Anda di halaman 1dari 7

Sosiologi Kesehatan

Seperti disebutkan dalam paragraf pertama, sosiologi kesehatan dapat digambarkan


sebagai studi kesehatan sosiologis. Secara khusus, sosiologi kesehatan meneliti
bagaimana hubungan antara pola-pola kehidupan sosial mempengaruhi tingkat
kelahiran atau kematian, dan sebaliknya.

Sosiologi kesehatan juga meneliti bagaimana hubungan antara berbagai lembaga


sosial, seperti keluarga, sekolah, pekerjaan, agama, ras, dan lainnya, memengaruhi
kesehatan dan membuat keputusan tentang cara menangani kesehatan.

Sosiolog Georg Ritzer dalam Encyclopedia of Sociology menjelaskan bahwa benih


pemikiran yang mengatakan bahwa sosiologi adalah disiplin dapat diterapkan pada
sektor kesehatan yang dikembangkan di Eropa Barat.

Tokoh penting dalam sejarah perkembangan sosiologi kesehatan adalah fisikawan


Jerman Rudolf Virchow. Virchow berpendapat bahwa obat-obatan dulu termasuk
dalam ilmu sosial, sehingga mereka perlu digunakan untuk meningkatkan kondisi
sosial di masyarakat.

Kedokteran sebagai ilmu sosial bukanlah teknik perawatan, tetapi pendekatan untuk
masalah kesehatan. Virchow percaya bahwa di masa depan, yaitu, di bawah kondisi
saat ini, kurikulum sosiologi kesehatan akan mencapai sekolah ketika kesadaran
individu akan pentingnya menganalisis aspek sosial untuk memahami masalah
kesehatan meningkat.
Sosiologi menunjukkan bahwa setiap masalah masyarakat harus dipahami secara
kontekstual, bahkan jika masyarakat memiliki masalah kesehatan. Kita tahu bahwa
masyarakat tertentu dari kelas sosial tertentu akan memahami terminologi kesehatan
dengan cara tertentu. Beberapa orang lebih memperhatikan masalah kesehatan, yang
lain kurang kesadaran.

Berbagai variabel sosial untuk menganalisis kesehatan seseorang yang dapat


disebutkan tidak terbatas dan berkisar dari jenis kelamin, usia, pendapatan,
pendidikan, etnis, tempat tinggal hingga tingkat integrasi sosial.

Di Indonesia, misalnya, konsumsi jamu sebagai obat alternatif sangat tinggi. Tidak
hanya penduduk desa, tetapi juga penduduk kota yang tinggal di rumah-rumah yang
mengkonsumsi herbal.

Tidak hanya orang miskin, tetapi juga orang kaya. Sosiologi kesehatan
mempertimbangkan beberapa aspek untuk menganalisis bagaimana orang mencoba
menangani masalah kesehatan.

Ruang Lingkup dari Sosiologi Kesehatan


Untuk membuat diskusi kita tentang sosiologi kesehatan lebih spesifik, kita akan
melihat cakupannya. Dalam kursus tentang sosiologi kesehatan dan sosiologi medis,
berbagai topik terkait dapat menjadi subjek kursus. Berikut ini adalah ruang lingkup
sosiologi kesehatan:

Penyakit dan Kesehatan


Studi kesehatan selalu berlebihan untuk penyakit. Sering disetujui oleh orang sehat
pada tingkat tertentu, disepakati pada tingkat penyakit tertentu, tidak disetujui.
Fokus subdisiplin tentang membahas seseorang atau komunitas dapat dikatakan
sehat atau sakit. Misalnya, orang yang disetujui untuk disetujui tidak dapat
berpartisipasi sosial.

Layanan Kesehatan
Bagaimana orang memilih atau memilih layanan kesehatan yang tersedia adalah
salah satu studi dalam sub-disiplin ini. Layanan kesehatan dilihat tidak hanya
sebagai proses teknis untuk penyelesaian pasien dan biaya mereka, tetapi juga
sebagai peran lembaga sosial yang merawat mereka dari negara ke rumah sakit dan
keluarga.

Kejahatan dan Kekerasan


Kejahatan di mata sosiologi dapat dilihat sebagai pemicu stres masyarakat atau
sebagai akibat dari komunitas itu sendiri. Kejahatan dan perlawanan adalah masalah
sosial yang terkait erat dengan keberadaan penyakit pada tingkat individu atau
kolektif

Pengertian Teori Sosiologi


Keadaan Pikiran
Bagaimana aspek mental seseorang mempengaruhi komunitas sosial dan sebaliknya
dalam sosiologi ruang diskusi kesehatan? Diskusi yang sering dibahas berbeda dari
resolusi “normal”. Akibatnya, apakah keadaan normal benar-benar dapat tercermin
dalam apa yang dipraktikkan oleh orang berarti bahwa orang yang tidak mengikuti
arus adalah tidak normal atau menyimpang.
Intervensi Kesehatan Berbasis Masyarakat
Ruang diskusi ini membahas bagaimana kolektivitas sosial dan integrasi
menentukan kondisi untuk kesehatan masyarakat dan keputusan apa yang mereka
ambil ketika memecahkan masalah kesehatan. Intervensi untuk mengatasi masalah
kesehatan didasarkan pada pengetahuan tentang kondisi sosial masyarakat.

