Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGETAHUAN DAN TEKNIK LABORATORIUM

"Pengenalan, Fungsi, dan Penggunaan Alat"

DOSEN PENGAMPU :
Dr. SYAMSURIZAL, M. Biomed

DISUSUN OLEH :
Nur Adillah Suwanto (21031028)
Shakila Melody Hapid (21031036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMENT BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Laboratorium dan Organisasi Laboratorium“
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Dr. Syamsurizal, M. Biomed pada mata kuliah Pengetahuan dan Teknik Laboratorium. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang laboratorium dan organisasi
laboratorium bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Syamsurizal, M. Biomed selaku dosen mata
kuliah Pengetahuan dan Teknik Laboratorium yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang disusun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 27 September 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................1


1.1 Latar Belakang .........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................... 2
2.1 Alat – Alat Ukur/ Timbangan…….…………………………………………………………..2
2.2 Alat – Alat Untuk Percobaan Fisiologis ………………………………..................................7

BAB III PENUTUP ............................................................................................................................ 7


3.1 Kesimpulan .....................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alat adalah suatu benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu, perkakas, perabot, yang
dipakai untuk mencapai maksud ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005, hal : 30 ).
Hal yang harus diperhatikan adalah kebersihan dari alat yang digunakan. Kebersihan dari alat
dapat mengganggu hasil pratikum. Apabila alat yang digunakan tersebut tidak bersih, maka akan
terjadi hal- hal yang tidak diinginkan. Contohnya jika pada alat – alat tersebut masih tersisa zat –
zat kimia, maka zat tersebut dapat saja bereaksi dengan zat yang kita gunakan sesudahnya dan dapat
mengakibatkan kegagalan dalam pratikum ( Anonim, 2012 )
Kesalahan dalam penggunaan alat dan bahan dapat menimbulkan hasil yang didapat tidak
akurat dalam hal ilmu statistika kesalahan seperti ini digolongkan dalam galat pasti. Oleh karena
itu, pemahaman fungsi dan cara kerja peralatan serta bahan harus mutlak dikuasai oleh praktikan
sebelum melakukan praktikum di laboratorium kimia. Bukan hal yang mustahil bila terjadi
kecelakaan di dalam laboratorium karena kesalahan dalam pemakaian dan penggunaan alat – alat
dan bahan yang dilakukan dalam suatu pratikum yang berhubungan dengan bahan kimia berbahaya,
disamping itu, pemilihan jenis alat yang akan digunakan dalam penelitian disesuaikan dengan
tujuan penelitian. Agar penelitian berjalan lancar. (Anonim, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja alat – alat ukur/ timbangan, fungsi serta penggunaannya ?
b. Apa saja alat – alat untuk percobaan fisiologis, fungsi serta penggunaannya ?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk alat – alat ukur/ timbangan, fungsi serta cara
penggunaannya
b. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk alat – alat untuk percobaan fisiologis, fungsi serta
cara penggunaannya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Alat – Alat Ukur/ Timbangan


9 Jenis-Jenis Timbangan di Laboratorium dan Fungsinya

Memahami jenis-jenis timbangan di laboratorium atau neraca analitik adalah alat yang wajib ada untuk
keberhasilan pengujian di laboratorium. Jenis-jenis timbangan laboratorium adalah menentukan
kualitas data hasil ujinya.

Ini penjelasan jenis-jenis timbangan yg sering ada di laboratorium :

1. Timbangan Analitik

Timbangan analitik adalah bagian dari jenis-jenis timbangan di laboratorium. Timbangan analitik
adalah timbangan yang paling banyak digunakan oleh laboratorium, fungsinya mengukur massa akurat
dalam kisaran sub-miligram.

Jenis-jenis timbangan di laboratorium seperti timbangan analitik memiliki pan yang terletak di dalam
sebuah kaca perisai. Ini membuat arus udara tidak mempengaruhi operasi penimbangan. Timbangan
analitik memiliki kualitas pembacaan 0,1 mg atau lebih baik (lebih kecil).
2. Timbangan Semi Mikro

Timbangan semi mikro adalah bagian dari jenis-jenis timbangan di laboratorium yang fungsinya khusus
untuk aplikasi yang membutuhkan akurasi lebih dari 0,0001 gram. Jenis-jenis timbangan di
laboratorium seperti timbangan semi mikro menjembatani kesenjangan antara kebutuhan timbangan
analitik dan timbangan mikro. Timbangan semi mikro menawarkan peningkatan akurasi sementara
masih bisa mengakomodir ukuran sampel yang lebih besar.

3. Timbangan Mikro
Timbangan mikro adalah bagian dari jenis-jenis timbangan di laboratorium yang memiliki fungsi
pengukuran tepat dari massa objek sampai 0.00001 gram. Jenis-jenis timbangan di laboratorium seperti
timbangan mikro memiliki kapasitas maksimum sekitar 50 g. Timbangan mikro memenuhi persyaratan
akurasi yang sangat tinggi, seperti yang disyaratkan oleh industri farmasi untuk pengujian analitikal.

4. Timbangan Ultra Mikro

Timbangan ultra mikro adalah bagian dari jenis-jenis timbangan di laboratorium yang jarang sekali
dipakai oleh laboratorium secara umum. Meski demikian, jenis-jenis timbangan di laboratorium seperti
timbangan ultra mikro sering digunakan oleh laboratorium farmasi untuk mengukur massa zat obat
untuk manusia atau makhluk hidup lainnya. Fungsi dari jenis-jenis timbangan di laboratorium seperti
ultra mikro digunakan mengingat kebutuhan akan ketelitian yang sangat tinggi. Ini menyangkut
kehidupan organisme hidup. Timbangan ini memiliki ketelitian hingga 7 desimal (0,0000001 g).

5. Timbangan Presisi
Timbangan presisi adalah bagian dari jenis-jenis timbangan di laboratorium yang menawarkan rentang
kapasitas terluas. Pengukuran jenis-jenis timbangan di laboratorium seperti timbangan presisi memiliki
kisaran 5 hingga 7 kg, dan memiliki pembacaan biasanya antara 1mg (0,001 g) dan 1 g. Timbangan ini
efisien berfungsi sebagai formulasi, penentuan berat jenis, quality control, dan pengujian material.

Sementara itu, ketahui juga jenis-jenis timbangan di laboratorium yang sekarang sudah sangat jarang
digunakan. Ini penjelasan jenis-jenis timbangan di laboratorium selanjutnya, melansir modul berjudul
Jenis-Jenis Timbangan Laboratorium yang dipublikasikan Mealabs Instruments Indonesia:

6. Timbangan Neraca Satu Lengan

Timbangan neraca satu lengan adalah bagian dari jenis-jenis timbangan di laboratorium yang
peletakkannya digantung. Timbangan jenis ini sudah mulai ditinggalkan oleh para peneliti. Jenis-jenis
timbangan di laboratorium seperti timbangan neraca satu lengan jarang digunakan tetapi masih bisa
ditemukan oleh pedagang pasar tradisional. Penggunaannya lebih mudah daripada jenis lain dan
harganya lebih terjangkau oleh pedagang di pasar.

7. Timbangan Neraca Dua Lengan


Timbangan neraca dua lengan adalah bagian dari jenis-jenis timbangan di laboratorium yang memiliki
2 piringan. Pada 1 piringan untuk meletakkan anak timbangan dan 1 piringan lain untuk meletakkan
beban barang. Jenis-jenis timbangan di laboratorium seperti timbangan neraca dua lengan masih
digunakan di beberapa laboratorium pendidikan.

8. Timbangan Neraca Tiga Lengan

Timbangan neraca tiga lengan adalah bagian dari jenis-jenis timbangan di laboratorium yang
menghasilkan nilai bukan dari nilai anak timbangan. Melainkan dari nilai skala yang tersedia pada
timbangan tersebut dan timbangan jenis ini sudah memiliki keterlitian sebesar 0,1 gram. Jenis-jenis
timbangan di laboratorium seperti timbangan neraca tiga lengan masih digunakan di beberaapa
laboratorium pendidikan.

9. Timbangan Elektonik (Electronic Balance)

Timbangan elektronik adalah bagian dari jenis-jenis timbangan di laboratorium yang sudah
menggunakan energi listrik. Nilai yang tertera pada timbangan ini, sudah berbentuk digital jadi
pembacaannya jauh lebih mudah. Jenis-jenis timbangan di laboratorium seperti timbangan elektronik
sudah banyak digunakan di laboratorium penelitian dan laboratorium industri.

2.2 Alat – Alat Untuk Percobaan Fisiologis


1. Ose / Jarum Inokulum (inoculating loop)

jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/ ditumbuhkan ke media baru.
Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika
terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating
loop/transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut inoculating needle/Transfer needle. Inoculating
loop cocok untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok digunakan
untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating.

2. Mikropipet (Micropippete) dan Tip

Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari
1000 μl. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat diatur volume
pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1μl sampai 20 μl, atau mikropipet yang tidak bisa
diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 μl.
dalam penggunaannya, mukropipet memerlukan tip.
3. Termometer (thermometer)

Termometer adalah batang kaca yang panjangnya 300 mm, diameter 6-7 mm berisi air raksa dan gas,
serta dilengkapi dengan skala derajat Celcius. Berfungsi untuk mengukur suhu suatu larutan atau ruang
inkubator. Prinsip kerjanya yaitu mengukur suhu sesuai laju air raksa di dalam thermometer.

4. Pembakar Bunsen (Bunsen Burner)

Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah pembakar bunsen. Api
yang menyala dapat membuat aliran udara karena oksigen dikonsumsi dari bawah dan diharapkan
kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran udara tersebut. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain,
bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru (paling
panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau metanol.

5. Hot plate stirrer dan Stirre bar


Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan
dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu
mempercepat proses homogenisasi. Pengadukan dengan bantuan batang magnet Hot plate dan magnetic
stirrer seri SBS-100 dari SBS® misalnya mampu menghomogenkan sampai 10 L, dengan kecepatan
sangat lambat sampai 1600 rpm dan dapat dipanaskan sampai 425oC.

6. Autoklaf (Autoclave)

Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan
uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan
pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu
dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh microorganisme. Autoklaf terutama
ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan
terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan
pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh
pada suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121 °C,
endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya
dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C.

Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C. Jika
objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan
melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek
bersuhu 121 °C untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam
volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mencapai suhu sterilisasi. Performa autoklaf diuji dengan indicator biologi, contohnya Bacillus
stearothermophilus.

Autoklaf adalah sebuah alat yang digunakan untuk melakukan sterilisasi dengan memanfaatkan panas
uap air di bawah tekanan. Temperatur panas uap air pada tekanan atmosfer hanya mencapai 100 °C.
Akan tetapi, temperatur akan meningkat dengan adanya tekanan, misalnya pada tekanan 1 bar (kira-
kira 15 lb/in2) temperatur menjadi 121°C. Bakteri akan dibunuh pada temperatur tersebut kurang lebih
selama 15-20 menit (Collins & Lyne, 2004; Black, 2008). Autoklaf dapat digunakan untuk sterilisasi
kultur media, jarum suntik, dan larutan yang termostabil (Cappuccino & Sherman, 2001).

Sterilisasi dengan menggunakan autoklaf memiliki kisaran tekanan, waktu dan temperatur, tergantung
material yang akan disterilisasi. Tekanan yang dipakai pada alat autoklaf berkisar antara 15-20 lb,
temperatur yang diizinkan berkisar antara 121-125 °C (250-256 °F), dan waktu yang dibutuhkan
berkisar antara 15-45 menit, tergantung bahan atau material yang akan dimuat (Morello dkk., 2003).
Udara juga merupakan faktor penting yang memengaruhi keefektifan alat autoklaf. Kehadiran udara
pada muatan autoklaf akan memberi pengaruh kurang baik terhadap penetrasi panas uap air ke kultur
media (Collins & Lyne, 2004). Sementara itu, untuk mengecek alat autoklaf masih bekerja baik atau
tidak, diperlukan pengetesan menggunakan indikator biologi. Indikator biologi yang lazim digunakan
adalah endospora Bacillus stearothermophilus. Spora bakteri tersebut dipakai karena sporanya dapat
resistan terhadap panas. Apabila setelah sterilisasi masih ditemukan spora bakteri tersebut, berarti alat
autoklaf sedang bermasalah. Cara pengecekan dimulai dengan menaruh strip yang mengandung spora
bakteri dengan material yang disterilisasi pada autoklaf. Setelah proses sterilisasi selesai, tiap strip
ditempatkan di dalam medium cair. Apabila terjadi perubahan warna pH indikator pada medium cair,
berarti proses sterilisasi tidak berjalan sukses (Morello dkk., 2003).

7. oven

Oven Berfungsi untuk sterilisasi kering. alat-alat yang disterilkan menggunakan oven antaralain
peralatan gelas seperti cawan petri, tabung reaksi, dll. serilisasi kerning dengan oven dilakukan dengan
cara memanaskan dengan suhu 180oC selama 1 jam.

Oven adalah alat yang digunakan pula dalam melakukan sterilisasi. Berbeda dengan autoklaf, oven
tidak memanfaatkan panas uap air untuk melakukan sterilisasi. Oven dapat mensterilkan barang-barang
dengan memanfaatkan aliran udara panas. Aliran udara panas tersebut didapatkan secara
elektrik. Barang-barang yang disterilkan oleh oven antara lain cawan petri, labu erlenmeyer, pipet, dan
objek metal (Collins & Lyne, 2004: 45). Barang pecah belah tersebut akan tergores dan rusak apabila
diberikan panas uap air (Harley & Prescott, 2002).
Kelemahan sterilisasi menggunakan oven adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan sterilisasi
cukup lama, yaitu sekitar dua jam. Temperatur yang diizinkan untuk melakukan sterilisasi pada oven,
berkisar antara 160-170 °C. Apabila lebih dari 180 °C, barang yang disterilisasi akan menjadi gosong
(Harley & Prescott, 2002).

8. Inkubator (Incubator)

Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat
ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Inkubator merupakan alat yang digunakan
untuk menginkubasi atau mengerami suatu biakan. Inkubator menyediakan kondisi temperatur yang
optimum untuk mikroorganisme bisa melakukan pertumbuhan. Inkubator memiliki alat pengatur suhu,
sehingga temperatur dapat diatur sesuai biakan yang akan diinkubasi. Inkubator memanfaatkan panas-
kering seperti oven. Pada beberapa jenis inkubator, kelembapan disediakan dengan memberikan air di
dalam inkubator selama periode pertumbuhan mikroba. Lingkungan yang basah memperlambat
dehidrasi pada medium sehingga menghindari kondisi lingkungan yang bias (Cappuccino & Sherman,
2001).

9. Penangas air (Water bath)

Penangas air besfungsi untuk menyimpan media agar (yang digunakan untuk analisa dengan
teknik tuang / pure plate ) supaya media tetap dalam kondisi leleh/cair, bisanya suhu diatur pada kisaran
40-45oC. Untuk menjaga air pada penangas air tidak terkontaminasi mikro organisme maka perlu
ditambahkan citric acid 0.3% dan potassium sorbat 0.1%.
10. PH Meter

PH meter berfungsi untuk mencek derajat keasaman / PH media, karena derajat keasaman
sangan berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba.

11. Biological Safety Cabinet / Laminar Air Flow

Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF) adalah alat
yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola pengaturan dan penyaring
aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasisinar UV beberapa jam sebelum digunakan.

