Anda di halaman 1dari 4

Nama:Adrian Wijaya

Nim:120211505

FEB/AKUNTANSI A

Kasus: Kasus korupsi BPJS ketenaga kerjaan

1. Korupsi merupakan perilaku seseorang yang mengambil hak orang lain


untuk keuntungan pribadi atau tindakan yang dilakukan untuk memperkaya diri
sendiri. Kebanyakan kasus korupsi dilakukan oleh pejabat publik, politisi ataupun
orang-orang yang memiliki jabatan, menyalahgunakan kepercayaan masyarakat
agar mereka bisa mendapatkan keuntungan secara sepihak. Korupsi biasanya
dilakukan oleh seseorang yang sedang mengalami tekanan, misalkan tekanan
dalam hal keuangan. Selain itu, orang yang serakah juga akan melakukan korupsi
agar dia puas dengan keuntungan yang dia ambil. Lemahnya penegakan hukum
menjadikan kasus korupsi masih terjadi hingga saat ini.
Contoh korupsi: melakukan penyuapan atau penyogokan terhadap polisi, ada
beberapa kejadian dimana seseorang melanggar rambu lalu lintas, pada saat ingin
ditilang, mereka memberikan uang sogokan kepada polisi agar tidak jadi ditilang.
Contoh lainnya: adanya kasus korupsi yang dilakukan pada saat proyek
pengadaan E-KTP dilaksanakan.

2. Kasus korupsi seperti korupsi BPJS ketenagakerjaan merupakan bentuk


korupsi uang negara dan juga korupsi penggelapan jabatan. Korupsi uang negara
merupakan tindakan dimana seseorang yang memiliki jabatan mengambil
keuntungan dengan melawan hukum dan juga merugikan negara dan bahkan
menyalahgunakan jabatan yang sudah diberikan. Korupsi penggelapan jabatan,
merupakan tindakan dimana seseorang menyalahgunakan jabatan, misalkan
seorang pemerintah dengan jabatan dan kekuasaannya menggelapkan atau
merubah laporan keuangan agar bisa mengambil keuntungan untuk diri sendiri
dan merugikan negara. Kasus korupsi BPJS ketenagakerjaan merupakan kasus
korupsi yang merugikan uang negara yang sudah disediakan untuk proyek BPJS
yang dikhususkan untuk masyarakat yang kurang mampu.

3. Faktor internal : sifat rakus yang dimiliki oleh para koruptor yang tidak
merasa puas dengan keuntungan yang mereka dapatkan hingga mereka rela
menyalahgunakan jabatan mereka dan melakukan korupsi untuk mengambil dana
yang sudah disiapkan untuk masyarakat dan juga merugikan uang negara.

Faktor eksternal: -ekonomi, adanya kemungkinan bahwa seseorang yang


melakukan korupsi kekurangan dana atau pendapatan yang mengakibatkan
mereka mengambil uang yang bukan milik mereka.
-organisasi, kurangnya pengawasan dana yang telah diberikan
kepada BPJS ketenagakerjaan sehingga korupsi ditemukan pada pengelolaan
keuangan dan juga dana investasi yang ada disitu.

4. Ada 9 nilai antikorupsi yang dikenalkan oleh KPK (Komisi pemberantasan


korupsi) yaitu 1. Kejujuran,
2. Kedisiplinan,
3. Kepedulian,
4. Tanggung jawab,
5. Kerja keras,
6. Kesederhanaan,
7. Kemandirian,
8. Keberanian
9. Keadilan.

Nilai nilai ini diharapkan bisa membentuk komitmen dan juga konsistensi para
pegawai DJPb agar bisa menjauh diri dari segala bentuk korupsi.

Kejujuran, diterapkan agar bisa membangun integritas tinggi. Kedisiplinan


diterapkan agar bisa menaati hukum maupun norma-norma yang ada. Kepedulian
diterapkan agar bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar kita. Tanggung jawab
diterapkan agar bisa memiliki kesadaran untuk melakukan semua nya sesuai
amanah yang telah diberikan. Kerja keras, diterapkan agar bisa mengabdi dengan
baik. Kesederhanaan, diterapkan agar bisa lebih memilih hidup secara sederhana
tanpa mengeluarkan uang untuk hal-hal yang tidak penting atau biasa disebut
boros dan juga tidak hidup secara mewah. Kemandirian, diterapkan agar bisa
melaporkan tindakan apapun yang sudah termasuk kecurangan dan berani untuk
memperbaiki diri agar bisa menjadi lebih baik lagi. Keadilan, diterapkan agar bisa
berlaku adil dalam menerapkan hukum.

Dalam kasus korupsi BPJS ketenagakerjaan, dari sisi nilai-nilai anti korupsi, sisi
pertama, kejujuran, tidak adanya kejujuran pada saat pengelolaan keuangan yang
akhirnya terjadi kasus korupsi. sisi kedua, kedisiplinan, tidak mematuhi hukum
yang ada. Sisi ketiga, tidak adanya sisi kepedulian dari para koruptor yang
mengambil uang yang diperlukan untuk masyarakat ber-obat. Sisi keempat, para
atasan tidak memilii rasa tanggung jawab atas keuangan yang telah diserahkan
dan akibatnya terjadi korupsi. Sisi ke delapan, adanya keberanian bagi para saksi
yang berani untuk melaporkan terkait korupsi pada pengelolaan keuangan di BPJS
Ketenagakerjaan

Prinsip prinsip anti korupsi : akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan dan


kontrol kebijakan. Pertama, akuntabilitas merupakan penyesuaian antara aturan
dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga harus mempunyai tanggung jawab atas
kinerja nya agar sesuai dengan aturan dalam bentuk konvesi ataupun konstitusi.
Kedua, transparansi merupakan prinsip yang penting dalam memberantas korupsi
harus dimulai dari transparansi dan semua proses kebijakan dilaksanakan secara
terbuka agar semua penyimpangan yang terjadi bisa diketahui oleh masyarakat
atau publik. Ketiga, kewajaran dilakukan agar bisa mencegah terjadinya hal hal
yang tidak wajar dalam bentuk mark up ataupun ketidakwajaran lainnya.
Keempat, kebijakan ini dilaksanakan agar bisa mengatur tata interaksi agar tidak
ada penyimpangan yang terjadi yang dapat merugikan negara ataupun masyarakat.
Kelima, kontrol kebijakan dilaksanakan agar kebijakan yang telah dibuat bisa
efektif dan memberantas semua bentuk korupsi.
Dalam kasus BPJS Ketenagakerjaan, mereka tidak menerapkan prinsip prinsip
anti korupsi, tidak adanya transparansi pada saat pengeolaan keuangan dilakukan,
tidak menyesuaikan aturan yang ada pada saat pelaksanaan kerja dilakukan,
kebijakan tentang korupsi tidak dijelaskan secara baik yang mengakibatkan
korupsi terjadi. Tidak ada yang mengontrol kebijakan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai