Anda di halaman 1dari 19

Dampak negatif atau kerugian reklamasi pesisir pantai 

Terdapat bermacam dampak reklamasi daerah pesisir pantai yang


banyak dilakukan pada negara atau kota maju dalam rangka memperluas
daratan sehingga bisa digunakan untuk area bisnis, perumahan,wisata rekreasi
dan keperluan lainya. selalu ada dampak positif dan negatif dalam setiap
kegiatan termasuk dalam hal pengurugan tepi laut ini, bisa jadi yang
melakukan kegiatan hanya mendapat keuntunganya saja sementara kerugian
harus ditanggung oleh pihak yang tidak mengerti apa-apa, tanpa disadari
banyak daerah pesisir pantai terpencil yang hilang karena aktifitas reklamasi
ini.
* Proyek reklamasi di Teluk Jakarta tak layak dari aspek lingkungan. Jika
alasan pemerintah provinsi beralasan meniru negara lain yang melakukan
reklamasi, hal itu dianggap keliru. Bahkan dua negara yang telah mengerjakan
reklamasi yakni Korea Selatan dan Jepang justru menyesal. Negara lain ada dua
negara yang menyesal setelah melakukan reklamasi, Korea Selatan dan Jepang.
Beberapa ahli berpendapat kalau dipertimbangkan lagi memang secara teknis
proyek ini tidak layak. Setelah Korea Selatan melakukan reklamasi tiga kali itu
akhirnya melakukan moratorium atau penundaan.

* Demikian juga Jepang mulai merestorasi atau mengembalikan kondisi


seperti semula setelah melakukan reklamasi masif. BeBerapa pakar di Jepang
saat pertemuan di kongres kelautan Asia Timur di Vietnam Yg menyesal
melakukan reklamasi, jadi di Indonesia sebaiknya juga dihentikan. Jika proyek
reklamasi ini tetap diteruskan, lanjutnya, dapat berdampak pada kematian
makhluk hidup di dalam laut dan penurunan kecepatan arus yang membuat
sirkulasi air tidak berjalan lancar.

Peraturan Reklamasi Pantai Mulai Disosialisasikan


Menghindari konflik kepentingan, degradasi lingkungan,  penggunaan
sumber daya secara tidak efektif Kementerian Kelautan dan Perikanan
menyosialisasikan

Undang Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah


Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang di dalamnya terdapat peraturan mengenai
reklamasi pantai."Dalam menghadapi masalah keterbatasan lahan, kota-kota
besar dihadapkan pada dua pilihan, yaitu mengembangkan kota di dalam
perut bumi atau mengembangkan kota dengan mereklamasi pantai," kata
Dirjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil KKP Sudirman Saad dalam
sambutannya di Jakarta, Rabu.
Menurut Sudirman dengan mempertimbangkan segenap kendala dan
tantangan, maka reklamasi pantai sering menjadi pilihan dalam mengatasi
kebutuhan lahan, seperti di negara-negara lain, contohnya Kawasan Palm
Island Dubai, Changi di Singapura, Thilafusi Island di Maladewa dan Amsterdam
di Belanda.Dia menambahkan di Indonesia sendiri, sebanyak 319 kabupaten-
kota yang berada di wilayah pesisir yang mempunyai peranan strategis, selain
menjadi pusat konsentrasi penduduk juga menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi, seperti perikanan, industri maritim, pariwisata bahari, perhubungan,
jasa-jasa perdagangan serta permukiman."Sehingga perlu ditata secara
harmonis dan bersinergi agar tidak menimbulkan konflik kepentingan,
degradasi lingkungan dan penggunaan sumber daya secara tidak efisien dan
efektif," katanya.

Sudirman menjelaskan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 juncto


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 atas perubahan Undang Undang
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, mengamanatkan pasal 34 bahwa reklamasi di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil dilakukan untuk meningkatkan manfaat dan nilai tambah
dari aspek teknis, lingkungan dan sosial ekonomi.Untuk menghindari dampak
negatif kegiatan reklamasi pantai, lanjut dia, maka Perpres 122 tahun 2012
tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil telah mengatur
ketentuan-ketentuan mulai dari aspek pertimbangan, ketentuan izin lokasi
reklamasi, hingga ketentuan izin pelaksanaan reklamasi.

Dia mengatakan dalam hal kewenangan izin, telah diatur dalam


Peraturan Menteri kelautan dan Perikanan Nomor 17/PERMEN-KP/2013
tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
"Kewenangan pemberian izin berada pada Pemda masing-masing, sementara
pemberian izin reklamasi di kawasan strategis nasional, kawasan lintas
provinsi, kawasan pelabuhan perikanan dan obyek vital itu dikelola
pemerintah," katanya. Sebagai contoh, Sudirman menyebutkan reklamasi di
Teluk Jakarta merupakan upaya merevitalisasi Pantura Jawa yang saat ini
dihadapkan pada persoalan lingkungan, seperti permukaan tanah, kenaikan
permukaan air laut, abrasi dan sebagainya. Selain itu, dia mengatakan
reklamasi pantai juga akan dilakukan di kota-kota lainnya, seperti tangerang,
Cirebon, Semarang, Pekalongan, Surabaya dan kota sekitar Pantai Utara Jawa
lainnya.

http://www.sinarharapan.co/news/read/140618180/Peraturan-Reklamasi-
Pantai-Mulai-Disosialisasikan
* Proyek reklamasi ini pernah digugat Kementerian Lingkungan Hidup
walaupun kalah di tingkat kasasi. Meski demikian, reklamasi tetap bisa
diteruskan selama memperhatikan sejumlah aspek seperti sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Namun reklamasi seharusnya untuk kepentingan publik, jangan
memikirkan kepentingan pengembang saja.

* Reklamasi Teluk Jakarta juga dinilai tidak bermanfaat sama sekali bagi
lingkungan. Hal ini mempertegas informasi bahwa ada yang menyebut
reklamasi bisa mengurangi banjir. Malah bisa memperparah, tidak ada manfaat
bagi lingkungan sama sekalli. Dari sisi lingkungan reklamasi tidak bisa
mencegah ada banjir di pesisir, mengurangi sendimentasi di sungai dan
kualitas air di sekitarnya.

Hal ini juga diperkuat dengan laporan kesimpulan Danish Hydraulic


Institute (DHI) pada 2011 yang menjadi konsultan Kementerian Luar Negeri
dalam mengkaji dampak lingkungan dari terbentuknya 17 pulau reklamasi
tersebut. Dokumen ini dengan jelas, reklamasi membuat terjadi perlambatan
kecepatan arus, material lama tertinggal, sendimentasi logam berat, sehingga
yang ada ini makin memperparah pencemaran dan sedimentasi. Selain itu juga
dapat dipastikan, akibat lanjutan dari reklamasi dapat membunuh biota di
sekitar wilayah tersebut. Hal ini tentu akan merugikan masyarakat yang
berprofesi sebagai nelayan, yang juga menjadi korban dari segi sosial proyek
reklamasi. Masalah sosial lainnya adanya sekitar 18 ribu nelayan plus anak
buah kapal, tidak mudah merelokasi mereka.

* Bahaya Tanah Reklamasi Tanah reklamasi sangat rentan terhadap


likuifaksi selama gempa bumi yang dapat memperkuat jumlah kerusakan yang
terjadi pada bangunan dan infrastruktur. Subsidence adalah masalah lain, baik
dari pemadatan tanah pada lahan diisi, dan juga ketika lahan basah diapit oleh
tanggul dan dikeringkan untuk polders dan rawa dikeringkan akhirnya akan
tenggelam di bawah permukaan air di sekitarnya, meningkatkan bahaya dari
banjir.
Dampak Lainnya
* Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi
sebagai kolam telah berubah menjadi daratan.
* Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainya rawan tenggelam,
atau setidaknya air asin laut naik ke daratan sehingga tanaman banyak yang
mati, area persawahan sudah tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam, hal
ini banyak terjadi diwilayah pedesaan pinggir pantai.

* Musnahnya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga


keseimbangan alam menjadi terganggu, apabila gangguan dilakukan dalam 
jumlah besar maka dapat mempengaruhi perubahan cuaca serta kerusakan
planet bumi secara total.

* Pencemaran laut akibat kagiatan di area reklamasi dapat menyebabkan ikan


mati sehingga nelayan kehilangan lapangan pekerjaan.

* Wilayah pantai yang semula merupakan ruang publik bagi masyarakat akan
hilang atau berkurang karena akan dimanfaatkan kegiatan privat. Dari sisi
lingkungan banyak biota laut yang mati baik flora maupun fauna karena
timbunan tanah urugan sehingga mempengaruhi ekosistem yang sudah
ada. System hidrologi gelombang air laut yang jatuh ke pantai akan berubah
dari alaminya. Berubahnya alur air akan mengakibatkan daerah diluar
reklamasi akan mendapat limpahan air yang banyak sehingga kemungkinan
akan terjadi abrasi, tergerus atau mengakibatkan terjadinya banjir atau rob
karena genangan air yang banyak dan lama.

* Aspek sosialnya, kegiatan masyarakat di wilayah pantai sebagian besar


adalah petani tambak, nelayan atau buruh. Dengan adanya reklamasi akan
mempengaruhi ikan yang ada di laut sehingga berakibat pada menurunnya
pendapatan mereka yang menggantungkan hidup kepada laut.

* Aspek ekologi, kondisi ekosistem di wilayah pantai yang kaya akan


keanekaragaman hayati sangat mendukung fungsi pantai sebagai penyangga
daratan. Ekosistem perairan pantai sangat rentan terhadap perubahan
sehingga apabila terjadi perubahan baik secara alami maupun rekayasa akan
mengakibatkan berubahnya keseimbangan ekosistem. Ketidakseimbangan
ekosistem perairan pantai dalam waktu yang relatif lama akan berakibat pada
kerusakan ekosistem wilayah pantai, kondisi ini menyebabkan kerusakan
pantai. 

* Dampak lingkungan hidup yang sudah jelas nampak di depan mata akibat
proyek reklamasi itu adalah kehancuran ekosistem berupa hilangnya
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang diperkirakan akan
punah akibat proyek reklamasi itu antara lain berupa hilangnya berbagai
spesies mangrove, punahnya spesies ikan, kerang, kepiting, burung dan
berbagai keanekaragaman hayati lainnya.

* Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah


meningkatkan potensi banjir. Hal itu dikarenakan proyek tersebut dapat
mengubah bentang alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan
reklamasi tersebut. Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian,
komposisi sedimen sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai
dan merusak kawasan tata air. Potensi banjir akibat proyek reklamasi itu akan
semakin meningkat bila dikaitkan dengan adanya kenaikan muka air laut yang
disebabkan oleh pemanasan global.

* Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi sebagai
kolam telah berubah menjadi daratan. Akibat peninggian muka air laut maka
daerah pantai lainya rawan tenggelam, atau setidaknya air asin laut naik ke
daratan sehingga tanaman banyak yang mati, area persawahan sudah tidak
bisa digunakan untuk bercocok tanam, hal ini banyak terjadi diwilayah
pedesaan pinggir pantai. 

* Musnahnya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga


keseimbangan alam menjadi terganggu, apabila gangguan dilakukan dalam
jumlah besar maka dapat mempengaruhi perubahan cuaca serta kerusakan
planet bumi secara total. 

* Pencemaran laut akibat kagiatan di area reklamasi dapat menyebabkan ikan


mati sehingga dampak sosialnya nelayan kehilangan lapangan pekerjaan. 

https://beritasepuluh.com/2016/04/18/opini-pakar-tentang-reklamasi-teluk-
jakarta/

http://nasional.kompas.com/read/2016/04/23/14383061/
Guru.Besar.IPB.Reklamasi.Teluk.Jakarta.Sudah.TelanjurAKARTA,

KOMPAS.com — Guru Besar Manajemen Pembangunan Pesisir dan


Lautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Rokhmin Dahuri menilai, reklamasi Teluk
Jakarta boleh saja dilanjutkan. Namun, ia menyarankan agar semua aturan dan
kaidah hukum mengenai reklamasi ditinjau ulang.
Rokhmin mengemukakan hal itu dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat,
Sabtu (23/4/2016).
Menurut dia, reklamasi Teluk Jakarta sudah telanjur.
"Jadi, sekali lagi karena sudah kadung atau telanjur, untuk reklamasi Jakarta
saja, ya silakan diteruskan, tetapi harus satu kata dengan pemerintah, untuk
me-review dulu secara menyeluruh dan melihat lingkungan sosial, ekonomi,
terutama nelayan," kata Rokhmin.
Rokhmin menyatakan, di negara maju, reklamasi harus dilakukan dengan
kaidah hukum yang benar. Hanya, di Teluk Jakarta, reklamasi menurut dia
tidak mengikuti aturan, khususnya soal analisis mengenai dampak
lingkungannya (amdal).
"(Di Teluk Jakarta) amdalnya per proyek, harusnya kawasan terpadu,
seluruhnya. Tapi, ini parsial, yang membuat segala sesuatunya jadi kacau-
balau," ujar Rokhmin.
Di sisi lain, Rokhmin sebenarnya setuju reklamasi di Teluk Jakarta dihentikan.
Namun, ada implikasi bagi Jakarta kalau megaproyek itu dihentikan.
"Konsekuensinya kita harus mengurangi jumlah penduduk sampai 7 juta,"
ujar Rokhmin.
Ia menyadari kebutuhan ruang di DKI Jakarta memang hanya punya opsi
meningkatkan bangunan ke atas, atau melihat lautan sebagai kawasan
untuk memperluas daratan.
"Kalau ke selatan tidak bisa lagi karena bisa merusak kawasan hutan," ujar
Rokhmin.
Ia pun berharap reklamasi Teluk Jakarta jadi yang terakhir di Pulau Jawa.
"Catatan saya, sudah, jangan ada lagi reklamasi. Ini the last reclamation
project in java island. Seluruh stake holder harus duduk bersama dan jangan
arogan," ujarnya.
Hadir dalam diskusi itu Direktur Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan
Wilayah dan Sektor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kelautan Laksmi
Wijayanti, Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Bidang Air
dan Sumber Daya Air Firdaus Ali, Dewan Daerah Walhi Jakarta Moestaqiem
Dahlan, dan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Viva Yoga Mauladi.
Penulis : Robertus Belarminus
Editor : Egidius Patnistik

http://properti.kompas.com/read/2016/04/23/210000421/
Dua.Alternatif.Solusi.Jika.Reklamasi.Dihentikan.Total?
utm_source=RD&utm_medium=inart&utm_campaign=khiprd

Dua Alternatif Solusi Jika Reklamasi Dihentikan Total


 

JAKARTA, KOMPAS.com - Reklamasi Teluk Jakarta resmi dihentikan


sementara waktu. Mski begitu, reklamasi Teluk Jakarta masih memiliki
kemungkinan dilanjutkan atau dihentikan secara permanen. Guru Besar
Manajemen Pembangunan Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (IPB),
Rokhmin Daruri menyebutkan dua hal yang bisa dilakukan ketika reklamasi
benar-benar dihentikan.

"Agar cepat tumbuh perekonomian di Jakarta, saya prediksi ada dua hal kalau
reklamasi itu dihentikan pertama penduduk Jakarta harus dikurangi dan kedua
restorasi," ujarnya ketika menjadi pembicara dalam program Polemik Nasib
Reklamasi, di Jakarta, Sabtu (23/4/2016).

Rokhmin menyebutkan jika mau reklamasi Teluk Jakarta dihentikan,


pemerintah provinsi DKI Jakarta mesti mengurangi penduduknya hingga
maksimum tujuh juta penduduk saja.

Sementara untuk restorasi, hal itu dilakukan mengingat penurunan muka


tanah di Jakarta sudah sangat signifikan, dan kualitas udaranya dalam kondisi
buruk.
"85 persen pencemaran Teluk Jakarta berasal dari daratan, oleh karena itu
restorasi Teluk Jakarta harus dilakukan secara maksimal," ucap Rokhmin.

Rokhmin juga memaparkan jika nantinya reklamasi Teluk Jakarta terpaksa


dilanjutkan maka harus ada perbaikan siginifikan bagi kehidupan nelayan dan
masyarakat pesisir.

"Masyarakat di sana harus punya saham di Teluk Jakarta. Itu jadi peran
pemerintah kalau memang mereka punya tanah, punya rumah jangan digusur
tapi biarkan itu jadi aset sahamnya," jelasnya.

Rokhmin mengimbau pemerintah agar tidak memberikan kompensasi saja


tetapi juga kepemilikan saham di sana.

