Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN MATERI

PENGUKURAN KINERJA DI PEMERINTAH: TEORI DAN APLIKASI

Setiap organisasi, baik swasta maupun sektor publik pasti memiliki tujuan
yang hendak dicapai dan untuk mencapai tujuan tersebut, setiap organisasi
memiliki strategi yang berbeda-beda (Paputungan dan Kusufi, 2014). Untuk
menjamin bahwa program dan kegiatan yang telah ditetapkan tersebut
dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tujuan organisasi, maka peru adanya
sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen sektor publik
berfokus pada bagaimana strategi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2009). Pada dasarnya tipe
pengendalian manajemen dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pengendalian
preventif, pengendalian operasional, dan pengendalian kinerja (Paputungan dan
Kusufi, 2014). Mahmudi (2007) dalam Paputungan dan Kusufi (2014)
menyampaikan bahwa fungsi pengendalian ada dua jenis, yaitu pengendalian
formal dan informal.Pengendalian formal dilakukan melalui saluran komunikasi
formal berupa aktivitas-aktivitas resmi organisasi yang bersifat rutin sedangkan
pengendalian informal dilakukan melalui jalur komunikasi informal. Melalui
pengembangan pengendalian dalam akuntansi manajemen, muncullah
pengendalian aktivitas dan adanya konsep activity-based costing, activity based
budgeting, dan activity-based management. Mahmudi (2007) dalam (Paputungan
dan Kusufi, 2014) menyampaikan bahwa konsep dan filosofi pengendalian
aktivitas tidak hanya relevan diterapkan untuk organisasi bisnis, tetapi dapat juga
diadopsi pada organisasi sektor publik. Konsep pengendalian aktivitas menuntut
adanya sistem pengukuran kinerja.
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu manajer publik menilai capaian suatu strategi melalui
tolak ukur kinerja yang ditetapkan (Paputungan dan Kusufi, 2014). Menurut
Mardiasmo (2009) pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi
tiga maksud, yaitu: 1) membantu memperbaiki kinerja pemerintah, 2)

1
pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan, dan 3) mewujudkan
pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Mardiasmo (2009) juga menyampaikan bahwa tujuan dari sistem pengukuran
kinerja adalah: 1) mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan
bottom up), 2) mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang
sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi, 3)
mengakomodasikan pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah
serta memotivasi untuk mencapai goal congruence, dan 4) mencapai kepuasan
berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.
Sedangkan manfaat pengukuran kinerja menurut Mardiasmo (2009)
adalah: 1) memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untk
menilai kinerja manajemen, 2) memberikan arah untuk mencapai arget kinerja
yang telah ditetapkan, 3) memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan
membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif
untuk memperbaiki kinerja, 4) memberikan penghargaan dan hukuman secara
obyektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran
kinerja yang telah disepakati, 5) alat komunikasi bawahan dan atasan dalam
rangka memperbaiki kinerja organisasi, 6) membantu mengidentifikasi apakah
kepuasan pelanggan sudah terpenuhi, 7) membantu memahami proses kegiatan
instansi pemerintah, 8) memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan
secara obyektif.
Menurut Mardiasmo (2009) informasi yang digunakan untuk melakukan
pengukuran kinerja tidak hanya informasi finansial, tetapi juga menggunakan
informasi non-finansial, seperti penggunaan Balance Scorecard. Mardiasmo
(2009) menyatakan bahwa inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah
adalah value for money dan indikator dari value for money dibagi menjadi dua,
yaitu 1) indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi), dan 2) indikator kualitas
pelayanan (efektivitas). Sedangkan konsep value for money dikenal dengan 3E,
yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Menurut Mardiasmo (2009) langkah-langkah pengukuran value for money
adalah sebagai berikut:

2
1. Pengukuran Ekonomi
Pertanyaan sehubungan dengan pengukuran ekonomi adalah:
 Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan
oleh organisasi?
 Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain
yang sejenis yang dapat diperbandingkan?
 Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya
secara optimal?
2. Pengukuran Efisiensi
Efisiensi = Output
Input
3. Pengukuran Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan
telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap
masyarakat. Smith (1996) dalam Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa
outcome adalah pengukuran terhadap output dan dampak yang dihasilkan.

3
DAFTAR PUSTAKA

Paputungan, Vindi dan Muhammad Syam Kusufi. 2014. “Pengukuran Kinerja di


Pemerintah: Teori dan Aplikasi.” Dalam Teori, Konsep, dan Aplikasi
Akuntansi Sektor Publik, disunting oleh Halim, Abdul dan Muhammad
Syam Kusufi. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai