Anda di halaman 1dari 7

Hidayat et al. / Comm.

Horticulturae Journal 2(1):28-34


ISSN : 2580-2100 e-ISSN : 2580-6327 Comm. Horticulturae J, Februari 2018, 2(1):28-34
Tersedia daring http://horticulturae.ipb.ac.id DOI : http://dx.doi.org/10.29244/chj.2.1.28-34

Karakterisasi Morfologi Beberapa Genotipe Kentang (Solanum tuberosum)


yang Dibudidayakan di Indonesia

Morphological Characterization of Some Genotypes of Potato(Solanum tuberosum)


Cultivated in Indonesia

Yudi Slamet Hidayat1, Darda Efendi1, dan Sulassih2

1
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural University)
Jl. Meranti, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia.
2
Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Baranangsiang, Jl. Raya Pajajaran - Bogor 16144, Indonesia.

Diterima 23 November 2017/Disetujui 24 Januari 2018

ABSTRACT

The research was conducted at Cikajang Garut West Java from March 2013 until July 2013. The purpose of this
research is characterize of vegetative and generative character some genotypes of potato cultivated in Indonesia qualitatively
and quantitatively. The genotypes of potato consist of Intan, Bengkulu, Jambi, Bukit Tinggi, Wonosobo, Blis, and Mikraset
and three tester that are Granola, Atlantic, South Sulawesi. Observations consist of a plant height, stem (diameter and color),
leaves (number of leaves, color, shape, and size), flowers (flowering time, shape, and color), time of harvest, tubers (the
number of tuber, weight, shape, size, color, and moisture content). The research result showed genotype Jambi and Intan has
a higher yield than the tester. Ten genotypes of potato that is used is divided into 3 groups. The first group consists of Jambi,
Atlantic, Bukit Tinggi, and Mikraset. The second group consists of Granola, Intan, South Sulawesi, Blis and Wonosobo and
the third group is Bengkulu. Genotype of Bengkulu have the purple stem and red skin of tuber, so it can potentially a new
variety.

Key words : Bengkulu, intan, Jambi, purple, red, stem, tuber

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan di Cikajang Garut Jawa Barat dari bulan Maret 2013 sampai Juli 2013. Tujuan penelitian ini
adalah melakukan karakterisasi vegetatif dan generatif pada beberapa genotipe kentang yang dibudidayakan di Indonesia
secara kualitatif dan kuantitatif.Genotipe kentang yang digunakan terdiri dari tiga pembanding (Granola, Atlantic, Sulawesi
Selatan) dan tujuh genotipe uji (Intan, Bengkulu, Jambi, Bukit Tinggi, Wonosobo, Blis, dan Mikraset). Pengamatan terdiri
tinggi tanaman, batang (diameter dan warna),daun (jumlah, warna, bentuk, dan ukuran daun),bunga (waktu berbunga,
bentuk, dan warna), waktu panen, umbi (jumlah, bobot, bentuk, ukuran, warna, dan kadar air). Hasil penelitian menunjukkan
genotipe Jambi dan Intan memiliki hasil yang lebih tinggi daripada pembanding. Sepuluh genotipe kentang yang digunakan
terbagi kedalam 3 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari Jambi, Atlantic, Bukit Tinggi, dan Mikraset. Kelompok kedua
terdiri dari Granola, Intan, Sulawesi Selatan, Blis dan Wonosobo. Kelompok ketiga adalah kelompok yang tidak mempunyai
kesamaan dengan ketiga pembanding yaitu Bengkulu. Genotipe Bengkulu memiliki warna batang ungu muda dan warna
kulit umbi merah sehingga berpotensi untuk dilakukan pendaftaran varietas.

Kata kunci : batang, Bengkulu, intan, Jambi, merah, umbi, ungu

PENDAHULUAN di Indonesia. Menurut FAO (2008) budidaya kentang di


Indonesia dilakukan di dataran tinggi antara 800–1800 mdpl
Kentang (Solanum tuberosum) merupakan salah oleh petani skala kecil. Konsumsi kentang di Indonesia
satu tanaman yang banyak dibudidayakan oleh petani baik sebagai sayuran maupun olahan setiap tahun semakin
meningkat. Menurut Samadi (2007) peningkatan konsumsi
dan permintaan pasar terhadap komoditas kentang seiring
* Penulis untuk korespondensi. e-mail: dardaefendi@yahoo.com dengan peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya.