Pemberian saham itu dilakukan supaya ekonomi nelayan dan masyarakat


pesisir bisa lebih sejahtera dan tak lagi termarjinalisasi.

http://news.okezone.com/read/2016/04/24/337/1371012/reklamasi-teluk-
jakarta-harus-jadi-pelajaran-pemerintah

Minggu, 24 April 2016 - 00:03 wib

Reklamasi Teluk Jakarta Harus jadi Pelajaran Pemerintah


Guru Besar Manajemen Pembangunan Pesisir dan Lautan Institut
Pertanian Bogor (IPB), Rokhmin Dahuri mengatakan, proyek reklamasi Teluk
Jakarta harus menjadi pelajaran bagi pemerintah agar tak terulang di wilayah
lainnya. Mengingat, proyek reklamasi ini masih ada yang dijalankan di daerah
lainnya di Indonesia.
"Reklamasi Teluk Jakarta harus dijadikan pelajaran, jangan sampai studi Amdal
belum selesai, kemudian pengkajian detail engineering, tapi proyek sudah
mulai kan kacau ini," kata Rokhmin saat diskusi Polemik Sindo Trijaya bertajuk
'Nasib Reklamasi' di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (23/4/2016).
Menteri Kelautan dan Perikanan era Presiden Megawati Soekarnoputri
ini mengaku senang dengan keputusan penghentian sementara proyek
pembuatan 17 pulau di pesisir utara Jakarta itu. Menurut dia, pada masa
moratorium ini, ada tiga hal yang perlu dilakukan pemerintah maupun
penegak hukum, dalm hal ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Pertama bahwa seluruh yang melanggar hukum baik pemerintah daerah,
maupun korporasi harus ditindak tegas supaya ada konsideran yang adil.
Kedua disepanjang moratorium ini tidak boleh ada penambangan pasir di
Banten dan daerah lain harus stop total," ujar dia.
"Ketiga adalah melakukan review dan melibatkan publik hearing yang terbuka
bukan hanya pakar yang terkelompok, tetapi semua stakeholder," tambah
Rokhmin.
Lebih lanjut, dengan melihat kenyataan yang terjadi saat ini di pesisir, Rokhmin
mendesak agar dibangunnya kampung nelayan dan masyarakat pesisir yang
sejahtera. Pasalnya, lanjut dia ada jarak atau ketimpangan yang jauh antara
masyarakat kaya dengan miskin.
"Jadilah negara yang benar-benar membela rakyatnya jangan sampai
modernisasi dan kemajuan hanya dinikmati sebagian orang," tukas dia.
(fid)

http://www.rmol.co/read/2015/11/19/225135/Amdal,-Syarat-Mutlak-Bagi-
Pengembang-Reklamasi-

AMDAL,SYARATMUTLAKBAGIPENGEMBANGREKLAMASI

REKLAMASI bukanlah hal tabu di Indonesia, sepanjang dilakukannya


untuk memenuhi kepentingan publik dan produktif, reklamasi boleh dilakukan.
Itulah sepenggal ungkapan menteri KKP Susi Pudjiastuti yang kini mendukung
upaya perluasan daratan Jakarta dengan cara reklamasi di kawasan Pantai
Utara Jakarta. 

"Semua reklamasi itu boleh asal dampak lingkungannya sudah di


antisipasi," ujar Bu Menteri KKP dalam artikel disalah satu media. Kamis,
12/11/2015. Proyek reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta yang dilaksanakan
pemerintah DKI Jakarta bersama rekan kerjanya, hingga kini masih menjadi
perdebatan panjang di masyarakat Ibukota. Perdebatan itu ditengarai dari
perselisihan paham antara sekelompok masyarakat pemerhati lingkungan
dengan Pemprov DKI Jakarta. Keputusan Gubernur DKI terkait pemberian izin
pelaksanaan reklamasi pulau G di teluk Jakarta, dinilai bertentangan dengan
Undang-Undang dan hanya memperburuk lingkunganPantai Utara Jakarta. 
Jika kita tela’ah dan cermati, keputusan Gubernur DKI Jakarta tentang
Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta itu sebetulnya didasari
pada landasan hukum yang kuat, sesuai peraturan perundang-undangan
berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi
Pantai Utara Jakarta.

Selain itu, saya juga menilai kekhawatiran sekelompok masyarakat


pemerhati lingkungan terhadap akan dampak reklamasi itu sangatlah
berlebihan. Pemerintah sudah mengantisipasi segala dampak negatif yang
ditimbulkan dari pelaksanaan reklamasi, melalui perencanaan dan studi yang
mendalam mengenai analisis dampak lingkungan (Amdal) yang dilakukan oleh
para ahli dan pakar dari berbagai macam disiplin keilmuan.

Sebab, jika kita pahami betul proses tahapan pemberian izin reklamasi
di teluk Jakarta kepada PT. MWS itu sebetulnya tak semudah yang kita
bayangkan. Semua ada persyaratan dan kajian mendalam sesuai prosedur
hukum dan ketentuan UU yang berlaku.

Selain itu, sebelum pemerintah mengeluarkan izin pelaksanaan


reklamasi, para calon pengembang proyek reklamasi itu harus melewati
berbagai tahapan kajian. Antara lain, kajian thermodinamika, kajian detail
engineering design (DED), kajian analisis mengenai dampak lingkungan
(Amdal), kajian rencana pengelolaan lingkungan (RKL), hingga kajian rencana
pemantauan lingkungan (RPL), dan kajian-kajian teknis lainnya. Kajian-kajian
tersebut dilakukan oleh tim independen yang berada di bawah koordinasi
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD).

Seperti yang dilakukan kepada PT. Muara Wisesa Samudera yang dikini
dipercaya oleh pemerintah DKI sebagai pengembang proyek reklamasi pulau G.
Ternyata diketahui telah bertahun-tahun mengajukan izin pelaksanaan
reklamasi, mulai dari proses pengajuan reklamasi hingga diterbitkannya Izin
Prinsip Reklamasi dan Izin Amdal Reklamasi pada era Gubernur Fauzi Bowo
pada tahun 2013 silam. Kemudian barulah pada era pemerintahan Basuki
Tjahaja Purnama alias Ahok dikeluarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 2238 Tahun 2014 tentang Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau G kepada
PT. MWS.
Dan Kini pengembang proyek reklamasi pulau G tersebut tengah dalam
pengerjaan pulau. Pada dasarnya, izin amdal reklamasi yang telah diterbitkan
pemerintah itu telah mengacu pada Peraturan Pemerintah  Nomor 27 Tahun
2012 tentang Ijin Lingkungan Hidup, dan izin Amdal reklamasi itu sangat
penting, karena Amdal inilah yang menentukan apakah pembangunan
reklamasi di Teluk Jakarta itu dapat dilakukan atau tidak.

Sebagai warga Jakarta yang peduli akan kemajuan ibukota negaranya,


saya berpandangan bahwa perselisihan paham soal reklamasi teluk Jakarta
antara kelompok pemerhati lingkungan dengan pemerintah DKI Jakarta itu
harus segera diluruskan. Masyarakat harus diberi pemahaman secara langsung
dan berkelanjutan.

Karena pemerintah sudah merencanakan semuanya dengan matang.


Karena itu pentingnya peningkatan pemahaman masyarakat tentang
reklamasi, yang harus terus dilakukan agar program pembangunan reklamasi
17 pulau di kawasan teluk Jakarta adalah sebagai alternatif pemenuhan
kebutuhan lahan perkotaan menjadi kemutlakan karena semakin sempitnya
wilayah daratan.

Kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata guna
lahan, aspek pengelolaan pantai dan ekonomi. Tata ruang suatu wilayah
tertentu kadang membutuhkan untuk direklamasi agar dapat berdaya dan
hasil guna. Untuk itu pantai yang diorientasikan bagi pelabuhan, kawasan
perkantoran, pemukiman, dan pariwisata, yang perairan pantainya dangkal
wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan.
PENGERTIAN DAN TUJUAN REKLAMASI UNTUK PEMANFAATAN KAWASAN

Jumpa lagi pada blog Materi Perkapalan yang kali ini akan berbagi artikel
tentang PENGERTIAN DAN TUJUAN REKLAMASI UNTUK PEMANFAATAN
KAWASAN. Jika pada artikel sebelumnya telah membahas tentang LANGKAH
DAN TAHAPAN PENGERUKAN maka pada kali ini kita akan membahas
tentang REKLAMASI. Sebelum kita melangkah lebih jauh kita tahu dulu apa itu
pengertian reklamasi.

REKLAMASI merupakan pekerjaan atau usaha dalam pemanfaatan suatu


kawasan atau lahan yang tidak berguna dan berair untuk dijadikan lahan yang
berguna dengan cara dikeringkan. Tempat-tempat yang biasa dijadikan sebagai
tempat untuk melakukan reklamasi seperti kawasan pantai, lepas pantai atau
offshore, danau, rawa-rawa ataupun sungai yang begitu lebar.

Tujuan Reklamasi yaitu menjadikan kawasan yang tidak berguna atau


tidak bermanfaat menjadi kawasan yang mempunyai manfaat. Kawasan yang
sudah direklamasi tersebut biasanya dimanfaatkan untuk kawasan pertanian,
pemukiman, perindustrian, pertokoan/bisnis dan objek wisata.Pekerjaan
reklamasi juga bertujuan untuk memacu pembangunan sarana dan prasarana
pedukung lainnya. Dalam membangun suatu pelabuhan ataupun terminal
pelabuhan yang berada pada perairan maka dapat dilakukan pekerjaan 
reklamasi.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN REKLAMASI

Dalam pekerjaan reklamasi pasti ada keuntungan ataupun kerugian akibat


pekerjaan tersebut, untuk itu silahkan simak apa saja keuntungan dan kerugian
dalam melakukan pekerjaan reklamasi untuk suatu kawasan berikut ini
KEUNTUNGAN REKLAMASI

1. Dapat membantu suatu negara, kota ataupun daerah-daerah untuk


menyediakan lahan untuk keperluan seperti, penataan suatu daerah
pantai, pengembangan wisata bahari dan lain sebagainya.
KERUGIAN REKLAMASI

1. Akan terjadi perubahan ekosistem pada lingkungan seperti perubahan


pada pola arus erosi pada pantai, Maka perubahan demikian dapat
membahayakan suatu daerah atau lingkungan karena dapat
mengakibatkan banjir
2. Akan berdampak buruk pada sistem drainase dan perubahan
hidrodinamika yang mempunyai dampak negatif kepada lingkungan dan
masyarakat yang ada disekitarnya
3. Akan mengganggu lingkungan sekitar quarry karena adanya galian yang
dilakukan dengan cara pengeprasan bukit maupun pulau-pulau yang
tidak mempunyai penghuni
4. Beberapa keanekaragaman hayati akan punah seperti hilangnya spesies
magrove, punahnya spesies ikan, kerang laut dan lain sebagainya akibat
dari proyek reklamasi
KETENTUAN ATAU PRINSIP REKLAMASI SEBAGAI BERIKUT

