Anda di halaman 1dari 40

 

TUGAS KEPERAWATAN KRITIS


“Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19
-19
Pneumonia”  
dan Pneumonia” 

Disusun oleh:
KELOMPOK 5
Lidya G. Paulus Margareta S. P. Sari
Mariana D. Tesari Saferinus Lagu
Saka A. Laksono Sheilla Hattu

TINGKAT: 3 A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS


TAHUN AJARAN
2020/2021

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  1
 

KATA PENGANTAR 
PENGANTAR 

Puji syukur tim penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga tim
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
 Adapun judul makalah yang akan dibahas adalah “Asuhan

Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid-19 Dan


Pneumonia”  Semoga makalah yang tim penulis buat ini dapat
berguna bagi tim penulis sendiri dan orang lain, guna memperluas
wawasan ilmu dan meningkatkan prestasi dalam belajar. 
Ucapan terima kasih juga tim penulis ucapkan kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
ini. Akhir kata tak ada gading yang tak retak, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat tim penulis harapkan untuk bisa jadi
evaluasi yang berguna sehingga dapat belajar dari pengalaman-
pengalaman sebelumnya.

Makassar, 7 Maret 2021

Kelompok 5 

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  2
 

DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................ 1

KATA PENGANTAR .............


..........................
..........................
..........................
..........................
...................
...... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang ............


.........................
..........................
..........................
..........................
...................
...... 4
B. Rumusan Masalah .............
..........................
..........................
..........................
.........................
............ 5
C. Tujuan Penulisan ............
..........................
...........................
..........................
.........................
..............
.. 5

BAB II PEMBAHASAN

 A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi............
.........................
..........................
..........................
..........................
.....................
........ 6
2. Anatomi Fisiologi .............
...........................
...........................
..........................
................
... 7
3. Klasifikasi .............
...........................
...........................
..........................
.........................
..............
.. 8
4. Etiologi............
.........................
..........................
..........................
..........................
.....................
........ 9
5. Manifestasi K Klinis
linis .............
...........................
...........................
..........................
................
... 11
6. Patofisiologi .............
..........................
..........................
..........................
.........................
............ 14
7. Komplikasi ............
..........................
...........................
..........................
.........................
..............
.. 15
8. Pemeriksaan Diagnostik .......................................
...........................
...................
..... 15
9. Penatalaksanaan Medis ............. ..........................
...........................
...................
..... 18
10. Discharge Planning ....... ....................
..........................
...........................
...................
..... 23
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian............
..........................
...........................
..........................
.........................
..............
.. 25
2. Diagnosa Keperawatan ............ .........................
..........................
.....................
........ 28
3. Intervensi Kepera
Keperawatan watan ............
.........................
..........................
.....................
........ 29

BAB III PENUTUP

 A. Kesimpulan ........................


.....................................
..........................
..........................
.........................
............ 38
B. Saran...................
Saran...... ..........................
..........................
..........................
..........................
..........................
............... 38

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  3
 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awal tahun 2020 seluruh dunia diguncang dengan
penyakit infeksi berat dengan penyebab yang memang belum
diketahui. Yang berawal dari laporan China kepada WHO (World
Health Organization) 
Organization)  dengan 44 pasien pneumonia yang berat
tepatnya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Dugaan awal hal ini dikaitkan dengan pasar basah yang
menjual ikan, hewan laut dan berbagai hewan lainnya, dan pada
tanggal 10 Januari 2020 penyebab dari penyakit ini mulai
diidentifikasi dan didapatkan kode genetiknya yaitu virus corona
baru (Handayani, et . al. 2020). Setelah dilakukan penelitian lebih
lanjut didapatkan adanya hubungan antara virus corona dengan
penyebab SARS (Severe Acute Respitatory Syndrome) yang
mewabah di Hongkong pada tahun 2003 (Ceraolo C, Giorgi FM,
2020). WHO (World Health Organization) 
Organization)  telah meresmikan nama
penyakit ini dengan istilah COVID-19 sejak tanggal 11 Februari
2020 atau “the COVID-
COVID-19
19 virus” (WHO, 2020c) yang adalah
singkatan dari Coronavirus Disease 2019. Penyakit ini merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 (Severe
 Acute Respitatory Syndrome Coronavirus 2)
2)   (Gorbalenya et al ..,,
2020; Lin et al .,
., 2020).
Virus corona menyebar melalui droplet yang keluar dari mulut
atau hidung yang mengenai seseorang atau permukaan benda di
sekitar dan kemudian tersentuh oleh orang lain yang nantinya
menyentuh kembali bagian tubuhnya sepertti wajah, mata, mulut
dan hidung 2-4x dalam waktu 1 jam (Fauci, Lane and Redfield,
2020).
Faktor risiko penularan COVID-19 tertinggi pada rentang usia
>65 tahun pada jenis kelamin laki-laki, dengan riwat merokok dan

