Anda di halaman 1dari 3

Nama : Naomi Fricilla

NIP : 199602092022032001
Angkatan : LVIII
Kelompok/No. Absen : III/29

Tugas Individu Agenda III – Opini Media Massa SMART ASN

Empat Pilar Literasi Digital Menuju Indonesia Makin Cakap Digital

Berdasarkan hasil Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang


diselenggarakan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada 2021 menyebutkan
bahwa Indonesia masih berada dalam kategori sedang dengan angka 3.49 dari 5,00. Hasil
survey yang masih dalam kategori sedang tersebutlah yang mendorong diselenggarakannya
webinar literasi digital. Dilansir dari TimesIndonesia (23/06/2021) bahwa sejak tanggal 31 Mei
2021 udara Indonesia dipenuhi dengan webinar literasi digital. Tidak main-main karena
diselenggarakan secara serentak dua sesi per hari di 514 kabupaten/kota yang ada di
Indonesia. Semua itu merupakan pelaksanaan Program Indonesia Makin Cakap Digital 2021
yang telah diluncurkan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo bersama Menteri
Komunikasi dan Informatika, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi, serta perwakilan Pimpinan Daerah di seluruh Indonesia.
Sedangkan definisi dari Indonesia yang cakap digital itu sendiri adalah jika warga (1)
memahami dan memiliki keterampilan menggunakan semua perangkat digital dengan tepat
sesuai keperuntukannya (Digital Skill), (2) memahami dan menggunakan perangkat digital
untuk berinteraksi-berpartisipasi-berkolaborasi secara sadar, penuh integritas, bertanggung
jawab, dan demi kebajikan (Digital Ethics), (3) memahami dan memanfaatkan media digital
sebagai budaya baru namun tidak meninggalkan budaya “keindonesiaan” yang berdasar
pancasila dan keanekaragaman budaya dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika, Cinta Produk
Indonesia, dan Menghormati Hak Digital, (4) memahami dan terampil dalam menggunakan
media digital yang aman dan nyaman bagi dirinya maupun bagi orang lain sebagai warga
negara.

Digital Skill (Cakap Bermedia Digital)


Dunia digital merupakan lingkungan yang tidak asing bagi banyak dari kita. Kita
mungkin sudah sangat akrab dengan dunia digital, menurut riset yang dilakukan per tahun
2019, 63,3% penduduk memiliki telepon pintar dan diprediksi dapat mencapai 89,2% dari
populasi pada tahun 2025 (Pusparisa, 2020). Namun walaupun begitu masih ada isu dan
masalah yang terjadi terkait dunia digital misalnya terkait pemerataan keterjangkauan akses.
Walaupun tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 76,7% dari estimasi jumlah
penduduk, namun 26,3% penduduk masih belum mendapat internet (Kementerian Komunikasi
dan Informatika, Siberkreasi, & Deloitte, 2020). Jaringan internet yang tidak stabil biasanya
terjadi di beberapa daerah atau terkendala pada website yang digunakan. Selain itu, ada juga
tantangan yang biasanya banyak terjadi yaitu Gaptek. Gagap Teknologi identik dengan
lemahnya kemampuan seseorang dalam menggunakan fasilitas dari produk-produk teknologi.
Mulai dari remaja, usia produktif, dan yang paling mendominasi adalah lansia masih belum
paham akan teknologi saat ini. Hal yang paling sederhana yaitu penggunaan smartphone,
banyak usia lanjut yang belum bisa atau bahkan tidak mengetahui kegunaan dan cara
penggunaannya.

Digital Culture (Budaya Bermedia Digital)


Di era globalisasi seperti sekarang ini, bukanlah hal yang tabu lagi bagi seluruh
masyarakat di dunia terutama di Indonesia akan hadirnya Internet yang merupakan hasil dari
kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Tidak heran jika internet sekarang sudah
mandarah daging dan menjadi kebutuhan yang paling dibutuhkan oleh semua kalangan. Baik
disengaja maupun tidak, beraneka ragam informasi diterima masyarakat dalam waktu kurang
dari hitungan detik. Mulai dari berita mancanegara, berbagai macam produk luar dan dalam
negeri, gaya hidup bahkan makanan yang ada di seluruh dunia sekalipun dapat dengan
mudahnya diketahui oleh seluruh masyarakat. Penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi juga memberikan manfaat diberbagai bidang tidak hanya budaya tetapi juga untuk
mempromosikan produk-produk dalam negeri sehingga dapat semakin meningkatkan nilai jual
produk dalam negeri. Namun dalam proses promosi ini juga perlu memperhatikan nilai nilai
Pancasila sehingga menghindari sikap egois. Penggunaan budaya digital dalam teknologi
informasi untuk memberikan kesadaran pada masyarakat untuk dapat melakukan komunikasi
untuk pemanfaatan hak cipta bagi masyarakat.