1. Kebutuhan dalam pengembangan budi daya untuk suatu kawasan yang


berada pada sisi daratan
2. Dapat merupakan kawasan perkotaan yang padat maka membutuhkan
pengembangan wilayah untuk mengakomodasikan kebutuhan
SYARAT UNTUK LOKASI YANG AKAN DILAKUKAN REKLAMASI ANTARA LAIN

1. Telah memenuhi ketentuan rencana kota yang dituangkan dalam


Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan atau Kota/Kabupaten dan
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Reklamasi, dan dituangkan ke
dalam Peta Lokasi laut yang akan direklamasi.
2. Ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur dan atau Walikota/Bupati
(tergantung posisi strategis dari kawasan reklamasi) yang berdasarkan
pada tatanan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan atau
Kota/Kabupaten serta Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Reklamasi 
3. Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan reklamasi
pantai atau kajian/kelayakan properti (studi investasi);
4. Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari
kawasan lindung atau taman nasional, cagar alam, dan suaka
margasatwa;
5. Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas
wilayah dengan daerah/negara lain. 
6. Memenuhi ketentuan pemanfaatan sebagai kawasan dengan ijin
bersyarat
7. Dituangkan di dalam Peta Situasi rencana lokasi dan Rencana Teknis
Pelaksanaan Reklamasi dan mendapat persetujuan dari instansi terkait
PERSYARATAN DALAM MEMENUHI KETENTUAN PEMANFAATAN KAWASAN
REKLAMASI

1. Penyusunan dokumen ANDAL
2. Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL)
3. Penyusunan Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALIN)
4. Mengenakan biaya dampak pembangunan (development impact fee),
dan atau aturan disinsentif lainnya.
Mungkin itulah yang dapat disampaikan pada artikel kali ini yang membahas
tentang PENGERTIAN DAN TUJUAN REKLAMASI UNTUK PEMANFAATAN
KAWASAN. Semoga dengan artikel ini kita lebih banyak tahu tentang Reklamasi
. Terima kasih semoga bermanfaat.
http://materi-perkapalan.blogspot.com/2014/11/pengertian-dan-tujuan-
reklamasi-untuk.html
http://news.liputan6.com/read/2478494/3-fakta-tentang-reklamasi-pantai-utara-
jakarta?p=2

Kabar reklamasi kembali mencuat ketika KPK menangkap Ketua Komisi D DPRD
DKI M Sanusi. Adik Wakil Ketua DPRD DKI M Taufik itu tertangkap tangan
menerima Rp 1,4 miliar dari PT Agung Podomoro Land. 

Uang tersebut diduga suap untuk pengurusan Raperda Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (RWZP3K) Provinsi Jakarta dan Raperda tentang Rencana Tata
Ruang (RTR) Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta.

Pihak swasta menginginkan agar DPRD 'merayu' Pemprov DKI menurunkan


kewajiban bayar sebesar 15 persen dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tiap proyek
reklamasi. 

Ahok curiga raperda tersebut seharusnya bisa diselesaikan di rapat paripurna, tapi
selama tiga kali rapat tersebut selalu saja ditunda. Dia pun menerbitkan disposisi
agar anak buahnya tidak berani macam-macam.

Mungkin Tuhan hendak mengingatkan kita, agar kita berhenti berpikir dan berusaha
semata-mata untuk kepentingan diri sendiri dan golongannya saja. Sebagai manusia, tentu kita
harus senantiasa menjaga keseimbangan hubungan kepentingan dengan manusia lain dan alam
sekitarnya. Terkait dengan isu Reklamasi Pantai Jakarta yang tengah mencuat gara-gara kasus
suap kepada anggota dewan oleh para pengusaha yang mengelola reklamasi pantai Jakarta.
Bila saja kejadian suap menyuap tidak tertangkap tangan oleh KPK, mungkin proyek reklamasi
tersebut akan makin menjadi-jadi.

Sebelumnya mari kita tengok awal mula kisah terjadinya proyek reklamasi di pantai
Jakarta hingga terjadi kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK sbb

: KRONOLOGI

26 April 2007 Disahkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pasal 6 ayat
(5) UU No. 26 Tahun 2007 menyatakan Ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur
dengan undang-undang tersendiri.

17 Juli 2007 Disahkan UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil seperti telah diubah dalam UU No. 1 Tahun 2014.

10 Maret 2008 Diterbitkan PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional yang di dalamnya mengatur dan menetapkan Kawasan Perkotaan Jabodetabek-Punjur
termasuk Kepulauan Seribu (Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat) ke dalam Kawasan
Strategis Nasional.

12 Agustus 2008 Disahkan Perpres No.54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang
Kawasan Jabodetabek-Punjur dan di Pasal 72 menyatakan: Dengan berlakunya Peraturan
Presiden ini: a. Keputusan Presiden Nomor 114 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan
Bogor-PuncakCianjur; b. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1997 tentang Koordinasi
Pengembangan Kawasan Jonggol sebagai Kota Mandiri; c. Keputusan Presiden Nomor 52
Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta, sepanjang yang terkait dengan penataan
ruang; dan d. Keputusan Presiden Nomor 73 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Kapuk Naga
Tangerang, sepanjang yang terkait dengan penataan ruang, dinyatakan tidak berlaku.

24 Maret 2011 Keluar Putusan Peninjauan Kembali No.12 PK/TUN/2011 tentang


Ketidaklayakan Surat Keputusan Menteri No.14 tahun 2003 tentang Ketidaklayakan Rencana
Kegiatan Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara Jakarta (Kepmen LH No. 14 Tahun 2003).
Dengan demikian, Kepmen LH tersebut secara hukum tidak berlaku lagi.

12 Januari 2012 Disahkan Perda DKI Jakarta No.1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah 2030 yang kemudian mengubah pengaturan pulau-pulau reklamasi yang
sebelumnya diatur dalam Perda No. 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan
Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta.

19 September 2012 Terbit Pergub DKI Jakarta No.121 Tahun 2012 tentang Penataan
Ruang Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta.

21 September 2012 Terbit empat surat persetujuan prinsip reklamasi oleh Gubernur
Fauzi Bowo, masing-masing: 1. Surat Gubernur No. 1290/-1.794.2 tentang Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau F Kepada PT Jakarta Propertindo; 2. Surat Gubernur No. 1291/-1.794.2 tetang
Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau G atas nama PT Muara Wisesa Samudra; 3. Surat
Gubernur No. 1292/-1.794.2 tentang Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau I Kepada PT Jaladri
Kartika Pakci; 4. Surat Gubernur No. 1295/-1.794.2 tentang Persetujuan Prinsip Reklamasi
Pulau K kepada PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk.
10 Juni 2014 Terbit empat surat perpanjangan persetujuan prinsip reklamasi yang
ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok yang sempat
menjabat Plt. Gubernur dari 1 Juni 2014 hingga 23 Juli 2014, masing-masing:

1. Surat Gubernur No. 544/-1.794.2 tentang Perpanjangan Persetujuan


Prinsip Reklamasi Pulau F Kepada PT. Jakarta Propertindo; 2. Surat
Gubernur No. 541/-1.794
2. .2 tentang Perpanjangan Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau I Kepada
PT Jaladri Kartika Pakci;
3. 3. Surat Gubernur Nomor 540/-1.794.2 tentang Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau K kepada PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk
4. 4.Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 542/-1.794.2 tentang
Perpanjangan Izin Prinsip Reklamasi Pulau G kepada PTMuara Wisesa
Samudra; yang diterbitkan oleh Basuki Tjahaya Purnama;

3 Juli 2013 Terbit Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia
No.17/PERMEN-KP/2013 tentang Perizinan Reklamasi Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau
Kecil sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik
Indonesia No. 28/PERMEN-KP/2014.

23 Desember 2014 Gubernur Ahok menerbitkan Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau G


Kepada PT. Muara Wisesa Samudra.

2 Maret 2015 Pemprov DKI Jakarta mengajukan Raperda Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Raperda tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Pantai Utara Jakarta. Menandai bahwa Raperda tersebut merupakan usulan insiatif Pemerintah
Gubernur Provinsi DKI Jakarta.

15 September 2015 Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta mengajukan gugatan terhadap Izin
Pelaksanaan Reklamasi Pulau G.

22 Oktober 2015 Gubernur Ahok menerbitkan Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau F dan
Pulau I.

17 November 2015 Gubernur Ahok menerbitkan Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau K.


21 Januari 2016 Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta kembali mengajukan gugatan terhadap 3 Izin
Pelaksanaan Reklamasi Pulau F, I dan K.

25 Februari 2016 Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta melakukan aksi penolakan terhadap
Ranperda Zonasi Pesisir yang akan disahkan oleh Rapat Paripurna DPRD Jakarta. Namun
tertunda karena tidak mencapai kuorum.

1 Maret 2016 Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta melakukan aksi penolakan terhadap
Ranperda Zonasi Pesisir yang akan disahkan oleh Rapat Paripurna DPRD Jakarta. Namun
tertunda karena tidak mencapai kuorum.

17 Maret 2016 Rapat paripurna pengesahan Ranperda Zonasi Pesisir kembali ditunda
karena tidak mencapai kuorum.

31 Maret 2016 Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK terhadap M.Sanusi (angoota
DPRD DKI Jakarta) disusul penetapan tersangka terhadap Presiden Drektur Agung Podomoro
Land selaku holding grup PT.Muara Wisesa pemegang Izin Reklamasi Pulau G. Berikut ini Peta
Sebaran Reklamasi Pantai Jakarta : Berdasarkan data kronologis dan gambar peta diatas, dapat
ditelusuri bahwa pada tahun 2012, telah disahkan Perda DKI Jakarta No.1 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 yang kemudian mengubah pengaturan pulau-pulau
reklamasi yang sebelumnya diatur dalam Perda No. 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta. Jadi sesungguhnya sejak tahun
1995 yaitu pada pemerintahan Orde Baru, sudah ada Perda yang mengatur penyelenggaraan
RTR Kawasan Pantura Jakarta.

Namun apa yang menjadi alasan pemerintah pada waktu itu, sehingga harus
menyelenggarakan Reklamasi di Pantai utara Jakarta? Alasannya antara lain dengan adanya
melindungi wilayah utara
Reklamasi di pantai utara Jakarta maka diharapkan dapat
Jakarta dari bahaya banjir (rob). Selain itu adalah untuk menambah lapangan
kerja bagi penduduk Jakarta dan meningkatkan investasi dan tentu akan
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) antara lain dari PBB juga pajak-
pajak lainnya. Itu adalah alasan yang masuk akal, tapi mengapa semua alasan itu
mengalahkan dampak akibat terjadinya proyek reklamasi, yaitu pencemaran lingkungan
perariran di pantai utara Jakarta. Dengan adanya proyek Reklamasi tentu saja akan mencemari
laut utara jakarta dan secara tidak langsung mengusir keberadaan para nelayan disana.
Mengapa kepentingan rakyat kecil selalu dikalahkan? Bila ingin memperbaiki ekosistem di
pesisir utara Jakarta, mengapa justru malah membangun proyek Reklamasi? Bukankah lebih
baik bila menyediakan anggaran khusus untuk proyek rehabilitasi lingkungan perairan di pesisir
pantai utara Jakarta, sehingga akan menjadikan pantai utara lebih bersih dan dapat
meningkatkan hasil perikanan dan budidaya tanaman laut. Reklamasi Hanya menguntungkan
orang kaya Pada kenyataannya, proyek Reklamasi Jakarta ini jadi 'mainan' bos-bos'
konglomerat. Ironisnya, justru para pemainnya selain dari perusahaan pengembang (developer),
juga perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh TNI, BUMN, BUMD bahkan PemProv DKI sendiri.
Kira-kira apa yang mereka inginkan dari proyek Reklamasi ini? Tentulah dengan memiliki pulau
hasil reklamasi, khususnya bagi para pengembang, mereka punya tujuan bisnis murni yaitu
dengan membangun perumahan elit, ruko dan gedung perkantoran dengan pemandangan alam
laut (sea view) yang indah. Entah apa tujuan dari pihak Perusahaan yang dimiliki oleh kalangan
militer yang ada disana, juga dari pihak pemerintah dalam hal ini BUMD, BUMD dan PemProv
DKI. Apakah mereka juga ingin membangun tempat-tempat peristirahatan atau wisata dengan
tujuan bisnis dll? Adakah niat untuk membangun demi kepentingan rakyat kecil? Apakah
mungkin PemProv DKI akan membangun perumahan rakyat atau rusun di atas pulau
Reklamasi? Apakah mampu rakyat kecil membeli atau mengangsur rumah yang dibangun di
atas pulau Reklamasi? Sangat Mustahil terjadi bukan? Sudah barang tentu, pulau reklamasi
akan dimanfaatkan agar mendapatkan keuntungan maksimal bagi kepentingan Pemerintah
Daerah, yaitu meningkatkan PAD dan tanpa meperdulikan nasib rakyat kecil di sekitar pantai
utara Jakarta. Untuk apa Pemda DKI berusaha menghimpun kekayaan yang melimpah ruah,
sedangkan kepentingan rakyat kecil selalu dikalahkan? Hasil reklamasi tentu akan menjadi
ladang bisnis yang menggiurkan, sebab Jakarta adalah pusat bisnis, yang mana apa saja yang
dijual, tentu saja akan laku keras, apalagi berada di lingkungan pantai yang banyak dicari oleh
orang-orang berduit. Pulau hasil reklamasi tentu akan dimanfaatkan secara bisnis agar
menguntungkan, dan semuanya ini adalah mainan orang kaya, dari dan untuk orang kaya.
Semuanya ini hanya menguntungkan bagi orang-orang kaya semata. Lalu bagaimana dengan
nasib rakyat kecil yang mencari nafkah di perairan utara Jakarta? Adakah yang masih
memikirkan nasib mereka? Bahkan DPRD pun juga membela orang-orang kaya, hingga
tertangkap KPK saat menerima suap dari bos-bos konglomerat. Yang jelas, nelayan yang
mencari nafkah di perairan utara Jakarta telah menjadi korban, karena pencemaran lingkungan
akibat proyek reklamasi ini. Mereka dipaksa mengalah oleh pihak-pihak yang saharusnya
melindungi mereka. Mau bagaimana bila sudah terlanjur. Layaknya nasi sudah menjadi bubur,
maka yang bisa dilakukan adalah jangan membuang buburnya, tapi lanjutkan proyek yang
sudah berjalan, tentu dengan memberlakukan aturan baru dan meningkatkan pengawasan
pembangunan, sedangkan proyek reklamasi lainnya yang belum terlaksana harus dihentikan.
Alihkan investasi untuk membiayai proyek rehabilitasi lingkungan perairan di pantai utara
Jakarta. Lindungi hak-hak nelayan dalam mencari nafkah di laut Jakarta. Tingkatkan
kesejahteraan mereka, jangan malah membela dan menguntungkan orang-orang kaya saja.
Pihak pemerintah, tak boleh sewenang-wenang dan membuat kebijakan yang merusak
kesepakatan dengan pihak lain yang telah terjadi sebelumnya. Bagaimanapun juga, tak ada satu
pihakpun yang mau rugi. Sebagai konsekwensi akibat kesalahan dalam mengambil kebijakan,
pemerintah harus mengambil langkah yang tepat. Jangan sampai merugikan pihak lain, meski
untuk kepentingan rakyat kecil. Jangan pula mengambil resiko digugat secara hukum oleh pihak
yang sudah terikat dengan peraturan dan kebijakan pemerintah. Makin menambah persoalan
nantinya. Hendaknya dicari jalan tengah yang adil dan tidak saling merugikan pihak lain. Bila
memang Menteri Perikanan dan Kelautan setuju menghentikan proyek Reklamasi pantai Jakarta
demi untuk kepentingan perlindungan terhadap lingkungan hidup dan para nelayan, namun
bukan berarti dalam pelaksanaannya merugikan pihak lain yang telah terikat dengan peraturan
yang ada. Kebijaksanaan pemerintah yang adil sangat bergantung kepada hasil pengambilan
keputusan yang akan dilakukan oleh Ahok sebagai Gubernur DKI. Untuk kesekian kalinya Ahok
diuji, seberapa jauh bisa melangkah di dalam kerangka keadilan, tanpa harus merugikan pihak
lain, demi tercapai tujuan dengan sebaik-baiknya. Semoga Jakarta menjadi lebih baik lagi..
#donibastian Sumber gambar CNN

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/donibastian/reklamasi-pantai-jakarta-bukti-
pemerintah-tak-punya-hati_571350cde022bd661c5c36dd

Anda mungkin juga menyukai