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  4
 

berbagai penyakit penyerta (komorbid) seperti hipertensi, diabetes


mellitus, serta penyakit paru obstruktif kronik. (Cen, Y; Chen, X;
Shen, Y; Zhang, XH; Lei, Y; Zhu, J; Zhang, LL Liu, YH, 2020[5] Risk
Factors for Disease Progression In Patients With Mild To Moderate
Coronavirus Disease 2019 a Multi Centre Observational Study,
2020)..
2020)

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan bagaimana definisi dari covid-19?
2. Menjelaskan bagaimana anatomi dari covid-19?
3. Menjelaskan bagaimana klasifikasi dari covid-19?
4. Menjelaskan bagaimana etiologi dari covid-19?
5. Menjelaskan bagaimana manifestasi klinis dari cov
covid-19?
id-19?
6. Menjelaskan bagaimana patofisiologi dari covid-19?
7. Menjelaskan bagaimana komplikasi dari covid-19?
8. Menjelaskan bagaimana pemeriksaan diagnostic dari co
covid-19?
vid-19?
9. Menjelaskan bagaimana penatalaksana
penatalaksanaan
an medis dari cov
covid-19?
id-19?
10. Menjelaskan bagaimana discharge planning dari covid-19?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar medis dan konsep dasar
keperawatan covid-19 
covid-19 
2. Tujuan Khusus
Khusus  
a. Untuk meng
mengetahui
etahui kon
konsep
sep dasar medis dari c
covid-19
ovid-19  
b. Untuk meng
mengetahui
etahui kon
konsep
sep das
dasar
ar keperaw
keperawatan
atan dari c
covid-
ovid-
19  
19

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  5
 

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi

Corona virus merupakan virus RNA yang memiliki


ukuran partikel 120-160 nm, memiliki kapsul dan tidak
bersegmen. Corona virus merupakan etiologi dari penyakit
COVID-19 yang dimana termasuk dalam genus beta
coronavirus.
Covid-19 merupakan salah satu penyakit menular
yang disebabkan oleh virus corona dan menginfeksi saluran
pernafasan dengan gejala ringan hingga berat seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS)
(MERS)   Dan
Dan   Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS).
(SARS).  
Covid-19 atau corona virus diseases 19 merupakan
penyakit yang menyerang sistem pernafasan dan bisa
memicu beberapa gejala mulai dari demam >38 oC, sakit
tenggorokan, sesak nafas, batuk, letih dan lesu. Dengan
cara penularan melalui droplet atau tetesan cairan, kontak
pribadi seperti berjabat tangan dan menyentuh barang atau
permukaan yang terdapat virus diatasnya, kemudian
menyetuh area wajah sebelum mencuci tangan.
Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh coronavirus yang menyebar
terutama melalui tetesan air liur atau keluar dari hidung yang
akan menyebabkan penyakit pernapasan ringan hingga
sedang namun akan menjadi serius jika orang yang lebih
tua, dan mereka yang memiliki masalah medis mendasar
seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit
pernapasan kronis. (medscape, 2020; WHO, 2020a)

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  6
 
 

