Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

REKAYASA GENETIKA HASIL PERIKANAN


MEKANIKA FLUIDA

Kelompok 4
Serly Oktaviani 05061181320004
Satria Aryanto 05061181320005
Idwin Gunawan 05061181320012
Aan andri Putra 05061181320015
Wiji Rahayu 05061281320002
Hafif Subarka 05061381320005
Siti Balqis Huriyah 05061381320014
Agung Ferdiansyah 05061381320019
Nina Dia Septi Ayu 05061381320024

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fluida dikatakan statis, jika fluida tersebut diam atau bergerak dengan kecepatan tetap.
Pada fluida yang diam, tidak terjadi tegangan geser di antara partikel partikelnya, dan untuk zat
cair akan mempunyai permukaan horisontal dan tekanan yang tetap. Apabila suatu benda berada
di dalam zat cair yang diam, maka akan mengalami gaya yang diakibatkan oleh tekanan zat cair.
Tekanan tersebut bekerja tegak lurus terhadap permukaan benda. Zat yang tersebar di alam
dibedakan dalam tiga keadaan (fase), yaitu fase padat, cair dan gas. Karena fase cair dan gas
memiliki karakter tidak mempertahankan sesuatu bentuk yang tetap, maka keduanya mempunyai
kemampuan untuk mengalir, dengan demikian keduanya disebut fluida.
Mekanika fluida adalah cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang perilaku dari
zatcair dan gas dalam keadaan diam ataupun bergerak. Pada mekanika fluida, dipelajari perilaku
fluida dalam keadaan diam (statistika fluida), di mana tidak adanya tegangan geser yang bekerja
pada partikel fluida tersebubt, dan fluida dalam keadaan bergerak (dinamika fluida). Aliran fluida
atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya
untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil
dari ikatan molekul dalam zat padat, a kibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil pada
perubahan bentuk karena gesekan. Zat padat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang
tetap, sekalipun suatu gaya yang besar diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak mudah
berubah bentuk maupun volumenya, sedangkan zat cair dan gas, zat cair tidak mempertahankan
bentuk yang tetap, zat cair mengikuti bentuk wadahnya dan volumenya dapat diubah hanya jika
diberikan padanya gaya yang sangat besar. Gas tidak mempunyai bentuk maupun volume yang
tetap,gas akan berkembang mengisi seluruh wadah. Karena fase cair dan gas tidak
mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai kemampuan untuk mengalir.
Dengan demikian kedua – duanya sering secara kolektif disebut sebagai fluida (Olson, 1990).

1.2. Tujuan
Memberikan pengertian dan pemahaman kepada mahasiswa tentang macam macam fluida, ruang
lingkup mekanika fluida, konsep konsep dasar, statika fluida, serta pendekatan dengan
mengembangkan pemodelan matematika dalam bentuk integral untuk volume atur, dan analisa
dimensi, keserupaan dan studi model.

Univesitas Sriwijaya
BAB 2
MEKANIKA FLUIDA

2.1. Konsep Tentang Fluida


Fluida adalah zat alir adalah zat dalam keadaan bisa mengalir dan memberikan sedikit
hambatan terhadap perubahan bentuk ketika ditekan. Ada dua macam fluida yaitu cairan dan gas.
Salah satu ciri fluida adalah kenyataan bahwa jarak antara dua molekulnya tidak tetap, bergantung
pada waktu. Ini disebabkan oleh lemahnya ikatan antara molekul yang disebut kohesi. Gaya kohesi
pernah kita pelajari saat kita berada di bangku SMP gaya kohesi sendiri tersebut adalah gaya tarik
antar partikel sejenis. Dalam kasus ini gaya kohesi antara molekul gas sangat kecil jika
dibandingkan gaya kohesi antar molekul zat cair. Ini mnyebabkan molekul-molekul gas menjadi
relatif bebas sehingga gas selalu memenuhi ruang. Sebaliknya molekul-molekul zat cair terikat satu
sama lainnya sehingga membentuk suatu kesatuan yang jelas meskipun bentuknya sebagian
ditentukan oleh wadahnya. Akibat yang lainnya adalah sifat kemampuannya untuk dimampatkan.
Gas bersifat mudah dimampatkan sedangkan zat cair sulit. Gas jika dimampatkan dengan tekanan
yang cukup besar akan berubah manjadi zat cair. Mekanika gas dan zat cair yang bergerak
mempunyai perbedaan dalam beberapa hal, tetapi dalam keadaan diam keduanya mempunyai
perilaku yang sama dan ini dipelajari dalam statika fluida. Fluida terbagi atas dua jenis, yakni fluida
tak mengalir (hidrostatika) dan flida mengalir (hidrodinamika). Penerapannya dalam peralatan
teknik di kehidupan sehari-hari saat ini banyak sekali contohnya dari mulai yang sangat sederhana
seperti pompa angin hingga sistem pengeboran minyak lepas pantai.

2.1.1. Fluida Statis


Fluida statis bermakna fluida atau zat alir yang tidak bergerak. Hal-hal yang dibahas
dalam Fluida statis ini yaitu mengenai massa jenis, tekanan zat cair, hukum Pascal, tekanan
hidrostatis, bejana berhubungan, hukum Archimedes, gaya apung, tegangan permukaan,
kapilaritas. Eksperimen yang dilakukan bisa menghubungkan zat cair antar pipa yang berbeda luas
dan penampang, menentukan massa jenis benda, mengukur massa gas dalam ruang atau tabung,
bahkan bisa digunakan menentukan tekanan udara yang semakin meningkat ke atmosfer. Satuan
yang digunakan adalah satuan tekanan (pascal, N/m2, atmosfer, psi), satuan volume (liter,
dm>sup>3,m3, mililiter), satuan gaya (newton, dyne).

Univesitas Sriwijaya
2.1.2. Fluida Dinamis
Fluida statis adalah fluida yang diam, sedangkan fluida dinamis adalah fluida yang
bergerak atau dalam hal ini fluida yang mengalir. Aliran fluida secara umum bisa kita bedakan
menjadi dua macam, yakni aliran lurus alias laminar dan aliran turbulen. Aliran lurus bisa kita sebut
sebagai aliran mulus, karena setiap partikel fluida yang mengalir tidak saling berpotongan. Salah
satu contoh aliran laminar adalah naiknya asap dari ujung rokok yang terbakar. Mula-mula asap
naik secara teratur (mulus), beberapa saat kemudian asap sudah tidak bergerak secara teratur
lagi tetapi berubah menjadi aliran turbulen. Aliran turbulen ditandai dengan adanya linkaran-
lingkaran kecil dan menyerupai pusaran dan kerap disebut sebagai arus eddy. Contoh lain dari
aliran turbulen adalah pusaran air. Ciri-ciri dari aliran fluida:
1. Aliran fluida bisa berupa aliran tunak (steady) dan aliran tak tunak (non-steady). Maksudnya
apa sich aliran tunak dan tak-tunak,dikatakan aliran tunak jika kecepatan setiap partikel di suat
u titik selalu sama. Katakanlah partikel fluida mengalir melewati titik A dengan kecepatan
tertentu, lalu partikel fluida tersebut mengalir dengan kecepatan tertentu di titik B. nah, ketika
partikel fluida lainnya yang nyusul dari belakang melewati titik A, kecepatan alirannya sama
dengan partikel fluida yang bergerak mendahului mereka. Hal ini terjadi apabila laju aliran fluida
rendah alias partikel fluida tidak kebut-kebutan. Contohnya adalah air yang mengalir dengan
tenang. Lalu bagaimanakah dengan aliran tak-tunak ? aliran tak tunak berlawanan dengan
aliran tunak. Jadi kecepatan partikel fluida di suatu titik yang sama selalu berubah. Kecepatan
fluida di titik yang berbeda tidak sama.
2. Aliran fluida bisa berupa aliran termampatkan (compressible) dan aliran tak-termapatkan
(incompressible). Jika fluida yang mengalir mengalami perubahan volum (atau massa jenis)
ketika fluida tersebut ditekan, maka aliran fluida itu disebut aliran termapatkan. Sebaliknya
apabila jika fluida yang mengalir tidak mengalami perubahan volum (atau massa jenis) ketika
ditekan, maka aliran fluida tersebut dikatakan tak termampatkan. Kebanyakan zat cair yang
mengalir bersifat tak-termampatkan.
3. Aliran fluida bisa berupa aliran berolak (rotational) dan aliran tak berolak (irrotational). untuk
memahaminya dengan mudah, dirimu bisa membayangkan sebuah kincir mainan yang dibuang
ke dalam air yang mengalir. Jika kincir itu bergerak tapi tidak berputar, maka gerakannya
adalah tak berolak. Sebaliknya jika bergerak sambil berputar maka gerakannya kita sebut
berolak. Contoh lain adalah pusaran air.
4. Aliran fluida bisa berupa aliran kental (viscous) dan aliran tak kental (non-viscous). Kekentalan
dalam fluida itu mirip seperti gesekan pada benda padat. Makin kental fluida, gesekan antara
partikel fluida makin besar. Mengenai viskositas alias kekentalan akan kita kupas tuntas dalam
pokok bahasan tersendiri.

Univesitas Sriwijaya
2.1.3. Terapan Fluida Dalam Kehidupan
.Manfaat dan terapan fluida baik fluida statis maupun fluida dinamis bagi kehidupan
sangat banyak antara lain yang sering digunakkan dongkrak hidrolik, pompa hidrolik ban sepeda,
mesin hidrolik, rem piringan hidrolik, hidrometer, kapal laut, kapal selam, balon udara, karburator,
sayap pesawat terbang. Berikut ini adalah penjelasan mengenai penerapan- penerapan fluida di
atas: Dongkrak Hidrolik Prinsip kerja dongkrak hidrolik adalah penerapan dari hukum Paskal yang
berbunyi tekanan yang diberikan pada zat cair di dalam ruang tertutup diteruskan sama besar ke
segala arah. Tekanan yang kita berikan pada pengisap yang penampangnya kecil diteruskan oleh
minyak (zat cair) melalui pipa menuju ke pengisap yang penampangnya besar. Pada pengisap
besar dihasilkan gaya angkat yang mampu menggangkat beban

2.2. Sistem dan Volume atur


Sistem adalah sejumlah massa yang tetap dan teridentifikasikan, batas sistem membatasi
sistem dari sekelilingnya (lingkungannya). Batas sistem bisa tetap ataupun berubah-ubah atau
tidak tetap tetapi tidak ada massa yangmelintasinya.
Sistem volume atur adalah sistem termodinamika di mana selain berlangsung
perpindahan energi dalam bentuk kerja atau panas, pada saat yang bersamaan berlangsung
perpindahan massa aliran fluida gas atau cairan, atau campuran keduannya. Sistem
termodinamika volume atur merupakan model sederhana mesin-mesin termal yang banyak
dipergunakan di industri, baik sebagai bagian dari instalasi mesin pembangkit tenaga dan/atau
mesin-mesin pendingin.
Kinerja instalasi industri, baik itu daya yang dihasilkannya maupun efisiensi pemakaian
energi bahan bakar, sangat bergantung kepada performance sistem-sistem termalnya sehingga
upaya perbaikan sistem merupakan hal yang sangat penting. Untuk dapat memberikan kontribusi
terhadap upaya-upaya tersebut diperlukan kemampuan penerapan konsep volume atur dan
analisis termodinamikanya.
suatu sistem yang kadang-kadang juga disebut benda bebas atau bendaterisolasi,
didefinisikan sebagai kumpulan zat sebarang yang mempunyai identitastetap. Segala sesuatu yang
ada di luar sistem disebut lingkungan. Batas dari sistem didefinisikan sebagai suatu permukaan,
yang dapat berbentuk riil atau imaginer yangmemisahkan sistem dari lingkungannya.Melalui
penggunaan gagasan sistem kita memusatkan perhatian kita padabenda atau zat dan mengamati
interaksi antara sistem dan lingkungannya. Sebagai contoh kita perhatikan hukum Newton yang
kedua: F=m a. Dalam definisi ini F adalah gaya resultan yang diadakan oleh lingkungan
padasistem, m adalah massa sistem dan a adalah vektor percepatan yang dialami oleh titik pusat
massa sistem. Langkah yang pertama dalam menetapkan hukum kekekalanmassa, kekekalan

Univesitas Sriwijaya
momentum, kekekalan energi dan hukum termodinamika yang kedua dalam bentuknya yang
elementer adalah dengan mendefinisikan suatu sistem.Tanpa langkah ini apa yang dinamakan
gaya, massa, panas, kerja, dan sebagainyaakan kabur artinya sampai apa yang dinamakan sistem
didefinisikan dengan jelas.Fluida sangat mudah bergerak, dan karena itu agak sukar untuk
menganalisabatas dan sistem fluida untuk waktu yang agak lama. Hal yang demikian kita
jumpaidalam mesin turbo, dimana proses yang rumit berlangsung dan dimana partikel fluidayang
berbeda yang melalui mesin mengalami sejarah yang berbeda. Karena itu, untuk fluida yang
bergerak lebih mudah bila kita menggunakan suatu konsep lain, dimanayang kita perhatikan
adalah suatu volume dalam ruang yang tertentu, yang dilalui olehaliran fluida, dan bukan fluida
yang mempunyai partikel dengan identitas tetap.

