Anda di halaman 1dari 24
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah 4% bersabda, “Sesungguhnya aku menempati posisi orangtuamu. Aku akan mengajarmu. Apabila salah seorang kamu mau buang hajat, maka janganlah ia menghadap atau membelakangi kiblat, janganlah ia beristinja’ (membersihkan dubur sesudah buang air) dengan tangan Kanan. Beliaw menyuruh beristinja’ (kalau tidak dengan air), dengan tiga batw dan melarang beristinja’ dengan kotoran (najis) dan tulang,” (HR. Abu Dawud) Hadis di atas dengan jelas mengatakan bahwa Rasulullah bagaikan orangtua dari para sahabatnya. Pengertian bagaikan orangtut adalah mengajar, membimbing, dan mendidik anak-anak seperti yang pada umumnya dilakukan oleh orangtua. Beliau mengajarkan kepada sahabat bagaimana adab buang hajat. Sebenamya, persoalan ini adalah persoalan orangtua. Akan tetapi, Nabi yang tidak diragukan lagi bagi umat Islam, sebagai mahaguru dan pendiclik ulung juga mau mengajarkan hal itu. Pendidik (guru di sekolah) perlu menyadari bahwa ia melaksana- kan tugas yang diamanahkan oleh Allah dan orangtua peserta didik. Mendidik anak harus didasarkan pada rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, pendidik harus memperlakukan peserta didiknya bagaikan anaknya sendiri, fa harus berusaha dengan ikhlas agar peserta dicik dapat mengembangkan potensinya secara maksimal, Pendidik tidak boleh merasa benci kepada peserta didik karena sifatsifa yang tidak disenanginya. 2. Sebagai Pewaris Nabi Schubungan dengan kedudukan ini, terdapat sabda Nabi a seperti berikut ini, fay ade an Je a Jp Cast J Js ad bapa ee de = ae Abu Ad-Darda’ berkata, “Aku mendengar Rasulullah 38 bersabda, ‘Siapa yang menempub jalan mencari imu, akan dimudahkan Allah jalan untuknya ke surga. Sesungguhnya, malaikat merentangkan sayapnya karena senang kepada pencari imu. Sesungguhnya, pencari imu dimintakan ampun oleh orang yang ada di langit dan bumi, bahkan ikan yang ada dalam air. Keutamaan orang berilmu dari orang yang beribadah adalah bagaikan keutamaan bulan di antara semua bintang. Sesungguhnya, ulama adalah pewaris para nabi. Mereka tidak mewariskan emas dan perak, tetapi imu. Siapa yang rmencariilmu, hendaklah ia mencari sebanyak-banyaknya.”” (HR. AcTirmidei, Ahmad, Al-Baihagi, Abu Dawud, dan Ad-Darimi) Dalam hadis di atas dikemukakan beberapa hal penting. Hal yang berkaitan erat dengan tema ini adalah ulama adalah pewaris para nabi, Pendidik, dalam hal ini terutama guru, adalah orang yang berilmu pengetahuan. Dengan demikian, ia termasuk kategori ulama. Jadi, ia adalah pewaris para nabi. Sebagai pewaris para nabi, tidak mewariskan harta, Akan wri harta melarang orang berilmu, termasuk pendidik, untuk mene kekayaan selama proses itu tidak mengurangi upaya pengambilan warisan beliau yang sebenarnya, yaitu ilmu pengetahuan. ¢. KEUTAMAAN PENDIDIK 1. Terbebas dari Kutukan Allah 3 Schubungan dengan ini terdapat hadis sebagai berikut Wt Sh doy ace a de At Jas dae UA ig al 5h leg Sv15 by i) $59] La Ue Salle Sele WA 5) Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah & bersabda, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya dunia dan segala isinya terkutuk, kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang terlibat dengannya, orang yang tahu (guru) atau orang yang belajar.” (HR. At-Tirmidzi) Dalam hadis ini ditegaskan bahwa orang yang tahu (guru atau pendidik) adalah orang yang selamat dari kutukan Allah. Ini merupakan keutamaan yang sangat berharga. Dari hadis ini dapat dipahami bahwa tidak semua orang yang. berpredikat guru, dijamin Rasulullah selamat dari kutukan. Guru yang beliau maksudkan adalah guru yang berilmu, mengamalkan ilmunya, dan mengajarkannya dengan ikhlas untuk mendapatkan keridhaan Allah 9. 