Microbiological safety cabinet (MSC) adalah suatu tempat atau ruangan yang didesain untuk
memproteksi suatu pekerjaan dari kontaminasi, contohnya adalah transfer box atau laminar flow. Selain
itu, MSC berguna untuk menciptakan keadaan yang aseptis pada saat pembuatan medium atau
manipulasi objek mikroorganisme. Alat MSC mempunyai berbagai tipe sirkulasi udara, setidaknya ada
tiga tipe. Salah satu tipenya, udara yang telah terfiltrasi dialirkan ke seluruh MSC agar tercipta sirkulasi
udara yang baik, kemudian dikeluarkan melalui suatu exhaust air. Sirkulasi udara bersih tersebut dapat
mencegah kontaminasi pada saat melakukan kegiatan pembuatan medium atau manipulasi objek
mikroorganisme (Collins & Lyne, 2004).
10.Colony counter

Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam
cawankarena adanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan skala/ kuadran yang
sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak. Jumlah koloni pada cawan Petri
dapat ditandai dan dihitung otomatis yang dapat di-reset.

12. Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope)

Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya. Dengan mikroskop
kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada umumnya mata
tidak mampu membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm.
13. Mikroskop stereo (Zoom Stereo Microscope)

Mikroskop ini berfungsi untuk melihat objek yang membutuhkan perbesaran tidak terlalu besar. Di
Laboratorium Mikrobiologi, mikroskop stereo biasanya digunakan untuk mengamati secara detail
bentuk koloni dan jamur.

14. Desikator

Desikator adalah alat yang menjaga suatu material dalam kondisi kering dan menjauhkannya dari uap
air. Desikator disebut juga kotak pengering karena segala sesuatu yang disimpan di dalamnya akan
menjadi kering. Hal tersebut karena adanya suatu desiccant, yaitu suatu agen yang dapat mengabsorpsi
semua uap air yang ada di udara pada lingkungan desikator yang tertutup. Salah satu desiccant yang
sering digunakan adalah silika gel. Silika gel akan berubah warna setelah mengabsorpsi uap air.
Perubahan warna pada silika gel karena reaksi kimia yang terjadi antara silika gel dengan air yang telah
diabsorpsi.

15. Sentrifugator

Sentrifugator adalah alat yang digunakan untuk mempelajari struktur dan fungsi suatu komponen sel.
Prinsip kerjanya adalah dengan memisahkan atau memfraksionasi setiap komponen sel berdasarkan
berat jenis dari tiap komponen sel. Alat tersebut memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang
lebih berat akan mengendap dan substansi yang lebih ringan akan berada di atas. Jika kecepatan
sentrifugator semakin meningkat, komponen yang lebih ringan akan mengendap di dasar. Komponen
sel yang mengendap disebut pellet, dan komponen sel yang tersuspensi di atasnya disebut supernatan.
Pellet yang berhasil didapatkan nantinya akan dipelajari lebih lanjut untuk diketahui fungsinya
(Campbell & Reece, 2009).
16. Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan suatu sampel
kultur. Pengukuran tingkat kekeruhan bertujuan untuk menghitung jumlah konsentrasi sel bakteri yang
berada pada suatu sampel (Benson 2001; Nester dkk. 2003). Prinsip kerja yang digunakan adalah
dengan mengkonversi jumlah cahaya yang diserap oleh sampel (absorban/densitas optik, O.D.) menjadi
jumlah konsentrasi sel bakteri. Sebelumnya, jumlah cahaya yang diteruskan (%T) oleh sampel harus
diketahui dengan cara melihat jarum galvanometer yang tertera pada alat spektrofotometer. Jumlah
cahaya yang diteruskan (%T) tadi, kemudian dimasukkan ke dalam rumus densitas optik (O.D.) sebagai
berikut:
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Semua alat di laboratorium memiliki nama, fungsi, dan cara kerja masing – masing. Sehingga
dalam penggunaannya pun akan berbeda – beda sesuai dengan cara kerjanya. Untuk itu agar kita mampu
dalam mengoperasikan alat, kita harus memahami fungsi serta cara kerja dari alat teersebut agar disaat
sedang melakukan pekerjaan di laboratorium dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://lordbroken.wordpress.com/2018/06/09/alat-alat-laboratorium-mikrobiologi/

Anda mungkin juga menyukai