2.2.1 Volume Atur


Dengan pemikiran di atas kita definisikan volume atur sebagai volume yang sebarang,
yang kedudukannya tetap di dalam ruang dan fluida mengalir di dalamnya.Identitas dari fluida yang
memenuhi volume atur berubah dengan waktu. Permukaanyang mengelilingi volume atur disebut
permukaan atur, yang berhubungan tunggal(singly connected) atau berhubungan majemuk
(multiply connected). Kadang-kadang kita gunakan volume yang ukurannya infinitesimal (kecil
sekali), kadang-kadang volume yang ukurannya tertentu, pemilihan ini didasarkan atas hasil yang
diinginkan.

2.3. Analisa Secara Diferensial dan Integral


2.3.1. Analisa Diferensial
Diferensial adalah turunan fungsi f adalah fungsi lain f’(dibaca faksen) yang nilainya pada
sembarang bilangan c adalah: asalkan limitnya ada disebut turunan.

Diferendial diartikan juga sebagai persamaan yang mengandung satu atau lebih fungsi
(peubah tak bebas) beserta turunannya terhadap satu atau lebih peubah bebas disebut turunan.

Persamaan diferensial ini dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

Univesitas Sriwijaya
1. Diferensial Biasa
Diferensial biasa adalah persamaan diferensial yangmengandung satu atau
lebih fungsi (peubah tak bebas) beserta turunannya terhadap satu peubah bebas.

2. Diferensial Parsial
Persamaan diferensial mengandung satu atau lebih fungsi (peubah tak bebas) beserta
turunannya terhadap lebih dari satu peubah bebas. Kebanyakan permasalahan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat direpresentasikan dalam bentuk persamaan diferensial parsial.
Persamaan tersebut merupakan laju perubahan terhadap dua atau lebih variable bebas yang
biasanya adalah waktu dan jarak (ruang).Bentuk umum persamaan diferensial order 2 dan dua
dimensi adalah:

dengan a, b,c, d, e, f dan g merupakan fungsi dari variable x dan y dan variable tidak bebas φ.
2.3.2. Analisa Integral
Proses mengintegralkan suatu fungsi merupakan kebalikan turunan atau derivatif. Suatu
fungsi f(x) dapat kita turunkan menjadi:

Apabila kita ingin mencari suatu fungsi f(x) dari turunan atau derivatifnya, maka
dinamakan integral. Beberapa fungsi yang sering digunakan beserta integral fungsi dapat dilihat
pada tabel:

Univesitas Sriwijaya
Contoh:

Beberapa sifat pada operasi integral (sifat linearitas):

Beberapa sifat trigonometri yang perlu diingat:

Univesitas Sriwijaya
2.4. Deskripsi Euler dan Lagrange
Metode ini menguraikan hubungan antara kedudukan berbagai partikel fluida dengan
waktu, dimana fluida dianggap sebagai kontinum. Hal ini berlaku selama ukuran dari partikel fluida
yang diamati jauh lebih besar dari jarak lintasan bebas rata-rata dari molekul.
Ada dua cara dalam menerangkan gerak fluida atau bentuk persamaan medan dalam
fluida, yaitu metode Lagrange dan metode Euler. Perbedaannya terletak pada cara penentuan
kedudukan dalam medan, yang satu bersangkutan dengan apa yang terjadi pada partikel fluida
dengan identitas tetap selama waktu yang tertentu, bagaimana lintasannya, berapa besar
kecepatan dan percepatannya.

2.4.1. Deskripsi Lagrange


Metode lagrange yang bersangkutan dengan partikel fluida dengan identitas letap. Dalam
meode ini, variabel seperti lintasan, kecepatan, percepatan dan variabel fisika lainya untuk partikel
fluida dengan identitas tetap. Koordinat (x,y, z) adalah koordinat dari elemen fluida, dan karena
elemen fluida yang ditinjau identitasnya tetap dan bergerak pada lintasannya, maka koordinat
tersebut tergatung pada waktu. Dengan kata lain koordinat tersebut merupakan variabel dependen
dalam bentuk Lagrange. Suatu elemen fluida dikenali dari kedudukannya medan fluida pada suatu
waktu sebarang. Yang biasanya dipilih sebagai t =0. Gerak dari partikel fluida ini tertentu bila kita
ketahui persamaan kedudukannya terhadap waktu. Jadi jika r menyatakan kedudukan suatu
partikel fluida dengan identitas tetap, maka:
R = r (a, b, c, t)

Univesitas Sriwijaya
Atau
X = x (a, b, c, t)
Y = y (a, b, c, t)
Z = z (a, b, c, t)

Dan medan kecepatan dinyatakan sebagai:


V = v (a, b, c, t)
Dengan koordinat (a, b, c) menyatakan kedudukan awal dari partikel fluida dengan
identitas tetap. Variabel aliran fluida yang lain, yang merupakan fungsi-fungsi dari koordinat tadi,
dapat dituliskan dengan cara yang sama. Metode Lagrange Jarang dipergunakan dalam mekanika
fluida, karena jenis informasi yang diinginkan bukanlah harga variabel fluida yang dialami suatu
partikel fluida sepanjang lintasannya, letapi hanya variabel fluida pada suatu titik tetap dalam
ruang Meskipun demikian metode Lagrange dapat dihubungkan dengan metode anlisa
berdasarkan sistem.
Metode Euler memberikan harga variabel fluida pada suatu titik pada suatu waktu. Dalam
bentuk fungsional, medan kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut:
V =v ( x. y, z, t)
Dimana x, y, z, dan t semuanya merupakan variabel beban untuk suatu titik tertentu (XI,
yJ, ZI) dan waktu tl . metode Euler dapat dihubbungkan dengan metode analisa dengan volume
atur.
Katakan kita memiliki sebuah mobil, mobil ini berjalan dari Jakarta menuju Bandung.
Dengan melihat GPS yang ada didalam mobil, sang pengendara dapat mengetahui posisi mobil

tersebut pada waktu tertentu, yaitu sebesar . Cat : Huruf kapital menyatakan posisi

initial mobil, sehingga saat , maka .