Digital Ethics (Etis Bermedia Digital)


Tanpa disadari kita lebih banyak menggunakan internet dalam berkomunikasi seperti
melalui media sosial (whatsapp, facebook, Instagram) serta surat elektronik (email) dibanding
berkomunikasi secara langsung, karena kita menganggapnya lebih efektif dan efisien. Hampir
64 % penduduk di Indonesia sudah terkoneksi dengan jaringan internet. Mereka
berkomunikasi di dunia digital sama halnya seperti mereka berkomunikasi di dunia nyata.
Namun, internet hadir bagai pisau bermata dua yaitu dapat memberikan manfaat positif
sekaligus memberikan dampak negatif sehingga diperlukan pengetahuan serta kedewasaan.
Demikian pula ragam informasi yang didapatkan juga semakin terbuka baik konten positif
maupun konten negatif. Fenomena orang bisa "bicara semaunya" dan “bertindak semaunya”
di dunia maya dengan komentar kasar, caci maki, menyudutkan, bahkan menyinggung SARA
(suku, agama, ras, dan antar golongan) seakan tidak mudah dibendung. Kemudahan
berkomunikasi itulah penyebab spontanitas yang keluar begitu saja tanpa pikir panjang. Dunia
virtual memang telah menjelma menjadi sebuah "dunia baru" yaitu realitas virtual bentukan
media baru yang sangat bebas, tanpa sekat, nyaris tanpa kontrol, serba permisif (Astuti, 2015).
Sama seperti halnya sebuah komunitas, forum digital juga mempunyai aturan dan tata tertib
tertentu, dimana aturan ini menyangkut batasan dan cara yang terbaik dalam memanfaatkan
fasilitas internet (Pane, 2016). Di dunia digital kita juga mengenal etiket berinternet atau yang
lebih dikenal dengan Netiket (Network Etiquette) yaitu tata krama dalam menggunakan
Internet. Hal paling mendasar dari netiket adalah kita harus selalu menyadari bahwa kita
berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan
karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya (Ibid, 2016).

Digital Safety (Aman Bermedia Digital)


Ibarat aset dunia nyata, aset digital juga perlu dijaga karena penting dan berharga
seperti halnya menjaga dompet, smartphone, dan kendaraan kita yang perlu dikunci. Di sinilah
pentingnya keselamatan digital atau digital safety dalam berselancar mengakses informasi dan
komunikasi di internet. Di tanah air, bocornya 91 juta data pengguna aplikasi lokapasar (e-
commerce) Tokopedia ditengarai bulan Juli 2020. Kasus ini diduga sebagai rentetan dari
kebocoran yang terjadi pada bulan Mei yang melibatkan 15 juta data pengguna (Bernie 2020).
Data pribadi yang bocor dan akun yang diretas adalah contoh ancaman keamanan digital yang
bisa membuat identitas digital dan data pribadi bisa dimanfaatkan pihak lain untuk beragam
kepentingan di luar pengetahuan penggunanya serta ada kemungkinan merugikan
penggunanya. Oleh karena itu masyarakat harus memiliki kemampuan melindungi data
pribadi, misalnya kemampuan mengakses platform dan memahami pengaturan privasi di
setiap platform, kemampuan melakukan verifikasi sebagai suatu proses untuk
membandingkan keamanan platform yang digunakan dibandingkan dengan platform jual beli
lainnya. Pastikan sistem keamanan platform kita menjamin data pribadi yang kita titipkan pada
platform tersebut. Selain melakukan verifikasi pada platform, perlu juga melakukan verifikasi
pada akun pengguna platform yang akan melakukan transaksi dengan kita, baik sebagai
penjual maupun pembeli.
Daftar Referensi

Jiwana Adikara, Gilang, Dkk. 2021. Modul Cakap Bermedia Digital. Kementrian
Komunikasi dan Informatik Republik Indonesia, Japelidi, Siberkreasi
Jiwana Adikara, Gilang, Dkk. 2021. Modul Budaya Bermedia Digital. Kementrian
Komunikasi dan Informatik Republik Indonesia, Japelidi, Siberkreasi
Jiwana Adikara, Gilang, Dkk. 2021. Modul Etika Bermedia Digital. Kementrian
Komunikasi dan Informatik Republik Indonesia, Japelidi, Siberkreasi
Jiwana Adikara, Gilang, Dkk. 2021. Modul Aman Bermedia Digital. Kementrian
Komunikasi dan Informatik Republik Indonesia, Japelidi, Siberkreasi

Anda mungkin juga menyukai