Uas KMB II 2022
Uas KMB II 2022
Nim:2014201011
Kelas: A1 keperawatan
Sirosis hepatitis
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan Stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan Distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus degeneratif. Lebih dari 40% pasien sirosis hepatis asimptomatik dan
sering ditemukan pada waktu Pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah, 2014).
Penelitian epidemiologis di negara maju, sirosis hepatis merupakan Penyebab kematian
terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45- 46 tahun (setelah Penyakit kardiovaskuler dan
kanker). Angka kejadian sirosis hepatis dari hasil Otopsi sekitar 2,4% di negara Barat,
sedangkan di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk dan menimbulkan sekitar
35.000 kematian pertahun (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatis termasuk dalam 14 penyebab
kematian terbanyak di dunia, Mencakup 1,3% dari seluruh penyebab kematian di dunia dan
masuk ke dalam 5 Besar penyebab kematian di Indonesia (WHO, 2010). Kematian yang
disebabkan
Oleh sirosis hepatis pada tahun 2008 di South East Asia Region B (Indonesia, SriLanka,
Thailand) adalah sejumlah 51.715 kasus dengan 38.187 kasus pada pria Dan 13.528 kasus
pada wanita (WHO, 2008). Berdasarkan penelitian pada tahun 2015 di bangsal penyakit
dalam RSUP
Dr. M Djamil padang ditemukan penderita sirosis hepatis sebanyak 140 pasien.
Pasien di dapatkan pada dekade ke 5 dengan perbandingan laki-laki lebih banyak
Dari wanita (Dilla, 2015), Beberapa faktor penyebab sirosis hepatis di Indonesia terutama
akibat Infeksi virus hepatitis B dan C, Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan bahwa Virus
hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40%-50% dan virus hepatitis
30%- 40%, sedangkan 10%-20% penyebabnya tidak diketahui, alkohol sebagai Penyebab
sirosis hepatis di Indonesia mungkin frekuensinya kecil sekali karena Belum ada data
penelitian yang pasti. Skor Child Turcotte Pugh digunakan untuk Menilai tingkat keparahan
(Child A, Child B, Child C) dari sirosis hepatis. Sistem ni juga sebagai penentu prognosis dan
lebih sering digunakan pada pasien dengan Transplantasi hati (Nurdjannah, 2009). Skor
Child Turcotte Pugh merupakan Modifikasi dari Skor Child Turcotte Pugh, dapat menilai
kondisi umum pasien Sirosis hepatis dan menilai perubahan multiorgan yang disebabkan
oleh sirosis Hepatis (Kurniawan, 2014). Perjalanan penyakit sirosis hepatis lambat,
asimtomatis dan seringkali Tidak dicurigai sampai munculnya komplikasi penyakit hati yang
lain. Secara Klinis sirosis hepatis dibagi menjadi sirosis hepatis kompensata yaitu belum ada
Gejala klinis yang nyata dan dekompensata apabila telah tampak gejala klinis yang Nyata.
Sebagian besar penderita yang datang ke klinik biasanya sudah dalam Stadium
dekompensata dengan berbagai komplikasi (Nurdjanah, 2014).
Definisi
Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan fibrosis, Disorganisasi dari
lobus dan arsitektur vaskular, dan regenerasi nodul hepatosit.2 Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, Pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati Akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan
makro menjadi tidak teratur Akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut. Telah
diketahui bahwa Penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan
terjadinya Pengerasan dari hati yang akan menyebabkan penurunan fungsi hati dan bentuk
Hati yang normal akan berubah disertai terjadinya penekanan pada pembuluh Darah dan
terganggunya aliran darah vena porta yang akhirnya menyebabkan Hipertensi portal. Pada
sirosis dini biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi Tumpul, dan terasa nyeri bila
ditekan.
Etiologi
b. Alkohol.
c. Obat-obatan atau toksin.
Penyebab pasti dari sirosis hati sampai sekarang belum jelas, tetapi sering
b. Zat Hepatotoksik
Kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat
Nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis
c. Penyakit Wilson
Suatu penyakit yang jarang ditemukan , biasanya terdapat pada orang-
Orang muda dengan ditandai sirosis hati, degenerasi basal ganglia dari otak, dan
Terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan disebut Kayser Fleischer
Ring. Penyakit ini diduga disebabkan defesiensi bawaan dari Seruloplasmin. Penyebabnya
belum diketahui dengan pasti, mungkin ada
Hubungannya dengan penimbunan tembaga dalam jaringan hati.
