HERPES
Herpes adalah kelompok virus yang dapat menyebabkan infeksi. Infeksi
virus herpes umumnya ditandai dengan kulit kering, luka lepuh, atau luka
terbuka yang berair. Herpes simplex virus (HSV) dan varicella-zoster
virus (VZ) adalah jenis virus herpes yang umum menyerang manusia.
Virus herpes dapat menyerang siapa saja. Adanya riwayat kontak dengan penderita
infeksi virus ini dan daya tahan tubuh yang sedang lemah adalah faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang terinfeksi virus herpes.
Penyebab Herpes
Meski banyak jenis virus herpes yang dapat menyerang manusia, tetapi kelompok alfa
herpesvirus lah yang paling sering menyebabkan infeksi. Beberapa jenis virus dari
kelompok ini adalah:
Varicella-zoster virus (VZV)
VZV merupakan virus yang menjadi penyebab cacar air (varicella) dan cacar ular
(herpes zoster). Cacar air terjadi ketika virus varicella-zoster menginfeksi seseorang
untuk pertama kalinya.
Sedangkan herpes zoster, atau dikenal juga dengan herpes kulit, terjadi saat virus VZV
yang tidak aktif di dalam tubuh kambuh kembali. Seseorang juga bisa terinfeksi virus ini
dari penderita herpes zoster.
VZV utamanya menular melalui kontak langsung dengan penderita cacar air. Infeksi
virus ini dapat dikenali dengan timbulnya bintil kulit yang berisi cairan (vesikel). VZV
juga bisa menular melalui kontak langsung dengan cairan yang ada di dalam vesikel
atau percikan liur yang keluar saat penderita bersin atau batuk.
Biasanya, virus sudah berada di dalam tubuh penderita selama 7–21 hari sebelum
ruam atau gejala lainnya muncul. Namun, penderita sudah dapat menularkan
virus varicella-zoster ke orang lain sejak 48 jam sebelum munculnya ruam.
Faktor risiko herpes
Herpes dapat menyerang siapa saja dalam semua kelompok usia. Akan tetapi, infeksi
virus ini lebih rentan terjadi pada seseorang yang sering kontak dengan penderita
herpes, seperti petugas medis atau anggota keluarga yang merawat pasien herpes.
Untuk jenis virus herpes simplex tipe 1 atau tipe 2, beberapa faktor berikut dapat
meningkatkan risiko terinfeksi virus ini:
Sementara beberapa faktor yang dapat membuat seseorang lebih berisiko terinfeksi
virus VZV adalah:
Selain bisa menyebabkan cacar air, virus VZV juga bisa menyebabkan herpes zoster.
Beberapa faktor dan kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami
herpes zoster, yaitu:
Gejala Herpes
Infeksi herpes biasanya terjadi dalam beberapa tahap. Gejala atau keluhan yang bisa
timbul pada tiap tahap dapat berbeda-beda, seperti dijelaskan di bawah ini:
1. Stadium primer
Stadium primer terjadi pada hari ke-2 hingga ke-8 setelah infeksi herpes terjadi. Gejala
yang muncul pada fase ini adalah ruam lepuh (blister) pada kulit yang berukuran kecil
dan terasa sakit.
Ruam lepuh biasanya berisi cairan berwarna bening atau keruh. Ruam lepuh dapat
pecah sehingga menimbulkan luka terbuka. Area di sekitar ruam lepuh juga akan
berwarna kemerahan.
2. Stadium laten
Pada stadium ini, ruam lepuh dan luka yang sebelumnya muncul akan mereda. Namun,
pada fase ini, virus sedang berkembang dan menyebar ke saraf di dekat saraf tulang
belakang yang ada di bawah kulit.
3. Stadium peluruhan
Virus mulai berkembang biak pada ujung saraf organ tubuh. Jika ujung saraf yang
terinfeksi terletak pada organ tubuh yang menghasilkan cairan, seperti testis atau
vagina, maka virus herpes dapat terkandung dalam cairan tubuh seperti air mani dan
lendir vagina. Biasanya, pada fase ini, penderita tidak mengeluhkan gejala khusus.
Demam
Kelelahan
Sakit kepala
Nyeri otot
Hilang nafsu makan
Pembengkakan kelenjar getah bening
Selanjutnya, akan muncul gejala spesifik sesuai dengan jenis virus herpes yang
menginfeksi dan lokasi atau bagian tubuh yang terinfeksi, yaitu:
Pembengkakan pada kulit kelamin atau area di sekitarnya yang terasa gatal, nyeri, dan
disertai sensasi terbakar
Luka yang terasa nyeri di kemaluan, bokong, anus, atau paha
Nyeri pada saat buang air kecil (dysuria)
Keluarnya cairan dari vagina
Kulit penis kering, perih, dan gatal
Diagnosis Herpes
Untuk mendiagnosis herpes, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala,
riwayat aktivitas, dan riwayat kesehatan pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik untuk melihat ada tidaknya demam, jenis ruam kulit yang timbul, dan
pola penyebaran ruam tersebut.
Dokter dapat mendiagnosis herpes melalui tanya jawab dan hasil pemeriksaan fisik.
Namun, untuk memperkuat diagnosis dan memastikan jenis virus herpes yang
menginfeksi, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti:
Kultur virus
Kultur virus herpes bertujuan untuk mendeteksi virus herpes. Kultur virus herpes
dilakukan dengan mengambil sampel melalui metode swab (usap) dari area kulit atau
genital yang terinfeksi, untuk selanjutnya diteliti di laboratorium.
Pemeriksaan kultur virus terutama dilakukan untuk mendeteksi atau memastikan
keberadaan virus herpes, sekaligus menentukan jenis virus yang menginfeksi.
Pemeriksaan Tzank
Pemeriksaan Tzank dilakukan dengan mengambil sampel dari ruam kulit untuk
selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop. Hasil pemeriksaan ini bisa menentukan
apakah lesi yang timbul disebabkan oleh virus herpes. Meski begitu, pemeriksaan
Tzank tidak dapat mengidentifikasi jenis virus herpes yang menyebabkan infeksi.
Tes antibodi
Tes antibodi bertujuan untuk mendeteksi antibodi terhadap virus herpes. Tes ini
dilakukan dengan mengambil sampel darah, kemudian menelitinya di laboratorium
untuk memastikan keberadaan antibodi yang terbentuk akibat infeksi virus herpes.
Hasil tes antibodi akan sangat membantu diagnosis pada pasien yang tidak mengalami
luka atau lepuhan pada kulit. Pemeriksaan ini sering digunakan mendiagnosis infeksi
HSV 1 atau pun HSV 2.
Selain tes yang disebutkan di atas, pada beberapa kasus, dokter bisa menyarankan tes
PCR (polymerase chain reaction), untuk mendeteksi infeksi virus herpes, terlebih yang
telah menyebabkan infeksi pada mata atau sistem saraf pusat.
Pengobatan Herpes
Pada umumnya, luka dan lepuh akibat herpes dapat sembuh dengan sendirinya dalam
waktu 2–4 minggu. Hanya saja, virus mungkin tetap ada di dalam tubuh penderita tanpa
menimbulkan gejala.
Hingga kini, belum ada metode pengobatan yang dapat menghilangkan virus herpes
dari dalam tubuh. Fokus pengobatan herpes adalah untuk membantu meredakan
keluhan, mencegah penularan herpes, dan menurunkan risiko terjadinya komplikasi.
Beberapa obat-obatan antivirus dapat digunakan untuk mengatasi infeksi virus herpes
adalah:
Acyclovir
Valacyclovir
Famciclovir
Penciclovir
Selain mengonsumsi obat antivirus, beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk
meredakan keluhan dan mempercepat pemulihan akibat infeksi virus herpes yaitu:
Pada cacar air, risiko terjadinya komplikasi umumnya akan meningkat pada anak-anak,
lansia, ibu hamil, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah. Beberapa komplikasi
yang bisa terjadi akibat cacar air adalah:
Cacar air pada ibu hamil yang tidak ditangani dengan benar dapat meningkatkan risiko
terjadinya gangguan pada janin. Gangguan tersebut bisa berupa gangguan
penglihatan, retardasi mental, pertumbuhan lambat, atau kepala yang berukuran lebih
kecil.
Sementara itu, komplikasi yang bisa terjadi akibat herpes zoster adalah:
Post herpetic neuralgia, yaitu nyeri yang masih dirasakan meski lesi pada kulit sudah
menghilang
Infeksi bakteri pada lokasi ruam
Nyeri dan ruam yang menjalar hingga ke mata
Sindrom Ramsay-Hunt, yaitu kondisi yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada wajah
dan gangguan pendengaran
Pencegahan Herpes
Untuk menghindari penyebaran virus herpes ke orang lain, beberapa upaya
pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
Hindari kontak fisik dengan orang lain, terutama bagi yang memiliki luka terbuka.
Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun secara rutin.
Oleskan obat pada ruam dengan menggunakan kapas agar tangan tidak menyentuh
daerah yang terinfeksi virus herpes.
Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus, seperti gelas,
cangkir, handuk, pakaian, dan peralatan makeup.
Jangan melakukan seks oral, ciuman, atau aktivitas seksual lainnya, selama gejala
penyakit herpes muncul.
Hindari mencium bayi terlalu sering.
Khusus bagi penderita herpes genital, hindari segala bentuk aktivitas seksual selama
gejala herpes masih ada. Perlu diingat bahwa meski sudah menggunakan kondom,
virus herpes dapat menyebar melalui kontak kulit yang tidak terlindungi kondom.
Bagi wanita yang merencanakan kehamilan, jalani tes toksoplasmosis,
rubella, citomegalovirus, dan herpes (tes TORCH) terlebih dahulu. Selain sebagai
deteksi dini, tujuan tes tersebut adalah agar ibu yang terinfeksi bisa menjalani
pengobatan sebelum hamil sehingga mencegah penularan virus ke janin.