arn9r2, +53 PM Immersive Reader
Kejatuhan Jokowi dan Arus
Balik Perlawanan Umat Islam
Indonesia
Oleh: R. Baskoro Hutagalung (Forum Diaspora Indonesia)
Ada perbedaan perubahan strategi global Amerika pasca perang dingin
dalam mempertahankan hegemoninya di dunia.
Ketika periode perang dingin, Amerika akan melakukan perang langsung
“head to head” dengan musuhnya yaitu Uni Soviet yang beraliran
komunis. Namun saat ini Amerika lebih cenderung menggunakan
strategi proxy dengan gerakan yang seminin mungkin menghindar dan
terlibat Jangsung dalam sebuah konflik. Strategi ini menggunakan
“proxy” berupa pasukan sekutunya untuk berada di depan teater perang
itu sendiri.
Hal ini dapat kita lihat pada perang Ukraina sekarang. Bagaimana
bahkan “satu topi” pun tak ada tentara Amerika di sana. Begitu juga di
perang Libya, Yaman, dan Suriah. Berbeda dengan invansi di Irak
sebelumnya.
Kenapa hal ini menarik kita bahas. Karena, perubahan geopolitik global
ini punya relevansi terhadap geopolitik nasional kita. Kecolongannya
Amerika di perang Rusia dan Ukraina, dengan berpihaknya negara Islam
Cehenya kepada Rusia dan ikut memerangi Ukraina secara militan,
cukup memberi pelajaran berharga bagi Amerika.
reackiitps_wwu-babe.news/2urt=htips%s3A%2F%2F www babe.news%2F1h2F7087742384980623873%43Fapp_id%3D1124%260%3DWa%26q.... 1/5avira, 153 > Immersive Racer
Tentu, Amerika tak mau kecolongan ini terjadi di teater konflik
selanjutnya di Indo-Asia-Pasific. Dimana Indonesia sebagai negara
muslim terbesar, akan menjadi sasaran utama untuk dirangkul Amerika
dalam menghadapi ekspansi agresif China komunis.
Apalagi dalam catatan politik lingkungan strategis dan dimata global,
posisi Indonesia saat ini sudah tidak lagi “Bunny boy”-nya Amerika
seperti era pemerintahan SBY. Tetapi, lebih condong dan terafiliasi ke
China komunis. Dimana hal ini tentu akan membuat gerah Amerika.
Ditetapkannya resolusi PBB tentang “Gerakan Anti Islam Fobhia” dan
disahkannya UU anti Islamphobia baik di Amerika dan di dunia, adalah
lampu hijau bagi ummat Islam dunia, tapi “warning” yang keras
terhadap kelompok-kelompok yang memusuhi Islam sedemikian rupa
saat ini. Seperti yang terjadi di pemerintahan saat ini.
Gelombang demonstrasi yang tiada henti baik dari mahasiswa yang
mulai bangkit dan terbangun dari tidur panjangnya, dari emak-emak
militan, dari serikat buruh, dari para purnawirawan serta kelompok civil
society ummat Islam, menandakan ada sesuatu perubahan besar dalam
konstalasi politik nasional.
Ternyata intimidasi, kriminalisasi, pembunuhan, diskriminasi, serta caci
maki terhadap kelompok Islam beberapa tahun belakangan ini justru
membuat mereka semakin solid dan terkonsolidasi. Begitu juga dengan
elemen kekuatan lainnya seperti mahasiswa dan buruh.
Ditambah berbagai persoalan “cash flow” keuangan negara Indonesia
yang menurut media asing menuju “bangkrut”. Hutang menggunung
menjadi beban APBN, kenaikan harga BBM dan sembako yang menggila,
serta permasalahan sosial-politik-ketidakadilan hukum lainnya,
bagaikan stimulus yang terus menjadi bahan bakar perlawanan rakyat di
seantero negeri.
Jadi wajar banyak pengamat ekonomi seperti Dr. Rizal Ramli, Faisal
Basri, Said Didu, Antoni Budiawan, dan para mantan militer dan
inteligent di negeri ini mengatakan ; Warning buat kejatuhan jokowi
reackiitps_wwu-babe.news/2urt=htips%s3A%2F %2F www babe.news%2Fath2F7087742384980623873%43Fapp_id%3D1124%260%3Dwa%h26q.... 215«ari22, 1953 PM Immersive Reader
sudah semakin dekat dan nyata. Apabila tidak ada “treatmant” khusus
dalam mengatasinya.
Terbukti sudah juga bahwa, dukungan terhadap Jokowi selama ini dari
masyarakat adalah dukungan semu dan absurd. Di sosial media semua
tak lebih dari pada permainan para “buzzerRp” semata. Baik buzzer
organik dari institusi aparatur pemerintahan, maupun para buzzerRp
ideologis. Apalagi kalau berbicara dunia nyata. Tak pernah kita lihat,
Jokowi diterima hangat dan membludak oleh masyarakat di luar basis
massa “non-Islam”. Seperti di NTT dan Sumatera Utara. Itupun juga
melalui konsolidasi pemerintah, tidak murni dari kehendak masyarakat.
Betul, jika di dalam barisan pendukung Jokowi juga banyak tokoh Islam,
namun kalau kita teli
dan telusuri lebih dalam, para barisan Islam
pendukung Jokowi saat ini berasal dari kelompok Islam Nasakom,
campuran dari penganut paham liberal, syiah, dan neo-komunis. Ini
adalah fakta dan nyata.
Jadi wajar saat ini, sering terjadi persekusi, diskriminasi, caci maki,
terhadap kelompok Islam Al Sunnah Waljamaah. Sudah tak terhitung
ulama dan tokoh Islam di penjarakan rezim saat ini seperti IB HRS,
Ustad Alfian Tanjung, Ustad Maher, Gus Nur, Ustad Ali Baharsyah.
Sudah tak terhitung agenda, dan narasi kebencian yang dilakukan oleh
rezim saat ini. Mulai dari isu radikalisme, cadar, pesantren sarang
teroris, kadrunisme, suara azan di permasalahkan, masjid masjid
diintimidasi, ulama dan pendakwah tak ada harganya lagi.
Sekolah keagamaan Islam disantroni seperti penjahat. Dan yang paling
parah adalah, mengakitkan Islam dengan ancaman terorisne. Melalui
lembaga bernama Densus 88 dan bahkan Kementrian Agama itu sendiri.
Semua perlakuan buruk terhadap ummat Islam selama rezim Jokowi ini
berkuasa, sangat berbahaya dan membara bagaikan api dalam sekam.
Inilah yang “warning” keras kita maksudkan pada judul tulisan diatas,
karea konstalasi politik global saat ini mulai bergeser dan berubah.
reackiitps_wwu-babe.news/2urt=htips%3A%2F%2F www babe.news%2Fa1h2F7087742384980623873%43Fapp_ld%3D1124%260%3DWa%26q... ISannorz2, +5 M Immersive Reader
Amerika saat ini punya kepentingan besar terhadap ummat Islam
Indonesia dalam melawan hegemoni China komunis di Asia Pasifik. Di
satu sisi, Islam Indonesia yang saat ini sedang “babak belur” di hajar
rezim Jokowi dengan antek Nasakom nya, juga lagi butuh dukungan luar
negeri untuk lepas dari cengkraman rezim otoriter saat ini.
Dan apabila dua kekuatan dan kepentingan ini bersatu, maka ini akan
menjadi “malapetaka” bagi Jokowi berserta dengan para Oligharki di
belakangnya.
Yang paling utama dari kekuatan Jokowi saat ini adalah, kekuatan besar
oligharki di belakangnya. Para pengusaha raksasa, konglomerat yang
kekayaan 9 orang itu sama dengan 120 juta kekayaan rakyat Indonesia.
Para oligharki inilah yang mendikte dan mengendalikan rezim hari ini.
Dan para oligarki ini juga yang menjadi “jembatan” dan pelaksana dari
agenda China komunis di Indonesia.
Dan tentu yang bisa menghadapi para Oligarki ini adalah kekuatan besar
Amerika dengan berbagai macam kuncian dan infrastruktur
kekuasaannya. Oligarki ini lumpuh, maka Jokowi lumpuh.
Kalau “analisis” ini memang terjadi, inilah yang akan menakutkan kita
semua. Tak terbayangkan bagaimana arus balik, perlawanan dan
pelampiasaj dendam ummat Islam Indonesia terhadap kelompok rezim
hari ini. Insiden pembugilan terhadap Ade Armando itu belum apa-apa,
dan itupun terjadi di saat rezim ini berkuasa. Bayangkan kalau rezim ini
runtuh ? Bagaimana nasib Denny Siregar, Abu Janda, Guntur Romli,
Husein Shahab, Eko Kuntadhi, atau mereka yang dibina melalui PSI.
Bagaimana nasib Luhut Panjaitan, nasib Yaqut, Mahfud, Tito, Gorries
Mere, Hendro Priyono, Dudung, Fadhil, Diaz, Megawati, Jokowi dan
keluarganya, Ali Mukhtar Ngabalin, Wiranto, ?
Bagaimana nasib Sinar Mas group, Hartono Djarum, Jams Ryadi Lippo,
Antoni Salim Group, Aguan, dan para Taipan lainnya ?
reackiitps_wwu-babe.news/2urt=htips%s3A%2F %2F www babe.news%2Fa%h2F7087742384980623873%43Fapp_id%3D1124%260%3DWa%h26q.... 415avira, 153 > Immersive Racer
Potrait buram 1948, 1965, dan 1998 bisa saja terulang kembali. Ketika
rakyat tertindas oleh kediktatoran sebuah rezim, maka ketika lahir
monentum balik, maka arus pembalasan dendamnya bisa terjadi berlipat
ganda. Bisa juga bumi hangus dan berdarah-darah.
Astghfirullah. Untuk itulah, sebelum semua itu benar terjadi. Selagi
masih ada waktu, kita semua berharap pemerintah hari ini segera
berbenah diri dan merubah kebencian politik terhadap Islam
(Islamphobia) segera.
Dendam masa lalu dan kebencian yang perturutkan tak akan pernah
usai. Toh selama ini semua sudah hidup harmonis berdampingan. Jangan
hanya gara-gara strategi oligharki untuk mengadu domba sesama anak
bangsa, lalu kita perang dan hancur lebur semuanya.
Belajar dari sejarah dan statemen Pak Soeharto di tahun 1980-an.
“Capek menghadapi ummat Islam”, Maka akhirnya Pak Harto mesra
dengan Islam di masa 10 tahun akhir kepemimpinannya. So
Australia, 17 April 2022.
.
reackiitps_wwu-babe.news/2urt=htips%s3A%2F%2F www babe.news%2Fa1h2F7087742384980623873%43Fapp_ld%3D1124%260%3DWa%h26q.... SIS