Anda di halaman 1dari 7

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah
Analisis Eksplorasi
No. Yang Telah Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah
Penyebab Masalah
Diidentifikasi
1 Motivasi Berdasarkan hasil pengamatan pada saat Berdasarkan
belajar siswa mengajar: pengamatan, kajian
rendah. 1. Peserta didik tidak semangat dalam belajar. literatur, dan
2. Beberapa peserta didik jarang hadir. kumpulan informasi
3. Suka bermain-main dalam proses dari Kepala Sekolah
pembelajaran. serta siswa, dapat
4. Sering mengabaikan tugas. disimpulkan
5. Malas belajar. rendahnya motivasi
6. Tidak memperhatikan guru saat menjelaskan disebabkan oleh:
pembelajaran. 1. Kurangnya
Berdasarkan kajian lieratur jurnal/artikel: kesadaran dari
1. Menurut Wahyuni (2022), siswa yang kurang diri siswa itu
motivasi dapat dilihat dari tingkah laku sendiri.
seperti malas mencatat, kurang antusias 2. Kurangnya
mengikuti pelajaran, sering terlambat perhatian dari
mengumpulkan tugas, tidak berani maju di orang tua.
depan kelas, tidak mau bertanya, dan minder 3. Kurang
dengan teman-teman. Hal ini disebabkan menariknya guru
karena siswa menganggap remeh pelajaran, dalam proses
kurangnya dukungan orangtua, serta sistem penyampaian
penyampaian materi yang kurang menarik materi.
bagi siswa. 4. Pengaruh
2. Slameto (Nuraisah et al., 2022) keberhasilan penggunaan
siswa dalam belajar mempunyai dua faktor, gadget untuk
yaitu diantarnya berasal dalam diri sendiri bermain.
(internal) dan berasal dari luar (ekternal).
Menurut Nuraisah et al., (2022) siswa
biasanya yang memiliki motivasi belajar
rendah mempunyai dua faktor. Pertama
faktor internal diantaranya siswanya yang
tidak mau belajar, malas belajar, lebih
menyukai main, tidak mau mendengarkan
penjelasan dari guru ataupun adanya
penolakan dalam dirinya untuk belajar
sehingga tidak ada motivasi untuk belajar.
Kedua faktor internal adalah dengan
banyaknya tugas administrasi guru yang
menumpuk membuat tidak konsentrasi untuk
mengajar didalam kelas, guru yang hanya
menyampaikan materi pelajaran saja
sehingga hubungan guru dan siswa terasa
kaku apalagi tanpa adanya bimbingan
terhadap siswa.
3. Menurut Yusra (2022), Motivasi atau
dorongan semangat untuk belajar sangat
berpengaruh pada proses maaupun hasil
belajar siswa di sekolah. Motivasi bisa
berasal dari dalam ataupun dari luar diri
siswa. Motivasi yang yang berasal dari luar
bisa didapat dari keaktifan dan kekreatifan
guru mengajar atau sesuatu yang menarik
bagi siswa sehingga menimbulkan rasa
ketagihan dan ingin tahu siswa. Jika sudah
begitu secara otomatis siswa akan semangat
mencari tahu dan mempelajari hal-hal yang
menurutnya menarik. Namun jarang
dilakukan oleh para tenaga pengajar sehingga
siswa yang memiliki motivasi belajar yang
dibawah rata-rata semakin menjamur dan
tidak terentaskan. Uno (Yusra, 2022)
mengatakan bahwa apabila seseorang kurang
atau tidak memiliki motivasi untuk belajar,
maka dia tidak tahan lama dalam belajar, dan
mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang
lain dan bukan belajar. Siswa yang memiliki
motivasi belajar yang rendah, tentunya akan
berpengaruh pada belajarnya, dan tidak
jarang pula siswa tersebut memilki prestasi
yang kurang memuaskan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala


Sekolah:
1. Kurangnya motivasi belajar anak
dipengaruhi oleh kesadaran dari diri anak itu
sendiri akan pentingnya belajar.
2. Pengaruh dari penggunaan gadget.
3. Kurangnya perhatian orang tua terhadap
pendidikan anak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
siswa:
1. Siswa jarang ke sekolah karena merasa
pusing dengan pembelajaran.
2. Siswa ke sekolah dengan tujuan agar
mendapatkan uang jajan.
