Adoc - Pub I Pendahuluan Universitas Gadjah Mada
Adoc - Pub I Pendahuluan Universitas Gadjah Mada
PENDAHULUAN
Pengaruh toksik dapat berupa letalitas (mortalitas) serta pengaruh subletal seperti
gangguan pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, tanggapan farmakokinetik,
patologi, biokimia, fisiologi, dan tingkah laku. Pengaruh tersebut dapat diwujudkan oleh
beberapa parameter terukur seperti jumlah organisme mati, persentase Jaya tetas
telur, perubahan panjang dan berat, persentase penghambatan enzim, jumlah ketidak
normalan tulang, dan terjadinya tumor. Toksikologi perairan juga mengkaji konsentrasi
atau kuantitas bahan kimia yang diperkirakan terdapat dalam air, sedimen, atau
makanan di lingkungan perairan. Di samping itu, toksikologi perairan juga mengkaji
masalah transpor, distribusi, transformasi, dan nasib terakhir bahan kimia, terutama
yang bersifat toksik, di lingkungan perairan.
a. Protein
Kehadiran senyawa protein di dalam badan perairan terutama berasal dari
sampah domestik dan buangan industri. Beberapa jenis industri yang mengeluarkan
buangan mengandung protein antara lain: industri susu, mentega, keju, pengolahan
makanan/minuman, tekstil, penyamakan kulit dan industri pertanian. Kehadiran protein
di lingkungan perairan umumnya tidak langsung bersifat toksik tetapi dapat
menimbulkan pengaruh atau efek negatip, antara lain: terbentuknya media
pertumbuhan berbagai organisme patogen, menimbulkan bau tidak sedap dan
meningkatkan kebutuhan oksigen biologik atau BOD (Biological Oxygen Demand) (Dix
1981).
d. Pewarna
Terdapatnya pewarna dalam suatu perairan antara lain berasal dari buangan
industri (tekstil, penyamakan kulit, kertas dan industri bahan kimia). Menurut
Santaniello (1971) warna air yang Iebih dari 50 unit akan membatasi aktivitas
organisme fotosintetik sehingga akan mengurangi kandungan oksigen terlarut atau DO
(Dissolved Oxygen) serta mengganggu kehidupan berbagai organisme air.
f. Fenol
Fenol dapat terkandung dalam limbah berbagai industri seperti: industri tekstil,
bahan kimia, petrokimia, minyak dan industri metalurgi.
g. Deterjen
Terdapatnya deterjen dalam suatu perairan dapat berasal dari buangan rumah
tangga dan industri (susu, mentega, keju, tekstil, dan industri pertanian). Nickless
(1975) menyatakan bahwa sebagian besar deterjen dapat menimbulkan dampak
negatip terhadap ekosistem perairan yaitu dapat menghambat aktivitas atau bahkan
membunuh berbagai jenis mikroorganisme. Selain itu, deterjen juga menyebabkan
pengkayaan nutrien pada suatu badan air sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
eutrofikasi yang sangat merugikan lingkungan perairan.
h. Pestisida organik
Pestisida organik yang masuk ke dalam lingkungan air dapat berasal dari
aktivitas pertanian, perkebunan dan dari buangan industri pengolahan makanan/
minuman. Diantara sejumlah besar pestisida yang diproduksi dan diperdagangkan,
yang paling banyak digunakan masyarakat yaitu pestisida yang termasuk golongan
organoklorin dan organoposfat. Pestisida organoklorin sangat berbahaya karena
mempunyai toksisitas bersifat kronik, stabil, dan tahan urai dalam lingkungan. Salah
satu contoh organoklorin yang sangat berbahaya yaitu DDT (Dichloro-Diphenyl-
Trichloro-ethane). Jenis pestisida yang pertama kali dibuat oleh Zeidler pada tahun
1874 tersebut apabila berada dalam air
Unsur-unsur kimia yang ada di clam tidak semuanya bermanfaat secara langsung
bagi kehidupan tetapi juga tidak semua unsur kimia dapat membahayakan kehidupan.
Ada unsur-unsur kimia yang bersifat racun tetapi ada juga yang tidak beracun. Menurut
Suharno (1981) berdasarkan sifat racunnya, unsurunsur kimia dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
2) Unsur-unsur kimia yang sangat beracun, relatif mullah larut dan dapat masuk
ke dalam sistem biologik: Be, Co, Ni, Cu, Zn, Sn, As, Se, Te, Pd, Ag, Cd, Pt,
Au, Hg, TI, Pb, Sb, dan Bi
1) Eutrofikasi yang dicirikan oleh tingginya produksi biologik antara lain berupa
ledakan komunitas alga (algal blooms). Jika suatu perairan dipenuhi oleh
tumbuhan air baik makrofita maupun mikrofita (plankton), maka hal tersebut
akan mengurangi penetrasi cahaya dan menghalangi proses difusi oksigen dari
udara ke dalam air. Kematian massal algae yang diikuti dengan perombakan
biologik akan menyebabkan terjadinya defisiensi oksigen terlarut dan
menimbulkan bau tidak sedap.
2) Dalam usus manusia beberapa jenis bakteri dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit
yang dapat berikatan dengan haemoglobin (Hb) membentuk methaemoglobin.
Dengan terbentuknya methaemoglobin dalam darah akan menyebabkan
penurunan kapasitas angkut 02 oleh darah. Jika penurunan kemampuan darah
mengangkut oksigen tersebut terus berlanjut dan makin parch, maka dapat
menyebabkan anoksia (methaemoglobin anemia atau penyakit blue baby).
3) Dalam tubuh manusia nitrit dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi
amin atau nitrosamin yang dapat merangsang timbulnya kanker perut.
d. Garam-garam lain
Berbagai senyawa garam yang masuk ke dalam air dapat berasal dari buangan
industri (susu/mentega/keju, tekstil, penyamakan kulit, kertas dan industri bahan
kimia).
g. Kromat
Masuknya kromat ke dalam lingkungan perairan dapat berasal dari buangan
berbagai jenis industri seperti penyamakan kulit, petrokimia, metalurgi dan industri
rekayasa. Toksisitas kromat umumnya tidak setoksik kation logam berat lainnya.
Kromium (Cr) bervalensi 6 (kromat atau dikromat) toksisitasnya tidak seakut kromium
bervalensi 3 (garam-garam kromium).