28 Februari 2018
Hidayat et al. / Comm. Horticulturae Journal 2(1):28-34

Menurut BPS (2013) konsumsi rumah tangga kentang memiliki tunas dengan panjang rata-rata 1 cm. Pupuk yang
periode tahun 2002–2012 rata rata meningkat sebesar digunakan yaitu pupuk kandang, Urea, SP-36, dan KCl serta
1.76% setiap tahunnya. Peningkatan terbesar terjadi pada Furadan. Peralatan yang digunakan berupa alat pertanian,
tahun 2007 dimana konsumsi kentang naik sekitar 25% timbangan, kamera, jangka sorong, dan color chart.
dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya penurunan Percobaan terdiri dari 10 genotipe kentang dengan
konsumsi kentang terjadi pada tahun 2009 sebesar 15.38%. jumlah bibit per petak sebanyak 50 bibit dengan 4 ulangan.
Tahun 2012 konsumsi kentang sebesar 1.46 kg kapita-1 Luas petakan 12 m2 dengan jarak tanam 30 cm x 80 cm, bibit
tahun-1. ditanam satu umbi perlubang. Dua minggu sebelum tanam
Peningkatan produksi seharusnya sejalan dengan dilakukan pengolahan tanah. Tanah diolah sempurna sampai
peningkatan permintaan kentang di Indonesia, hal tersebut tanah menjadi gembur. Pemupukan diberikan bersamaan
agar kebutuhan akan komoditas tanaman kentang dapat dengan penanaman dengan dosis 16 ton ha-1 pupuk kandang,
terpenuhi. Menurut BPS (2012) terjadi penurunan produksi 208 kg ha-1NPK (15:15:15), 312 kg ha-1 SP-36, 208 kg ha-1
kentang dari tahun 2009 sampai dengan 2011, produksi ZA serta 10 kg ha-1 furadan. Pemupukan susulan dilakukan
tahun 2009 mencapai 1.17 juta ton, tahun 2010 menurun pada 40 HST dengan dosis 208 kg ha-1 NPK (15:15:15).
menjadi 1.06 juta ton, dan pada tahun 2011 produksi kentang Pemeliharaan meliputi pengendalian hama dan
mencapai 955.48 ribu ton. Terjadi peningkatan produksi penyakit, penggemburan, pengendalian gulma, pemasangan
pada tahun 2012 tetapi masih lebih rendah dari tahun 2009 ajir, serta pembumbunan. Pengendalian hama dan penyakit
yaitu mencapai 1.09 juta ton. tanaman dilakukan pada 20 HST. Penggemburan dan
Penurunan produksi tersebut salah satunya disebabkan pengendalian gulma dilakukan pada 30 HST. Pemasangan
oleh rendahnya produktivitas suatu varietas kentang yang ajir dilakukan pada 35 HST. Pembumbunan pertama
dibudidayakan, serta kurang tahan terhadap serangan hama dilakukan pada 40 HST bersamaan dengan pemupukan
dan penyakit. Varietas kentang yang banyak dibudidayakan susulan. Pembumbunan kedua dilakukan pada 50 HST.
saat ini adalah kentang Granola untuk sayur dan Pengamatan morfologi mengacu pada deskriptor
Atlantickuntuk olahan. Menurut Setiadi (2009) dari ketiga International Board for Plant Genetic Resource (IBPGR)
golongan kentang yaitu kentang kuning, merah, dan putih dan International Union for the Protection of New Varieties
yang paling disukai adalah kentang kuning Granola. of Plants (UPOV) meliputi pertumbuhan vegetatif dan
Berdasarkan hal tersebut salah satu cara untuk generatif baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif.
meningkatkan produksi kentang adalah dengan Pengamatan vegetatif meliputi tinggi tanaman, batang
menggunakan varietas unggul dari plasma nutfah kentang (diameter dan warna), daun (jumlah, warna, bentuk, dan
yang ada di Indonesia. Namun beberapa plasma nutfah ukuran). Pengamatan generatif meliputi bunga (waktu
kentang yang ada di Indonesia belum terdaftar sebagai suatu berbunga, bentuk, dan warna), waktu panen, umbi (jumlah,
varietas, sehingga perlu dilakukan pendaftaran varietas bobot, bentuk, ukuran, warna, dan kadar air).
dari beberapa plasma nutfah yang ada. Akan tetapi, untuk Data kuantitatif yang telah diperoleh dianalisis
melakukan pendaftaran varietas diperlukan adanya deskripsi menggunakan software SAS 9.1. Uji F dilakukan untuk
varietas secara kualitatif maupun kuantitatif serta hasil uji mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antar
keunggulan varietas (38/Permentan.OT.140/7/2011), maka perlakuan. Jika uji F menunjukan pengaruh nyata pada taraf
pada penelitian ini akan diuji tujuh plasma nutfah kentang alfa 5% maka dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple Range
yang ada di Indonesia dengan tiga pembanding (Granola, Test), sedangkan data kualitatif dianalisis dengan uji Mantel
Atlantik, dan Sulawesi Selatan). Penelitian ini bertujuan Statistic Z menggunakan software NTSYS.
untuk melakukan karakterisasi vegetatif dan generatif pada
beberapa genotipe kentang yang dibudidayakan di Indonesia HASIL DAN PEMBAHASAN
secara kualitatif dan kuantitatif.
Karakter Kualitatif
BAHAN DAN METODE
Warna batang tanaman kentang berbeda-beda
Penelitian dilaksanakan di Cikajang Kabupaten Garut tergantung varietasnya tetapi pada umumnya batang tanaman
Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian tempat 1283 m dpl kentang memiliki warna hijau. Hasil penelitian karakter
titik koordinat 7022’14.33” LS, 107048’49.86” BT, mulai kualitatif pada Gambar 1 menunjukkan terdapat beberapa
dari bulan Maret sampai dengan Juli 2013. Bahan yang batang tanaman kentang yang memiliki warna selain dari
digunakan adalah umbi kentang yang terdiri atas 10 genotipe hijau yaitu ungu muda dan ungu tua. Genotipe Bengkulu
yaitu 3 genotipe pembanding (Granola, Atlantic, dan memiliki warna batang ungu muda. Genotipe Jambi dan
Sulawesi Selatan) dan 7 genotipe uji yaitu Intan, Bengkulu, Bukit Tinggi memiliki warna batang ungu tua, sedangkan
Jambi, Bukit Tinggi, Wonosobo, Blis, dan Mikraset. Umbi Atlantik, Granola, Intan, Sulawesi Selatan, Blis, dan
kentang Sulawesi Selatan, Bengkulu, Wonosobo, Bukit Wonosobo memiliki warna batang hijau. Mikraset memiliki
Tinggi, dan Jambi diperoleh dari daerah sesuai dengan nama warna batang hijau kekuningan. Bentuk penampang batang
umbinya masing-masing. Umbi kentang Granola, Atlantik, pada 10 genotipe kentang yang digunakan terdiri dari dua
Intan, Mikraset, dan Blis diperoleh dari daerah Garut. bentuk yaitu segi lima (Jambi, Mikraset, Granola, dan
Umbi kentang yang digunakan berukuran 22–72 g, sudah Bengkulu), dan segitiga (Atlantik, Bukit Tinggi, Intan,

Februari 2018 29
Hidayat et al. / Comm. Horticulturae Journal 2(1):28-34

Sulawesi Selatan, Blis, dan Wonosobo). Daun kentang bintang), Sulawesi Selatan ungu berbentuk pentagonal (segi
merupakan daun majemuk memiliki bentuk, ukuran, dan lima), dan Blis putih agak pucat berbentuk pentagonal.
warna yang berbeda tergantung varietasnya. Menurut Warna kulit umbi pada Gambar 1 menunjukkan
UPOV (1986) karakter susunan daun terbagi atas tiga bahwa genotipe Bengkulu memiliki warna yang berbeda
bagian yaitu tertutup, sedang, dan terbuka. Hasil penelitian dengan semua genotipe yaitu merah. Genotipe Jambi,
pada Gambar 1 menunjukkan bahwa Atlantik, Mikraset, Atlantik, Bukit Tinggi, Mikraset, Granola, Intan, Sulawesi
dan Sulawesi Selatan termasuk genotipe yang memiliki Selatan, dan Blis memiliki kulit umbi yang berwarna cream.
susunan daun tertutup. Genotipe Bukit Tinggi, Blis, dan Wonosobo memiliki warna kulit umbi putih cream. Warna
Bengkulu memiliki susunan daun sedang. Genotipe yang daging umbi kentang belum tentu memiliki warna yang
memiliki susunan daun terbuka yaitu Jambi, Granola, Intan, sama dengan warna kulitnya. Berdasakan penelitian terlihat
dan Wonosobo. Warna daun pada Gambar 1 menunjukkan bahwa daging umbi kentang memiliki warna antara putih,
Atlantik, Bukit Tinggi, dan Bengkulu memiliki warna daun cream dan kuning agak cream. Jambi, Atlantik, Mikraset,
hijau tua. Genotipe Jambi, Granola, Sulawesi Selatan, Intan, Sulawesi Selatan, dan Blis memiliki warna daging umbi
Blis, dan Wonosobo memiliki warna daun hijau muda. putih. Daging umbi Granola memiliki warna cream,
Genotipe Mikraset memiliki warna daun hijau kekuningan. genotipe yang memiliki warna daging umbi yang sama
Bunga tanaman kentang terletak pada ketiak daun, dengan Granola yaitu Bukit tinggi dan Wonosobo. Bengkulu
pada penelitian ini tidak semua genotipe menghasilkan yang memiliki kulit umbi berwarna merah memiliki daging
bunga sehingga beberapa genotipe tidak dapat diamati umbi yang berwarna kuning agak cream yang sama dengan
karakter bunganya. Genotipe yang menghasilkan bunga Intan.
yaitu Atlantik, Sulawesi Selatan, dan Blis. Menurut
Kusmana dan Eri (2007) untuk dapat berbunga varietas Pendugaan Kekerabatan Berdasarkan Karakter Kualitatif
Granola memerlukan perlakuan khusus, misalnya dengan
penambahan cahaya, grafting, atau perlakuan bahan kimia. Beberapa karakter kualitatif (warna batang, warna
Granola terkadang dapat berbunga apabila ditanam pada daun, bentuk daun, warna kulit umbi, warna daging umbi,
elevasi yang lebih tinggi (>1700 m dpl). Pada Gambar 1 dan bentuk umbi) yang dianalisis dengan menggunakan
yang membedakan antara bunga Atlantic, Sulawesi Selatan, software NTSYS yang terlihat dalam bentuk dendrogram
dan Blis adalah warna mahkota dan bentuknya, sedangkan (Gambar 2) menunjukan bahwa berdasarkan karakter
pada karakter warna dan bentuk kelopak, warna benang kualitatifnya pada jarak koefesien kemiripan 0.36 atau
sari, dan warna kepala putik memiliki karakter yang sama memiliki kemiripan 36%, genotipe kentang dikelompokan
yaitu warna kelopak hijau berbentuk regular, warna benang ke dalam 3 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari
sari kuning, dan warna kepala putik hijau. Warna mahkota Atlantik, Jambi, Bukit Tinggi, dan Mikraset. Kelompok
bunga Atlantik adalah putih berbentuk semi stellate (seperti kedua terdiri dari Granola, Intan, Sulawesi Selatan, Blis, dan

Genotipe
Karakter
Bukit Sulawesi
Jambi Atlantik Tinggi Mikraset Granola Intan Blis Selatan Wonosobo Bengkulu

Batang

Daun

Bunga

Kulit Umbi

Daging umbi


Gambar 1. Karakter kualitatif kentang

30 Februari 2018
Hidayat et al. / Comm. Horticulturae Journal 2(1):28-34

Jambi

Atlantik
1
Bukit Tinggi

Mikraset

Granola

Intan

Blis
2
Sulawesi Selatan

Wonosobo
3
Bengkulu
0.22 0.36 0.50 0.64 0.78
Koefisien kemiripan

Gambar 2. Dendrogram 10 genotipe kentang berdasarkan karakter kualitatif (warna batang, warna daun, bentuk daun, warna kulit umbi,
warna daging umbi, dan bentuk umbi)

Wonosobo. Kelompok ketiga merupakan Kelompok yang sampai sedang lebih baik untuk dibudidayakan. Menurut
secara kualitatif tidak mempunyai kesamaan terhadap ketiga UPOV (1986) tinggi tanaman kentang di klasifikasikan
pembanding yaitu Bengkulu. Genotipe Bengkulu dikatakan ke dalam lima tingkatan yaitu sangat pendek (<44.0 cm),
berbeda dengan semua pembanding karena memiliki batang pendek (44.1–49.9 cm), sedang (50.0–54.9 cm), tinggi
yang berwarna ungu muda, kulit umbi yang berwarna merah (55.0–59.9 cm), dan sangat tinggi (>59.9 cm). Berdasarkan
dan daging umbi berwarna kuning cream. Tabel 1 menunjukkan tinggi tanaman yang beragam sehingga
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kriteria yaitu sangat pendek
Karakter Kuantitatif Pertumbuhan Vegetatif (Atlantik, Mikraset, Granola, Bengkulu, dan Wonosobo),
pendek (Intan, Blis, dan Sulawesi Selatan), sedang (Bukit
Tanaman kentang merupakan tanaman herba (tidak Tinggi), dan tinggi (Jambi).
berkayu), sehingga dalam budidayanya dibutuhkan ajir Selain tinggi tanaman faktor lain yang mempengaruhi
untuk membantu tanaman agar dapat tumbuh tegak. Tinggi tumbuh tegaknya suatu tanaman adalah diameter batang.
tanaman yang terlalu tinggi menyebabkan kesulitan pada Kriteria diameter batang yang diinginkan yaitu berukuran
budidayanya yaitu pada proses pengajiran. Tanaman kentang besar. Diameter batang yang besar diharapkan mampu
yang terlalu tinggi harus diikat beberapa kali pada ajir supaya menopang tanaman untuk tumbuh tegak sehingga tanaman
tanaman tidak roboh, sehingga tinggi tanaman yang pendek tidak mudah roboh. Hasil pada Tabel 1 menunjukkan genotipe

Tabel 1. Pengaruh genotipe terhadap pertumbuhan vegetatif kentang

Tinggi tanaman Diameter batang Panjang daun Lebar daun


Genotipe Jumlah daun
(cm) (cm) (cm) (cm)
Jambi 59.0a 0.6a 12.2abc 27.6ab 14.4b
Atlantik 40.2de 0.4c 11.0c 16.8de 16.4a
Bukit Tinggi 52.5ab 0.4c 13.0a 21.3cd 12.5d
Mikraset 42.4cde 0.4c 12.0abc 14.4e 11.5e
Granola 36.7e 0.4c 9.2d 29.7a 14.1b
Intan 49.0bc 0.5ab 11.2bc 25.5abc 11.4e
Blis 44.2bcd 0.5ab 9.2d 22.0c 14.1b
Sulawesi Selatan 45.2bcd 0.5ab 12.7ab 22.1c 13.0c
Wonosobo 36.3e 0.3d 8.5d 23.9bc 12.2d
Bengkulu 39.7de 0.4c 12.2abc 13.4e 12.0d

Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %

Februari 2018 31
Hidayat et al. / Comm. Horticulturae Journal 2(1):28-34

Jambi, Intan, Blis dan Sulawesi Selatan memiliki diameter daun paling lebar dari semua genotipe. Granola memiliki
batang yang lebih baik daripada semua genotipe. Genotipe lebar daun yang lebih kecil daripada Atlantik dan lebih lebar
yang memiliki diameter batang tidak berbeda nyata dengan daripada Sulawesi Selatan, genotipe yang memiliki lebar
Granola dan Atlantik adalah Bengkulu, Bukit Tinggi, dan daun tidak berbeda nyata dengan Granola adalah Jambi
Mikraset. Genotipe Wonosobo memiliki diameter batang dan Blis. Genotipe Sulawesi Selatan memiliki lebar daun
yang paling kecil diantara semua genotipe. yang paling kecil diantara pembanding lainnya. Genotipe
Daun sangat penting dalam proses fotosintesis Bengkulu, Bukit Tinggi, dan Wonosobo memiliki lebar daun
tanaman. Kriteria daun kentang yang diharapkan yaitu yang berbeda nyata lebih kecil daripada ketiga pembanding.
memiliki jumlah yang banyak dan berukuran besar. Jumlah Genotipe Intan dan Mikraset memiliki lebar daun yang
daun yang banyak dan berukuran besar diharapkan mampu paling kecil dari semua genotipe.
menangkap sinar matahari secara maksimal sehingga
dapat meningkatkan hasil fotosintesis. Hasil pada Tabel 1 Pertumbuhan Generatif
menunjukkan bahwa genotipe Sulawesi Selatan memiliki
jumlah daun yang lebih banyak daripada Atlantik dan Karakter panjang umbi pada Tabel 2 menunjukkan
Granola. Genotipe yang memiliki jumlah daun tidak genotipe Jambi dan Intan memiliki ukuran umbi yang paling
berbeda nyata dengan Sulawesi Selatan adalah Bukit panjang dari semua genotipe. Genotipe Bukit Tinggi dan
tinggi. Genotipe yang memiliki jumlah daun tidak berbeda mikraset memiliki panjang umbi yang tidak berbeda nyata
nyata dengan Sulawesi Selatan dan Atlantik adalah Jambi, dengan ketiga pembanding. Genotipe Wonosobo memiliki
Mikraset, Intan, dan Bengkulu. Granola memiliki jumlah panjang umbi yang tidak berbeda nyata dengan Granola.
daun yang lebih sedikit daripada Atlantik dan Sulawesi Blis memiliki panjang umbi yang tidak berbeda nyata
Selatan, genotipe yang memiliki jumlah daun tidak berbeda dengan Granola dan Atlantik. Genotipe Bengkulu memiliki
nyata dengan Granola adalah Blis dan Wonosobo. panjang umbi yang tidak berbeda nyata dengan Atlantik dan
Karakter panjang daun pada Tabel 1 menunjukkan Sulawesi Selatan.
Granola memiliki daun yang lebih panjang daripada Atlantik Menurut Kusmana dan Basuki (2004) ukuran umbi
dan Sulawesi Selatan. Genotipe yang memiliki panjang daun kentang yang diterima industri memiliki diameter besar yaitu
tidak berbeda nyata dengan Granola adalah Jambi. Genotipe 5–7 cm. Berdasarkan ukuran diameter dan bobot umbi, hasil
yang memiliki panjang daun tidak berbeda nyata dengan pada Tabel 2 menunjukkan Intan dan Blis memiliki diameter
Granola dan Sulawesi Selatan adalah Intan. Genotipe Blis yang lebih besar dari semua genotipe dan termasuk kedalam
dan Wonosobo memiliki panjang daun yang tidak berbeda umbi yang berukuran besar. Genotipe Jambi, Atlantik, Bukit
nyata dengan Sulawesi Selatan. Atlantik memiliki daun Tinggi, Mikraset, Granola, Sulawesi Selatan, Wonosobo,
yang paling pendek diantara Granola dan Sulawesi Selatan. dan Bengkulu memiliki umbi yang berukuran kecil karena
Genotipe yang memiliki panjang daun tidak berbeda nyata memiliki diameter kurang dari 5 cm.
dengan Atlantik adalah Mikraset dan Bengkulu. Genotipe Bobot hasil umbi dipengaruhi oleh jumlah umbi dan
Bukit Tinggi memiliki panjang daun yang tidak berbeda bobot umbi yang dihasilkan. Bobot hasil yang tinggi harus
nyata dengan Atlantik dan Sulawesi Selatan. Karakter lebar diikuti dengan kualitas umbi yang dihasilkan. Menurut
daun pada Tabel 1 menunjukkan Atlantic memiliki ukuran

Tabel 2. Pengaruh genotipe terhadap pertumbuhan generatif kentang

Genotipe PU DU BU KA JU BU HP HT
Jambi 7.8a 4.1cd 38.8bc 76.8abc 7.2b 324.1b 11.7a 9.8a
Atlantik 5.3cde 4.2c 32.6bc 71.1cd 7.2b 209.4de 5.3cd 4.4cd
Bukit Tinggi 5.6bcd 4.0d 39.7bc 74.7bcd 7.0b 254.2cd 7.5bc 6.3bc
Mikraset 5.1de 2.7e 12.9e 77.7abc 9.2a 113.6f 3.7d 3.1d
Granola 5.6bcd 4.6b 43.7b 86.3a 6.2b 269.7bcd 8.5b 7.1b
Intan 7.3a 5.0a 64.3a 83.7ab 7.5b 424.9a 13.2a 11.0a
Blis 5.8bc 5.1a 68.8a 76.7abc 3.2c 185.9e 4.8cd 4.1cd
Sulawesi Selatan 4.8e 3.9d 29.6cd 70.1cd 7.0b 178.1e 4.9cd 4.1cd
Wonosobo 6.0b 4.7b 46.3b 83.5ab 7.5b 306.1bc 8.6b 7.2b
Bengkulu 4.6e 2.9e 17.0de 66.2d 7.0b 107.0f 3.3d 2.7d

Keterangan: PU = panjang umbi, DU = diameter umbi, BU = bobot per umbi, KA = kadar air, JU = jumlah umbi per tanaman, BU = bobot
umbi per tanaman, HP = hasil umbi per petak, HT = hasil umbi ton per ha. Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama
pada satu kolom tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %

32 Februari 2018
Hidayat et al. / Comm. Horticulturae Journal 2(1):28-34

Kusmana (2012) banyaknya jumlah umbi yang dihasilkan Atlantik, Mikraset, dan Bengkulu memiliki hasil yang rendah
menjadi kurang berarti apabila berukuran kecil, karena umbi karena rentan terhadap penyakit hawar daun (Phytopthora
yang kecil memiliki nilai jual yang rendah. Proporsi yang infestans). Genotipe Bukit tinggi memiliki hasil umbi yang
ideal dikehendaki petani ialah 70–80% umbi berukuran tidak berbeda nyata dengan ketiga pembanding. Hasil
besar (>60 g) dan sisanya yaitu 20–30% umbi ukuran kecil produktivitas pada Tabel 2 masih rendah dibandingkan
(<60 g). Berdasarkan ukuran bobot umbi, hasil pada Tabel dengan produktivitas kentang pada tahun 2012. Menurut
2 menunjukkan Intan dan Blis memiliki bobot/umbi yang BPS (2012) produktivitas kentang pada tahun 2012 mencapai
lebih besar dari semua genotipe dan termasuk kedalam umbi 16.58 ton ha-1. Hal tersebut terjadi karena kondisi lingkungan
yang berukuran besar. Genotipe Jambi, Atlantik, Bukit yang kurang baik, selama penelitian sering terjadi hujan dan
Tinggi, Mikraset, Granola, Sulawesi Selatan, Wonosobo, kondisi lingkungan mendung. Menurut Sunarjono (2007)
dan Bengkulu memiliki umbi yang berukuran kecil. tanaman kentang memerlukan banyak air, terutama pada
Varietas kentang yang memiliki kadar air tinggi stadia berbunga, tetapi tidak menghendaki hujan lebat yang
biasanya digunakan sebagai kentang sayur sedangkan berlangsung terus menerus. Hujan lebat terus menerus
varietas yang memiliki kadar air rendah biasanya cocok menghambat pancaran radiasi surya dan memperlemah
digunakan sebagai kentang olahan. Menurut Kusmana dan energi surya sehingga fotosintesis tidak berlangsung optimal.
Basuki (2004) salah satu kriteria varietas kentang yang Hal tersebut menyebabkan umbi yang terbentuk kecil dan
sesuai untuk olahan adalah memiliki kadar air ±75%. Hasil produksi menjadi rendah. Tanaman kentang memerlukan
pada Tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan kadar airnya sinar matahari penuh (60–80%) untuk fotosintesis. Kondisi
genotipe Atlantik, Bukit Tinggi, Sulawesi Selatan, dan lingkungan yang mendung dan berkabut akan menghambat
Bengkulu cocok untuk kentang olahan. Genotipe Jambi, proses fotosintesis dan mendorong timbulnya penyakit
Mikraset, Granola, Intan, Blis, dan Wonosobo cocok untuk busuk daun yang disebabkan oleh cendawan.
kentang sayur karena memiliki kadar air lebih dari 75%.
Kandungan kadar air pada suatu varietas kentang Hama dan Penyakit Tanaman
bukan merupakan faktor tunggal untuk menentukan suatu
varietas kentang cocok digunakan sebagai kentang sayur Tanaman kentang mulai terserang hama dan penyakit
maupun olahan, tetapi perlu adanya informasi mengenai pada saat berumur 20 HST. Hama dan penyakit yang
kadar gula dan kadar pati kentang. Menurut Kusdibyo dan menyerang tanaman kentang yaitu ulat jengkal (Crysodeixis
Asandhi (2004) keripik kentang yang baik berasal dari umbi arichalcea L.), ulat grayak (Spodoptera litura F.), ulat buah
kentang yang mempunyai kadar air dan gula rendah serta (Helicoverpa armigera Hubn.), hawar daun (Phytopthora
kadar pati tinggi. Kadar air yang tinggi dan kadar pati yang infestans) dan layu (Ralstonia solanacearum). Genotipe
rendah akan menghasilkan keripik kentang dengan tekstur yang terserang ulat yaitu Jambi, Intan, dan Bukit Tinggi.
kurang renyah.Kadar gula yang tinggi pada kentang akan Tanaman yang terserang ulat, daunnya berlubang-lubang
menurunkan kualitas keripik kentang yaitu timbulnya warna tak beraturan atau sampai habis (Gambar 3). Pengendalian
coklat pada keripik kentang. hama dilakukan dengan menggunakan insektisida curacron
Salah satu ciri varietas kentang unggul yaitu dengan dosis 1.33 l ha-1 dan decis 0.71 l ha-1.
memiliki hasil yang tinggi. Hasil umbi/tanaman pada Semua genotipe yang digunakan pada penelitian
Tabel 2 menunjukkan Mikraset merupakan genotipe yang terserang oleh penyakit hawar daun, namun yang rentan
menghasilkan jumlah umbi paling banyak daripada semua yaitu Atlantik, Bukit Tinggi, dan Mikraset. Gejala serangan
genotipe. Blis merupakan genotipe yang menghasilkan yang terjadi yaitu daun berbercak kecil berwarna cokelat
jumlah umbi paling sedikit dari semua genotipe. Genotipe dan agak basah, kemudian menyebar sampai seluruh daun
Intan, Bengkulu, Jambi, Bukit tinggi, dan Wonosobo hingga menjadi busuk dan kering (Gambar 3). Genotipe
memiliki jumlah umbi pertanaman yang tidak berbeda yang terserang penyakit layu yaitu Atlantik, Sulawesi
nyata dengan ketiga pembanding. Bobot umbi/tanaman Selatan, Jambi, Bukit Tinggi, dan Mikraset. Pengendalian
dipengaruhi oleh bobot/umbi dan jumlah umbi/tanaman penyakit tanaman dilakukan dengan menggunakan fungisida
yang dihasilkan. Pada Tabel 2 menunjukkan genotipe Intan antracol dengan dosis 1.42 kgha-1, daconil 1.42 kg ha-1, dan
memiliki bobot umbi/tanaman yang paling besar diantara acrobat 70.80 g ha-1.
semua genotipe. Genotipe Bengkulu dan Mikraset memiliki
bobot umbi/tanaman paling kecil dari semua genotipe. KESIMPULAN
Hasil umbi pada Tabel 2 menunjukkan bahwa genotipe
Intan dan Jambi memiliki hasil yang paling tinggi daripada Genotipe Jambi dan Intan memiliki hasil yang lebih
semua genotipe serta memiliki keunggulan yaitu tahan tinggi daripada ketiga pembanding. Genotipe Intan memiliki
terhadap penyakit hawar daun (Phytopthora infestans) dan potensi untuk mendampingi Granola sebagai kentang sayur
layu (Ralstonia solanacearum). Granola memiliki hasil karena memiliki hasil yang tinggi, namun secara kualitatif
yang lebih baik daripada Atlantik dan Sulawesi Selatan. (warna batang, warna daun, bentuk daun, warna kulit umbi,
Genotipe yang memiliki hasil umbi tidak berbeda nyata dan bentuk umbi) memiliki kesamaan dengan Granola.
dengan Granola adalah Wonosobo. Genotipe yang memiliki Genotipe Bukit Tinggi memiliki potensi untuk mendampingi
hasil umbi yang tidak berbeda nyata dengan Atlantik dan Atlantik apabila termasuk ke dalam jenis kentang olahan.
Sulawesi Selatan adalah Mikraset, Blis, dan Bengkulu. Sepuluh genotipe kentang yang digunakan terbagi kedalam

Februari 2018 33
Hidayat et al. / Comm. Horticulturae Journal 2(1):28-34

Gambar 3. Hama dan penyakit tanaman kentang; (a) ulat buah tomat (Helicoverpa armigera Hubn.), (b) hawar daun (Phytopthora infestans),
dan (c) layu (Ralstonia solanacearum)

3 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari Jambi, Atlantik, Kusmana, R.S. Basuki. 2004. Produksi dan mutu klon
Bukit Tinggi, dan Mikraset. Kelompok kedua terdiri dari kentang dan kesesuaiannya sebagai bahan baku
Granola, Intan, Sulawesi Selatan, Blis dan Wonosobo. kentang goreng dan kerupuk kentang. J. Hortikultura.
Kelompok ketiga adalah kelompok yang tidak mempunyai 149(4): 246-252.
kesamaan dengan ketiga pembanding yaitu Bengkulu.
Genotipe Bengkulu berbeda dengan ketiga pembanding Kusmana, S. Eri. 2007. Karakterisasi kentang varietas
karena memiliki warna batang ungu muda dan kulit umbi Granola, Atlantic, dan Balsa dengan metode UPOV.
merah, sehingga genotipe Bengkulu memiliki potensi untuk Bul Plasma Nutfah. 13(1):29.
dilakukan pendaftaran varietas.
Kusmana. 2012. Seleksi klon harapan kentang di dataran
DAFTAR PUSTAKA tinggi pada musim kering. J. Agrivigor. 11(2): 284-
291.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi tanaman
kentang. http://www.bps.go.id. [31 Januari 2013]. Samadi. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Kanisius.
Yogyakarta. 117 hal.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Survei sosial ekonomi
nasional (SUSENAS) tahun 2012. Jakarta Setiadi. 2009. Budidaya Kentang. Penebar Swadaya.
Jakarta. 156 hal.
[FAO] Foods and Agriculture Organisation. 2008.
International year of the potato http://www. Sunarjono. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya Kentang.
potato2008.org/en /potato/index.html. [13 Maret Agromedia Pustaka. Jakarta. 110 hal.
2013].
[UPOV] International Union for the Protection of New
Huaman, Z., J.T. Williams, W. Salhuana, L. Vincent. 1977. Varieties of Plants. 1986. Guidelines for The Conduct
Descriptor for the Cultivated Potato. International of Test for Distincness, Homogenity and Stability of
Board for Plant Genetic Resources. Rome Italy. Potato. International Union for The Protection of
New Varieties of Plants. 27 p.
Kusdibyo, A.A. Asandhi. 2004. Waktu panen dan
penyimpanan pasca panen untuk mempertahankan
mutu umbi kentang olahan. J. Ilmu Pertanian.
11(1):51-62.

34 Februari 2018

Anda mungkin juga menyukai