Anda di halaman 1dari 2

Malu Bertanya Sesat di Kelas

Nama Penulis : Ahmad Ramadan

Kita semua tentu pernah mendengar pribahasa “Malu bertanya, sesat di jalan”.
Pribahasa tersebut bermakna jika kita segan bertanya maka kita akan rugi sendiri
karena perseoalan yang kita hadapi tidak menemukan suatu solusi. Oleh karena itu
kita tidak usah malu untuk bertanya.
Menanyakan sesuatu yang tidak kita tahu kepada orang lain memang sudah
menjadi tindakan yang wajar. Namun mengapa mayoritas pelajar di Indonesia
malu bertanya saat di kelas? Bahkan sampai Guru yang harus menunjuk siswa
agar siswa tersebut mau menyuarakan jawabannya di kelas. Bukan hanya tidak
ingin bertanya, sesama siswa saja tidak ingin ada pertanyaan yang muncul saat
presentasi dilakukan. Ironis bukan?
Sebagian dari kita mungkin pernah mengalami saat bertanya atau menjawab
pertanyaan di kelas, teman kita akan menertawakan dan meremehkan kita
dikarenakan pertanyaan atau jawaban kita dianggap absurd. Setelah mengalami
peristiwa tersebut tentu kita akan ragu atau malu untuk bertanya dan menjawab
lagi.
Ketika murid yang ingin bertanya atau berpendapat dikelas, namun dia ragu untuk
mengungkapkannya. Dan pada akhirnya murid ini tidak jadi bertanya. Kejadian
ini dapat membuat diri merasa menyesal dan timbul rasa yang mengganjal di hati.
Tentu ini bisa berdampak buruk bagi psikologis murid ini.
Tak jarang murid yang banyak bertanya dianggap caper oleh teman sekelasnya.
Dan juga takut di cap bodoh atau tidak bisa oleh murid lain ketika bertanya suatu
hal yang belum dimengerti.
Dari sisi pengajar pun kadang menganggap murid yang bertanya sebagai bentuk
tidak efisien cara mengajar guru tersebut. Sehingga murid menerima respon yang
kurang menyenangkan dan trauma atau takut untuk bertanya lagi. Contohnya
seperti “ Dari tadi kemana aja? Makanya dengarkan baik-baik”.
Mengapa fenomena ini bisa terjadi? Menurut saya ini dikarenakan pelajar di
Indonesia tidak diajari Public Speaking sejak kecil dan cara mengajar guru yang
kurang menarik. Kedua faktor utama inilah yang menyebabkan mayoritas murid
enggan untuk bertanya mengenai pelajaran yang tidak dipahaminya.
Jika cara mengajar guru menarik perhatian setiap murid, tentu murid tidak akan
malu untuk bertanya dan mengeluarkan pendapatnya dikelas. Selain itu bila public
speaking diajarkan sejak kecil, yang mana saat itu rasa keingintahuan kita akan
tiap hal begitu besar, maka interaksi antara guru dan murid akan semakin besar.
Dengan itu bukan tidak mungkin kualitas pendidikan di Indonesia akan semakin
baik.
Pemerintah pun sadar betapa pentingnya mengatasi fenomena ini. Buktinya
pemerintah menerapkan Kurikulum 2013 yang mengharuskan para murid untuk
aktif dalam pembelajaran dan bertanya di kelas. Dan diharapkan dapat
menghasilkan murid yang berpikir kritis, kreatif dan komunikatif.
Kata Socrates, filsuf dari Yunani (469 SM-399 SM), “Bertanya-tanya merupakan
awal dari pengetahuan”. Ingin berpengetahuan luas? Jika jawabnya ya, jangan
malu untuk bertanya. Termasuk ketika dalam kesendirian. Pasalnya, meskipun
jutaan orang melihat jatuhnya apel, tetapi hanya Newton yang menanyakan
mengapa.
Sampai kapan ingin merasa tersesat di kelas karena malu bertanya? Jangan merasa
ragu dan takut. Guru juga manusia biasa, tidak ada yang perlu ditakuti. Perbaiki
pola pikir kita. Peran guru salah satunya memang tempat bertanya para murid.
Jadi jika timbul rasa penasaran atau ingin berpendapat di kelas, ungkapkan saat itu
juga. Asalkan tidak keluar dari topik pembahasan.

Anda mungkin juga menyukai