Reklamasi
Reklamasi
http://www.sinarharapan.co/news/read/140618180/Peraturan-Reklamasi-
Pantai-Mulai-Disosialisasikan
* Proyek reklamasi ini pernah digugat Kementerian Lingkungan Hidup
walaupun kalah di tingkat kasasi. Meski demikian, reklamasi tetap bisa
diteruskan selama memperhatikan sejumlah aspek seperti sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Namun reklamasi seharusnya untuk kepentingan publik, jangan
memikirkan kepentingan pengembang saja.
* Reklamasi Teluk Jakarta juga dinilai tidak bermanfaat sama sekali bagi
lingkungan. Hal ini mempertegas informasi bahwa ada yang menyebut
reklamasi bisa mengurangi banjir. Malah bisa memperparah, tidak ada manfaat
bagi lingkungan sama sekalli. Dari sisi lingkungan reklamasi tidak bisa
mencegah ada banjir di pesisir, mengurangi sendimentasi di sungai dan
kualitas air di sekitarnya.
* Wilayah pantai yang semula merupakan ruang publik bagi masyarakat akan
hilang atau berkurang karena akan dimanfaatkan kegiatan privat. Dari sisi
lingkungan banyak biota laut yang mati baik flora maupun fauna karena
timbunan tanah urugan sehingga mempengaruhi ekosistem yang sudah
ada. System hidrologi gelombang air laut yang jatuh ke pantai akan berubah
dari alaminya. Berubahnya alur air akan mengakibatkan daerah diluar
reklamasi akan mendapat limpahan air yang banyak sehingga kemungkinan
akan terjadi abrasi, tergerus atau mengakibatkan terjadinya banjir atau rob
karena genangan air yang banyak dan lama.
* Dampak lingkungan hidup yang sudah jelas nampak di depan mata akibat
proyek reklamasi itu adalah kehancuran ekosistem berupa hilangnya
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang diperkirakan akan
punah akibat proyek reklamasi itu antara lain berupa hilangnya berbagai
spesies mangrove, punahnya spesies ikan, kerang, kepiting, burung dan
berbagai keanekaragaman hayati lainnya.
* Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi sebagai
kolam telah berubah menjadi daratan. Akibat peninggian muka air laut maka
daerah pantai lainya rawan tenggelam, atau setidaknya air asin laut naik ke
daratan sehingga tanaman banyak yang mati, area persawahan sudah tidak
bisa digunakan untuk bercocok tanam, hal ini banyak terjadi diwilayah
pedesaan pinggir pantai.
https://beritasepuluh.com/2016/04/18/opini-pakar-tentang-reklamasi-teluk-
jakarta/
http://nasional.kompas.com/read/2016/04/23/14383061/
Guru.Besar.IPB.Reklamasi.Teluk.Jakarta.Sudah.TelanjurAKARTA,
http://properti.kompas.com/read/2016/04/23/210000421/
Dua.Alternatif.Solusi.Jika.Reklamasi.Dihentikan.Total?
utm_source=RD&utm_medium=inart&utm_campaign=khiprd
"Agar cepat tumbuh perekonomian di Jakarta, saya prediksi ada dua hal kalau
reklamasi itu dihentikan pertama penduduk Jakarta harus dikurangi dan kedua
restorasi," ujarnya ketika menjadi pembicara dalam program Polemik Nasib
Reklamasi, di Jakarta, Sabtu (23/4/2016).
"Masyarakat di sana harus punya saham di Teluk Jakarta. Itu jadi peran
pemerintah kalau memang mereka punya tanah, punya rumah jangan digusur
tapi biarkan itu jadi aset sahamnya," jelasnya.
http://news.okezone.com/read/2016/04/24/337/1371012/reklamasi-teluk-
jakarta-harus-jadi-pelajaran-pemerintah
http://www.rmol.co/read/2015/11/19/225135/Amdal,-Syarat-Mutlak-Bagi-
Pengembang-Reklamasi-
AMDAL,SYARATMUTLAKBAGIPENGEMBANGREKLAMASI
Sebab, jika kita pahami betul proses tahapan pemberian izin reklamasi
di teluk Jakarta kepada PT. MWS itu sebetulnya tak semudah yang kita
bayangkan. Semua ada persyaratan dan kajian mendalam sesuai prosedur
hukum dan ketentuan UU yang berlaku.
Seperti yang dilakukan kepada PT. Muara Wisesa Samudera yang dikini
dipercaya oleh pemerintah DKI sebagai pengembang proyek reklamasi pulau G.
Ternyata diketahui telah bertahun-tahun mengajukan izin pelaksanaan
reklamasi, mulai dari proses pengajuan reklamasi hingga diterbitkannya Izin
Prinsip Reklamasi dan Izin Amdal Reklamasi pada era Gubernur Fauzi Bowo
pada tahun 2013 silam. Kemudian barulah pada era pemerintahan Basuki
Tjahaja Purnama alias Ahok dikeluarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 2238 Tahun 2014 tentang Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau G kepada
PT. MWS.
Dan Kini pengembang proyek reklamasi pulau G tersebut tengah dalam
pengerjaan pulau. Pada dasarnya, izin amdal reklamasi yang telah diterbitkan
pemerintah itu telah mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2012 tentang Ijin Lingkungan Hidup, dan izin Amdal reklamasi itu sangat
penting, karena Amdal inilah yang menentukan apakah pembangunan
reklamasi di Teluk Jakarta itu dapat dilakukan atau tidak.
Kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata guna
lahan, aspek pengelolaan pantai dan ekonomi. Tata ruang suatu wilayah
tertentu kadang membutuhkan untuk direklamasi agar dapat berdaya dan
hasil guna. Untuk itu pantai yang diorientasikan bagi pelabuhan, kawasan
perkantoran, pemukiman, dan pariwisata, yang perairan pantainya dangkal
wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan.
PENGERTIAN DAN TUJUAN REKLAMASI UNTUK PEMANFAATAN KAWASAN
Jumpa lagi pada blog Materi Perkapalan yang kali ini akan berbagi artikel
tentang PENGERTIAN DAN TUJUAN REKLAMASI UNTUK PEMANFAATAN
KAWASAN. Jika pada artikel sebelumnya telah membahas tentang LANGKAH
DAN TAHAPAN PENGERUKAN maka pada kali ini kita akan membahas
tentang REKLAMASI. Sebelum kita melangkah lebih jauh kita tahu dulu apa itu
pengertian reklamasi.
1. Penyusunan dokumen ANDAL
2. Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL)
3. Penyusunan Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALIN)
4. Mengenakan biaya dampak pembangunan (development impact fee),
dan atau aturan disinsentif lainnya.
Mungkin itulah yang dapat disampaikan pada artikel kali ini yang membahas
tentang PENGERTIAN DAN TUJUAN REKLAMASI UNTUK PEMANFAATAN
KAWASAN. Semoga dengan artikel ini kita lebih banyak tahu tentang Reklamasi
. Terima kasih semoga bermanfaat.
http://materi-perkapalan.blogspot.com/2014/11/pengertian-dan-tujuan-
reklamasi-untuk.html
http://news.liputan6.com/read/2478494/3-fakta-tentang-reklamasi-pantai-utara-
jakarta?p=2
Kabar reklamasi kembali mencuat ketika KPK menangkap Ketua Komisi D DPRD
DKI M Sanusi. Adik Wakil Ketua DPRD DKI M Taufik itu tertangkap tangan
menerima Rp 1,4 miliar dari PT Agung Podomoro Land.
Uang tersebut diduga suap untuk pengurusan Raperda Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (RWZP3K) Provinsi Jakarta dan Raperda tentang Rencana Tata
Ruang (RTR) Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta.
Ahok curiga raperda tersebut seharusnya bisa diselesaikan di rapat paripurna, tapi
selama tiga kali rapat tersebut selalu saja ditunda. Dia pun menerbitkan disposisi
agar anak buahnya tidak berani macam-macam.
Mungkin Tuhan hendak mengingatkan kita, agar kita berhenti berpikir dan berusaha
semata-mata untuk kepentingan diri sendiri dan golongannya saja. Sebagai manusia, tentu kita
harus senantiasa menjaga keseimbangan hubungan kepentingan dengan manusia lain dan alam
sekitarnya. Terkait dengan isu Reklamasi Pantai Jakarta yang tengah mencuat gara-gara kasus
suap kepada anggota dewan oleh para pengusaha yang mengelola reklamasi pantai Jakarta.
Bila saja kejadian suap menyuap tidak tertangkap tangan oleh KPK, mungkin proyek reklamasi
tersebut akan makin menjadi-jadi.
Sebelumnya mari kita tengok awal mula kisah terjadinya proyek reklamasi di pantai
Jakarta hingga terjadi kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK sbb
: KRONOLOGI
26 April 2007 Disahkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pasal 6 ayat
(5) UU No. 26 Tahun 2007 menyatakan Ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur
dengan undang-undang tersendiri.
17 Juli 2007 Disahkan UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil seperti telah diubah dalam UU No. 1 Tahun 2014.
10 Maret 2008 Diterbitkan PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional yang di dalamnya mengatur dan menetapkan Kawasan Perkotaan Jabodetabek-Punjur
termasuk Kepulauan Seribu (Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat) ke dalam Kawasan
Strategis Nasional.
12 Agustus 2008 Disahkan Perpres No.54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang
Kawasan Jabodetabek-Punjur dan di Pasal 72 menyatakan: Dengan berlakunya Peraturan
Presiden ini: a. Keputusan Presiden Nomor 114 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan
Bogor-PuncakCianjur; b. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1997 tentang Koordinasi
Pengembangan Kawasan Jonggol sebagai Kota Mandiri; c. Keputusan Presiden Nomor 52
Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta, sepanjang yang terkait dengan penataan
ruang; dan d. Keputusan Presiden Nomor 73 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Kapuk Naga
Tangerang, sepanjang yang terkait dengan penataan ruang, dinyatakan tidak berlaku.
12 Januari 2012 Disahkan Perda DKI Jakarta No.1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah 2030 yang kemudian mengubah pengaturan pulau-pulau reklamasi yang
sebelumnya diatur dalam Perda No. 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan
Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta.
19 September 2012 Terbit Pergub DKI Jakarta No.121 Tahun 2012 tentang Penataan
Ruang Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta.
21 September 2012 Terbit empat surat persetujuan prinsip reklamasi oleh Gubernur
Fauzi Bowo, masing-masing: 1. Surat Gubernur No. 1290/-1.794.2 tentang Persetujuan Prinsip
Reklamasi Pulau F Kepada PT Jakarta Propertindo; 2. Surat Gubernur No. 1291/-1.794.2 tetang
Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau G atas nama PT Muara Wisesa Samudra; 3. Surat
Gubernur No. 1292/-1.794.2 tentang Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau I Kepada PT Jaladri
Kartika Pakci; 4. Surat Gubernur No. 1295/-1.794.2 tentang Persetujuan Prinsip Reklamasi
Pulau K kepada PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk.
10 Juni 2014 Terbit empat surat perpanjangan persetujuan prinsip reklamasi yang
ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok yang sempat
menjabat Plt. Gubernur dari 1 Juni 2014 hingga 23 Juli 2014, masing-masing:
3 Juli 2013 Terbit Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia
No.17/PERMEN-KP/2013 tentang Perizinan Reklamasi Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau
Kecil sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik
Indonesia No. 28/PERMEN-KP/2014.
2 Maret 2015 Pemprov DKI Jakarta mengajukan Raperda Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Raperda tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Pantai Utara Jakarta. Menandai bahwa Raperda tersebut merupakan usulan insiatif Pemerintah
Gubernur Provinsi DKI Jakarta.
15 September 2015 Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta mengajukan gugatan terhadap Izin
Pelaksanaan Reklamasi Pulau G.
22 Oktober 2015 Gubernur Ahok menerbitkan Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau F dan
Pulau I.
25 Februari 2016 Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta melakukan aksi penolakan terhadap
Ranperda Zonasi Pesisir yang akan disahkan oleh Rapat Paripurna DPRD Jakarta. Namun
tertunda karena tidak mencapai kuorum.
1 Maret 2016 Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta melakukan aksi penolakan terhadap
Ranperda Zonasi Pesisir yang akan disahkan oleh Rapat Paripurna DPRD Jakarta. Namun
tertunda karena tidak mencapai kuorum.
17 Maret 2016 Rapat paripurna pengesahan Ranperda Zonasi Pesisir kembali ditunda
karena tidak mencapai kuorum.
31 Maret 2016 Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK terhadap M.Sanusi (angoota
DPRD DKI Jakarta) disusul penetapan tersangka terhadap Presiden Drektur Agung Podomoro
Land selaku holding grup PT.Muara Wisesa pemegang Izin Reklamasi Pulau G. Berikut ini Peta
Sebaran Reklamasi Pantai Jakarta : Berdasarkan data kronologis dan gambar peta diatas, dapat
ditelusuri bahwa pada tahun 2012, telah disahkan Perda DKI Jakarta No.1 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 yang kemudian mengubah pengaturan pulau-pulau
reklamasi yang sebelumnya diatur dalam Perda No. 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta. Jadi sesungguhnya sejak tahun
1995 yaitu pada pemerintahan Orde Baru, sudah ada Perda yang mengatur penyelenggaraan
RTR Kawasan Pantura Jakarta.
Namun apa yang menjadi alasan pemerintah pada waktu itu, sehingga harus
menyelenggarakan Reklamasi di Pantai utara Jakarta? Alasannya antara lain dengan adanya
melindungi wilayah utara
Reklamasi di pantai utara Jakarta maka diharapkan dapat
Jakarta dari bahaya banjir (rob). Selain itu adalah untuk menambah lapangan
kerja bagi penduduk Jakarta dan meningkatkan investasi dan tentu akan
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) antara lain dari PBB juga pajak-
pajak lainnya. Itu adalah alasan yang masuk akal, tapi mengapa semua alasan itu
mengalahkan dampak akibat terjadinya proyek reklamasi, yaitu pencemaran lingkungan
perariran di pantai utara Jakarta. Dengan adanya proyek Reklamasi tentu saja akan mencemari
laut utara jakarta dan secara tidak langsung mengusir keberadaan para nelayan disana.
Mengapa kepentingan rakyat kecil selalu dikalahkan? Bila ingin memperbaiki ekosistem di
pesisir utara Jakarta, mengapa justru malah membangun proyek Reklamasi? Bukankah lebih
baik bila menyediakan anggaran khusus untuk proyek rehabilitasi lingkungan perairan di pesisir
pantai utara Jakarta, sehingga akan menjadikan pantai utara lebih bersih dan dapat
meningkatkan hasil perikanan dan budidaya tanaman laut. Reklamasi Hanya menguntungkan
orang kaya Pada kenyataannya, proyek Reklamasi Jakarta ini jadi 'mainan' bos-bos'
konglomerat. Ironisnya, justru para pemainnya selain dari perusahaan pengembang (developer),
juga perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh TNI, BUMN, BUMD bahkan PemProv DKI sendiri.
Kira-kira apa yang mereka inginkan dari proyek Reklamasi ini? Tentulah dengan memiliki pulau
hasil reklamasi, khususnya bagi para pengembang, mereka punya tujuan bisnis murni yaitu
dengan membangun perumahan elit, ruko dan gedung perkantoran dengan pemandangan alam
laut (sea view) yang indah. Entah apa tujuan dari pihak Perusahaan yang dimiliki oleh kalangan
militer yang ada disana, juga dari pihak pemerintah dalam hal ini BUMD, BUMD dan PemProv
DKI. Apakah mereka juga ingin membangun tempat-tempat peristirahatan atau wisata dengan
tujuan bisnis dll? Adakah niat untuk membangun demi kepentingan rakyat kecil? Apakah
mungkin PemProv DKI akan membangun perumahan rakyat atau rusun di atas pulau
Reklamasi? Apakah mampu rakyat kecil membeli atau mengangsur rumah yang dibangun di
atas pulau Reklamasi? Sangat Mustahil terjadi bukan? Sudah barang tentu, pulau reklamasi
akan dimanfaatkan agar mendapatkan keuntungan maksimal bagi kepentingan Pemerintah
Daerah, yaitu meningkatkan PAD dan tanpa meperdulikan nasib rakyat kecil di sekitar pantai
utara Jakarta. Untuk apa Pemda DKI berusaha menghimpun kekayaan yang melimpah ruah,
sedangkan kepentingan rakyat kecil selalu dikalahkan? Hasil reklamasi tentu akan menjadi
ladang bisnis yang menggiurkan, sebab Jakarta adalah pusat bisnis, yang mana apa saja yang
dijual, tentu saja akan laku keras, apalagi berada di lingkungan pantai yang banyak dicari oleh
orang-orang berduit. Pulau hasil reklamasi tentu akan dimanfaatkan secara bisnis agar
menguntungkan, dan semuanya ini adalah mainan orang kaya, dari dan untuk orang kaya.
Semuanya ini hanya menguntungkan bagi orang-orang kaya semata. Lalu bagaimana dengan
nasib rakyat kecil yang mencari nafkah di perairan utara Jakarta? Adakah yang masih
memikirkan nasib mereka? Bahkan DPRD pun juga membela orang-orang kaya, hingga
tertangkap KPK saat menerima suap dari bos-bos konglomerat. Yang jelas, nelayan yang
mencari nafkah di perairan utara Jakarta telah menjadi korban, karena pencemaran lingkungan
akibat proyek reklamasi ini. Mereka dipaksa mengalah oleh pihak-pihak yang saharusnya
melindungi mereka. Mau bagaimana bila sudah terlanjur. Layaknya nasi sudah menjadi bubur,
maka yang bisa dilakukan adalah jangan membuang buburnya, tapi lanjutkan proyek yang
sudah berjalan, tentu dengan memberlakukan aturan baru dan meningkatkan pengawasan
pembangunan, sedangkan proyek reklamasi lainnya yang belum terlaksana harus dihentikan.
Alihkan investasi untuk membiayai proyek rehabilitasi lingkungan perairan di pantai utara
Jakarta. Lindungi hak-hak nelayan dalam mencari nafkah di laut Jakarta. Tingkatkan
kesejahteraan mereka, jangan malah membela dan menguntungkan orang-orang kaya saja.
Pihak pemerintah, tak boleh sewenang-wenang dan membuat kebijakan yang merusak
kesepakatan dengan pihak lain yang telah terjadi sebelumnya. Bagaimanapun juga, tak ada satu
pihakpun yang mau rugi. Sebagai konsekwensi akibat kesalahan dalam mengambil kebijakan,
pemerintah harus mengambil langkah yang tepat. Jangan sampai merugikan pihak lain, meski
untuk kepentingan rakyat kecil. Jangan pula mengambil resiko digugat secara hukum oleh pihak
yang sudah terikat dengan peraturan dan kebijakan pemerintah. Makin menambah persoalan
nantinya. Hendaknya dicari jalan tengah yang adil dan tidak saling merugikan pihak lain. Bila
memang Menteri Perikanan dan Kelautan setuju menghentikan proyek Reklamasi pantai Jakarta
demi untuk kepentingan perlindungan terhadap lingkungan hidup dan para nelayan, namun
bukan berarti dalam pelaksanaannya merugikan pihak lain yang telah terikat dengan peraturan
yang ada. Kebijaksanaan pemerintah yang adil sangat bergantung kepada hasil pengambilan
keputusan yang akan dilakukan oleh Ahok sebagai Gubernur DKI. Untuk kesekian kalinya Ahok
diuji, seberapa jauh bisa melangkah di dalam kerangka keadilan, tanpa harus merugikan pihak
lain, demi tercapai tujuan dengan sebaik-baiknya. Semoga Jakarta menjadi lebih baik lagi..
#donibastian Sumber gambar CNN
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/donibastian/reklamasi-pantai-jakarta-bukti-
pemerintah-tak-punya-hati_571350cde022bd661c5c36dd