2. Didoakan oleh Penduduk Bumi Berkaitan dengan hal ini, terdapat hadis berikut. obs fg ae de a JH) 8 us ge a A: “as fag we eo ys I Be Se a we aN Je ys U8 A SUSI Je JE alll fe 3 asl & oly Nt aly Say il i iL, 75d) pl das Je aghast Op Gos bas ‘Abu Umamah ALBahili berkata, “Diceritakan kepada Rasulullah dua orang laki-laki: seorang abid (orang yang banyak beribadah) din seorang alim (orang yang banyak imu). Beliau bersabda, ‘Kelebihan alim daripada abid adalah bagaikan kelebihanku daripada kamy yang paling rendah.’ Kemudian beliau berkata (lagi), ‘Sesungguhnya Allah, malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi, sampai semut yang berada dalam sarangnya, serta ikan bershalawat (memohon rahmat) untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia (pendidik. atau guru). (HR. At-Tirmidzi) Informasi dalam hadis di atas mencakup bahwa Allah 4% memberikan rahmat dan berkah kepada guru. Selain itu, malaikat juga penduduk langit dan bumi termasuk semut yang berada dalam sarang, ikan yang berada dalam laut mendoakan kebaikan unt guru yang mengajar orang lain, Ini semua adalah keutamaan yi diberikan oleh-Nya kepada guru. 3. Mendapat Pahala yang Berkelanjutan Sehubungan dengan keutamaan ini ditemul berikut. AG BY SG hag ale MN Js ah Sys Sh aga Ql Ye Aas 4 GM fey WE Bie | aE YY dle asl SLM 4 eh ale Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah % bersabda, “Apabila manusia telah meninggal dunia terputuslah amalamya kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariah, imu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan (orangtua)nya.” (HR. Muslim, Ahmad, An-Nasa'i, AtTirmidzi, dan Al-Baihagi) Dalam hadis di atas terdapat informasi bahwa ada tiga hal yang selalu dibeti pahala oleh Allah pada seseorang, kendatipun ia sudah meninggal dunia. Tiga hal tersebut, yaitu (a) sedekah jariah (wakaf yang lama kegunaannya), (b) ilmu yang bermanfaat, dan (c) doa yang dimohonkan oleh anak yang shaleh untuk orangtuanya, Sehubungan, dengan pembahasan ini adalah ilmu yang bermanfaat. Artinya, jImu yang diajarkan oleh seseorang (alim atau guru) kepada orang lain dan tulisan (karangan) yang dimaksudkan oleh penulis untuk dimanfaatkan orang lain.? Pahala yang berkelanjutan merupakan salah satu keutamaan yang akan diperoleh oleh pendidik (guru). Keutamaan ini diberikan kepada guru karena ia sudah memberikan sesuatu yang sangat vital dalam kehidupan manus bahwa Hasan Al-Bashri berkata, “Kalu Al-Ghazali mengemukakan sekiranya orang-orang beri tidak ada, niscaya manusia akan ajar, para ulama bodoh seperti hewan. Karena hanya dengan men; dapat menaikkan orang banyak dari tingkat Kehewanan ke tingkay an mengajar, seorang alim atau guru jug, kemanu : Japat menyebarluaskan ilma kepada orang lain melalui aktivitas mengarang. D. SYARAT-SYARAT PENDIDIK 1. Pendidik Harus Beriman Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab membimbing anak uncuk meneapai tujuan pendidikan, yaitu beriman dan bertakwa kepada Allah Ss. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, pendidik terlebih dahulu harus beriman. Sehubungan dengan ini, terdapat hadis sebagai berikut SSB atl ys FS 6 ga il we eb ail Lut 8 Js bai Wat ae SLAY Ys Seyi Sufyam bin Abdullah Ats-Tsagafi meriwayatkan bahwa ia berkata kepada Rasululah, “Ya Rasulllah, katakantah kepada say sesuat tenzang Islam yang tidak akam saya tanyakan lag sesudh engheta” Nabi berkata, “Katakanlah, ‘Saya beriman kepada Allah," lalu tetapkanlah pendivianm.” (HR. Muslim dan Ahmad) Hadis ini menunjukkan bahwa iman kepada Allah dan istiqamah dengan pengakuan keimanan itu merupakan suatu hal yang sudah lal cukup dan memadai bagi seseorang muslim. Oleh karena itu, para pendidik harus berusaha agar peserta didik memiliki iman _ ion dan teguh pendirian dalam melaksanakan tuntutan iman tersebut. Segala aktivitas kependidikan diarahkan menuju terbentuknya pribadi-pribadi yang beriman. Apabila yang diinginkan adalah peserta didik yang beriman kepada Allah, maka terlebih dahulu pendidik harus beriman. Tidak mungkin orang yang tidak beriman mampu membina orang menjadi beriman. Orang yang tidak memiliki, tidak akan mampu memberi. 