2. Anatomi Fisiologi

Pada manusia paru-paru terletak dirongga dada atau


thoraks manusia, paru-paru berbentuk kerucut yang ujungnya
berada diatas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada
diagfragma. Paru-paru terbagi menjadi dua bagian yaitu paru
kanan dan paru kiri, paru-paru kanan mempunyai 3 lobus
sedangkan paru-paru kiri mempunyai 2 lobus. Setiap paru paru
terbagi lagi mejadi beberapa bagian sub bagian, terdapat seitar
sepuluh unit terecil yang disebut bronchopulmonary segment.
Paru-paru bagian kiri dan kanan di pisahkan oleh sebuah ruang
yang disebut mediastinum.
Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang
bernama pleura, dan pleura dibagi menjadi 2 yaitu, pleura
viseralis (yang membungkus paru paru) dan pleura pariental
(membungkus rongga dada). Diantara kedua pleura tedapat
rongga yang disebut cavum pleura. Sistem pernafasan manusia
di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Pernafasan bagian atas yang meliputi hidung, rongga
hidung, sinus paranasal, dan faring
b. Pernafasan bagian bawah m
meliputi
eliputi laring, trakea,
beronkus, bronkiolus dan alveolus paru.

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  7
 

Fungsi utama pada paru-paru adalah untuk pertukaran


gas. pertukaran gas tersebut bertujuan menyediakan oksigen
bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Fungsi
pernafasan dibagi menjadi 4 mekanisme dasar yaitu:
a. Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan
keluarnya udara antara alveoli dan atmosfer
b. Difusi dari oksigen da
dan
n karbon dioksida antara alveoli dan
darah
c. Transport dari p
pasokan
asokan oks
oksigen
igen dan karbon diok
dioksida
sida dalam
darah dan cairan tubuh dari sel
d. Pengaturan ventilasi pada system pernafasan

Pada waktu menarik nafas atau inspirasi maka otot otot


pernafasan berkontraksi, tetapi pengeluaran udara pernafasan
dalam proses pasif. Ketika diagfragma menutup, penarian nafas
melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru paru dan
dinding badan bergerak hingga diagfragma dan tulang dada
menutup dan berada pada posisi semula.

3. Klasifikasi

Berikut ini klasifikasi menurut buku pedoman pencegahan


dan pengendalian Coronavirus Disesase (COVID-19):
1. Pasien dalam Pengawasan (PDP)
a. Orang dengan Infeksi Pernafasan Akut (ISPA) yaitu
demam ≥38℃  atau riwayat demam, disertai salah
satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti
batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia
ringan hingga berat. Pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal
di Negara/wilayah yang melaporkan transmisi local.
b. Orang dengan demam ≥38℃  atau riwayat demam
atau ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  8
 

gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus


konfirmasi COVID-19
c. Orang dengan ISPA/pneumonia berat yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis.

2. Orang dalam Pemantauan (ODP)


a. Orang yang mengalami demam ≥38 ℃  atau riwayat
demam atau gejala gangguan system pernafasan
seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
perjalanan atau tinggal di Negara/wilayah yang
melaporkan transmisi lokal.
b. Orang yang mengalami gejala gangguan system
pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/ batuk dan
14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi covid-19

3. Orang tanpa Gejala (OTG)


OTG adalah seseorang yang tidak memiliki gejala dan
memiliki risiko tertular dari orang terkonfirmasi covid-19.
Orang tanpa gejala saat ini adalah demam (98%), batuk
dan myalgia

4. Etiologi

Infeksi COVID-19 dapat disebabkan oleh virus corona itu


sendiri yang menyerang seseorang yang mengalami
penurunan sistem kekebalan tubuh.
a) Umur (Anak- anak dengan usia <10 tahun dan
Lansia dengan usia >65 tahun)

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  9
 

Seseorang yang rentan terpapar virus COVID-19


yaitu pada usia lanjut seseorang mengalami proses
degenerasi yang dapat mempengaruhi sistem
imunitas yang menyebabkan seseorang sangat
rentan terpapar virus covid-19. Namun tidak
menutup kemungkinan bagi anak-anak dapat
dengan mudahnya terkena COVID-19 dikarenakan
imunitas yang belum matang sehingga rentan
terkena berbagai penyakit infeksi tetapi tanda dan
yang gejala yang dialami oleh anak.

b) Jenis kelamin (pria)


Dari berbagai literatur yang didapatkan bahwa pada
pria di dapatkan lebih banyak enzim konversi
angiotensin 2 (ACE2) yang menjadi inang bagi
SARS-CoV-2 dalam tubuh manusia. Sehingga pria
lebih berisiko terkena covid dibandingkan dengan
wanita.

c) Gaya hidup (life style)


Dimana ketika seseorang tidak menerapkan PHBS
atau perilaku hidup bersih dan sehat maka tentunya
lebih mudah terpapar berbagai penyakit.

d) Obesitas
Dimana seseorang yang dengan obesitas ini berisiko
mengalami resistensi insulin yang dapat
menyebabkan gangguan pada pancreas serta
menyebabkan penurunan
penurunan pada sistem imunitas.

e) Merokok

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  10
 
 

Kandungan zat karsinogenik di dalam rokok seperti


karbon monoksida, nikotin serta tar dapat
meningkatkan molekul ACE2 sehingga
mempengaruhi kerentanan pada paru.

f) Komorbid
Komorbid atau penyakit penyerta ini dari beberapa
literatur yang ada seseorang dengan penyakit
kardiovaskuler juga berisiko mengalami peningkatan
pada ACE2 serta tidak menutup kemungkinan untuk
terkena covid-19.

5. Manifestasi Klinis
Infeksi virus Corona atau COVID-19
bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk
kering, sakit
kering, sakit tenggorokan,
tenggorokan,   dan sakit kepala. Setelah itu, gejala
dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita
dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk
berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada.
Gejala-gejala tersebut muncul ketika 
ketika  tubuh bereaksi melawan
virus Corona (Lancet, 2020; WHO, 2020).
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan,
sedang atau berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu
demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu
dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain.
Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada
kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti
 ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa
hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  11
 
 

tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki


prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis
bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul
 jika terinfeksi.
a) Tidak berkomplikasi (kondis
(kondisii teringan). Gejala yang
muncul berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala
utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat
disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung,
malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu
diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia
dan pasien immunocompromises presentasi gejala
menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada
beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan
demam dan gejala relatif ringan. Dan pada klasifikasi
ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi
b) Pneumonia ringa
ringan
n (gejala utama) dengan tanda dan
gejala yaitu: demam, batuk, dan sesa
sesak.
k. Namun tidak
ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak
dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan
batuk atau susah bernapas atau juga tampak sesak
yang disertai dengan napas cepat dan tanpa ada
tanda pneumonia berat.
c) Pneumonia berat
Pada pasien dewasa dengan gejala timbulnya
demam atau dicurigai adanya infeksi saluran
pernapasan dan tanda yang muncul yaitu takipnea
dengan RR > 30x/m serta distress pernapasan berat
atau dimana SPO2 <90%.
Dan untuk pasien anak-anak biasanya gejala yang
muncul seperti batuk, sesak, dan beberapa
diantaranya seperti SPO2 <90%, distress napas

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  12
 
 

berat, tidak mau menyusui atau minum, penurunan


kesadaran bahkan kejang.
d) ARDS (Acute respiratory distress syndrome) 
syndrome) 
Terjadi ARDS ketika perburukan gejala respirasi
dalam 1 minggu setelah diketahui kondisi klinis.
Untuk berat atau ringannya derajat ARDS sendiri
dapat dilihat dari kondisi hipoksemia yang
merupakan suatu keadaan dimana tekanan parsial
oksigen ateri (PaO2)  dibagi dengan fraksi oksigen
insipirasi (FIO2) <300 mmHg. Dan pada pemeriksaan
foto toraks ditemukan hasil opasitas bilateral
e) Sepsis
Suatu kondisi dimana terjadi disregulasi tubuh
terhadap suspek infeksi atau infeksi yang sudah
terbukti dengan adanya disfungsi organ. Dengan
tanda dan gejala dari disfungsi organ yaitu:
perubahan status mental, susah bernapas atau
napas cepat, SPO2 rendah atau kurang dari normal,
luaran urin yang berkurang, HR meningkat, akral
dingin, nadi lemah, dan tekanan darah rendah serta
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil adanya
koagulopati, tromositopenia, asidosis, serta
hiperbilirunemia.
f) Syok septik
Suatu kondisi dimana terjadi hipotensi persisten
setelah resusitasi volum adekuat sehingga sangat
diperlukan vasopressor untuk menjaga atau pun
mempertahankan kestabilan dari MAP yang
normalnya ≥65 mmHg serta serum laktat > 2
mmol/L. (Buku PDPI)

