Anda di halaman 1dari 9

THE NEW RULES OF THE WORLD

Film ini merupakan usaha john dan kawan-kawan dalam mengungkap sisi
sebenarnya dari globalisasi. Beliau menggambarkan bagaimana sesungguhnya globalisasi
dijadikan kedok oleh para kapitalis untuk menguasai ekonomi berbagai negara terutama
negara berkembang. John mengambil latar negara Indonesia sebagai obyek penelitiannya. Dia
mengaitkan kehidupan rakyat yang penuh derita, lalu kapitalisme yang dilakukan oleh MNC
(multi nasional corporate) dan juga kekejaman rejim soeharto.

Film diawali dengan tampilan mengenai gaya hidup glamour yang dilakukan oleh
orang-orang di kota-kota besar, kemudian mengarah pada berbagai produk yang dihasilkan
oleh berbagai merek terkenal. Babak selanjutnya memperlihatkan bagaimana proses produksi
produk-produk bermerek tersebut (dalam kasus ini produk bermerek GAP) yang ternyata
sangat memprihatinkan, sangat menyiksa buruh-buruh. Buruh-buruh digaji dengan standar
yang sangat minim. Sebagai contohnya, jumlah gaji untuk seluruh buruh pabrik sepatu Nike
di Indonesia sangat jauh di bawah fee yang diterima oleh Tiger Wood untuk mempromosikan
produk tersebut.

Globalisasi

Globalisasi adalah proses pengintegrasian ekonomi nasional kepada sistem ekonomi


dunia berdasarkan keyakinan pada perdagangan bebas yang telah dicanangkan pada masa
kolonialisme. Globalisasi ini ditandai dengan liberalisasi segala bidang yang dipaksakan
melalui structural adjustment program oleh lembaga finansial global.

Globalisasi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan adanya krisis pembangunan.


Krisis pembangunan mempunyai ancaman terhadap pengurangan ketidakstabilan sturktural
dari transisi pembangunan pada pyoyek globalisasi. Hal tersebut termasuk dalam masalah
buruh, krisis legitimasi kebijakan pemerintah, perubahan finansial pasar, dan berkembangnya
sektor informal.

Di dalam film ini menjelaskan mengenai dampak kebijakan globalisasi yang


dirasakan oleh negara-negara dunia ketiga, khususnya Indonesia. Film berdurasi 53 menit
tersebut sangat lugas dalam mengkritisi kelemahan-kelemahan kebijakan globalisasi. Jhon
Pilger sangat apik dalam memaparkan dampak kebijakan globalisasi yang menimpa
mayoritas rakyat di Indonesia. Film tersebut juga mendokumentasikan  gerakan-gerakan yang
ber sifat global  dalam  menentang kebijakan globalisasi, salah satunya dari Dita Sari
pimpinan organisasi buruh di Indonesia, Taylor dari Globalization Resistance, Barry
Coates dari gerakan pembangunan dunia, George dan Dr. Vandana Shiva dari
Environmenatalis. Mereka sepakat bahwa kebijakan globalisasi dan pasar bebas telah
menimbulkan tatanan ekonomi dunia yang tidak adil sehingga eksploitasi manusia atas
manusia lain telah menjadikan jurang antara si kaya dan si miskin semakin lebar.

Dari film ini, bukan hanya dampak negatif globalisasi terhadap suatu negara, tetapi
kita juga bisa menyaksikan bagaimana globalisasi dapat membentuk suatu jejaring sosial dan
solidaritas internasional. Film ini di tutup oleh liputan aksi dari gerakan anti globalisasi di
seattle untuk menghambat pertemuan World Trade Organization (WTO), dan aksi mayday di
London yang bagi Perdana Menteri Inggris Tony Blair yang sekaligus pimpinan partai buruh,
disebut sebagai aksi turun ke jalan untuk “tujuan Palsu”. Gelombang menentang globalisasi
yang tidak pernah diberitakan oleh media massa telah terjadi di banyak negara. Di Seattle
banyak aktivis menyaksikan untuk pertama kalinya, kaum buruh tampil sebagai sebuah
kekuatan dalam perjuangan sosial. ahkan para aktivis dari Eropa, yang memang pernah
menyaksikan kaum buruh ikut aksi protes politik, masih cenderung melihat mereka sebagai
sebuah lapisan “aristokratik” (labour aristocracy) yang ikut beruntung dari eksploitasi dunia
ketiga. Namun di Seattle para serikat buruh Amerika ikut berdemonstrasi. Tiba-tiba para
aktivis mulai sadar bahwa perjuangan melawan PHK dan melawan “efisiensi” kapitalis di
barat bisa digabungkan dengan perjuangan melawan kemiskinan di dunia ketiga dan
pengrusakan lingkungan alam

Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi telah membawa kita pada
globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens
menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian
dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan
rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang
mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman
transformasi sosial. Hal inilah yang membuat perubahan perilaku komunitas-komunitas yang
telah ada. Mereka tidak lagi menjadi sesuatu yang bersifat ekslusif, tetapi mereka berusaha
menunjukan bahwa komunitas mereka membawa sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.
Indonesia pada era reformasi, hadir dengan eforia demokrasi yang hanya bersifat
instrumental. Negara ini memiliki berbagai instrumen demokrasi seperti pemilihan umum,
pembagian kekuasaan, berbagai organisasi dan lembaga swadaya masyarakat sipil, dan lain
sebagainya. Akan tetapi, dinamika politik yang terjadi menunjukan bahwa substansi
demokrasi belum tercipta dengan sempurna. Partai politik yang seharusnya membawa
artikulasi masyarakat Indonesia banyak yang hanya sampai pada membawa kepentingan
partainya. Berbagai ormas dan LSM yang diharapkan menjadi sarana membangun civil
society ternyata banyak digunakan untuk kepentingan politik praktis. Fenomena-fenomena
tersebut kemudian membuat masyarakat sipil memilih untuk empowering diri mereka sendiri
untuk memperjuangkan hidup mereka.

Kesempatan Ekonomi

Bisa kita lihat di dalam film ini bahwa akibat dari penjajahan ekonomi, kesempatan
ekonomi bagi bangsa dan Negara Indonesia sangatlah kecil. Rendahnya lapangan pekerjaan
yang ada di Indonesia tentu menjadi salah satu faktor penyebab masalah ini. Hasilnya banyak
dari penduduk rela bekerja apa saja hanya untuk mendapatkan uang agar bisa mencukupi
kehidupannya sehari-hari. Hal ini pun dimanfaatkan oleh negara-negara kapitalis untuk
membuka pabrik-pabrik besar. Negara kapitalis tersebut mendapatkan keuntungan karena
mereka mendapatkan tenaga kerja dengan jumlah besar tanpa harus mengeluarkan uang
banyak untuk mengurusi kesejahteraan mereka.

Film ini mendekati dengan apa yang dijelaskan Andre Gunder Frank. Frank
mengatakan bahwa kapitalisme, baik yang global maupun yang nasional, adalah faktor yang
telah menghasilkan keterbelakangan di masa lalu dan yang terus mengembangkan
keterbelakangan dimasa sekarang. Keterbelakangan merupakan sebuah proses ekonomi,
politik dan social yang terjadi sebagai akibat globalisasi dari sistem kapitalisme.
Keterbelakangan di negara-negara pinggiran adalah akibat langsung sari terjadinya
pembangunan di negara-negara pusat.

Menurut Frank, dalam rangka mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, kaum


borjuasi di negara-negara metropolis berkerjasama dengan pejabat pemerintah di negara-
negara satelit (negara pinggiran), dan kaum borjuasi yang berdominan. Sebagai akibat
kerjasama dengan pejabat pemerintah antara modal asing dan pemerintah setempat,
muncullah kebijakan-kebijakan pemerintah yang menguntungkan modal asing dan borjuasi
lokal, dengan mengorbankan kepentingan rakyat banyak negara tersebut.

Apa yang dijelaskan oleh Frank ini, berkaitan sekali dengan yang ditampilkan dalam
film The New Rules of The World. Dimana yang menjadi negara pinggirannya adalah negara
Indonesia dan yang menjadi kaum borjuis adalah lembaga “bantuan” seperti IMF, World
Bank, dan WTO. Di sini bantuan yang diberikan oleh lembaga yang katanya untuk membantu
memperbaiki perekonomian Indonesia, akan tetapi di balik itu mereka punya tujuan untuk
mencari keuntungan.

Ciri-ciri dari teori yang disampaikan Frank ini, cocok dengan apa yang terjadi dalam
perekonomian di Indonesia yang ditunjukan dalam film ini, seperti kehidupan ekonomi yang
tergantung, terjadinya kerjasama antata modal asing dengan klas-klas yang berkuasa, seperti
pemerintah, terjadi ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin.

Sebagian dari teori yang dikembangkan Dos Santos juga berkaitan dengan apa yang
disaksikan dalam film ini. Di sini negara Indonesia termasuk dalam bentuk ketergantungan
financial-industrial, yang mengatakan negara pinggiran masih dikuasai oleh kekuatan-
kekuatan financial dan industrial negara pusat, sehingga praktis ekonomi negara pinggiran
merupakan satelit negara pusat. Negara pinggiran masih mengekspor bahan mentah bagi
kebutuhan industri negara pusat. Negara pusat menanamkan modalnya, baik langsung atau
melalui kerjasama dengan pengusaha lokal, untuk menghasilkan bahan baku ini.

Apa yang ditampilkan dalam film documenter ini, merupakan hambatan dalam
melakukan industrialisasi yang merupakan usaha mengatasi keterbelakangan negara
pinggiran yang dibahas Dos Santos. Seperti yang dikatakan Dos Santos, neraca perdagangan
internasional negara-negara pinggiran terus mengalami deficit karena: nilai tukar yang terus
menurun dari komoditi primer terhadap barang industri, sektor ekonomi yang paling dinamis
biasanya dikuasai oleh modal asing. Karena itu, keuntungan dari sektor ini diserap kembali
ke negara-negara maju. Oleh karena itu, pinjaman luar negeri menjadi penting untuk
menutupi deficit yang terjadi, dan untuk membiayai proses industrialisasi. Menurut Dos
Santos, hambatan yang paling besar bagi pembanggunan di negara-negara pinggiran adalah
karena mereka menyatukan diri dengan sistem internasional dan dan mengikuti hukum
perkembangannya.

Dalam hal ini, Indonesia berusaha menyatukan diri dengan sistem internasional yang
ditawarkan IMF, World Bank dan WTO, karena terlalu percaya dengan apa yang diiming-
imingi oleh IMF terhadap kemakmuran negara Indonesia. Akan tetapi Indonesia belum
mampu untu masuk kedalam sistem tersebut.

Harkat Martabat Bangsa

Harkat dan martabat bangsa itu akan dijunjung dan dipertahankan oleh bangsa yang
bersangkutan. Untuk mempertahankan martabatnya, suatu bangsa akan berjuang dengan
sekuat tenaga karena hal itu demi kehormatan dan kejayaan bangsanya. 

Karena harkat dan martabat bangsa adalah kehormatan yang tidak ternilai harganya.
Oleh sebab itu semua bangsa di dunia sudah pasti menginginkan agar martabat dan harga
dirinya dihormati dan dihargai oleh orang lain. 
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang bermartabat, bangsa Indonesia juga punya
harga diri di antara bangsa-bangsa lain didunia. Karena itu, kita yang menjadi bagian dari
seluruh bangsa Indonesia, harus peduli untuk ikut mengangkat harkat, derajat, dan kedudukan
yang terhormat bagi kemajuan bangsa. 
Sebagai bangsa yang hidup dalam sebuah negara berdasarkan Pancasila,
mengembangkan sikap saling menghargai adalah suatu kewajiban. Kita tidak boleh bersikap
sewenang-wenang terhadap bangsa lain. Hal ini mengandung arti bahwa kita juga harus
menghormati bangsa lain, karena semua bangsa mempunyai harkat dan martabat yang sama,
yaitu sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. 
Oleh karena itu semua manusia dan semua bangsa tidak boleh dibeda-bedakan.
Namun, akhir-akhir ini telah terjadi banyak pelanggaran ham yang merendahkan harkat dan
martabat manusia. Misalnya saja seperti contoh di dalam film ini dijelaskan bahwa terjadinya
ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin. Selain itu contoh yang lainnya adalah bahwa
buruh di Indonesia rata-rata digaji sekitar Rp 9000 perhari, yang merupakan upah minimal
resmi yang ditetapkan oleh pemerintah, bahkan pemerintah mengatakan bahwa upah tersebut
sudah merupakan upah tertinggi di Indonesia. Selain upah yang minim, para pekerja atau
buruh dipaksa untuk kerja lembur seharian penuh, bahkan hampir 36 jam non-stop. Bukan itu
saja setiap mereka memproduksi barang dengan harga Rp 112 ribu, mereka hanya
mendapatkan kurang lebih Rp 500 dari harga produksi, sedangkan untuk sebuah sepatu yang
dijual seharga Rp1,4 juta, mereka hanya mendapatkan Rp 5000. Bahkan jika ada permintaan
lebih untuk di ekspor, para pekerja dipaksa lembur selama 16 jam berdiri tanpa diperbolehkan
duduk. Mereka tidak hanya menderita secara fisik namun juga menderta secara batin. Mereka
beranggapan bahwa harga diri mereka diinjak-injak dengan semena-mena dan diperlakukan
seperti binatang.
Di dalam film ini dapat dilihat bahwa harkat martabat bagsa kita sangat diinjak-injak
da diperlakukan seperti binantang oleh bangsa lain. Sedangkan ternyata pemerintah Indonesia
tidak maksimal membantu mereka. Hal ini memang miris namun, pemerintah seharusnya
berusaha sekuat mungkin agar harkat dan martabat mereka tidak diinjak-injak karena setiap
manusia berhak bebas dari hal-hal yang merendahkan harkat martabat manusia. 
Sehingga manusia dapat hidup aman, nyaman dan tenteram lahir dan batin. Kita
sebagai kaum muda sejak dini harus belajar menghargai dan menghormati harkat dan
martabat manusia agar negara kita terbebas dari pelanggaran-pelanggaran yang dapat
merusak harga diri bangsa. Semoga bangsa Indonesia yang akan datang akan lebih baik dan
bebas dari merendahkan harkat dan martabat manusia sehingga tercipta negara yang aman,
nyaman, dan tenteram.

Pemeliharaan Lingkungan

Pengertian dari pemeliharaan lingkungan adalah upaya yang dilakukan


agar lingkungan hidup mendapatkan perlindungan dan dipertahankan dari pengaruh-pengaruh
luar dan kerusakan akibat ulah manusia, misalnya pencemaran, bising, pemanasan global, dan
perusakan sumber daya alam.

Di dalam film ini dijelaskan bahwa di dalam pembangunan suatu negara, terdapat tiga
aktor penting yaitu civil society, state, dan market. Di dalam film tersebut digambarkan
sebuah keadaan dimana market lah yang memberikan arahan pembangunan kepada
pemerintah, sedangkan peran civil society adalah sangat minimalis karena dibatasi oleh
market dengan tangan state. Ini terlihat sekali perekonomian yang terjadi di Indonesia yang
digambarkan dalam film ini adalah bentuk ekonomi jenis makro, pembangunan terjadi bagi
rakyat golongan atas, dimana terjadi pengeksplotasian Sumber Daya Alam dan Sumber Daya
Manusia. Sehingga menyebabkan persoalan baru, yaitu kerusakan lingkungan akibat
eksploitasi sumber daya alam.

Bisa kita simpulkan bahwa, akibat penjajahan ekonomi di Negara Indonesia yang
dilakukan oleh Negara lain yang sangat mementingkan profit di masa jabatan presiden
Soeharto juga sangat merugikan di dalam segi pemeliharaan lingkungan hidup, mereka
mengeksploitasi alam di Negara kita dengan semena-mena.

Seharusnya dulu pemerintah kita harus tegas dalam membantu bangsa kita yang
sedang dijajah dalam segi ekonomi maupun pemeliharaan lingkungan ini. Dalam usaha
mengembangkan perlindungan terhadap lingkungan di bidang produksi industrial,
pengembangan yang stabil pada kebijakan pemeliharaan lingkungan perusahaan harus
dilakukan. Secara konsekuen, karena perlindungan terhadap lingkungan adalah suatu hal
yang sangat penting untuk dilakukan.
“ANALISIS FILM THE NEW RULES OF THE
WORLD” (PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Globalisasi pada saat ini bukanlah hal yang dianggap tabu lagi, melainkan globalisasi menjadi hal
yang dijadikan sebagai acuan di dalam hidup berbangsa karena cakupannya adalah dunia.
Mengingat adanya globalisasi, tentu tidak terlepas dari adanya modernitas sebagai kerangkeng besi
yang menguatkan serta juga merampas kehidupan bermasyarakat bagi yang tertinggal. Modernitas
dijadikan sebagai alat dalam menguasai dunia dengan terbentuknya sistem kapitalis  yang dikatakan
oleh weber yakni:
1.    adanya usaha-usaha ekonomi yang diorganisir dan dikelola secara rasional berdasarkan prinsip-
prinsip ilmu pengetahuan serta berkembangnya pemilikan/kekayaan pribadi;
2.    berkembangnya produksi untuk pasar
3.    produksi untuk massa dan melalui massa
4.    produksi untuk uang;
5.    adanya antusiasme, etos dan efesiensi yang maksimal yang menuntut pengabdian manusia kepada
panggilan kerja.
Masyarakat kapitalis memandang manusia terutama sebagai pekerja dan tidak peduli apapun yang
menjadi pekerjaan mereka, itulah yang menjadi tingkah laku yang menonjol dalam spirit kapitalisme.
Dengan demikian yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin yang
merupakan ketimpangan di dalam kehidupan modernitas. Bagi masyarakat miskin mereka lebih
cenderung untuk memilih kehidupan penuh resiko untuk memperoleh penghasilan meskipun kecil.
Inilah yang bisa disebut dengan sistem kapitalisme di dalam modernitas kehidupan yang juga
dinaungi oleh adanya struktur di dalamnya, yakni struktur memiliki kapasitas ganda yang dalam hal ini
bisa menjadi kendala tetapi juga bisa member peluang karena di dalam struktur mengandung tiga
aspek yaitu makna, norma dan kekuasaan.
Adanya sistem produksi dan perkembangan teknologi menimbulkan dua kelas masyarakat, yaitu
kelas yang terdiri dari sejumlah kecil orang yang memiliki modal sehingga menguasai alat-alat
produksi yang biasa kita sebut sebagai kelas borjuis dan kelas yang terdiri dari orang-orang yang
tidak memiliki modal atau disebut juga dengan kelas proletar. Mereka yang memiliki modal dan alat-
alat produksi menentukan upah para pekerja. Penentuan upah itu melewati suatu perjuangan tarik
menarik antara pemilik modal dengan pekerja. Kemenangan sudah barangtentu mudah dipastikan di
tangan pemilik modal. Pemilik modal dapat hidup lebih lama tanpa pekerja sementara kaum pekerja
tidak mungkin hidup lebih tanpa pemilik modal. Sesuai dengan apa yang ada di dalam film
documenter ini, yakni para pekerja atau disebut juga dnegan buruh yang bekerja dengan penghasilan
yang kecil, jumlah jam kerja yang begitu lamanya dan fasilitas tempat bekerja yang begitu mencekam
dan penuh resiko mereka kerjakan demi mengasilkan sebuah rupiah namun hasil pekerjaan yang
mereka lakukan dirampas habis-habisan oleh pemilik modal demi mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Dengan demikian pemilik modal dapat menambah kekayaannya dari keuntungan
usaha industry, sedangkan pekerja tidak memperoleh keuntungan maupun memiliki modal yang bisa
menambah penghasilan dari keterlibatannya dalam kerja industry. Menurut marx, kapitalisme melalui
konsep pemilikan pribadi dimana manusia jadi rebut-rebutan memiliki alam sebagai sumber
kehidupan sebanyak-banyaknya. Manusia bersaing dengan manusia lainnya untuk memperbanyak
harta milik pribadinya. Karena memiliki lebih banyak berarti lebih berkuasa, dan melalui kuasa dapat
memiliki lebih banyak lagi. Kekuasaan disini mencakup baik kekuasaan ekonomis maupun kekuasaan
politis. Dengan demikian sistem kapitalisme menciptakan manusia-manusia yang serakah.
Indonesia merupakan Negara yang miskin dimana para pemiliki modal dominasi adalah bukan dari
tanah sendiri melainkan para investor asing menanamkan modal di Indonesia yang dijadikan sebgai
alat dalam menumbuhkan keuntungan maupun kekayaan bagi individu dan bangsanya sendiri.
Indonesia dijadikan sebagai alat dalam permainan ekonomis dan politis terlihat jelas sejak dimulainya
rezim soeharto yang memberikan kebebasan bagi para investor asing untuk menanamkan modal di
Indonesia. Sebenarnya hal itu menjadi boomerang bagi bangsa Indonesia sendiri apalagi jelas
dengan adanya politik dari IMF, bank dunia yang mengiming-imingi Indonesia akan sejahtera dengan
memberikan sumbangsi kepada imf dan bank dunia. Juga dengan rezim soeharto yang tidak bersih
dan adil di dalam pemerintahan bangsa Indonesia karena pada saat itu peminjaman uang yang
dilakukan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia malah beberapa persennya uang yang di pinkamkan
oleh bank dunia tersebut di rampas oleh pihak-pihak penguasa yang ada dalam rezim tersebut.
Dengan demikian semakin kacaulah bangsa Indonesia dibawah tataran kehidupan dalam rezim
soeharto sehingga ketika pada masa presiden soeharto mengundurkan dirinya, itu merupakan hal
yang tidak semata-mata menghapuskan permasalahan yang ada di Indonesia dengan adanya
keterlanjutan dalam kemiskinan, kurangnya pendidikan, buta huruf, gizi buruk, lemahnya kesehatan
dan lain sebagainya.
Hutang di Indonesia semakin bertambah, dengan demikian para pekerja harus lebih bekerja dengan
lebih keras lagi namun uang yang di dapatkan hanyalah setengah tak terbilang bisa untuk mencukupi
kehidupan, karena kerasnya hidup semakin terasa dengan kemiskinan yang melonjak tinggi. Mereka
harus bekerja untuk institusi atau Negara demi membayarkan hutangnya kepada bank dunia. Para
investor yang menanamkan modal di Indonesia menjadikan masyarakat Indonesia sebagai alat untuk
menggeruskan mereka dengan upah yang kecil untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-
besarnya. Terlihat pada brand-brand yang ternama dimana para buruh yang bekerja semata-mata
mereka bekerja untuk para penguasa yang serakah. Disinilah terlihat jelas dimana masyarakat
dijadikan sebagai objek oleh Negara.
Dalam hal ini tidak adanya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Indonesia yang
seharusnya dapat dilakukan oleh pemerintah. Karena mengingat tingkat kemiskinan di Indonesia
yang semakin begitu marak dan memprihatinkannya. Kurangnya kebebasan masyarakat dalam
melakukan suatu kegiatan atau potensi yang akan dikembangkannya. Karena masyarakat hanya
bekerja di bawah naungan kelas penguasa demi kepentingan penguasa itu sendiri. Mengingat
pemerintahan yang amburadul dengan adanya korupsi malah semakin amburadulnya tatanan
kehidupan masyarakat yang seharusnya merekalah yang menjadikan masyarakat untuk hidup lebih
sejahtera. Karena masyarakat hanya dijadikan sebagai objek oleh tangan penguasa dalam berbagai
program dan proyek pembangunan.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri dengan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Dalam upaya pemberdayaan
ini, diperlukannya usaha untuk meningkatkan taraf pendidikan, derajat kesehatan, sumber-sumber
kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, lapangan kerja dan pasar. Pemberdayaan sebagai
proses ataupun sebagai tujuan pada dasarnya akan memunculkan keberanian pada individu maupun
kelompok. Kondisi semula yang cenderung hanya keadaan, dengan adanya pemberdayaan ini
menjadikan masyarakat akan lebih berani bertindak untuk merubah keadaan. Dari pihak pemberdaya
harus beranjak dari pendekatan bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai program dan
proyek pembangunan, akan tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Untuk itu
maka dalam pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan yang terarah dilaksanakan oleh
masyarakatr yang menjadi kelompok sasaran dan menggunakan pendekatan kelompok.  
Bangsa Indonesia tidak bisa luput dari fenomena pembangunan, cepat atau lambat, besar atau kecil
proses pembangunan perlu dilakukan.  Berbagai cara untuk mecapainya yaitu dengan
pemanfaatakan secara optimal berbagai aspek sumber daya manusia dan sumber daya alam yang
ada, sehingga memiliki peran penting dalam lingkup lokal maupun global. Untuk membantu dunia
ketiga termasuk kemiskinan, tidak hanya diperlukan bantuan modal dari Negara maju tetapi Negara
itu disarankan untuk meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan kemudian melembagakan
demokrasi politik. Di dalam pembangunan, pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan dengan cara
sebgai berikut:
1.    menciptakan potensi masyarakat agar lebih berkembang. Mengingat masyarakat memiliki potensi
yang dapat dikembangkan
2.    dengan adanya potensi yang dikembangkan oleh masyarakat, maka diperlukannya sebuah peluang
yang dapat memberikan motivasi pada masyarakat untuk memberdayakan potensi yang ada di dalam
pemanfaatan peluang tersebut.
3.    Memberdayakan juga berarti melindungi. Dalam proses pemberdayaan ini, pemberdayaan harus
dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah.
4.    Bantuan intelektual yaitu berupa pemberian pengetahuan yang berguna. Bantuan ini jelas lebih baik
dari pada bantuan dalam bentuk barang.

Anda mungkin juga menyukai