2. Pendidik Harus Berilmu Sehubungan dengan ini ditemukan hadis sebagai berikut. ‘Abdullah bin Amru bin AL‘Ash meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah 3 bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menarik ihn pengetahuan kembali dengan mencabutnya hati sanubari manusia, tetapi dengan mewafatkan orang-orang berpengetahuan (lama). Apabila tidak ada lagi orang alim yang tersisa, manusia akan rmengangkat orang bodoh menjadi pemimpin yang dijadikan tempat bertanya. Lalu orang-orang bodoh itu ditanya dan mereka berfatwa tanpa ilmu mengakibatkan mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari) tena Hojar menjelaskan baba hadis ini berisi anjuran menjaga san baci pemimpin yang bodob, peringatan bahwa yang imu, perin pemimpin yang benar-benar berhak mengeluarkan fatwa adalah mengetahui, dan larangan bagi orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Hadis ini juga dijadikan alasan oleh jumhur ulama untuk mengatakan bahwa pada zaman sekarang ini tidak ada lagi seorang mujtahid.’ Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa orang yang berfatwa dan mengajar harus berilmu pengetahuan. Termasuk dalam hal ini adalah pendidik atau guru. Apabila pendidik tidak berilmu pengetahuan, maka murid-murid yang di arnya akan sesat. Dengan kata lain —dalam bahasa kependidikan, apabila guru tidak profesional, mengakibatkan proses pembelajaran yang sia-sia. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Republik Indonesia, salah satu syarat guru adalah profesional. Sehubungan dengan ini, terdapat sebuah hadis. 3 Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Barangsi ia berfatwa tanpa ilu, maka dosanya akan dipikad oleh oar ft berfatwa itu.” (HR. Abu Dawud) ng yang Dalam hadis ini Rasulullah 3 menyebut frasa siapa yang berfarwa. Adapun berfatwa adalah memberikan ilmu kepada orang lain. Sementara itu, mengajar dan mendidik juga memberikan ilmu kepada orang lain. Dengan demikian, keduanya sama. Berfatwa, mendidik, dan mengajar tanpa ilmu akan menyesatkan orang lain. Oleh karena itu, beliau melarangnya. 3. Pendidik Harus Mengamalkan Ilmunya Selain berilmu, pendidik harus mengamalkan ilmunya. Berkaitan dengan ini terdapat hadis berikut. iy ade Si Js ail J,25 U6 SLT eg sly Jledl 56 © jpid WG aa Gas 6 3 de Gye eS all sls G BSE ool ashok cle HN Jat pans st Ys Gopal SET LSJ Sell ye thes Gyjaall (5 Sah & Usamah meriwayatkan bahwa Rasulullah 3% bersabda, “Seseorang akan didatangkan pada hari kiamat dan dilemparkan ke neraka, Usus- ususnya keluar di neraka. Ia pun berputar sebagaimana berputamya keledai di penggilingan. Para penghuni neraka berkumpul kepadanya dan bertanya, ‘Wahai fulan, ada apa denganmu? Bukankah engkaw dahulu memerintahkan kami untuk melakukan perbuatan yang ma’ruf dan melarang kami perbuatan mungkar?’ la menjawab, ‘Dahulu aku memerintahkan kalian perbuatan yang ma’ruf tetapi aku tidak melakukannya dan aku melarang kalian perbuatan mungkar tetapi «aku mengerjakannya.’” (HR. Al-Bukhari) ajelaskan siksoan Allah yang akan ditering ig di atas mel : paikan (al-amr bi al-ma'ruf) tetapi arkan kel oleh orang yang Men vkonnva dan orang yang menasihati orang buruk (an-nahi ‘an al-munkar) tetapi tersebut adalah salah satu yang ia sendiri tidak men: Jain agar mening ia senditi mengerjakannya. Tugas dikerjakan oleh pendidik atau guru. Jadi, ‘Inu yang diajarkannya kepada peserta didiknya siksa Allah. guru harus mengamalkan agar tethindar dari 4. Pendidik Harus Adil Sehubungan dengan ini ditemukan hadis seperti di bawah ini. vlan bss Dari Nu’man bin Basyir, ia berkata bahwa Rasulullah + bersabda, “Berlaku adillah kamu di antara anak-anakmu! Berlaku adillah kamu di antara anak-anakmu!” (HR. An-Nasa'i dan