Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STATISTIK SOSIAL LANJUTAN

(Populasi dan sampel)

Di susun oleh kelompok II

• Yoki eryanto
• Ruknul ikhsani
• Wahyuni
• Ayu andini

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PIBLIK
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan petunjuk dan rahmat-Nya
sehingga, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Populasi dan Sampel ’’.
Tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak sebagai sumber rujukan penulis
dalam menyusun makalah ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca khususnya dalam bidang perpajakan di indonesia. Bahkan berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Desa Popalia, 27 Maret 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 3


BAB I ............................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah........................................................................................................ 5
BAB II .............................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 6
Pengertian Populasi.......................................................................................................... 6
Sampel ....................................................................................................................... 8
Teknik Sampling/ Sampel ......................................................................................... 9
Ukuran Sampel ........................................................................................................ 12
BAB III........................................................................................................................... 15
PENUTUP ...................................................................................................................... 15
Kesimpulan ................................................................................................................. 15
Saran ........................................................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan rahasia
ilmu secara obyektif, dengan dibentengi bukti-bukti yang lengkap dan kokoh.
Penelitian merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu gejala melalui cara
tersendiri sehingga diperoleh suatu informasi. Pada dasarnya, informasi tersebut
merupakan jawaban atas masalah-masalah yang dipertanyakan sebelumnya. Salah
satu bagian dalam desain penelitian adalah menentukan populasi dan sampel
penelitian. Kegiatan penelitian banyak dilakukan dengan penarikan sampel, karena
metode penarikan sampel lebih praktis, biayanya lebih hemat, serta memerlukan
waktu dan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode sensus. Penentuan
sampel dari suatu populasi, disebut sebagai penarikan sampel. Penelitian yang
memakai sampel untuk meneliti atau menyelidiki karakteristik objek penelitian,
dilakukan dengan beberapa alasan antara lain objek yang diteliti sifatnya mudah
rusak, objek yang diteliti bersifat homogen, tidak mungkin meneliti secara fisik
seluruh objek dalam populasi, untuk menghemat biaya, untuk menghemat waktu dan
tenaga, serta keakuratan hasil sampling. Dalam penelitian yang menggunakan sampel
sebagai unit analisis, baik pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan
penelitian dengan pendekatan kualitatif, setidaknya terdapat dua hal yang menjadi
masalah atau persoalan yang dihadapi, yaitu pertama, bahwa persoalan sampling
adalah proses untuk mendapatkan sampel dari suatu populasi. Di sini sampel harus
benar-benar bisa mencerminkan keadaan populasi, artinya kesimpulan hasil penelitian
yang diangkat dari sampel harus merupakan kesimpulan atas populasi. Sehingga
masalah yang dihadapi adalah bagaimana memperoleh sampel yang representatif,
yaitu sampel yang dapat mewakili elemen lain dalam populasi atau mencerminkan
keadaan populasi. Kedua, masalah yang dihadapi dalam penelitian yang
menggunakan sampel sebagai unit analisis adalah tentang bagaimana proses 2
pengambilan sampel dan berapa banyak unit analisis yang akan diambil. Sehingga
masalah yang dihadapi diantaranya teknik penarikan sampel manakah yang cocok
dengan karakteristik populasi, tujuan dan masalah penelitian yang akan dikaji. Selain
itu berapa banyak unit analisis atau ukuran sampel (sample size) yang akan dilibatkan
dalam kegiatan penelitian. Berdasarkan pengertian diatas, maka makalah ini
membahas materi mengenai populasi dan sampel dalam penelitian kuantitatif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pengertian populasi?
2. Apa yang dimaksud pengertian sampel?
3. Apa saja teknik pengambilan sampel?
4. Bagaimana Besarnya Sampel dalam penelitian?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian populasi.
2. Untuk mengetahui pengertian sampel.
3. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam pengambilan sampel.
4. Untuk mengetahi ukuran besarnya sampel dalam penelitian
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Populasi
Populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang menjadi
pusat perhatian dan menjadi sumber data penelitian.Objek penelitian dapat berupa manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya.Sampel
merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan aturan-aturan tertentu,
yang digunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang menggambarkan sifat atau ciri
yang dimiliki populasi. Apabila kita lihat definisi tersebut, pengertian populasi bisa sangat
beragam sehingga kita harus mendefinisikan populasi tersebut dengan jelas dan tepat. Dilain
pihak, sampel yang merupakan pewakil dari populasi harus dapat menggambarkan
karakteristik populasi tersebut karena sampel digunakan untuk menggeneralisasi suatu
populasi. Dengan demikian, sampel harus betul-betul bersifat representatif sehingga dapat
mewakili dan mencerminkan karakteristik populasi dari mana sampel itu diambil. Berikut ini
adalah contoh suatu populasi:
1. Populasi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad)
2. Populasi Mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta)
3. Populasi Mahasiswa Agroteknologi, Faperta, Unpad
4. Populasi Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009, Faperta, Unpad
5. Populasi Mahasiswa Agroteknologi Kelas A, Angkatan 2009, Faperta, Unpad
Apabila kita perhatikan contoh populasi di atas, pengertian populasi di sana bersifat
relatif, pendefinisiannya tergantung dari si Peneliti, apakah dia ingin mengetahui Populasi
Mahasiswa Unpad secara keseluruhan ataukah hanya tertarik pada populasi mahasiswa
Agroteknologi angkatan 2009 saja.
Kita harus hati-hati dalam mendefinisikan suatu populasi. Populasi harus didefinisikan
dengan jelas dan tepat. Misalnya, kita ingin mengetahui rata-rata nilai IPK mahasiswa Unpad.
Berarti parameter/sifat/ciri yang ingin diketahui adalah rata-rata nilai IPK mahasiswa dan
obyek yang ditelitinya adalah Mahasiswa Unpad. Jika kita merumuskan populasi seperti ini,
rumusannya sudah jelas tapi belum tepat. Jelas maksudnya: (1) parameter yang ingin diteliti
sudah jelas, yaitu Nilai IPK mahasiswa Unpad dan bukan parameter lain, seperti tinggi, nilai
IQ dan sebagainya (2) populasinya hanya mahasiswa Unpad bukan nilai IPK mahasiswa dari
universitas lain. Belum tepat maksudnya, apabila kita 4 berbicara tentang mahasiswa Unpad
cakupannya cukup luas. Apakah kita akan mendata nilai IPK semua mahasiswa Unpad dari
semua angkatan, baik yang masih aktif, non aktif, meninggal, DO, maupun yang sudah lulus?
Dengan demikian, batasan ruang lingkup dari populasi yang akan diteliti harus didefinisikan
dengan jelas dan tepat, karena semua kesimpulan yang nantinya akan diperoleh dari hasil
penarikan contoh (sampel) hanya berlaku untuk populasi yang dimaksud, bukan untuk
populasi yang berada diluar batasan ruang lingkup yang diberikan.
Perhatikan pendefinisian populasi berikut:
"Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009, Faperta
Unpad, yang masih aktif"
Pendefinisian populasi seperti ini sudah jelas batas ruang lingkupnya, sehingga kesimpulan
apapun yang diberikan terhadap suatu sampel yang diambil dari populasi tersebut hanya
berlaku untuk populasi yang dibatasi oleh Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009,
Faperta, Unpad, yang masih aktif kuliah dan tidak berlaku untuk mahasiswa lainnya yang
berada diluar ruang lingkup tersebut. Jadi hanya menggambarkan keadaan rata-rata nilai IPK
mahasiswa pada ruang lingkup tersebut.
Populasi dapat dibagi berdasarkan keadaan (kompleksitasnya) dan berdasarkan ukurannya.
Menurut keadaannya populasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Populasi Homogen, dan Populasi Heterogen. Berdasarkan ukurannya, populasi juga dibagi
menjadi dua bagian yaitu Populasi Terhingga, dan Populasi Tak Terhingga. Populasi
berdasarkan keadaannya:
1. Populasi Homogen: populasi dikatakan homogen apabila unsur-unsur dari populasi yang
diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif seragam satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini
banyak ditemukan di bidang eksakta, misalnya air, larutan, dsb. Apabila kita ingin
mengetahui manis tidaknya secangkir kopi, cukup dengan mencoba setetes cairan kopi
tersebut. Setetes cairan kopi sudah bisa mewakili kadar gula dari secangkir kopi tersebut.
2. Populasi Heterogen: populasi dikatakan heterogen apabila unsur-unsur dari populasi yang
diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif berbeda satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini
banyak ditemukan dalam penelitian sosial dan perilaku, yang objeknya manusia atau gejala-
gejala dalam kehidupan manusia yang bersifat unik dan kompleks. Misalnya, apabila kita
ingin mengetahui rata-rata IQ mahasiswa Unpad angkatan 2009 (berarti rata-rata dari semua
Fakultas). Jelas, rata-rata IQ mahasiswa antar Fakultas kemungkinan besar bervariasi, IQ
mahasiswa Fakultas Kedokteran relatif 5 lebih tinggi dibanding dengan rata-rata IQ
mahasiswa Fakultas lainnya, sehingga kita bisa mengatakan bahwa populasi tersebut
keadaannya heterogen. Untuk mengatasi populasi yang heterogen dalam melakukan
penelitian, perlu adanya pengelompokan berdasarkan karakteristiknya, sehingga dari populasi
yang ada digrupkan dalam beberapa kelompok, yang nantinya kelompok-kelompok tersebut
akan hogomen dalam kelompoknya, tetapi kelompok-kelompok tersebut sangat heterogen
diantara kelompkonya. Pada pemisalan sebelumnya, kelompok identik dengan Fakultas.
Populasi berdasarkan ukurannya:
1. Populasi terhingga: Populasi dikatakan terhingga bilamana anggota populasi dapat
diperkirakan atau diketahui secara pasti jumlahnya, dengan kata lain, jelas batas-batasnya
secara kuantitatif, misalnya:
a) Banyaknya Mahasiswa Agroteknologi Kelas A, Angkatan 2009, Faperta, Unpad
b) Tinggi penduduk yang ada di kota tertentu
c) Panjang ikan di sebuah danau
2. Populasi tak hingga: populasi dikatakan tak hinggabilamana anggota populasinya tidak
dapat diperkirakan atau tidak dapat diketahui jumlahnya, dengan kata lain, batas-batasnya
tidak dapat ditentukan secara kuantitatif, misalnya:
a) Air di lautan
b) Banyaknya pasir yang ada di Pantai Pangandaran.
c) Banyaknya anak yang menderita kekurangan gizi
d) Kedalaman suatu danau yang diukur dari berbagai titik
Namun demikian, dalam praktek kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai adanya populasi
terhingga dianggap sebagai populasi tak terhingga, dan hal seperti ini dibenarkan secara
statistika, misalnya banyaknya orang Indonesia yang merokok, banyaknya penduduk
Indonesia sekarang, dan sebagainya.

Sampel
Dalam statistik inferensial, kita ingin mengetahui gambaran karakteristik tertentu dari suatu
populasi, namun terkadang hal tersebut terkadang tidak mungkin dan tidak praktis untuk
mengamati seluruh obyek/individu yang menyusun suatu populasi. Pedagang eceran beras
hanya meneliti segenggam beras untuk menentukan kualitas sekarang beras. Pedagang emas
hanya meneliti bekas gosokan dari perhiasan tersebut untuk menentukan kualitas emas
perhiasan 6 tersebut. Peneliti lingkungan hanya meneliti beberapa milliliter air untuk
menentukan kualitas air pada suatu sungai atau danau. Pertanyaannya, mengapa tidak
meneliti secara keseluruhan, bukankah hasilnya akan lebih baik dan lebih tepat?
Mengingat seorang peneliti dalam melakukan penelitian penuh dengan keterbatasan baik dari
segi biaya, waktu, dan lain sebagainya maka penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan
informasi atau data yang diinginkan sesuai dengan permasalah yang diteliti ditempuh dengan
mengambil sebagian dari populasi, dengan mempertimbangkan ketebatasan yang ada dari
peneliti. Bagian dari populasi tersebut sebagai tempat untuk mengumpulkan informasi
dinamakan contoh (sampel).
Dengan demikian, sampel merupakan bagian dari populasiyang dipilih dengan menggunakan
aturan-aturan tertentu, yang digunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang
menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki populasi.
Dari definisi tersebut jelas bahwa sampel yang kita ambil digunakan untuk menggambarkan
karakteristik suatu populasi, atau dengan kata lain, sampel digunakan untuk menggeneralisasi
suatu populasi. Dengan demikian, sampel harus betul-betul bersifat representatif sehingga
dapat mewakili dan mencerminkan karakteristik populasi dari mana sampel itu diambil.
Perhatikan gambaran sampel representatif pada gambar di bawah ini. Area yang berwarna
lebih muda menggambarkan konsentrasi/nilai rendah dan yang berwarna tua menggabarkan
konsentrasi/nilai yang tinggi. Sampel yang refresentatif harus bisa mewakili nilai dari
populasi sehingga peluang terambilnya warna muda, menengah, atau warna tua harus sama
atau proporsional.
Seorang peneliti, jarang mengamati keseluruhan populasi karena dua alasan:
1. Biaya terlalu tinggi
2. Populasi bersifat dinamis, yaitu unsur-unsur populasi bisa berubah dari waktu ke waktu.
Ada tiga keuntungan utama pengambilan sampel:
1. Biaya lebih rendah,
2. Pengumpulan data lebih cepat, dan 7
3. Hal ini mungkin untuk memastikan keseragaman dan untuk meningkatkan akurasi
dan
Jenis-Jenis sampel
proses pemilihan sampel ada dua faktor penentu yang berperan yaitu:
1. Ada atau tidak adanya faktor pengacakan, dan
2. Peran orang yang memilih (mengambil) sampel tersebut.
Pada proses pengambilan sampel dengan menggunakan faktor pengacakan didalamnya
termasuk unsur-unsur peluang, sedangkan peran dari orang pemilih sampel dapat bersifat
obyektif dan dapat pula bersifat subyektif.
1. Sifat obyektif dalam memilih sampel adalah suatu cara pemilihan sampel yang
menggunakan metode tertentu yang jelas, sehingga penarikan sampel tersebut bila dilakukan
oleh orang lain akan diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda dari penarikan sampel
sebelumnya, dalam menduga sifat atau ciri populasinya. Jadi dengan pengambilan sampel
dengan menggunakan metode tertentu dan jelas, akan diperoleh sampel yang konsisten,
artinya bila pengambilan sampel dilakukan secar berulang-ulang terhadap populasi yang
sama hasilnya tetap terkendali dalam arti tetap menggambarkan sifat atau ciri dari
populasinya, walaupun hasilnya tidak persis sama antara yang satu dengan yang lainnya.
2. Sifat subyektif dalam memilih sampel adalah suatu pemilihan sampel dengan melibatkan
pertimbangan pribadi dari pengambil sampel untuk mengambil sampel yang baik menurut
versinya sendiri (versi peneliti). Dengan demikian sampel yang diperoleh merupakan sampel
yang berbias, apalagi orang yang memilih cotnoh sampel mempunyai latar belakang yang
kurang terhadap konsep statistika khususnya konsep tentang teori penarikan sampel.

Teknik Sampling/ Sampel


Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang
akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Dalam
penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d, Prof. Dr. Sugiyono (2010) menyatakan Secara
skematis, teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability
Sampling dan Non probability Sampling.
1. Probabillity Sampling (pengambilan sampel bardasarkan peluang) Probabillity Sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:
a. Simple Random Sampling (pengambilan sampel secara acak) Dikatakan simple
(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Prosedur pengambilan sampel dalam
suatu survei biasanya dilakukan tanpa pengembalian. Pengambilan sampel tanpa
pengembalian seperti ini disebut simple random sampling (Bailey, 1982).
Misalnya : “Populasi adalah siswa SD XX Jakarta yang berjumlah 500 orang, jumlah sampel
ditentukan dengan tabel solvin, dengan tingkat kesalahan sebesar 5 % sehingga jumlah
sampel ditentukan sebesar 217. Jumlah sampel 217 ini selanjutnya diambil secara acak tanpa
memerhatikan kelas, usia, dan jenis kelamin.
b. Stratified Random Sampling
Teknik ini membantu menaksir parameter populasi mungkin terdapat sub kelompok
elemen yang bisa di identifikasikan dalam populasi yang dapatdiperkirakan memiliki
parameter yang berbeda pada suatu variabel yang diteliti. Misalnya populasi adalah
mahasiswa fakultas ekonomi perguruan tinggi X berjumlah 365.
Peneliti membagi dua grup (pria dan wanita), 146 mahasiswa (40%) dan 219 mahasiswi
(60%) dari dua grup ini peneliti mengambil 66 responden darimaha siswi (60%) dan 44
responden mahasiswa (40%).
c. Propotionate Stratified Random Sampling
Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan
sampelnya memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.
Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 150. Dengan rumus Slovin (lihat
contoh di atas) dan tingkat kesalahan 5% diperoleh 9 besar sampel adalah 108.
Populasisendiri terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang
masing-masing berjumlah
Marketing : 25 Produksi : 85 Penjualan : 40 Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan
masing-masinng bagian tersebut ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml
populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan
Marketing : 25 / 150 x 108 = 17,9
dibulatkan 18 Produksi : 85 / 150 x 108 = 61,19
dibulatkan 61 Penjualan : 40 / 150 x 108 = 28,79 dibulatkan 29
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 18 + 61 + 29 = 108 sampel.
Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah heterogen (tidak sejenis)
yang dalam hal ini berbeda dalam hal bidangkerja sehingga besaran sampel pada masing-
masing strata atau kelompok diambil secara proporsional untuk memperoleh besaran sampel
pada masin-masing kelompok.
d. Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan
proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun, ketidak
proporsionalan penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika anggota populasi
berstrata namun kurang proporsional pembagiannya.
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata
berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak
seimbang yaitu :
SMP : 100 orang
SMA : 700 orang
DIII: 180 orang
S1 : 10 orang
S2 : 10 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil
dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan
sebagai sampel.
2. Cluster sampling (Area Sampling)
Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau populasi sangat
luas misalnya penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar
di seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya, maka wilayah
populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah sample yang
digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan menggunakan teknik proporsional
stratified random sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda.
Misalnya: Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar di
tingkat SMU. Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena jumlahnya
sangat banyak dan terbagi dalam berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan
dalam tahapan sebagai berikut :
Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara acak
10 Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.
Tahap kedua. Mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang
selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka
diambil secara acak SMU tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut
Kabupaten Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan
sampel. Setelah digabungkan, maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini diharapkan
akan menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan
3. Non Probabilty Sampel
Non Probabilty Sampel adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota
populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sempel. Teknik sampel
ini meliputi:
a. Sampling sistematis Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampil
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya, penelitian
tentang kinerja karyawan bagian marketing di suatu perusahaan. Maka kita buat daftar nama
karyawan lalu ambil sampel, misalnya berdasarkan no. Ganjil, no. Genap, kelipatan 2,5 dan
lain-lain.
b. Sampling Kuota Adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari
populasi yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan. Misalnya
akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar guru.
Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan masing-masing 10 siswa per
sekolah.
c. Sampling Insidential Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara
kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap
cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.
Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel ditentukan
berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut, maka siapa
saja yang kebetulan bertemu di depan Mall A dengan peneliti (yang berusia di atas 15 tahun)
akan dijadikan sampel.
d. Sampling Purposive Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin
meneliti permasalahan seputar daya tahan mesin tertentu. Maka sampel ditentukan adalah
para teknisi atau ahli mesin yang mengetahui dengan jelas permasalahan ini. Atau penelitian
tentang pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel yang diambil adalah pelatih-pelatih
renang 12 yang dianggap memiliki kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya dilakukan
pada penelitian kualitatif.
e. Sampling Jenuh (Boring Sampling) Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili
jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100. Saya
sendiri lebih senang menyebutnya total sampling.Misalnya akan dilakukan penelitian tentang
kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru
dijadikan sampel penelitian.
f. Snowball Sampling Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel
yang semula kecil kemudian terus membesar ibarat bola salju (seperti Multi Level
Marketing). Misalnya akan dilakukan penelitian tentang pola peredaran narkoba di wilayah
A. Sampel mula-mula adalah 5 orang Napi, kemudian terus berkembang pada pihak-pihak
lain sehingga sampel atau responden terus berkembang sampai ditemukannya informasi yang
menyeluruh atas permasalahan yang diteliti. Teknik ini juga lebih cocok untuk penelitian
kualitatif.

Ukuran Sampel
Beberapa pendapat ahli mengenai ukuran sampel adalah sebagai berikut :
Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya. Pendapat Gay
dan Diehl (1992) ini mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang diambil maka akan
semakin representatif dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima
akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya.
Jika penelitiannya bersifat deskriptf, maka sampel minimunya adalah 10% dari populasiJika
penelitianya korelasional, sampel minimunya adalah 30 subjekApabila penelitian kausal
perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per group
Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per group Tidak
jauh berbeda dengan Gay dan Diehl, Roscoe (1975) juga memberikan beberapa panduan
untuk menentukan ukuran sampel yaitu.
Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan
penelitianJika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan
sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepatDalam penelitian
mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar
dari jumlah variabel dalam penelitianUntuk penelitian eksperimental sederhana dengan
kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel
kecil antara 10 sampai dengan 20
Slovin (1960) menentukan ukuran sampel suatu populasi dengan formula
N = n/N(d)2 + 1 n = sampel;
N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%,
maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
Frankel dan Wallen (1993:92) menyarankan besar sampel minimum untuk :
Penelitian deskriptif sebanyak 100Penelitian korelasional sebanyak 50Penelitian
kausal-perbandingan sebanyak 30/groupPenelitian eksperimental sebanyak 30/15 per group
Malhotra (1993) memberikan panduan ukuran sampel yang diambil dapat ditentukan dengan
cara mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5x jumlah variabel. Dengan demikian jika
jumlah variabel yang diamati berjumlah 20, maka sampel minimalnya adalah 5 x 20 = 100
Rumus Pengambilan Sampel Banyak rumus
pengambilan sampel penelitian yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah
sampel penelitian. Pada prinsipnya penggunaan rumus-rumus penarikan sample penelitian
digunakan untuk mempermudah teknis penelitian. Sebagai misal, bila populasi penelitian
terbilang sangat banyak atau mencapai jumlah ribuan atau wilayah populasi terlalu luas,
maka penggunaan rumus pengambilan sample tertentu dimaksudkan untuk memperkecil
jumlah pengambilan sampel atau mempersempit wilayah populasi agar teknis penelitian
menjadi lancar dan efisien.Contoh-contoh praktis pengambilan sampel yang paling banyak
digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ukuran sampel dengan teori slovin (1960)


14 Salah satu literatur yang paling banyak digunakan adalah penentuan ukuran sampel
menggunakan rumus slovin (1960). Seorang ahli yang bernama slovin ini ternyata
sampai saat ini belum diketahui Siapa nama aslinya, bahkan pernah menjadi
perdebatan mengenai tahun terbit dari naskah yang ditulis oleh slovin ini yaitu tahun
1960 dan 1843.
RUMUS SAMPEL : RUMUS SLOVIN
Slovin (1960) menentukan ukuran sampel suatu populasi dengan formula
N = n/N(d)2 + 1 n = sampel;
N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah
5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
2. Ukuran sampel penelitian berdasarkan proporsi (tabel isaac dan michael)
Menentukan ukuran sampel penelitian menggunakan tabel Isaac dan Michael sedikit
lebih mudah, dimana sudah ditentukan tingkat kesalahan untuk 1%, 5% dan 10%.
Dengan tabel ini, peneliti dapat secara langsung menentukan besaran sampel
berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki.
3. Menentukan ukuran sampel penelitian dengan formula lemeshow untuk populasi tidak
diketahui
Formula Limeshow ini memang mirip dengan formula penentuan sampel kategori
Cochran.
n=z2P(1−P)d2
dimana
n = jumlah sampel yang dicari
z = nilai tabel normal dengan alpha tertentu
p = fokus kasus
d = alpha (0.05) atau 5% dari tingkat kepercayaan 95% yang umum digunakan dalam
penelitian-penelitian.
4. Yang perlu diperhatikan dalam penentuan ukuran sampel
15 Ada dua hal yang menjadi pertimbannga dalam menentukan ukuran sample.
Pertama ketelitian (presisi) dan kedua adalah keyakinan (confidence).
Ketelitian mengacu pada seberapa dekat taksiran sampel dengan karakteristik
populasi. Keyakinan adaah fungsi dari kisaran variabilitas dalam distribusi
pengambilan sampel dari rata-rata sampel. Variabilitas ini disebut dengan standar
error, disimbolkan dengan S-x
Semakin dekat kita menginginkan hasil sampel yang dapat mewakili
karakteristik populasi, maka semakin tinggi ketelitian yang kita perlukan. Semakin
tinggi ketelitian, maka semakin besar ukuran sampel yang diperlukan, terutama jika
variabilitas dalam populasi tersebut besar.
Sedangkan keyakinan menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran kita benar-
benar berlaku bagi populasi. Tingkat keyakinan dapat membentang dari 0 – 100%.
Keyakinan 95% adalah tingkat lazim yang digunakan pada penelitian sosial / bisnis.
Makna dari keyakinan 95% (alpha 0.05) ini adalah “setidaknya ada 95 dari 100,
taksiran sampel akan mencerminkan populasi yang sebenarnya
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan
benda-benda alam yang lain.
Sampel adalah bagian darui populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari objek
yang merupakan sumber data. Secara sederhana sampel dapat dikatakan, bahwa sampel
adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut.
Jenis-jenis populasi diantaranya Populasi berdasarkan atas jumlah, dibedakan menjadi:
Populasi terbatas (definite), dan Populasi tak terbatas (indefinite). Populasi berdasarkan atas
turunan dari populasi terbatas tetapi dengan ruang lingkupyang lebih diersempit, yang
digolongkan menjadi: Populasi teoritis, dan populasi tersedia. Populasi berdasarkan atas
variasi unsur pembentuk sumber data yaitu: Populasi bersifat homogen, dan populasi bersifat
heterogen.
Cara pengambilan sampel atau teknik sampling secara garis besar dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu Probabillity Sampling (pengambilan sampel bardasarkan peluang), dan
Nonprobability sampling (pengambilan sampel tidak berdasarkan peluang).

Saran
Besar harapan kami pembaca dapat merasakan manfaat dari hasil kerja kami dan
kritik pembaca yang bersifat membangun dapat menjadi pelajaran berharga untuk kami
menjadi lebih baik lagi mambuat suatu makalah selanjutnya. Dan kami berharap dalam
melakukan penelitian, mahasiswa diharuskan mengikuti aturan-aturan dan juga prosedur-
prosedur, agar penelitian yang dilakukan diharapkan memiliki jawaban yang akurat terhadap
suatu permasalahan.

Anda mungkin juga menyukai