Kecepatan mobil tersebut, menurut deskripsi Lagrange adalah

. Perhatikan bahwa perhitungan kecepatannya merupakan


fungsi dalam kapital yang merupakan posisi initial pengamatan dan waktu . Kita ketahui
bahwa dengan awal, dan dengan nilai sembarang, maka posisi akhir pengamat dan benda
yang diamati akan selalu berhimpit pada .
Kesimpulannya, dalam deskripsi Lagrange, yang kita amati adalah besaran pada posisi
sang pengamat berada, dimana posisi sang pengamat dan besaran yang diamati akan selalu
berhimpit

Univesitas Sriwijaya
2.4.2. Deskripsi Euler
Kita pertimbangkan kasus yang sama, sebuah mobil yang berjalan dari Jakarta ke
Bandung. Namun kali ini pengamatnya berbeda, anggap ada seorang polisi di sebuah pos polisi
diantara Jakarta-Bandung.
Polisi ini ingin mengetahui kecepatan si mobil tadi yang akan lewat di pos polisi yang dia
jaga. Pertama2, kita harus tahu letak kantor pos polisi tersebut, letaknya katakanlah ada

di .
Sehingga kemudian besarnya kecepatan mobil itu saat lewat didepan pos polisi tersebut adalah

sebesar . Disini kecepatan mobil yang ingin dicari adalah pada


posisi tertentu, sehingga tentunya posisi akhir mobil dan titik pengamatan, belum tentu berada
pada satu titik yang sama.
Kesimpulannya, dalam deskripsi Euler, yang kita amati adalah besaran pada suatu titik
tertentu yang kita tentukan. Dengan menggunakan deskripsi ini, posisi pengamat adalahfixed (tidak
berpindah-pindah).

2.5. Sistem Dimensi dan satuan


Dimensi adalah ukuran untuk menyatakan peubah fisika secara kuantitatif. Satuan adalah
suatu cara khusus untuk mengaitkan sebuah bilangan dengan dimensi kuantitatif. Jadi, panjang
adalah suatu dimensi yang dapat dikaitkan dengan peubah-peubah seperti jarak, pergeseran,
lebar, simpangan, dan ketinggian. Meter atau inci keduanya merupakan satuan numeris untuk
menyatakan panjang.
Sistem satuan senantiasa berbeda-beda dari satu negara ke negara lain, walaupun
kesepakatan internasional telah dicapai. Pada mulanya banyak dipakai satuan Inggris, karena
terlalu banyak menggunakan faktor konversi, maka dianggap rumit dan tidak praktis. Pada tahun
1872 suatu pertemuan internasional di Perancis mengusulkan suatu perjanjian yang disebut
Konvensi Metrik, yang ditandatangani oleh 17 negara. Konvensi Metrik merupakan perbaikan atas
sistem Inggris, yaitu dengan memperkenalkan sistem desimal. Masalah tetap ada, sebab beberapa
negara yang sudah menggunakan sistem metrik pun masih menggunakan sistem Inggris untuk
satuan-satuan tertentu, contohnya kalori padahal seharusnya joule, kilopond padahal seharusnya
newton, dan sebagainya. Konferensi umum tentang timbangan dan ukuran diselenggarakan pada
tahun 1960 untuk membakukan sistem metrik. Konferensi ini mengusulkan Sistem Satuan
Internasional (SI), seperti yang selama ini kita pakai. (Soedradjat, 1983)
Menurut (Wihantoro, 2006) Di dalam mekanika fluida hanya ada empat dimensi pokok.
Semua dimensi lainnya dapat diturunkan dari keempat dimensi pokok ini. Dimensi pokok itu ialah
massa, panjang, waktu dan suhu.

Univesitas Sriwijaya
Dimensi–dimensi ini disajikan dalam Tabel 1.1
Tabel 1.1. DIMENSI-DIMENSI POKOK DALAM SISTEM DAN BG
Dimensi Satuan Faktor konversi
Satuan BG
pokok SI
Panjang Meter (m) Kaki (ft) 1 ft = 0.3048 m
Massa Kilogram (kg) Slug 1 slug = 14.5939 kg
Waktu Sekon (s) Sekon (s) 1s=1s
Suhu Kelvin (k) Rankine (ºR) 1 K = 1.8ºR

Tabel 1.2. DIMENSI-DIMENSI TURUNAN DALAM MEKANIKA FLUIDA


Satuan Faktor konversi
Dimensi turunan Satuan BG
SI
Luas { L² } m² ft² 1 m² = 10,764 ft²
Volume { L³ } m³ ft³ 1 m³ = 35,315 ft³
Kecepatan { LTˉ¹ } m/s ft/s 1 ft/s = 0,3048 m/s²
Percepatan { LTˉ² } m/s² ft/s² 1 ft/s² = 0,3048 m/s²
Tekanan atau tegangan
{MLˉ¹ Tˉ² } Pa = N/m² lbf/ft² 1 lbf/ft² = 4788 Pa
Kecepatan sudut { Tˉ¹ } sˉ¹ sˉ¹ sˉ¹ = sˉ¹
Energi, kalor, usaha
{ML² Tˉ² } j=N.m ft . lbf 1 ft . lbf = 1.3558 J
Daya {Ml² Tˉ³ } W = j/s (ft . lbf)/s 1 (ft . lbf)/s = 1.3558 W
Kerapatan {MLˉ³ } Kg/m³ Slug/ft³ 1slug/ft³ = 515.4 kg/m³
Kekentalan {MLˉ¹ Tˉ¹ } Kg/(m . s) Slug/(ft . s) 1slug/(ft . s) = 47.88 kg/(m . s)
Kalor spesifik {L²T²οˉ¹ } m²/(s² . k) lt²/(s² . ºR) 1 m²/(s² . k) = 5.980 ft²/(s² . ºR)

2.6. Konsep-konsep Dasar Mekanika Fluida


2.6.1. Fluida Newtonian dan Non-Newtonian
Fluida diklasifikasikan sebagai fluida Newtonian dan non-Newtonian. Dalam fluida
Newtonian terdapat hubungan linear antara besarnya tegangan geser yang diterapkan dan laju
perubahan bentuk yang diakibatkan. Namun, apabila hubungannya tak linear maka disebut non-
Newtonian. Gas dan cairan encer cenderung bersifat fluida Newtonian sedangkan hidrokarbon
berantai panjang yang kental mungkin bersifat non-Newtonian. Grafik pada gambar di bawah inii
menunjukkan perbandingan antara tegangan geser dan viskositas pada fluida Newtonian dan
fluida Non-Newtonian.

Univesitas Sriwijaya
Gambar 1. Grafik fluida Newtonian dan non-Newtonian

2.6.1.1. Persamaan Fluida Newtonian dan Non-Newtonian


Persamaan yang menggambarkan perlakuan fluida Newtonian adalah:
...............................................................................................(2.1)

Dimana: tegangan geser yang dihasilkan oleh fluida


viskositas fluida-sebuah konstanta proporsionalitas

gradien kecepatan yang tegak lurus dengan arah geseran

Viskositas pada fluida newtonian secara deinisi hanya bergantung pada temperatur dan
tekanan, dan tidak bergantung pada gaya-gayayang bekerja pada fluida. Jika fluida bersifat
inkompresibel maka viskositas bernilai tetap diseluruh bagian fluida (Karyono, 2008).
Persamaan yang menggambarkan tegangan geser (dalam koordinat kartesian) adalah:

........................................................... (2.2)
dimana: ij = tegangan geser pada bidang ith dengan arah jth
V = kecepatan pada arah ith
i

X koordinat berarah jth


j=

Jika suatu fluida tidak memenuhi hubungan ini, fluida ini disebut fluida non-Newtonian.
Dimana fluida non-Newtonian viskositasnya akan berubah bila terdapat gaya yang bekerja pada
fluida (seperti pengadukan).

2.6.2. Tegangan Permukaan


Tegangan permukaan cairan (γ) adalah kerja yang dilakukan untuk memperluas
permukaan cairan dalam satuan luas. Menurut Ginting (2002), Tegangan permukaan cairan dapat
diukur dengan cara:
1. cara drop out
2. cara buble pressure

Univesitas Sriwijaya
3. tensiometer
4. cara capilary rise

dimana: = tegangan permukaan (dyne/cm atau N/m)


F = gaya yang bekerja di permukaan (N atau dyne)
l = panjang benda dipermukaan fluida (cm atau m)

2.6.3. Klasifikasi Aliran Fluida


Secara garis besar jenis aliran dapat dibedakan atau dikelompokkan sebagai berikut
(Olson, 1990):
a. Aliran Tunak (steady)
Suatu aliran dimana kecepatannya tidak terpengaruh oleh perubahan waktu sehingga
kecepatan konstan pada setiap titik (tidak mempunyai percepatan).
b. Aliran Tidak Tunak (unsteady)
Suatu aliran dimana terjadi perubahan kecepatan terhadap waktu.

2.6.3.1. Tipe-Tipe Aliran


Bilangan Reynolds merupakan bilangan yang tak berdimensi yang dapat membedakan
suatu aliran dinamakan laminer, transisi dan turbulen.

dimana: V = kecepatan fluida (m/s)


D = diameter dalam pipa (m)
ρ = rapat massa fluida (kg/m3)
µ = viskositas dinamik fluida (kg/ms) atau (N.s/m2)
a. Aliran Laminar
Aliran laminar didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan–
lapisan atau lamina–lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Aliran laminar inii
mempunyai nilai bilangan Reynoldsnya kurang dari 2300 (Re < 2300).

Univesitas Sriwijaya
Gambar 2. Aliran Laminar

b. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke aliran turbulen. Keadaan
peralihan ini tergantung pada viskositas fluida, kecepatan dan lain-lain yang menyangkut geometrii
aliran dimana nilai bilangan Reynoldsnya antara 2300 sampai dengan 4000 (2300<Re<4000) .

Gambar 3. Aliran Transisi

c. Aliran Turbulen
Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana pergerakan dari partikel-partikel
fluida sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar
lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida yang
lain dalam skala yang besar. Dimana nilai bilangan Renoldsnya lebih besar dari 4000 (Re>4000).

Gambar 5. Aliran Turbulen.

2.7. Statistika Fluida


Pengetahuan tentang statika fluida dibahas dalam dua bagian yaitu studi tentang tekanan
serta variasinya pada seluruh bagian fluida dan studi mengenai gaya-gaya tekanan pada
permukaan yang terbatas besarnya.

Univesitas Sriwijaya
2.7.1. Tekanan dengan luas bidang tersebutdi suatu titik
Tekanan rata-rata dihitung dengan membagi gaya normal (gaya tegak lurus) yang
mendorong suatu bidang datar dengan luas bidang tersebut. Tekann disuatu itik adalah limit
perbandingan gaya normal terhadap luas bidng bila bidang tersebut mendekati ukuran nol pada
titik itu. Di suatu titik fluida yang tidak bergerak mempunyai tekanan yang sama dalam semua arah.
Hal ini berarti bahwa suatu bidang elemen οA yang sangat kecil luasnya, yng bebas berputar
terhadap pusatnya bila terendam dalam fluida yang tidak, akan mendapat gaya besarnya konstan
yang bekerja pada kedua sisinya, bagaimanapun orientasinya.
Guna menunjukkan hal ini, kita memperhatikan suatu benda bebas kecil yang berbentuk
baji dengan lebar satuan di titik (x,y) dalam fluida yang tidak bergerak. Karena tidak dapat terjadi
gaya geser, maka gaya-gaya yang ada hanyalah gaya-gaya permukaan normal dan gaya berat,
mk persamaan-persamaan gerakan dalam arah x dan y masing-masing adalah :

Dimana Px, Py,Pa adalah tekanan rata-rata pada ketiga permukan, y ialah berat jenis
fluida, p kerapatannya, dan ax, ay percepatan. Bila diambil limitnya bila benda bebas tersebut
diperkecil mendekati ukuran nol dengan membuat permukaan miringnya mendekati (x,y) sambil
mempertahan sudut θ yang sama dan bila kita menggunakan hubungan geometri.

Suku terakhir persamaan yang kedua adalah kecil tak hingga dengan orde dengan
kekecilan yang tinggi dan dapat diabaikan. Bila persamaan-persamaan di atas dibagi masing-
masin dengan oy dan ox maka persamaan-persamaan tersebut dapat digabungkan:
Ps=Px=Py………………………………………………………………………………………………….2.1
Karena sudut θmerupakan sembarang sudut, maka persamaan ini membuktikan bahwa
tekanan adalah sama dalam semu arah disuatu titik dalam fluida static. Walaupun pembuktian
tersebut dilaksanakan untuk kasus dua dimensi, namun dapat dibuktikan bagi kasus tiga dimensi

Univesitas Sriwijaya
dengan persamaan-persamaan keseimbangan untuk sebuah bidang empat kecil fluida dengan tiga
maka dalam bidang-bidang koordinat dan muka keempat miring sembarang.
Jika fluida bergerak sedemikian hingga satu lapisan bergerak relative terhadap lapisan
yang berdekatan, terjadilah tegangan-tegangan besar, dan tegangangan normal disuatu titik rata
rata sembarang tiga tegangan tekan yang saling tegak lurus disutu titik.

2.7.2. Persamaan Dasar Statika Fluida


Gaya-gaya yang bereaksi pada suatu elemen fluida dalam keadaan diam (,Gb.2.2.) terdiri
dari gaya-gaya permukaan (surface forces) dan gaya-gaya badan (body forces). Dengan gaya
berat sebagai satu-satunya gaya-gaya badan yang bereaksi, dengan mengambil sumbu y vertical
ke atas maka gaya tersebut adalah –y∂x∂∂z dalam arah y dengan tekanan p dipusatnya (x,y,z)
gaya yang beraksi terhadap sisi yang tegak lurus terhaap sumbu y dan yang terdekat dengan titik
nol adalah kurang-lebih.

Dimana ∂y ialah jarak dari pusat ke muka yang tegak lurus terhadap y. dengan menjumlahkan
gaya-gaya yang bereaksi terhadap elemen tersebut dalam arah y kita mendapat

Univesitas Sriwijaya
Untuk arah x dan z, karena tiadanya gaya badan yang beraksi,

Vektor gaya elemental diberikan oleh

Jika elemen tersebut diperkecil mendekati ukuran nol, setelah dibagi dengan rumus tersebut
menjadi eksak

Inilah gaya resultante per volume satuan disuatu titik, yang harus disamakan dengan nol untuk
fluida dalam keadaan diam. Besaran yang dalam kurung adalah gradient yang disebut V (del),
pasal 8.2,

Dan gradient negative p, -Vp, adalah medan vector f untuk gaya tekanan permukaan per volume
satuan,
F = -Vp (2.4.)
Maka hokum statika fluida tentang variasi tekanan adalah
F-jy = 0 (2.5.)

Univesitas Sriwijaya
Bagi fluida tak viskos yang bergerak, atau suatu fluida yang bergerak sedemikian hingga
tegangan gasar di mana-mananol, hokum newton yang kedua berbentuk
f-jy = pa (2.6.)
dengan a percepatan elem fluida tersebut f –jy adalah resutante gaya fluida apabila gaya
berat adalah satu stunya gaya badan yang bereaksi. Dalam bentuk komponen, pers (2.6.) menjadi

Turunan turunan parsial untuk variasi dalam arah horizontal merupakan suatu bentuk
hokum pascal, persamaan-persamaan itu menyatakan bahwa dua titik pada ketinggian yang sama
dlam masa fluida yang sama dan yang tidak bergerak memunyai tekanan yang sama. Karena p
merupakan fungsi y saja,
Dp = - dy (2.7.)
Persamaan sederhana diferensial sederhana ini menghubungkan perubahan tekanan
dengan berat jenis serta perubahan ketinggian dan berlak untuk fluida yang mampu mampat
maupun yang tak mampu mampat. Bagi fluida yang dapat dianggap homogeny serta tak mampu
mampat, adalah konstan dan pers (2.7.) bila diintegrasikn menjadi
P = - y+ c
Dengan c konstan integrasi. Hokum hidrostatika tentang variasi tekanan seringkali ditulis
dalam bentuk p = h
Dengan h diukur vertical kebawah (h=-y) dari permukaan cairan bebas dan p adalah
kenaikan tekanan dari pada permukaan bebas itu. Persamaan (2.8.) dapat diturunkan dengan
menggunakan sebuah kolom pertikal cairan dengan tingi terbatas h yang permukaan atasnya
terletak dipermukaan bebas sebagai benda bebas fluida. Penurunan ini kami sediakan sebagai
latihan bagi anda.

2.7.3. Pengukuran Tekanan


Tekanan didefinisikan sebagai jumlah gaya ( F ) tiap satuan luas ( A). Apabila gaya terdistribusi
secara merata pada suatu luasan (Gambar 3.1), maka tekanan ( p ) didefinisikan sebagai berikut:

Univesitas Sriwijaya
dengan :
p = tekanan (N/m2)
F = gaya (N)
A = luas (m2)
Berdasarkan persamaan (3.1), jika tekanan pada suatu luasan diketahui, maka gaya
tekanan yang bekerja pada luasan tersebut adalah:

Tekanan dapat dinyatakan dengan mengacu kepada sembarang datum. Datum yang
lazim ialah nol absolut (nol mutlak) dan tekanan atmosfer 10kal.Bila suatu tekanan dinyatakan
sebagai beda antara nilainya dan hampa sempurna, maka tekanan tersebut dinamakan tekanan
absolut. Bila tekanan itu dinyatakan sebagai beda antara nilainya dan tekanan atmoster lokal.
maka tekanan tersebut dinamakan tekanan relative Gambar 2.3 melukiskan data serta hubungan
autara:satuan-satuan ukuran tekanan yang lazim.
Tekanan atmosfer standar adaIah takanan rata-rata pada permukaan Jaut, 29,92 inch H.
Tekanan yang dinyatakan dalam panjang kolom suatu cairan adalah setara dengan gaya pcrluas
satuan di dasar kolom itu. Hubungan untuk perubahan tekanan terhadap ketinggian dalam suatu
cairan p = 'Yh. menunjukkan hubungan antara tinggi tekan h.dalam panjang kolom fluida dengan
berat jenis 'Y,dan tekanan p. Satuan tekanan p dalam pascal, 'Y dalam newton per meter kubik,
dan h daIam meter. Dengan berat jenis setiap cairan yang dinyatakan dalam jenisnya S kali berat
jenis air. Sehingga dapat ditulis :

Univesitas Sriwijaya
Dalam gambar 2-3 kita dapat menempatkan suatu tekanan pada diagram, yang
menunjukkan hubungannya dengan nol absolut dan dengan tekanan atmosfir lokal. Jika titik yang
bersangkutan berada di bawah garis tekanan-atmosfir lokal dan ditunjuk terhadap datum (acuan)
relatif, maka tekanan yang bersangkutan disebut negatif, hisap atau hampa. Perlu diperhatikan
bahwa:

2.7.3. Gaya-gaya terhadap bidang datar


Dalam paragrap-paragrap yang lain kila telah membahas variasi tekanan di dalam fluida.
Gaya.gaya terbagi yang diakibatkan oleh aksi fluida terhadap suatu bidang yang Iuasnya terbatas
mudah diganti dengan gaya resultante, sejauh menyangkut reaksi luar terhadap sistim gaya.
Dalam paragrap ini besar gaya resultante dan garis aksi nya (pusat tekan) di tentukan dengan
integrasi, dengan mmus, dan dengan menggunakan konsepsi prisma tekanan.

Sebuah permukaan datar (rata) dalam posisi horisontal dalam fluida yang tidak

Univesitas Sriwijaya
bergerak mengalami tekanan yang konstan. Besar gaya yang beraksi tcrhadap satu sisi
permukaan itu adalah

2.7.4. Gaya Apung


Gaya resultante yang dilakukan terhadap Buatu benda oleh fluida statik tempat benda itu
terendam atau terapung dinamakan gaya apung. Gaya apung selalu beraksi vertikal ke atas. Tidak
mungkin terdapat komponen horisontal dari resultantenya karena proyeksi benda yang terendam
atau bagian yang terendam dari benda terapung itu pada bidang vertical selalu nol.

Gaya apung pada benda yang terendam adalah beda antara komponen vertical gaya
tekanan terhadap sisi atas benda tersebut. Dalam Gb 2.5 gaya ke atas pada sisi bawah
samadengan berat cairan, yang nyata atau yang khayali, yang terdapat vertical di atas permukaan
ABC yang ditunjukkan oleh berat cairan di-dalam ABCEFA. Gaya ke bawah pada permukaan atas
sama dengan berat cairan ADCEFA.Perbedaan antara kedua gaya torsobut adalah snatu gaya,
yang vertikal ke atas disebabkan oleh berat fluida ABCD yang djpindahkan olehbenda paat itu.
Dalam bentuk persamaan FB = Vγ
Dengan FB gaya apung, v volume fluida yang dipindahkan, dan y adalah berat jenis fluida.
Rumns yang sarna bcrlaku untuk benda yang terapung bila sebagai v dipergunakan volume cairan
yang dipindahkan. Hal ini nyata dari pemeriksaan terhadap benda yang terapung dalam Gb 2.5

Univesitas Sriwijaya
Dalam Gb 2.6 gaya vertikal yang dilakukan terhadp suatu elemen benda tersebut yang berbentuk
prisma vertikaJ yang berpenampang δA adalah
δFB = (P2-P1) δA=γhδA = γ dv
Dengan δVvolume prisma. Integrasi pada seluruh benda menghasilkan

FB =

Bila γ dianggap konstan seluruh volumenya.

2.7.5. Stabilitas benda yang terapung dan yang tenggelam


Suatu benda yang terapung dalam cairan yang statik mempunyai stabilitas vertikal. Suatu
perpindahan ke atas yang kecil skan mengurang volume cairan yang dipindahkan. Dengan akibat
adanya gaya ke bawah yang tidak terimbangi dan yang cendernng untuk mengembalikan benda itu
ke posisinya semula.demikian pula, perpindahnn ke bawah yang kecil menghasilkan gaya apung
Yang lebih besar. Yang menyebabkan gaya ke atas yang tidak terimbangi.
Suatu benda mempunyai stabilitas linear bila perpindahan linear yang kecil dalam setiap
arah manapun mengakibatkan terjadinya gaya pengemba1ian yang cenderung mengembalikan
benda itu ke posisinya semula suatu benda mempunyai stabilitas putar bila suatu perpindahan
sudut yang kecil menyebabkan terjadinya kopel pengembalian. Dalam pembahasan berikut akan
dikembangkan metode-metode untuk menentukan stabilitas putar. Suatu benda dapat mengapung
dalam keseimbangan stabil, tak stabil mau netral. Bila suatu benda ada dalam keadaan tak stabil.
maka suatu perpindahan sudut yang kecil akan menyebabkan terjadinya kopel yang cenderung
memperbesar perpindahan sudut itu. Dalam hal benda dalam kesetimbangan netral yaitu
perpindahan sudut tidak menyebabkan terjadinya momen apapun.

2.8. Persamaan-persamaan Dasar Dalam Bentuk Integral Untuk Volume Atur

Untuk memecahkan masalah dalam mekanika fluida, maka kita harus terlebihdahulu
menentukan sistem yang akan dianalisa. Istilah sistem padatermodinamika dikenal dengan sistem

Univesitas Sriwijaya
tertutup dan sistem terbuka. Dalammateri ini kita akan menggunakan istilah sistem dan volume atur
(controlvolume).
Sistem adalah sejumlah massa yang tetap dan teridentifikasikan, batas sistemmembatasi
sistem dari sekelilingnya (lingkungannya). Batas sistem bisa tetapataupun berubah-ubah atau tidak
tetap tetapi tidak ada massa yang melintasinya. Seperti pada gambar menunjukkan bahwa
gas yang ada di dalam selinder dapat dikatakan sebagai suatu sistem. Batas sistem dapat
bergerak ataupundiam tergantung dari bergerak atau tidaknya piston. Volume atur adalah
sembarang volume disuatu ruang dimana aliran fluida melaluinya.

Piston

Pasangan Piston-Silinder
Volume atur adalah sembarang volume disuatu ruang dimana aliran fluida melaluinya.

Pipa

Arah Aliran

Contoh Surface

Aliran Fluida Melalui Pipa

Hukum-hukum dasar yang dipakai dalam materi mekanika fluida dapat diformulasikan
dalam bentuk sistem-sistem yang kecil dan volume atur. Persamaan-persamaan yang akan
dihasilkan akan lain bentuknya. Untuk keadaan pertama akan menghasilkan bentuk persamaan-
persamaan diferensial. Pada keadaan kedua, persamaan-persamaannya akan
berbentuk persamaan global, yaitu persamaan-persamaan yang menunjukkan sifat global dari
pada aliran. Kalau kita mempergunakan pendekatan diferensial dalam memecahkan problem-
problem gerakan fluida, maka kita akan dapatkan sifat-sifat detail daripada aliran. Sering sekali kita
hanya perlu mendapatkan sifat-sifat global darialiran dan tidak perlu mendapatkan sifat-sifat
detailnya.Untuk itu kita dapat mempergunakan formulasi integral dalam pemecahan
permasalahannya yang berarti pemecahannya adalah dengan pendekatansistem dan volume atur.

Univesitas Sriwijaya
Metoda Deskripsi
Bila kita dapat dengan mudah mengikuti jejak gerakan dari satu massa yang sudah
teridentifikasikan maka kita dapat menggunakan metoda deskripsi mengikuti partikel fluida
tersebut. Pada metoda ini dapat dilakukan dengan mempergunakan metoda Lagrange dan Euler.
Metoda Lagrange
Apa yang terjadi pada partikel fluida dengan identitas tetap selama waktu tertentu atau
sejumlah massa yang kecil, yang memenuhi anggapan kontinum, Misal : Bagaimana lintasan,
kecepatan dan percepatan.
Metoda Euler.
Mengetahui apa yang terjadi pada suatu titik di dalam ruang yang diisi fluida dan berapa
kecepatannya, percepatannya, dan seterusnya pada titik yang berbeda tempat dalam ruang.
Walaupun dengan metoda analisa Lagrange teridentifikasi, maka akan lebih mudah jika
menggunakan metoda Euler. Dengan metoda Euler menyatakan sifat dari aliran sebagai fungsi
dari koordinat ruang dan waktu.

