Anda di halaman 1dari 3

1.

Maqashid syariah adalah ketaatan dalam menjalankan prinsip-


prinsip syariah yang tujuannya demi terwujudnya kemaslahatan
umat. Penerapan maqashid syariah melibatkan sejumlah kegitan
manusia yang berkait dengan menjaga agama, menjaga jiwa,
menjaga akal, menjaga harta, dan menjaga keturuanan.
2. Imam As-Syatibi : Allah menurunkan syariat (aturan hukum) tiada
lain selain untuk mengambil kemaslahatan dan menghindari
kemadaratan (jalbul mashalih wa dar'ul mafasid). Dengan bahasa
yang lebih mudah, aturan-aturan hukum yang Allah tentukan
hanyalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.
Al-Ghazali : mencetuskan bahwa Maqasid Syariah tercermin dalam
lima hal pokok yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan dan
harta. Setiap hukum atau aturan yang mengandung lima prinsip ini,
maka ia dinamakan maslahat. Setiap keputusan hukum yang
mengabaikan atau justru menafikan kelima dasar diatas, berarti
mafsadah.
Al-Raisuni : bahwa maqashid sebagai kiblat para mujtahid, metode
berfikir dan menganalisa, membuka dan menutup sarana,
memperhatikan tujuan-tujuan manusia, menghilangkan kejenuhan
dan memupuk etos kerja, dan sebagai perangkat dakwah.
3. Maqashid syari’ah menduduki posisi yang sangat penting dalam
merumuskan ekonomi syari’ah, menciptakan produk-produk
perbankan dan keuangan syari’ah. Pengetahuan maqashid syariah
menjadi syarat utama dalam berijtihad untuk menjawab berbagai
problematika kehidupan ekonomi dan keuangan yang terus
berkembang. Maqashid syariah tidak saja diperlukan untuk
merumuskan kebijakan-kebijakan ekonomi makro (moneter, fiscal ;
public finance), tetapi juga untuk menciptakan produk-produk
perbankan dan keuangan syariah serta teori-teori ekonomi mikro
lainnya. Maqashid syariah juga sangat diperlukan dalam membuat
regulasi perbankan dan lembaga keuangan syariah.
4. Karena etika sendiri berperan penting dalam menjalankan bisnis,
orang muslim menjalankan bisnis harus sesuai dengan etika dalan
syariat islam, harus bersikap ramah tamah,  berlaku adil, amanah dan
jujur dan tidak melakukan bisnis yang mengandung riba. tidak hanya
mencari keuntungan dunia (ekonomi global) semata tetapi juga
keuntungan akhirat. Tujuan keberadaan etika bisnis islam di sini
agar para pebisnis muslim terhindar dari apa yang dilarang oleh
Allah SWT dan menjalankan apa yang diajarkan, dengan
menjalankan bisnis sesuai dengan syariat islam.
5. Rasulullah Saw telah memberikan contoh yang dapat diteladani
dalam berbisnis, misalnya:
1. Saling Rela
Kegiatan bisnis dan perdagangan harus dijalankan oleh pihak-
pihak yang terlibat atas dasar suka sama suka. Tidak boleh
dilakukan atas dasar paksaan, tipu daya, kedzaliman,
menguntungkan satu pihak diatas kerugian pihak lain. Allah SWT
berfirman dalam surat An-Nisaa (4) : 29 ;
Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berjalan atas  dasar suka sama suka diantara
kamu

2. Jauhkan Melakukan Riba


Dalam berbisnis hendaklah harus bersih dari unsur-unsur riba
yang telah jelas-jelas dilarang oleh Allah,Allah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba.

sebaliknya menggalakkan jual beli dan investasi. Haramnya riba


telah jelas, tetapi dalam dunia usaha bukanlah hal yang mudah bagi
kita untuk menghindarkan diri dari cengkraman riba. Walaupun
demikian kita harus terus berusaha mengatasi hal ini dengan
merumuskan langkah-langkah alternatif yang efektif. Dalam surah
Al-Baqarah : 275 Allah berfirman : Islam mendorong masyarakat
kepada usaha yang nyata dan produktif. Islam mendorong
masyarakat untuk melakukan investasi dan melarang
membungakan uang.

3. Tidak Menipu
Islam mengharamkan penipuan dalam semua aktifitas manusia,
termasuk dalam kegiatan bisnis dan jual beli. Memberikan
penjelasan dan informasi yang tidak benar, mencampur barang
yang baik dengan yang buruk, menunjukkan contoh barang yang
baik dan menyembunyikan yang tidak baik termasuk dalam
kategori penipuan.
Pada suatu hari Rasulullah SAW mengadakan inspeksi pasar.
Rasulullah memasukkan tangannya kedalam tumpukkan gandum
yang nampak baik, tetapi beliau terkejut karena ternyata yang
didalam tidak baik (basah). Rasulullah pun bersabda :

“Juallah ini (yang baik) dalam satu bagian dan yang ini (yang
tidak baik) dalam bagian yang lain. Siapa yang menipu, bukanlah
termasuk golongan kami”. (HR. Muslim).

Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW berkata :

Tidak halal bagi seseorang menjual sesuatu barang melainkan jika


ia telah menjelaskan keadaan barang yang dijualnya dan tidak
boleh bagi siapa yang mengetahui hal tersebut (cacat) kecuali ia
menjelaskannya (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi).

Dari pernyataan diatas jelaslah bagi kita bahwa Islam mengecam


penipuan dalam bentuk apapun dalam berbisnis

Anda mungkin juga menyukai