2 Kemampuan Berdasarkan hasil pengamatan pada saat Berdasarkan
komunikasi mengajar: pengamatan, kajian
matematis 1. Sebagian besar siswa belum bisa mengubah literatur, dan
siswa masih bentuk soal cerita ke dalam model kumpulan informasi
rendah matematika. dari Guru
2. Siswa kurang memahami konsep. Matematika serta
Berdasarkan kajian lieratur jurnal/artikel: siswa, dapat
1. Yuliani et al., (2022) mengatakan bahwa disimpulkan
siswa lemah dan tidak mampu menjawab kemampuan
soal-soal yang berhubungan dengan komunikasi
komunikasi matematis. Hal ini disebabkan
oleh pembelajaran masih berpusat kepada matematis rendah
guru, peserta didik kurang terlibat aktif disebabkan oleh:
dalam pembelajaran matematika, peserta 1. Siswa terbiasa
didik lemah dalam menyelesaikan soal-soal mengerjakan
komunikasi matematis. soal rutin.
2. Kirana (2022) mengatakan kurangnya 2. Siswa belum
kemampuan matematis disebabkan oleh memahami
kurangnya upaya pengembangan konsep.
komunikasi matematis di sekolah, dan 3. Guru belum
seringnya pengajaran menggunakan metode terampil dalam
ceramah atau terfokus pada guru mengembangkan
menerangkan sehingga siswa masih soal.
kesulitan dalam memahami konsep-konsep 4. Siswa cenderung
matematika. sulitan dalam memahami menghapal
konsep-konsep matematika. Siswa biasanya rumus.
hanya menghapal rumus dan langkah-
langkah pengerjaan soal tanpa melibatkan
daya nalar yang optimal serta
kecenderungan memberikan soal-soal yang
rutin.
3. (Nugraha & Basuki 2021; Sari & Madio,
2021, dalam Hakiki & Sundayana, 2022)
mengatakan kemampuan komunikasi
matematis siswa masih tergolong rendah, hal
ini ditunjukan oleh banyaknya siswa yang
masih kesulitan dalam mengerjakan soal-
soal berupa gambar, grafik, dan lain-lain.
Salah satu penyebab kurangnya kemampuan
komunikasi matematis pada siswa yaitu
metode pembelajaran yang diberikan kurang
tepat (Dewi & Afriansyah, 2018;
Rhamdhania & Basuki, 2021; Anggraeni &
Sundayana, 2021, dalam Hakiki &
Sundayana, 2022).
Berdasarkan informasi dari guru Matematika
yang pernah mengajar siswa tersebut, terdapat
bebrapa informasi:
1. Siswa kesulitan memahami soal yang
berbentuk soal cerita.
2. Siswa sulit menyelesaikan soal jika sedikit
dirubah dari contoh yang diberikan guru.
3. Kurangnya keterampilan guru dalam
mengembangkan soal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa


1. Siswa bingung jika soal yang diberikan guru
tidak sama dengan contoh.
2. Siswa tidak mengerti bagaimana merubah
soal tersebut hingga dapat membentuk
model matematis.
3 Kemampuan Berdasarkan hasil pengamatan pada saat Berdasarkan
dasar mengajar: pengamatan, kajian
matematis 1. Sebagian besar siswa belum mahir dalam literatur, dan
siswa rendah matematika dasar (penjumlahan, kumpulan informasi
pengurangan, perkalian dan pembagian). dari Guru
2. Siswa tidak bisa memahami pembelajaran. Matematika serta
Berdasarkan kajian lieratur jurnal/artikel: siswa, dapat
1. Simbolon (2022) mengatakan kurangnya disimpulkan
kemampuan siswa melakukan operasi hitung kemampuan dasar
dasar matematika akan memberi pengaruh matematis siswa
pada kemampuan siswa dalam rendah disebabkan
menyelesaikan soal-soal matematika. oleh:
Kastolan (Simbolon, 2022)Kesalahan- 1. Siswa belum
kesalahan yang dilakukan siswa dalam memahami
melakukan operasi hitung pada umumnya konsep dasar
adalah kesalahan yang berkaitan dengan matematis
proses (prosedural) dan kesalahan konsep (operasi hitung).
(konseptual). Kesalahan konseptual adalah 2. Kurangnya
kesalahan yang dilakukan siswa dalam perhatian orang
menafsirkan suatu konsep atau salah dalam tua terhadap
menggunakan konsep. Kesalahan prosedural perkembangan
adalah kesalahan dalam menyusun langkah- belajar anak.
langkah yang sistematis dalam 3. Siswa sering
menyelesaikan suatu masalah. merasa bahwa
2. Lestari et al., (2022) menyimpulkan bahwa matematika itu
rendahnya hasil penilaian PISA sulit.
menggambarkan bahwa kemampuan
numerasi peserta didik tergolong rendah.