2.9. Pengenalan Analisa Dimensi Dan Keserupaan


Pada dasarnya analisis dimensi ialah suatu metode untuk mengurangi jumlah kerumitan
variabel eksperimental yang mempengaruhi gejala fisika tertentu, dengan menggunakan semacam
teknik peringkasan. Kalau suatu gejala tergantung pada n variabel berdimensi, analisis dimensi
akan menyederhanakan soal itu sehingga hanya tergantung pada k variabel tak berdimensi,
sedang pengurangannya n – k = 1,2,3 atau 5 tergantung pada kesulitan soalnya. Pada umumnya
n – k sama dengan jumlah dimensi yang berbeda (kadang-kadang disebut dimensi pokok, atau
utama, atau dasar) yang menguasai soal tersebut. Dalam mekanika fluida, keempat dimensi dasar
itu ialah massa M, panjang L, waktu T, dan suhu atau singkatannya suatu sistem MLT. Kadang-
kadang dipakai sistem FLT, dengan gaya F sebagai pengganti massa. Meskipun maksudnya
untuk mengurangi variable dan mengelompokkan dalam bentuk tak berdimensi, namun analisis
dimensi mempunyai beberapa keuntungan sampingan. Yang pertama ialah penghematan waktu
dan biaya yang amat banyak. Misalkan kita mengetahui bahwa gaya F pada benda tertentu yang
terbenam di dalam aliran fluida hanya akan tergantung pada panjang L benda itu, kecepatan aliran
U, rapat fluida ρ, dan kekentalan µ.

F= f (L.U. ρ. µ) …..1

Pada umumnya diperlukan sekitar 10 titik eksperimental untuk menentukan sebuah kurva.
Untuk menentukan pengaruh panjang benda L kita harus melakukan percobaan itu dengan 10
macam panjang. Untuk masing-imasing panjang itu kita akan memerlukan 10 nilai untuk V, 10 nilai
untuk ρ dan 10 nilai untuk µ, sehingga total 10.000 percobaan. Kalau biaya Rp.5000 per

Univesitas Sriwijaya
percobaan nah anda tahu permasalahannya. Tetapi dengan analisis dimensi kita dapat segera
menyederhanakan persm. (1) menjadi bentuk yang setara.

=g

Atau,
C r = g (Re) …. 2

Artinya, koefisien gaya tak berdimensi F/ v2 L2 hanya merupakan fungsi bilangan


Reynolds tak berdimensi Ρvl/µ Keuntungan sampingan yang kedua dari analisis dimensi ialah cara
ini membantu mengarahkan pemikiran dan perencanaan kita, baik mengenai percobaan maupun
secara teoritis. Cara ini menunjukkan jalan tak berdimensi untuk menuliskan persamaannya.
Analisis dimensi menunjukkan variable-variabel mana yang disingkirkan. Kadang-kadang analisis
dimensi akan langsung menolak variabel-variabel itu tidak penting. Akhirnya analisis dimensi sering
memberikan pandangan mengenai bentuk hubungan fisika yang sedang kita pelajari.
Keuntungan yang ketiga ialah bahwa analisis dimensi memberikan hukum penyekalaan
yang dapat mengalihkan data dari model kecil yang murah ke informasi rancang bangun untuk
membuat prototype yang besar dan mahal. Kita tidak membangun pesawat udara seharga satu
milyard rupiah untuk melihat apakah pesawat itu memiliki gaya bubung yang cukup. Kita mengukur
gaya bubung itu pada model yang kecil dengan menggunakan hukum penyekalaan untuk
meramalkan gaya bubung pada pesawat udara prototype dengan ukuran sebenarnya. Ada kaidah-
kaidah yang akan kita terangkan untuk mencari hukum penyekalaan. Bila hukum penyekalaan itu
berlaku, kita katakan ada keserupaan antar model dan prototipe. Dalam kasus persamaan. (2)
keserupaan tercapai kalau bilangan Reynolds untuk model dan prototipe itu , sebab fungsi g akan
membuat koefisien gayanya sama pula.

Kalau Rem = Rc p , maka C fm = C fp …. 3

Disini indeks m dan p berturut berarti model dan prototipe. Dari defenisi koefisien gaya, ini berarti
bahwa

= …. 4

Bentuk data yang diambil, dengan ρp Vp Lp/ ρp = ρmVmLm/ µm. Persamaan (5) adalah hukum
penyekalaan. Kalau gaya model diukur pada bilangan Reynolds model, maka ada bilangan
Reynolds yang sama gaya prorotipe besarnya sama dengan gaya model dari nisbah rapat kali
kuadrat nisbah kecepatan kali kuadrat panjang.

Univesitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Bruce R. Munson & Donald F. Young . 2005. Mekanika Fluida, Jilid 1. Jakarta. Erlangga.
Cengel, Yunus A. & Boles, Michael A. 2007. Thermodynamics: An Engineering Approach.
McGraw-Hill. New York.
Fogiel, M. 1986. The Fluid Mechanics and Dinamics Problem Solver. REA. New York
Fox,W Robert. 1994. Introduction to Fluid Mechanics, Fourth edition.
John Willey and Ginting, Hendra S dan Netti Herlina. 2002. Tegangan Permukaan Cairan Dengan
Metode Drop Out Dan Metode Buble. USU. Sumatera Utara.
Haliday, D. 1996. Fisika 2. Erlangga. Jakarta.
Henry, Nasution. 2008. Mekanika Fluida Dasar. Bung Hatta University Press Padang
Karyono, Iwan Yudi. 2008. Analisa Aliran Berkembang. FT UI. Jakarta.
Munson Bruce. 2002. Fundamental of Fluid Mechanics fourth edition.
Olson, R.M. and Wright, S.J. 1990. Dasar Mekanika Fluida Teknik. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Reynolds, William C. & Perkins, Henry C. 1987. Engineering Thermodynamics. McGraw-Hill. New
York.
Soedradjat, S. 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika. Nova. Bandung.
Wihantoro. 2006. Fisika Dasar Universitas. Universitas Jenderal soedirman. Purwokerto Sons. Inc
White, F M. 1996. Fluid Mechanics. Mcgraw-Hill. New York

Univesitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai