Afif Pamudji, Manajemen Pendidikan
Afif Pamudji, Manajemen Pendidikan
NIM : 1772170057
Kelas : Transfer
Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan
Adapun menurut E. Mulyasa dalam Sri Minarti (2011:69), Implementasi Manajemen Berbasis
sekolah (MBS) ini bertujuan:
“peningkatan efisiensi antara lain diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya
partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi, peningkatan mutu pendidikan dapat
diperoleh melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan
kelas, berlakunya sistem insentif dan disensitif, peningkatan pemerataan pendidikan antara
lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah
lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada sebagian
masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.
Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang
mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut mereka
hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih banyak menggunakan waktunya
dalam hal-hal yang menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala sekolah dan
guru tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa untuk memikirkan aspek-aspek lain dari
pekerjaan mereka. Tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan anggaran atau
tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan itu.
2) Tidak Efisien
Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan besar akan
semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan saling mendukung
satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu kompromis hanya
karena tidak merasa enak berlainan pendapat dengan anggota lainnya. Pada saat inilah dewan
sekolah mulai terjangkit “pikiran kelompok.” Ini berbahaya karena keputusan yang diambil
kemungkinan besar tidak lagi realistis.
4) Memerlukan Pelatihan
Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum
berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar
tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan
bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya.
Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi dengan iklim
kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab
pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan
menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab
pengambilan keputusan.
6) Kesulitan Koordinasi
Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam
mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam
akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali
menjauh dari tujuan sekolah.
Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan sejak awal, mereka dapat
memastikan bahwa setiap hambatan telah ditangani sebelum penerapan MBS. Dua unsur
penting adalah pelatihan yang cukup tentang MBS dan klarifikasi peran dan tanggung jawab
serta hasil yang diharapkan kepada semua pihak yang berkepentingan. Selain itu, semua yang
terlibat harus memahami apa saja tanggung jawab pengambilan
keputusan yang dapat dibagi, oleh siapa, dan pada level mana dalam organisasi. Anggota
masyarakat sekolah harus menyadari bahwa adakalanya harapan yang dibebankan kepada
sekolah terlalu tinggi. Pengalaman penerapannya di tempat lain menunjukkan bahwa daerah
yang paling berhasil menerapkan MBS telah memfokuskan harapan mereka pada dua
maslahat: meningkatkan keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan menghasilkan
keputusan lebih baik.
2. PENGERTIAN VISI
Visi adalah serangkaian kata yang menunjukkan impian, cita-cita atau nilai inti sebuah
organisasi, perusahaan, atau instansi. Visi merupakan tujuan masa depan sebuah instansi,
organisasi, atau perusahaan. Visi juga adalah pikiran-pikiran yang ada di dalam benak para
pendiri. Pikiran-pikiran tersebut adalah gambaran tentang masa depan yang ingin dicapai.
PENGERTIAN MISI
Adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk mencapai visi tersebut. Selain itu, misi juga
merupakan deskripsi atau tujuan mengapa perusaahaan, organisasi, atau instansi tersebut
berada di tengah-tengah masyarakat.
VISI
Unggul dalam 18 nilai pendidikan karakter bangsa yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah
air, menghargai prestasi, bersahabat /komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.
MISI
Melaksanakan pembiasaan berperilaku sesuai dengan nilai luhur bangsa yang berasal dari
ajaran agama yang dianut dan nilai sosial budaya.
TUJUAN
1. Pada tahun 2014 tercipta lingkungan sekolah yang kondusif bagi pembelajaran.
2. Pada tahun 2014 semua siswa mampu menjalankan hak dan kewajiban di sekolah,
rumah, dan masyarakat.
3. Pada tahun 2014 rata-rata UASB N mencapai nilai minimal 7,0
4. Pada tahun 2014 memiliki tim olahraga minimal 3 cabang dan mampu menjadi finalis
tingkat nasional.
5. Pada tahun 2014 memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada acara berskala
nasional.
6. Pada tahun 2014 partisipasi stakeholder tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan.
7. Pada tahun 2014 proporsi lulusan yang melanjutkan ke sekolah unggul minimal 50%.
8. Pada tahun 2014 proporsi penggunaan IT dalam pembelajaran minimal 75%.
SASARAN
Sekolah yang ditunjuk menjadi sekolah model dibimbing secara tekhnis oleh LPMP untuk
melaksanakan penjaminan mutu secara internal dan selanjutnya di tahun ke 2 Sekolah model
harus mengimbaskan pelaksanaan SPMI ke 5 sekolah imbas di sekitarnya. Apa saja yang
harus dilakukan sekolah model dalam pelaksanaan SPMI di tahun pertama ini? Tugas utama
sekolah model SPMI tahun pertama adalah melaksanakan siklus penjaminan mutu dimulai
dari pemetaan mutu pendidikan, perencanaan pemenuhan mutu, pelaksanaan pemenuhan
mutu, audit mutu dan perencanaan strategi peningkatan mutu sekolah.
A. Pemetaan Mutu Pendidikan
B. Perencanaan Pemenuhan Mutu
C. Pemenuhan Mutu Pendidikan
D. Monitoring dan evaluasi
4. Peran manager
Leader secara bahasa artinya adalah pemimpin. Kepala sekolah adalah pemimpin bagi
lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Sebagai leader, kemampuan yang harus dimiliki
kepala sekolah adalah :
Pertama,
kemampuan membangun visi, misi, dan strategi lembaga. Visi adalah pandangan ke
depan lembaga pendidikan itu mau dibawa kearah mana. Misi adalah alasan mengapa lembaga
tersebut ada, biasanya berdasar pada nilai-nilai tertentu yang melekat dalam organisasi.
Sedangkan strategi adalah bagaimana kepala sekolah mampu mengelola sumberdaya yang
dimiliki dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditentukan tersebut. Visi kepala
sekolah akan sangat menentukan kearah mana lembaga pendidikan itu dibawa. Kepala sekolah
yang tidak mempunyai visi jauh ke depan hanya akan bertugas sesuai dengan rutinitas dan
tugas sehari-harinya tanpa tahu kemajuan apa yang harus ia capai dalam kurun waktu tertentu.
Kiranya, visi ini harus dibangun terlebih dahulu agar tercipta jalan dan panduan perjalanan
lembaga ke depan.
Kedua,
sebagai leader, kepala sekolah harus mampu berperan sebagai innovator, yaitu orang yang
terus-menerus membangun dan mengembangkan berbagai inovasi untuk memajukan lembaga
pendidikan. Salah satu yang menandai pergerakan dan kemajuan lembaga pendidikan adalah
sebesar dan sebanyak apa
inovasi yang dilakukan lembaga pendidikan tersebut setiap tahunnya. Jika banyak inovasi dan
pembaruan yang dilakukan, maka berarti terdapat kemajuan yang cukup signifikan. Tetapi
sebaiknya, jika tidak banyak inovasi yang dilakukan, maka lembaga pendidikan itu lebih
banyak jalan di tempat dan tidak mengalami banyak kemajuan.
Ketiga,
kepala sekolah harus mampu membangun motivasi kerja yang baik bagi seluruh guru,
karyawan, dan berbagai pihak yang terlibat di sekolah. Kemampuan dalam membangun
motivasi yang baik akan membangun produktivitas organisasi dan meningkatkan efisiensi
kerja. Dengan motivasi yang tinggi, didukung dengan kemampuan guru dan keryawan yang
memadai, akan memacu kenerja lembaga secara keseluruhan. Karenanya, kemampuan
membangun motivasi menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan performa dan
produktivitas kerja.
Keempat,
kepala sekolah harus mempunyai keterampilan melakukan komunikasi, menangani konflik,
dan membangun iklim kerja yang yang positif di lingkungan lembaga pendidikan. Iklim kerja
yang positif akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan kerja secara keseluruhan. Jika
komunikasi tidak terbangun dengan baik misalnya, akan banyak terjadi kesalah pahaman baik
di antara bawahan atasan maupun di antara bawahan itu sendiri. Akibatnya, lembaga
pendidikan tidak lagi bisa menjadi tempat yang nyaman untuk bekerja. Masing-masing orang
tidak lagi memperhatikan antara satu dengan yang lain, masing-masing bekerja secara
individual sehingga membuat suasana kerja tidak nyaman. Jika hal ini terjadi, akan sulit
mengharapkan mereka untuk bekerja lebih keras atau lebih produktif. Lingkungan dan
suasana kerja yang baik akan mendorong guru dan karyawan bekerja lebih senang dan
meningkatkan tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan secara lebih baik.
Kelima,
kepala sekolah harus mampu melakukan proses pengambilan keputusan, dan bisa melakukan
proses delegasi wewenang secara baik. Pengambilan keputusan membutuhkan ketrampilan
mulai dari proses pengumpulan informasi, pencarian alternative keputusan, memilih
keputusan, hingga mengelola akibat ataupun konsekuensi dari peputusan yang telah diambil.
Kepala sekolah harus mempunyai ketrampilan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat
disesuaikan dengan dinamika dan perkembangan yang terjadi. Jika setiap permasalahan bisa
segera diputuskan dan dicarikan jalan keluar, maka akan memudahkan organisasi untuk
berjalan dengan dinamika yang cepat. Tatapi sebalik nya, jika kepala sekolah sering ragu
dalam mengambil keputusan, maka organisasi di lembaga tersebut akan
terganggu dengan banyaknya masalah yang masih menggantung dan membutuhkan jalan
keluar. Selain pengambilan keputusan, kepala sekolah juga mempunyai keterampilan
mendelegasikan tugas dan wewenangnya kepada para bawahan. Delegasi wewenang ini di
satu sisi akan memudahkan tugas-tugas kepala sekolah sehingga ia bisa berkonsentrasi untuk
menjalankan tugas-tugas yang strategis dan mendelegasikan tugas-tugas operasional sehari-
hari kepada bawahannya. Di sisi lain, delegasi wewenang akan membuat bawahan merasa
dihargai sekaligus menjadi proses pembelajaran kepemimpinan bagi mereka. Sehingga proses
operasional organisasi bisa berjalan dengan lancar.
a. Sosok atau figure
b. Pemimpin atau leader
c. Penghubung atau liaison
Peran Leader
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat kompetensi dan
ketrampilan utama dalam menajerial organisasi, yaitu ketrampilan membuat perencanaan,
keterampilan mengorganisasi sumberdaya, keterampilan melaksanakan kegiatan, dan
keterampilan melakukan pengendalian dan evaluasi. Empat keterampilan manajerial kepala
sekolah akan dibahas secara detail berikut ini.
Pertama,
Kedua,
dalam melakukan pekerjaan. Karena itulah, seni mengola sumberdaya menjadi ketrerampilan
manajerial yang tidak bisa ditinggalkan.
Ketiga,
Keempat,