Tugas KDK - Chronic Sorrow
Tugas KDK - Chronic Sorrow
Middle Range Teori dukacita kronis atau kesedihan kronis. Kesedihan kronis
dikonseptualisasikan berdasarkan temuan dan didefinisikan sebagai “kekambuhan abadi,
kesedihan permanen atau perasaan terkait dengan kesedihan lainnya yang berkelanjutan
diakibatkan oleh pengalaman kehilangan. Teori kesedihan kronis yang baru terbentuk
memberikan kerangka kerja untuk memahami dan bekerja dengan individu-individu yang telah
mengalami kerugian yang signifikan. Konsep utama Chronic Sorrow: 1) Chronic sorrow; 2)
Loss; 3) Trigger Events; 4) Management method; 5) In Effective management; 6) Effective
management. Kesedihan kronis dipandang sebagai respons normal terhadap perbedaan yang
terus berlanjut akibat kehilangan, pengakuan terhadap karakteristik kesedihan secara berkala dan
pemberian intervensi suportif dapat memberikan tingkat kenyamanan bagi mereka yang
mengalaminya. Implikasi dalam praktik: 1) Keperawatan: lingkup praktek untuk mendiagnosa
adanya kesedihan kronis untuk kemudian melakukan intervensi untuk mengatasinya; 2)
Manusia : Memiliki persepsi ideal mengenai proses kehidupan dan kesehatan; 3) Kesehatan:
Kesehatan seseorang tergantung adaptasi terhadap kesenjangan yang tercipta setelah kehilangan;
4) Lingkungan: Lingkungan pelayanan kesehatan merupakan tempat terjadinya interaksi individu
dalam konteks sosial, dengan keluarga, sosial dan pekerjaan.
Strategi Manajemen NCRCS menyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para
individu dapat melakukan menejemen perasaan secara efektif. Strategi tersebut adalah :
1. Strategi koping internal Action (tindakan), mekanisme koping action individu baik yang
bersangkutan maupun pelaku rawatnya. Contohnya metode distraksi yang umum digunakan
untuk menghadapi nyeri.
Kognitif, mekanisme koping ini juga sering digunakan, misalnya berpikir positif, ikhlas
menerima semua ini.
2. Interpersonal, mekanisme koping interpersonal misalnya dengan berkonsultasi dengan ahli
jiwa, bergabung dengan kelompok pendukung, melakukan curhat.3. Emosional, mekanisme
koping emosional misalnya adalah menangis dan mengekspresikan emosi.Strategi menejemen ini
semua dianggap efektif bila para pelaku atau individu mengaku terbantu untuk menurunkan
perasaan kembali berduka (re-grief).
4. Strategi koping eksternal, dideskripsikan sebagai intervensi yang dilakukan oleh professional
kesehatan dengan cara meningkatkan rasa nyaman para subyek dengan bersikap empati,
memberi edukasi serta merawat dan melakukan tindakan professional kompeten lainnya.
Asumsi Utama
1. Keperawatan
Diagnosis penderitaan kronik dan memberikan intervensi sesuai dengan lingkup praktik
keperawatan, perawat dapat memberikan antisipasi berduka pada individu yang beresiko. Peran
utama perawat meliputi menunjukan rasa empati, ahli/profesional, caring dan pemberi asuhan
keperawatan yang kompeten.
2. Manusia
Manusia mempunyai persepsi yang idealis pada proses kehidupan dan kesehatan. Orang
membandingkan pengalamanya dengan kedua kenyataan tadi sepanjang kehidupannya.
Walaupun setiap orang mempunyai pengalaman dengan kehilangan adalah unik dan umumnya
kehilangan dapat diramalkan atau diketahui sehingga dapat diantisipasi reaksi dari kehilangan
tersebut.
3. Kesehatan
kesehatan adalah bila seseorang berfungsi normal, kesehatan seseorang tergantung atas
bagaimana seseorang beradaptasi terhadap kehilangan. Koping yang efektif akan menghasilkan
respon yang normal akibat dari kehilangan.
4. Lingkungan
Interaksi yang terjadi di dalam suatu masyarakat, yang mana meliputi lingkungan keluarga,
sosial, lingkungan kerja dan lingkungan perawatan kesehatan. Respon individu di kaji
berdasarkan hasil interaksi individu terhadap norma-norma sosial (Eakes, Burke, & Hainsworth,
1998).
Dampak Kehilangan
1. Masa kanak-kanak :
a. Mengancam kemampuan anak untuk berkembang.
b. Kadang-kadang regresi.
c. Merasa takut ditinggalkan dibiarkan kesepian.
2. Remaja dan dewasa muda :
a. Disintegrasi dalam keluarga.
b. Kematian pada orang tua wajar.
3. Dewasa tua :
a. Kematian pasangan.
b. Masalah kesehatan meningkat.
Berduka (Grieving)
Berduka adalah reaksi emosi terhadap kehilangan, biasanya akibat perpisahan dimanifestasikan
dalam perilaku, perasaan dan pemikiran.J. Reaksi Kehilangan & Berduka1. KUBLER ROSS
MODELKubler Ross (1969) mengemukakan 5 tahapan pada berduka :
a. Menolak (denial).
b. Marah (anger).
c. Tawar menawar (bargaining).
d. Depresi (depression).
e. Menerima (acceptance).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan dan berduka. Sumber personal dan stressor setiap
orang melalui situasi kehilangan dengan kombinasi khusus pada sumber personal dan stressor
seperti :
1) Keterampilan koping.
2) Pengalaman sebelumnya dengan kehilangan.
3) Kestabilan emosi.
4) Agama.
5) Family developmental stage.
6) Status sosial ekonomi. Sumber Sosial Kultural dan StressorSumber sosial kultural meliputi
dukungan sosial yang didapatkan dari keluarga, teman, teman sekerja dan lembaga formal.
Kesimpulan
Penyakit kronis dapat didefinisikan sebagai kondisi sakit yang menimbulkan berkurang atau
hilangnya fungsi sehari-hari lebih dari 3 bulan dalam 1 tahun atau mengalami hospitalisasi lebih
dari 1 bulan dalam 1 tahun. (Hockenberry, 2007). Hal ini menjadikan individu/anak dengan
penyakit kronik mengalami berbagai masalah keterbatasan sehingga individu/anak tersebut
mempunyai kebutuhan akan perawatan khusus, komprehensif dan berkelanjutan.
Penderitaan kronis tidak akan membuat individu melemah bila efektif dalam mengatur perasaan
bisa secara internal maupun ekternal. Strategi manajemen perawatan diri diatur melalui strategi
koping internal. NCRCS ditunjuk lebih lanjut untuk mengatur strategi koping internal seperti
tindakan, kognitif, interpersonal dan emosional.
Mekanisme tindakan koping digunakan untuk semua subjek individu dengan kondisi kronis dan
pemberi perawatannya (Eakes , 1993, 1995, Eakes at al., 1993, 1999; Hainsworth et al., 1995;
Lindgren, 1996). Strategi emosional contohnya menangis atau ekspresi emosi lainnya (Eakes, et
al., 1998; Hainsworth, 1995). Manajemen eksternal adalah intervensi yang diberikan oleh tenaga
kesehatan (Eakes et al., 1998). Pelayanan kesehatan yang diberikan secara profesional dapat
membantu memberikan rasa nyaman bagi mereka, caring dan tenaga profesional yang kompeten
lainnya.
B. Saran1. Orang tua harus memahami kondisi anak yang mengalami suatu penyakit kronis salah
satunya adalah meningkatkan fungsi keluarga dimana keluarga akan mendapatkan tugas keluarga
yang lebih kompleks, tanggung jawab yang lebih besar, perhatian yang lebih besar, tugas
identifikasi kebutuhan anak seperti kebutuhan akan alat bantu, akses pendidikan yang sesuai,
pembiayaan, ketidakpastian masa depan, kehilangan secara emosional, reaksi terhadap stigma
dalam masyarakat, isolasi sosial, dan kehilangan kesempatan dalam bermasyarakat secara
normal. 2. Salah satu pengaruh yang besar pada orang tua adalah perasaan berduka atau
kehilangan disebabkan karena orang tua mempersepsikan adanya perbedaan anaknya dengan
anak normal lain. Untuk itu koping yang efektif keluarga sangat di perlukan dalam menerima
kondisi anak.3. Perasaan berduka atau kehilangan ini akan muncul dalam respon emosional
seperti putus asa, menyesal, tidak percaya, menyalahkan diri sendiri, permusuhan, cemas, ragu-
ragu, disorientasi dan perasaan terisolasi, sehingga diperlukan managemen emosional yang
efektif dari keluarga atau orang tua. D AFTAR PUSTAKAAlligood-Tomey, A. (2006). Nursing
theorists and their work. Sixth edition. Toronto: Mosby.Kozier, B & Erb. (2000). Fundamental of
Nursing. St Louis Toronto : Mosby Company.Nursing outcomes classification (NOC). (2004).
Editors Sue Moorhead, Marion Johnson, Meridean Maas. Ed 3rd. Mosby Inc: St Louis Missiouri.
Nursing interventions classification (NIC). (2004). Editors, Joanne McCloskey Dochterman,
Gloria M. Bulechek. Ed 4th. Mosby Inc. St. Louis Missiouri.
Patricia, AP & Anne, GP.(1996). Fundamental of Nursing. St. Louis Toronto : Mosby
Company.Perry & Potter, (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4
Volume 1, EGC : Jakarta.Perry & Potter, (2006). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik, Volume 2, Edisi 4, EGC : Jakarta.http://img.medscape.com/article/707/848/707848-
fig1.jpg diakses 06 Maret 2012.
DEWI UMU KULSUM, S.Kep., NersDEWI UMU KULSUM, S.Kep., Ners