d. Hemokromatosis
Bentuk sirosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan Timbulnya
hemokromatosis, yaitu:
e. Sebab-Sebab Lain
2. Sebagai saluran empedu akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu
Akan dapat menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit ini lebih banyak
3. Penyebab sirosis hati yang tidak diketahui dan digolongkan dalam sirosis
2.5 Patogenesis
Penyalahgunaan alkohol dengan kejadian sirosis hati sangat erat
Hubungannya. Etanol merupakan hepatotoksin yang mengarah pada
Perkembangan fatty liver, hepatitis alkoholik dan pada akhirnya dapat
Menimbulkan sirosis. Patogenesis yang terjadi mungkin berbeda tergantung pada
Penyebab dari penyakit hati. Secara umum, ada peradangan kronis baik karena Gejala
Stadium awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang ditemukan pada
waktu pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau karena kelainan
penyakit lain.1 Bila sirosis hati sudah lanjut, gejala-gejala lebih menonjol terutama
bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi hilangnya
rambut badan, gangguan tidur, dan deman tak begitu tinggi. Mungkin disertai
adanya gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus
haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah dan/atau
melena, serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung,
agitasi, sampai koma.
Tanda Klinis
Angka kematian sirosis hati cukup tinggi jika disertai komplikasi dan
Faktor-faktor lain yang memperberat keadaan penyakit ini. Faktor-faktor
Yng dapat menyebabkan kematian pada sirosis hati antara lain :
Komplikasi
20%-50%.36
b. Ensefalopati hepatikum
Beberapa bentuk ensefalopati hepatikum sifatnya responsif
Terhadap terapi dan reversibel namun sebagian lagi bersifat
Irreversibel. Kesembuhan dan rekurensi bervariasi, tanpa
Transplantasi hati 1-year survival 40%. Ensefalopati hepatikum akut
Maupun kronik angka kematiannya mencapai 80%.42
c. Peritonitis bakteri spontan
Penderita sirosis hati dengan infeksi merupakan faktor prognostik
Buruk. Peritonitis bakterial spontan biasanya berulang dengan
Angka kekambuhan dalam 1 tahun mencapai 70%. Angka
Kematiannya 50%, bahkan pada penyakit hati yang berat,
Hiperbilirubinemia, gangguan fungsi ginjal atau ensefalopati,
Mortalitas menjadi 90%.43
d. Sindroma hepatorenal
e. Karsinoma hepatoseluleruuu
Komplikasi sirosis berupa karsinoma hepatoseluler biasanya sudah
Mencapai tahap lanjut. 5-year survival ratenya sangat rendah
(kurang dari 5%) dan sebagian besar penderita meninggal dalam 6
Bulan. 38
f. Asites
Asites berkaitan dengan ketahanan hidup jangka panjang yang
Rendah (5-year survival rate 30%-40%), peningkatan risiko infeksi
Dan gagal ginjal sehingga semua pasien dengan asites sebaiknya
Dievaluasi untuk transplantasi. Sekitar 50% pasien dengan sirosis
Hati akan mengalami asites dalam waktu 10 tahun dan meninggal
Dalam 2 tahu
2. Penyakit atau infeksi komorbid
b. Gangguan metabolisme.
d. Malabsorbsi / maldigesti
e. Pengaruh terapi
4. Skor Child-Turcotte-Pugh
Skor kriteria Child-Turcotte-Pugh menunjukan derajat kerusakan hati.
Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin buruk prognosis
Dari pasien. Penderita sirosis hati dengan Child-Turcotte-Pugh C
Mempunyai resiko kematian yang lebih besar daripada penderita
Dengan Child-Turcotte-Pugh B dan A.
5. Usia lanjut
Faktor risiko kematian penderita sirosis hati dengan lanjut usia
Berkaitan dengan penurunan fungsi organ, penurunan pertahanan tubuh,
Multiple disease dan penyakit komorbid.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Frekuensi varises esofagus pada penderita sirosis hepatis di RSUP Dr.
M. Djamil Padang periode Januari 2016 – Maret 2017 sebanyak
13,24%l
2. Derajat varises esofagus yang terbanyak di RSUP M.Djamil Padang
Periode Januari 2016 – Maret 2017 adalah derajat III (66,7%), diikuti
Dengan derajat II (22,2%), dan derajat I (11,1%).
3. Ditemukan kejadian trombositopenia pada pasien sirosis hepatis
Dengan varises esofagus sebanyak 83,3% di RSUP M.Djamil Padang
Periode Januari 2016 – Maret 2017.
4. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara jumlah trombosit
Dengan derajat varises esofagus pada pasien sirosis hepatis.
7.2 Saran
1. Agar dapat dilakukan penelitian lain sebagai prediktor terjadinya varises
Esofagus, seperti derajat pembesaran limpa dan kadar albumin.
2. Bagi tenaga kesehatan disarankan untuk melakukan pemeriksaan
Esofagogastroduodenoskopi (EGD) setelah diagnosis sirosis hepatis
Ditegakkan sebagai skrining untuk pemeriksaan varises esofagus.