Pengetahuan dan Kekuatan


Sosiologi kesehatan memperhatikan hubungan yang kuat antara aktor sosial di sektor
kesehatan, misalnya hubungan antara dokter dan pasien. Dokter dianugerahi
pengetahuan tentang penyakit pasien dengan memahami gejalanya, sementara
pasien diizinkan untuk ditempatkan pada posisi yang tidak tahu apa-apa. Hubungan
yang tidak setara ini rentan terhadap perluasan kekuasaan.

Kebijakan Kesehatan
Sub-disiplin ini juga membahas perumusan pedoman kesehatan masyarakat yang
ditargetkan pada tujuan. Tidak hanya apa yang merupakan politik, tetapi juga siapa
aktor yang melakukan, siapa yang menjadi target intervensi, apa efek yang mungkin
terjadi dan seterusnya.

Penyebaran Informasi Medis


Informasi menjadi salah satu elemen yang meningkatkan pengetahuan tentang
keadaan kesehatan atau penyakit yang mereka derita. Informasi tentang obat-obatan,
penyakit dan kesehatan dapat mendominasi aktuator tertentu seperti apoteker,
dokter, dokter dan jamu. Di masa Internet, informasi tersedia secara luas yang
memfasilitasi penyebaran pengetahuan di sektor kesehatan.
Teori Sosiologi Kesehatan
Teori Fungsionalisme
Teori ini melihat kesehatan sebagai elemen penting sebagai prasyarat untuk
berfungsinya sistem sosial masyarakat. Menderita suatu penyakit dianggap sebagai
gangguan terhadap berfungsinya peran sosial, sehingga kehidupan sosial tidak dapat
berjalan “secara normal” sebagaimana mestinya.

Misalnya, seorang ayah memiliki peran sosial sebagai penyedia penghasilan


keluarga. Jika ayah sakit dan tidak dapat bekerja, stabilitas keuangan unit keluarga
terganggu. Akibatnya, anak-anak tidak bisa makan, bermain, pergi ke sekolah.
Kehidupan sosial terganggu.

Teori Marxis
Teori ini melihat kesehatan dan penyakit sebagai akibat dari operasionalisasi
ekonomi kapitalis. Ekonomi kapitalis menghasilkan barang yang mempengaruhi
lingkungan material.

Proses produksi menciptakan penyakit seperti polusi, skizofenia, dll, di mana


manusia harus mengonsumsi “efek samping” dari produksi barang-barang ini agar
tetap sehat, dari makanan hingga obat-obatan yang juga diproduksi oleh industri
kapitalis.

Sistem ekonomi kapitalis juga menentukan distribusi sumber daya yang tidak
merata, yang pada gilirannya mempengaruhi kesehatan. Misalnya, pendapatan dan
kekayaan adalah penentu kualitas standar hidup manusia. Distribusi yang tidak
merata menentukan pola ketidaksetaraan dalam kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.

Teori Interaksi Simbolik


Teori ini melihat kesehatan atau penyakit sebagai “identitas sosial” yang melekat
dalam diri seseorang sebagai akibat dari penilaian orang lain melalui interaksi sosial.
Misalnya, diagnosis suatu penyakit adalah hasil dari interaksi simbolik antara aktor
yang terlibat.

Misalnya, bagaimana kita bersikap gila. Ketika interaksi terjadi, yaitu orang melihat
perilaku kita, kita mendapatkan label untuk orang gila. Kami didiagnosis secara
interaktif dengan penyakit mental saat kami berpura-pura.

Obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien juga dipengaruhi oleh makna simbol dari
sudut pandang teori ini.

Misalnya, dalam interaksi antara dokter dan pasien, dokter berusaha memahami
penyakit pasien dengan simbol-simbol dalam bentuk gejala yang terjadi.

Teori Konstruksi Sosial


Teori ini melihat kesehatan dan penyakit sebagai produk konstruksi sosial. Artinya,
kondisi tubuh yang disebut “sehat” atau “sakit” adalah “fakta” yang diciptakan
secara kreatif melalui interaksi dan interpretasi fakta-fakta ini.

Proses interpretasi berlangsung secara subyektif dan kemudian dinegosiasikan


sehingga menjadi intersubjektif.
Misalnya, seorang penyandang cacat dipandang di mata masyarakat sebagai orang
yang membutuhkan. Kekurangan ini adalah “fakta” yang disebabkan oleh interaksi
dan interpretasi fakta.

Misalnya, orang-orang cacat lahir tanpa jari. Tanpa jari kelingking adalah fakta yang
diartikan sebagai “kurang”. Teori ini melihat bahwa “kekurangan” adalah label hasil
negosiasi oleh para aktor (mayoritas yang memiliki jari kelingking) terhadap
minoritas.

Demikian Pembahasan Kita Kali Ini Mengenai Sosiologi Kesehatan, Terimakasih


Telah Setia Bersama kami dan nantikan pembahasan menarik lainnya di
sosiologi.co.id . Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai