1888 5208 1 SM
1888 5208 1 SM
Oleh :
E. Tadjudin1 dan Ahmad Faa Iziyn2
ABSTRACT
This study aims to: (1) the effect of the combination of plant spacing and varieties on
the growth and result of peanuts, (2) determine the varieties and spacing gives the best effect
among the three varieties on growth and peanut result, (3) determine how the correlation
among the components of growth and result of peanuts. The experiment was conducted in
UPTD Seed Crops Development Center (BPBD) in Plumbon Cirebon regency, West Java
province, from March to June 2016.
The studies conducted by using a randomized block design (RAK) combination model.
The treatment consists of two factors, namely peanut varieties and spacing repeated 3 times.
Then treatment combination model as follows: A (varieties jerapah and a spacing of 40 cm x
20 cm), B (varieties jerapah and a spacing of 40 cm x 25 cm), C (varieties jerapah and a
spacing of 40 cm x 30 cm), D (varieties maja 1 and a spacing of 40 cm x 20 cm), E (varieties
maja 1 and a spacing of 40 cm x 25 cm), F (varieties maja 1 and a spacing of 40 cm x 30 cm),
G (varieties maja 2 and spacing of 40 cm x 20 cm), H (varieties maja 2 and a spacing of 40 cm
x 25 cm) and I (varieties maja 2 and a spacing of 40 cm x 30 cm).
The results showed that: (1) there is a combined effect of plant spacing and varieties of
the plant height ages of 21 and 35 days after planting, leaf number aged 21 and 35 days after
planting, leaf area index age of 35 HST, root volume age 35 HST, dry biomass of plants per
clumps age 35 HST, pod fresh weight per hill and per plot, weight of dry pods per hill and per
plot. While the number of pods per hill and a weight of 100 dry seeds no real effect, (2)
treatment D (varieties maja 1 and a spacing of 40 x 20 cm) with the result 1,1 ton/ha, E
(varieties maja 1 and a spacing of 40 x 25 cm) with the result 1,2 ton/ha, F (varieties maja 1
and a spacing of 40 x 30 cm) with the result 1,1 ton/ha and G (varieties maja 2 and a spacing
of 40 x 20 cm) with the result 1,0 ton/ha showed the best effect on weight of dry pods per plot,
(3) there was no correlation between plant height ages of 21 and 35 HST , number of leaves
ages of 21 and 35 days after planting, leaf area index age of 35 HST, HST 35 root volume, dry
biomass of plants per clump age 35 HST by weight of dry pods per plot.
.
1
Prof. Dr. H. E. Tadjusin, Ir.,MS : Dosen Program Studi Agronomi Pascasarjana Universitas Swadaya Gunung
Jati, Cirebon-Indonesia
2
Ahmad Faa Iziyn, SP.,MP : BMKG Majalengka Jawa Barat – Indonesia
509
Peanuts, Plant Spacing, Varietes
510
Peanuts, Plant Spacing, Varietes
511
Peanuts, Plant Spacing, Varietes
512
Peanuts, Plant Spacing, Varietes
513
Peanuts, Plant Spacing, Varietes
514
Peanuts, Plant Spacing, Varietes
proses fotosintesis yang akan menjadi besar,kondisi polong tidak hampa dan isi
bahan kering meningkat. biji yang penuh. Berdasarkan penelitian
Purnamawati et al. (2010) menyatakan Utomo, et al. (2005) ukuran polong dan biji
bahwa tanaman kacang tanah dapat kacangtanah yang lebih besardapat
memberikan hasil lebih baik jika tanaman berkontribusi pada hasil yang lebih tinggi.
mampu mengumpulkan lebih banyak bahan Karakteragronomis yang mendukung daya
kering pada awal tumbuhnya (26 - 42 HST). hasiltinggi antara lain memiliki polong dan
Goldworthy and fisher (1996) bijiberukuran besar. Seiring dengan
menambahkan bahwa bobot kering peningkatan berat polong , berat biji juga
tanaman akan berubah-ubah tergantung akan meningkat.
ukuran tanaman dan banyaknya karbohidrat
yang tersimpan. 7. Jumlah Polong per Rumpun (buah)
Jumlah polong per rumpun
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
6. Bobot 100 Biji Kering
Bobot 100 butir biji kering pada setiap perlakuannya. Pada jarak tanam
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata yang rapat menimbulkan kompetisi
pada setiap perlakuannya tanaman akan cahaya matahari, CO2 dan
Tabel 6. Pengaruh Kombinasi Varietas unsur hara maupun asimilat di dalam
Kacang Tanah dan Jarak Tanam Terhadap tanaman itu sendiri. Faktor cahaya matahari
Bobot 100 Biji Kering. sangat mempengaruhi pada hasil tanaman
kacang tanah, semakin rapat jarak tanam
Bobot 100 Biji Kering
Perlakuan mengakibatkan penurunan jumlah polong,
(g)
hal ini disebabakan penurunan cahaya yang
A 38,83a
diterima oleh tanaman akibat daun saling
B 38,80a
ternaungi menyebabkan hasil fotosintesis
C 38,77a
rendah. Kondisi lingkungan yang lebih
D 38,83a
lembab karena hujan menimbulkan gulma
E 39,30a
yang cepat tumbuh dan banyak seperti teki
F 39,00a
sehingga memicu persaingan dalam
G 38,40 a
kebutuhan unsur hara, udara dan lainnya
H 38,17 a
yang bisa menghambat pertumbuhan dan
I 37,90 a
mengurangi hasil polong kacang tanah
Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf
sama pada kolom sama, menunjukkan Proses alokasi fotosintat pada setiap
tidak berbeda nyata berdasarkan Uji varietas berjalan cukup baik dan jarak
Gugus Scott-Knott pada taraf nyata tanam tersebut dapat memberikan ruang
5%. tumbuh yang optimum sehingga polong
yang terbentuk semakin banyak.
.Bobot 100 biji kering kacang tanah Tabel 7. Pengaruh Kombinasi Konsentrasi
lebih ditentukan oleh sifatgenetik dari Varietas Kacang Tanahdan Jarak Tanam
tanaman yaitu ukuran biji. Selain sifat Terhadap Jumlah Polong per Rumpun
genetik setiap varietas, kondisi cuaca Jumlah Polong per
seperti suhu udara yang optimum, Perlakuan Rumpun
kelembaban udara yang dibawah (buah)
normalnya, serta curah hujan yang tinggi A 22,33a
mempengaruhi kondisi ukuran biji pada B 22,67a
varietas unggul Jerapah, sehingga ukuran C 22,50a
biji hampir sama atau tidak berbeda pada D 21,67a
setiap varietas baik varietas unggul Jerpah E 23,00a
maupun lokal maja 1 dan Maja 2. F 21,83a
Masyarakat lebih menyukai biji yang
515
Peanuts, Plant Spacing, Varietes
516
Peanuts, Plant Spacing, Varietes
dihasilkan tanaman itu, sehingga bahan diperoleh masing - masing thitung0,817 dan
tersebt menjadi terbatas untuk 0,348 lebih kecil dari t0,025(34) 2,032, artinya
ditranslokasikan ke bagian polong. Proses terdapat korelasi yang tidak nyata antara
alokasi fotosintat atau bahan asimilat yang tinggi tanaman umur 21 dan
tidak terbagi banyak ke bagian 35 HST dengan bobot polong kering
pertumbuhan vegetatif sehingga pada perpetak. Pada umur 21 sampai 35 HST
pertumbuhan generatif lebih baik, seperti tanaman kacang tanah akan membentuk
pada varietas lokal Maja 1 dan Maja 2 yang bunga dan ginofor, sehingga unsur hara dan
rata-rata mempunyai tiga hingga empat biji fotosintat yang terserap oleh tanaman lebih
dalam satu polong, hal ini bisa banyak digunakan dalam pembentukan
meningkatkan jumlah polong kering per oragan vegetatif seperti daun, bunga,
rumpun dan per petak yang lebih tinggi ginofor dan lainnya. Hal ini yang
dibandingkan varietas Jerapah. Kondisi menyebabkan terdapatnya korelasi yang
cuaca yang lebih lembab, curah hujan lebih tidak nyata antara tinggi tanaman umur 21
tinggi serta penyinaran matahari yg dan 35 HST dengan bobot polong kering
dibawah normalnya menimbulakan hama perpetak.
(kepik,belalang) dan gulma (teki) yang Hasil perhitungan analisis korelasi
lebih banyak juga, sehingga bisa menunjukkan bahwa terdapat hubungan
mengurangi rata-rata hasil polong kering. yang tidak nyata antara jumlah daun umur
21 dan 35 HST,.Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 11 serta Lampiran 30 dan
10. Analisis Korelasi Antara Komponen 31.
Pertumbuhan dan Hasil Berdasarkan data Tabel 11
menunjukkan hasil uji signifikansi antara
Hasil perhitungan analisis korelasi antara jumlah daun umur 21 dan 35 HST
menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau dengan bobot polong kering perpetak
hubungan yang tidak nyata antara tinggi diperoleh masing - masing thitung0,139 dan
tanamanumur 21 dan 35 HST, jumlah daun 1,109 lebih kecil dari t0,025(34) 2,032, artinya
umur 21 dan 35 HST, indeks luas daun, terdapat korelasi yang tidak nyata antara
volume akar serrta biomassa kering jumlah daun umur 21 dan 35 HST dengan
tanaman per rumpun dengan bobot polong bobot polong kering perpetak. Semakin
kering per petak. banyak jumlah daun yang ada pada
Tabel 10. Hubungan Tinggi Tanaman tanaman akan membuat semakin banyak
Umur 21 dan 35 HST dengan pula proses fotosintesis yang terjadi. Pada
Bobot Polong Kering per Petak umur 21 dan 35 HST fotosintat lebih
diperlukan untuk perkembangan organ
Tinggi Tanaman Jumlah Daun
Uraian
Uraian 21 HST 21 HST 35 HST 35 HST
Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi (r) (r) 0,161 0,028 0,069 0,217
Kategori
Kategorir r Sangat Rendah
Rendah Sangat RendahRendah
Koefisien Determinasi (r2) 0,026 0,005
Koefisien Determinasi
Nilai
2 thitung 0,817 0,348
(r )
Nilai t0,025(34) 2,060 0,001 2,060 0,047
Nilai thitung
Kesimpulan Tidak Nyata 0,139 Tidak Nyata 1,109
Nilai t0,025(34) 2,060 2,060
Kesimpulan Tidak Nyata Tidak Nyata
Berdasarkan data Tabel 10 vegetatif.
menunjukkan hasil uji signifikansi Hasil perhitungan analisis korelasi
antaratinggi tanaman umur 21 dan 35 HST menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau
dengan bobot polong kering perpetak hubungan yang tidak nyata antara indeks
517
Peanuts, Plant Spacing, Varietes
luas daun umur 35 HST dengan hasil bobot menghasilkan asimilat tinggi. Adanya
polong kering per petak.Untuk lebih peningkatansudut dan luas daun terlalu
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12. tinggi tidak menguntungkan karena daun
Indeks Luas yang sudutnya lebar akansaling menaungi
Uraian Daun sehingga daun-daun bagian bawah tidak
35 HST aktif berfotosintesis.
Hasil perhitungan analisis korelasi
Koefisien Korelasi (r) 0,276 menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau
Kategori r Rendah hubungan yang tidak nyata antara volume
akar dengan hasil bobot polong kering per
Koefisien Determinasi
petak.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
(r2) 0,076 pada Tabel 13.
Nilai thitung 1,437 Volume Akar
Uraian
Nilai t0,025(34) 2,060 35 HST
Koefisien Korelasi (r) 0,124
Kesimpulan Tidak Nyata Kategori r Sangat Rendah
Koefisien Determinasi (r2) 0,015
Berdasarkan data Tabel 12 Nilai thitung 0,627
menunjukkan hasil uji signifikansi antara Nilai t0,025(34) 2,060
indeks luas daun umur 35 HST dengan hasil Kesimpulan Tidak Nyata
bobot polong kering per petak diperoleh
thitung1,437 lebih kecil dari t0,025(34) 2,060, Berdasarkan data menunjukkan hasil uji
artinya terdapat korelasi yang tidak nyata signifikansi antara volume akar dengan
antara indeks luas daun umur 35 HST hasil bobot polong kering per petak
dengan hasil bobot polong kering per petak. diperoleh thitung0,627 lebih kecil dari
Marschner (1986) dalam Afandie t0,025(34) 2,032, artinya terdapat korelasi
Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono yang tidak nyata antara volume akar dengan
(2002) mengemukakan bahwa penyerapan hasil bobot polong kering per petak. Akar
unsur hara dilakukan melalui daun yaitu merupakan organ vegetatif utama yang
pada stomata. Indeks luas daun yang tinggi memasok air, unsur hara serta bahan-bahan
menyebabkan serapan fotosintsis lebih lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
banyak sehingga pertumbuhan organ dan perkembangan tanaman. Jika akar tidak
vegetatif dan generatif meningkat berkembang dengan baik maka
tergantung jenis varietas kacang tanah kemampuan akar dalam menyerap air dan
dalam pembagian asupan fotosintat ke unsur hara akan menurun, sehingga
organ vegetatif maupun generatif. Lakitan menyebabkan tanaman tidak akan
(2008) menyatakan bahwa indeks luas daun mendapat air dan unsur hara secara optimal.
mempengaruhi tanaman (Gardner, dkk, 1991).Semakin besar nilai
dalamberfotosintesis untukmendapatkan volume akar belum tetntu hasil kacang
asimilat, namun luas daun yang terlalu tanah yang tinggi, karena banyak pengaruh
tinggitidak menguntungkan karena dapat lain dalam pembentukan polong kacang
menaungi daun dibawahnya, tanaman tanah.
yangternaungi laju fotosintesisnya lebih Hasil perhitungan analisis korelasi
rendah dibandingkan tanaman tidak menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau
ternaungi.Darmijati (1992) menambahkan hubungan yang tidak nyata antara biomassa
bahwa pengurangan radiasi surya karena kering tanaman per rumpun dengan hasil
naungan dapat menurunkan hasil dan bobot polong kering per petak.Untuk lebih
komponen hasil sebesar 13%.Luas daun jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14.
perlu diperhatikan untuk dapat
518
Peanuts, Plant Spacing, Varietes
519
Peanuts, Plant Spacing, Varietes
520