Berdasarkan kenyataannya masih ada peserta
didik yang melakukan kesalahan saat
menyelesaikan permasalahan. Kesalahan
yang dilakukan peserta didik antara lain
kesalahan menulis simbol-simbol
matematika, kesalahan memahami soal,
kesalahan menafsirkan jawaban, kesalahan
perhitungan, dan kesalahan tidak menuliskan
kesimpulan. Sopamena ((Lestari et al., 2022).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru


Matematika:
1. Sebagian besar siswa belum bisa
matematika dasar (operasi hitung), hal ini
disebabkan oleh kurangnya pemahaman
konsep siswa terhadap operasi hitung.
2. Kurangnya perhatian orang tua terkait
perkembangan belajar anak.
3. Siswa sering kali menganggap
matematika itu sulit, sehingga siswa
enggan memulai mempelajarinya.
4 Guru belum Berdasarkan hasil pengamatan pada saat Berdasarkan
optimal dalam mengajar: pengamatan, kajian
menerapkan 1. Kurangnya pemahaman guru terkait model literatur, dan
model pembelajaran. kumpulan informasi
pembelajaran 2. Kurangnya pembiasaan guru untuk dari Guru, dapat
menerapkan pembelajaran. disimpulkan Guru
3. Sulitnya mengelola kelas sehingga sulit belum optimal dalam
menerapkan model pembelajaran. menerapkan model
Berdasarkan kajian lieratur jurnal/artikel: pembelajaran
1. Mengatakan bahwa masih banyak guru disebabkan oleh:
yang mengabaikan pentingnya 1. Kurangnya
penggunaan model pembelajaran pada pemahaman
saat proses pembelajaran. Dilihat dari guru terkait
kegiatan pembelajaran yang dilakukan model
guru, guru hanya berpedoman dengan pembelajaran.
buku guru dan buku siswa yang sudah 2. Guru mengalami
disediakan oleh pemerintah serta guru kesulitan dalam
hanya menggunakan metode ceramah pengelolaan
dan tanya jawab di dalam proses waktu dan kelas.
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena 3. Kurangnya
masih banyaknya guru-guru khususnya pembiasaan guru
guru sekolah dasar yang belum untuk
memahami apa itu model pembelajaran, memberikan
serta model-model pembelajaran apa saja pembelajaran
yang disarankan digunakan pada yang
kurikulum 2013. Oleh sebab itu, guru menerapkan
merasa kesulitan di dalam penggunaan model
model-model pembelajaran di dalam pembelajaran.
kegiatan pembelajaran.
2. Salah satu hambatan bagi guru dalam
menerapkan model pembelajaran
inovatif yang bervariasi yaitu kurang
menguasai berbagai karakteristik model
pembelajaran inovatif (Yusrina et al.,
2019).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru:
1. Guru belum memahami sintak-sintak model
pembelajaran.
2. Guru merasa model ceramah lebih efektif.
3. Guru kesulitan dalam pengelolaan waktu dan
kelas pada saat menerapkan model
pembelajaran.
5 Pembelajaran Berdasarkan hasil pengamatan pada saat Berdasarkan
di kelas belum mengajar: pengamatan, kajian
berbasis 1. Guru belum bisa mengembangkan literatur, dan
HOTS pembelajaran berbasis HOTS di kelas. kumpulan informasi
2. Adanya miskonsepsi terkait HOTS. dari Guru
3. Guru belum memahami pembelajaran Matematika, dapat
berbasis HOTS. disimpulkan
Berdasarkan kajian lieratur jurnal/artikel: pembelajaran di
1. (Saragih & Nasution, 2019) mengatakan kelas belum berbasis
bahwa guru mengalami kesulitan dalam HOTS disebabkan
melaksanakan proses pembelajaran dan oleh:
penilaian berorientasi keterampilan berfikir 1. Guru belum
tingkat tinggi atau Higher Order Thinking memahami
Skills (HOTS). Hal ini disebabkan oleh guru pembelajaran
belum memahami variasi strategi berbasi HOTS
pembelajaran yang dapat memunculkan 2. Kurangnya
keterampilan berfikir tingkat tinggi untuk belum mmapu
peserta didik, guru belum memahami format merancang
dan proses penilaian berbasis keterampilan pembelajaran
berfikir tingkat tinggi, dan guru belum berbasis HOTS
mampu merancang soal ujian yang memuat
indikator dan perintah soal berbasis
keterampilan berfikir tingkat tinggi.
2. Salah satu fokus utama keterampilan berpikir
Abad 21 dalam mencapai tujuan
pembelajaran adalah Higher order thinking
skills (HOTS) (Saido, et al., 2015: 13;
Maftuh, 2016: 19; Shukla & Dungsungneon,
2016. 211 dalam Lestari et al., 2022). Lestari
et al., (2022) mengatakan bahwa peserta
didik dikatakan mampu menyelesaikan suatu
masalah apabila peserta didik tersebut
mampu menelaah suatu permasalahan dan
mampu menggunakan pengetahuannya ke
dalam situasi baru. Kemampuan ilmiah yang
biasanya dikenal sebagai High Order
Thinking Skills. High Order Thinking Skills
merupakan kemampuan untuk
menghubungkan, memanipulasi, dan
mengubah pengetahuan serta pengalaman
yang sudah dimiliki secara kritis dan kreatif
dalam menentukan keputusan untuk
menyelesaikan Di dalam kurikulum 2013
yang di atur Permendikbud No. 21 Tahun
2016 menyatakan bahwa penerapan
kurikulum 2013 diharapkan dapat membekali
siswa mempunyai kemampuan berpikir kritis
dan kreatif, sehingga kemampuan tersebut
menjadi bagian dari kemampuan berpikir
tingkat tinggi (HOTS). Hal ini terjadi agar
siswa dapat bersaing dengan siswa yang lain.
Tingkat berpikir siswa dapat dikategorikan
menjadi higher order thinking skills (HOTS),
middle order thinking skills (MOTS) dan low
order thinking skills (LOTS). Dalam proses
pembelajaran keterampilan berpikir tingkat
tinggi (HOTS) merupakan keterampilan yang
harus dihadirkan di setiap pengajaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru
Matematika:
1. Guru belum memahami pembelajaran
berbasis HOTS.
2. Guru salah dalam mengartikan HOTS.
3. Kurangnya pelatihan terkait pembelajaran
HOTS.
6 Guru belum Berdasarkan hasil pengamatan pada saat Berdasarkan
optimal dalam mengajar: pengamatan, kajian
pemanfaatan 1. Guru jarang memanfaatkan teknologi literatur, dan
teknologi informasi karena sarana dan prasarana yang kumpulan informasi
informasi belum memadai dari Guru, dapat
(TIK) dalam 2. Kurangnya kreatifias guru mengemas disimpulkan guru
pembelajaran pembelajaran manual menjadi berbasis TIK belum optimal dalam
Berdasarkan kajian lieratur jurnal/artikel: pemanfaatan
1. Dampak dari belum maksimalnya teknologi informasi
pemanfaatan teknologi informasi dari sisi (TIK) dalam
akademik ditunjukkan dari rendahnya pembelajaran
produktivitas guru-guru dalam disebabkan oleh:
mengembangkan materi pembelajaran yang 1. Kurangnya
berbasis komputer dan multimedia (Yunefri pemahaman
et al., 2022) guru terkait
2. Utami & Hasanah (Wiwin Windarini, 2022) pemanfaatan
menyatakan Guru profesional adalah seorang TIK dalam
pendidik dengan keahlian khusus di bidang pembelajaran
pendidikan dengan wawasan dan 2. Kurangnya
pengalamannya yang dapat membantunya kreatifitas guru
dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik. Guru yang profesional dapat
membuat proses pembelajaran lebih efektif
dan memudahkan siswa dalam mencerna
materi. Pembelajaran yang berkualitas
merupakan salah satu karunia dari
keberadaan seorang guru profesional yang
dapat membimbing siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran Lalupanda (Wiwin
Windarini, 2022). Wiwin Windarini (2022)
mengatakan hambatan guru dalam membuat
silabus adalah beberapa guru di sekolah tidak
menguasai TIK. Hal ini menjadi
permasalahan yang harus ditindak lanjuti
oleh kepala sekolah untuk mengembangkan
keahlian TIK guru untuk bisa mengimbangi
pembelajaran daring saat ini
Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru:
1. Kurangnya pemahaman guru terkait
pemanfaatan TIK
2. Guru kurang memotivasi diri agar dapat
memanfaatkan TIK

Anda mungkin juga menyukai