang demokratis.. Hakikat dari PPKn adalah memantapkan
pengembangan peserta didik dalam dimensi kesadaran sebagai warga negara (civic literacy),
komunikasi sosial budaya kewarganegaraan (civic engagement), kemampuan untuk
berpartisipasi sebagai warga negara (civic skill and participation), penalaran kewarganegaraan ,
kecerdasan warga Negara (civic intelligenece) dan partisipasi kewarganegaraan yang
bertanggung jawab (civic participation and civic responsibility). Secara keseluruhan
pembelajaran PPKn mengembangkan 3 aspek kompetensi, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Untuk melihat bagaimana perkembangan aspek kompetensi tersebut terutama
dalam aspek psikomotorik guru PPKn berupaya membentuk civic participation dari peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bagaimana partisipasi dari
peserta didik dalam pembelajaran PPKn dan diimplementasikan dalam kegiatan sekolah

Tujuan paradigma pkn baru abad 21

Sedangkan tujuan umum dari PKn ialah untuk mendidik peserta didik agar menjadi warga
negara yang baik, sehingga dapat dilukiskan dengan “Warga negara yang patriotik, toleran,
setia terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis, dan Pancasila sejati”. Melalui PKn
peserta didik diharapkan untuk memahami dan menguasai secara nalar, konsep, dan norma
Pancasila sebagai falsafah, ideologi negara, dan pandangan hidup negara IndonesiaPendidikan
Kewarganegaraan mengacu kepada penanaman konsep kenegaraan dan dapat dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan pendidikan kewarganegaraan dilakukan agar
terwujudnya warga negara yang baik (to be good citizens), yaitu warga negara yang memiliki
kecerdasan (civics inteliegence) spiritual, intelektual, emosional, serta sosial yang memiliki rasa
bangga dan tanggung jawab (civics responsibility), serta mampu berpartisipasi aktif dalam
kehidupan bermasyarakat.
Menurut Darmadi (2010) PKn pada dasarnya bertujuan untuk menjadikan warga Negara
Indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan kewarganegaraan diharapkan dapat:
a.Membentuk kecakapan partisipatis yang bermutu dan bertanggung jawab.
b. Menjadikan warga yang baik dan demokratis.
c Menghasilkan peserta didik yang berfikir komprehensif, analis, dan kritis.
d. Mengembangkan kultur atau budaya demokrasi.
e. Membentuk siswa menjadi good and responsible citizen.
Selain itu Rosyada mengungkapkan tujuan PKn, antara lain sebagai berikut:
a. Untuk pembentukan partisipasi warga negara dan bertanggungjawab dalam kehidupan
politik dan masyarakat, baik ditingkat lokal, nasional, regional, dan global;
b. Mewujudkan masyarakat yang mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna
mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, dan demokratis;
c. Menghasilkan peserta didik yang berfikiran komprehensif, analitis, kritis, dan bertindak
demokratis;
d. Mengembangkan kultur atau budaya demokrasi, yaitu kebebasan, persamaan, kemerdekaan,
toleransi, kemampuan menahan diri, kemampuan mengambil keputusan, serta kemampuan
berpartisipasi dalam kegiatan politik kemasyarakatan; dan,
e. Menjadikan peserta didik menjadi good and responsible citizen (warga negara yang baik dan
bertanggungjawab) melalui penanaman moral dan keterampilan (social skills) sehingga kelak
mereka mampu memahami dan memecahkan persoalan aktual kewarganegaraan seperti
toleransi, perbedaan pendapat, bersikap empati, menghargai pluralitas, kesadaran hukum, Hak
Asasi Manusia,serta mengaktualisasikan proses demokratisasi dalam berbagai lapangan
kehidupan, dan menghargai kearifan lokal (local wisdom).(Juliardi, 2015)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, F. (2005). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) pada Era Demokratisasi.


Demokrasi, IV(1), 63–76.
Agus, A. A. (2016). Membangun Masyarakat Madani yang Demokratis Harmonis dan Partisipasi
di Indonesia. Jurnal Pemikiran Pendidikan Dan Penelitian Kesejarahan, 3(4), 147–152.
Akbal, Mu. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter Bangsa. In
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Globa (pp.
485–493).

Ali, M. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: LKis Pelangi Aksara.

Aris Shofa, A. M. (2016). Memaknai Kembali Multikulturalisme Indonesia dalam Bingkai Pa

Anda mungkin juga menyukai