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  13
 
 

6. Patofisiologi

COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus


dengan sel manusia. Setelah memasuki
sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi
ekspresi gen yang mambantu adaptasi severe acute
respiratory syndrome virus corona 2  pada inang.
Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan
menyebabkan perubahan genom yang
menyebabkan outbreak  di kemudian hari (Lancet, 2020;
WHO, 2020.
Severe acute respiratory syndrome virus corona
2 (SARS-CoV-2) menggunakan reseptor angiotensin
converting enzyme 2 (ACE2), yang ditemukan pada traktus
respiratori bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai
reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada
reseptor ACE2 pada pernukaan sel manusia. Sub unit S1
memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding
domain (RBD). Sedangkan sub unit S2 memiliki fungsi
f ungsi dalam
fusi membrane antara sel virus dan sel inang.
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan
dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang. RNA virus akan
mentranslasikan poli protein pp1a dan pp1ab dan
membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC).
Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan menyintesis
subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan protein
struktural dan tambahan.
Gabungan reticulum endoplasma, badan golgi,
genomik RNA, protein nukleokapsid, dan
glikoprotein envelope
envelope akan
 akan membentuk badan partikel virus.
Virion kemudian akan berfusi ke membran plasma dan
dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui eksositosis.

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  14
 
 

Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel


ginjal, hati, intestinal, dan limfosit T, dan traktusrespiratori
bawah, yang kemudian menyebakan gejala pada pasien.

7. Komplikasi
 Ada kasus yang parah, infeksi virus Corona bias
menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini (medscape, 2020;
WHO, 2020a):

1. Pneumonia (infeksi paru-paru)


2. Infeksi s
sekunder
ekunder pada organ lain
3.  Acute cardiac injury  
4.  Acute respiratory distress syndrome
syndrome 

8. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk diagnosis sendiri dapat ditegakkan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
Tujuan utama dari pemeriksaan diagnostic covid-19 yaitu
agar dapat mendeteksi virus secara akurat dan
meminimalkan penularan lebih lanjut serta isolasi dan
perawatan pada pasien yang terinfeksi tepat waktu.

a. Pemeriksaan laboratorium, seperti hematologi rutin,


hitung jenis, fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah,
hemostasis, laktat, dan prokalsitonin dapat dikerjakan
sesuai dengan indikasi. Trombositopenia juga kadang
dijumpai.
b. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, Computed
Scan   (CTscan) toraks, USG toraks.
Tomography Scan
Pada foto toraks dapat ditemukan gambaran seperti
opasifikasi ground-glass, infiltrat, penebalan
peribronkial, konsolidasi fokal, efusi pleura, dan

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  15
 

atelectasis. Foto toraks kurang sensitif dibandingkan


CT scan, karena sekitar 40% kasus tidak ditemukan
kelainan pada foto toraks. Gambaran CT scan yang
lebih jarang ditemukan yaitu efusi pleura, efusi
perikardium, limfadenopati, kavitas, CT halo sign, dan
pneumotoraks. Walaupun gambaran-gambaran
tersebut bersifat jarang, namun bisa saja ditemui
seiring dengan progresivitas penyakit.
Gambaran CT scan dipengaruhi oleh perjalanan
klinis:
1. Pasien asimtomatis: cenderung unilateral,
multifokal, predominan gambaran ground-glass.
Penebalan septum interlobularis, efusi pleura, dan
limfadenopati jarang ditemukan.
2. Satu minggu sejak onset gejala: lesi bilateral dan
difus, predominan gambaran ground-glass. Efusi
pleura 5%, limfadenopati 10%.
3. Dua minggu sejak onset gejala: masih predominan
gambaran ground-glass, namun mulai terdeteksi
konsolidasi 4. Tiga minggu sejak onset gejala:
predominan gambaran ground-glass dan pola
retikular. Dapat ditemukan bronkiektasis, penebalan
pleura, efusi pleura, dan limfadenopati.
c. Pemeriksaan antigen-antibodi
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan skrining
awal Karen perlunya perimbangan terkait dengan
onset paparan dan durasi gejala sebelum dilakukan
oemeriksaan serologi. IgM dan IgA terdeteksi pada
hari ke 3-6 setelah timbul gejala dan pada IgG
terdeteksi pad hari ke 20-18 setelah timbul gejala
maka dari itu WHO tidak merekomendasikan jenis tes

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  16
 

ini karena pada pasien yang terdeteksi negative pada


pemeriksaan serologi masih perlu dilakukan observasi
dan diperiksa kembali.
d. Pemeriksaan virology
Pemeriksaan yang dilakukan pada individu
asimtomatis atau tidak memenuhi kriteria suspek.
Metode yang dianjurkan untuk deteksi virus adalah
amplifikasi asam nukleat dengan real-time
reversetranscription polymerase chain reaction (rRt-
pcr) dan dengan sequencing sebagian atau seluruh
geno virus yang sesuai dengan SARS-CoV-2. Tes
cepat moluker ini lebih mudah dikerjakan dan untuk
prosesnya pun lebih cepat sehingga dapat membantu
mempercepat deteksi covid-19. Untuk hasil negative
dari tes virology bisa saj terjadi ketika kualitas
pengambilan ataupun manajemen specimen buruk,
sebaiknya specimen diambil saat infeksi masih dini
atau bisa saja terjadi gangguan pada teknis di
laboratorium
e. Pemeriksaan specimen
WHO merekomendasikan 2 lokasi pengambilan
specimen yaitu pada saluran napas atas (swab
nasofaring atau orofaring) dan saluran napas bawah
(sputum, bronchoalveolar lavage/ BAL)
BAL) atau aspirat
endotrakeal. Untuk sampel bagi PDP dan ODP dapat
diambil selama 2 hari berturut-turut dan bisa saja
sewaktu-waktu diambil sampel tambahan bila ada
perburukan klinis sedangkan pada kontak erat risiko
tinggi sampel diambil pada hari 1 dan hari ke 14.

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  17
 
 

9. Penatalaksanaan Medis

a. Terapi etiologi/definitive

a) IFN-alfa, 5 juta unit atau dosis ekuivalen, 2x/hari


secara inhalasi
b) LPV/r, 200 mg
mg/50
/50 mg/kapsul, 2x 2 kapsul/hari secara
oral
c) RBV 500 mg, 2-3x 500 mg/hari intravena dan
dikombinasikan dengan IFN-alfa atau LPV/r
d) Klorokuin fosfat 500 mg (300 mg jika klorokuin),
2x/hari secara oral
e) Ardibol (umifenovir), 200 mg setiap minum, 3x/hari
secara oral
f) Lopinavir/ritonavir (LPV/r) dari penelitian Chu, dkk
didapatkan hasil bahwa kombinasi RBV dan LPV/r
dpat menurunkan angka kematian ARDS pada
SARS-CoV jika dibandingkan dengan RBV pada hari
ke-21 setelah timbul gejala. Namun menurut
penelitian dari Baden, dkk bahwa LPV/r memiliki
kemampuan inhibisi replikasi, bukan supresi jumlah
virus.
g) Remdesvir (RDV), merupakan ob
obat
at antivirus dalam
spectrum luas yang sudah digunakan secara luas
untuk virus RNA, termasuk MERS/SARS-CoV,
penelitian in vitro menunjukkan obat ini dapat
menghinbisi infeksi virus secara efektif.
h) Klorokuin (CQ/CLQ) dan hidroksiklorokuin (HCQ),
Obat malaria dan autoimun diketahui dapat
menghambat infeksi virus dengan meningkatkan pH
endosomal dan berinteraksi dengan resptor SARS-
CoV. Efektivitas obat akan semakin baik karena

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  18
 
 

memiliki aktivitas immunomodulator yang


memperkuat efek antivirus
i) Favipiravir (FAVI), merupak
merupakan
an oba
obatt golong
golongan
an baru
inhibitor RNA-dependet RNA polymerase (RdRp)
yang mampu menghambat aktivitas polimerasi RNA.
 j) Umifenovir (Arbidol), obat antivirus ini merupakan
terapi rutin pada kasus influenza yang telah diketahui
kemampuan inhibisinya pada SARS-CoV-2 menurut
penelitian in vitro.
k) Interferon-α
Interferon-α (IFN-
(IFN-α),
α), terbukti mampu menghambat
produksi SARS-CoV secara in vitro. 
vitro. 
l) Meplazumab/antibody anti-CD147. Antibody anti-
CD147 diketahui mampu menghambat sel T yang
dapat diinduksi CyPA dan berdampak berkurang
inflamasi. Dan dapat menghambat replikasi SARS-
CoV-2.
m) Nitazoxanide, berdasarkan menelitian Wang, dkk
dengan dilakukannya uji in vitro agar mengetahui
efektivitas dari nitazoxanide. Obat antiprotoza ini
diketahui memiliki potensi antivirus karena dapat
menghambat SARS-CoV-2 dengan kemampuan
untuk meningkatkan regulasi mekanisme antivirus
bawaan via amplifikasi dari jalur IFN tipe I dan
sensing sitoplasmik RNA. Dosis yang dianjurkan 600
mg, 2x sheari atau 500 mg, 3 kali sehari selama 7
hari.
n) Direct-acting antiviral   (DAA), Sofosbuvir diketahui
memiliki afinitas yang kuat terhadap covid-19 dan
SARS-CoV karena kemampuan untuk menempel
pada tempat aktif RdRl yang mampu bersaing
dengan nukleotida fisiologis.

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  19
 
 

o) Immunoglobulin intravena (IVIg). Berdasarkan


penelitian yang dilakukan oleh Cao W, dkk bahwa
dalam serial kasus covid-19 yang menambahkan ivig
(dosis 0,3-0,5 g/kgbb) DENGAN HASIL adanya
percepatan pada perbaikan klinis seperti demam,
sesak napas dan perbaikan pada hasil CT-scan.

b. Manajemen simtomatik dan suportif

a) Oksigen, yang paling utam


utamaa yaitu memastikan
kepatenan jalan napas terlebih dahulu sebelum
diberikan terapi oksigen. Indikasi diberikan terapi
oksigen yaitu adanya distress pernapasan atau syok
dengan desaturase. Dengan target kadar saturasi
oksigen >94%. Oksigen yang diberikan mulai dari 5
liter/m dan dapat ditingkatkan secara perlahan
sampai mencapai target dan pada kondisi klinis
boleh diberikan nonbreathing mask. 
mask. 
b) Antibiotic, untuk penggunaan antibiotic sendri
diberikan pada pasien yang memang dicurigai
adanya infeksi bakteri dan bersifat sedini mungkin.
Dan pada keadaan sepsis antibiotic diberikan dalam
waktu 1 jam. Antibiotic yang digunakan adalah
antibiotic empiric berdasarkan profil mikroba lokal.
c) Deksametason, berdasarkan pedoman di Italia
bahwa deksametason dapat diberikan selama 5 hari
pada kasus covid-19 dengan ARDS. Dengan dosis
deksametason 20mg/hari selama 5 hari dan
dilanjutkan 10 mg/hari selama 5 hari pada kasus
pasien covid-19. Dan society of critical care medicine
merekomendasikan hidrokortison 200 mg/hari boleh
dipertimbangkan pada kasus covid-19 yang kritis

  “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Covid -19


-19 Dan Pneumonia”  20

Anda mungkin juga menyukai