Al-Baihaqi) -Baihaqi Dalam hadis ini dengan tegas Rasulullah 53 memerintahk fete tise (arene Cent cee eee anaknya. Dalam konteks pendidikan, peserta didik adaiy a si pendidik, Dengan demikian, pendidik wajib betlaku a oe berbagai hal terhadap peserta didiknya. pec Muhammad Athiyah AL-Abrasyi menegaskan agar pend Pendidik harus memiliki sifat-sifat keadilan, kesucian, dan kese: mpurnaan. n. Keadilan pendidik terhadap peserta di hal, seperti memberikan perhatian, kasih sayang, pemenuhan kebutuhan, bimbingan, Pengajaran, dan pemberian nilai. Apabila sifat maka ia tidak akan disenangi dan apabila terjadi proses pembelajaran, maka tidak akan mendapatkan hasily tik mencakup dalam besbagai ini tidak dimiliki oleh seorang pendidik, oleh peserta didiknya; ‘ang optimal. 5. Pendidik Harus Berniat Ikhlas Berkaitan dengan niat ikhlas, ditemukan hadis seperti di bawah ini. AN Lo bl ys List J i al gs Gls yy go op 5 sg JAN ay Ue fey al 3255 ail J WAS A J Umar bin AL-Khaththab .& berkata, “Aku mendengar Rasulullah 3 bersabda, ‘Setiap amal perbuatan harus disertai dengan niat, balasan bagi setiap amal manusia sesuai dengan apa yang diniatkan. Barangsiapa yang berhijrah untuk mengharapkan dunia atau seorang perempuan untuk dinikahi, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkan.”” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Tbnu Hajar menjelaskan bahwa setiap amal perbuatan harus disertai dengan niat. Menurut Al-Khauyi, seakan-akan Rasulullah memberi pengertian bahwa niat itu bermacam-macam sebagaimana ri peng : Stivasi elakukan perbuatan dengan mot . Seperti orang yang me apart yang dijanjikan kepadanya atau ingin mendapat ridha Allah dan apa y ingin menjauhkan diri dari ancaman-Nya.’ Niat yang benar adalah keinginan dalam hati dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mendapatkan keridhaan-Nya. Pendidik hendaknya membebaskan niatnya, semata-mata untuk Allah 3¢ dalam seluruh pekerjaan edukatifnya; baik berupa perintah, larangan, nasihat, pengawasan, maupun hukuman. Buch yang dipetiknya adalah ia akan melaksanakan metode pendidikan, mengawasi anak secara edukatif terus-menerus, di samping mendapat pahala dan keridhaan Allah 3. Ikhlas dalam perkatain dan perbuatan adalah sebagian dari asas iman dan keharusan Islam. Allah % tidak akan menerima perbuatan tanpa dikerjakan secara ikhlas Perintah ikhlas tercantum di dalam Surah AL-Bayyinah (98) ayat 5. Kata ikhlash diambil dari kata khalasha. Menurut Husain Mazhahiri, kata khalasha, khaliishan, dan khalashan berarti jernih, lenyap kotoran darinya. Kalimat akhlasha asy-syai'a berarti menjernihkan dan menyucikan dari kotoran. Adapun kalimat ia mengikhlaskan agamanya hanya untuk Allah berarti ia meninggalkan sifat riya di dalam agamanya. Barangsiapa yang pikiran, perbuatan, dan ucapannya sejalan dengan apa yang terdapat di dalam Alquran Al-Karim maka ia adalah orang yang ikhlas kepada Allah ¢. Ta juga akan senantiasa berada di bawah naungan-Nya dalam menjlani aon MEM. peperangan yang berkecamuk dalam dirinya, untuk kemudi pada cujuan-tujuan yang luhur.? Mengapa pendidik harus memiliki niat yang ikhlas? Dengan keikhlasan karena Allah, pendidik dalam melaksanakan tugasnya akan mendapatkan kemudahan. Karena sasaran pendidikan adalah hati. Apa yang diberikan dengan hati akan diterima oleh hati dengan baik. Dengan demikian, proses pendidikan akan mencapai hasil yang optimal. Selain itu —yang tidak kalah pentingnya— semua proses pendidikan yang diberikan oleh pendidik dengan ikhlas akan dihitung sebagai ibadah kepada Allah. Jadi, sangat rugi jika melaksanakan tugas kependidikan tanpa disertai niat yang ikhlas. Selain bersifat ikhlas, pendidik harus mengajar peserta didik untuk berbuat ikhlas, baik dalam perilaku sehari-hari maupun dalam proses belajar. Semuanya itu harus mereka laksanakan dengan ikhlas, demi mendapatkan ridha dari Allah #8. Jangan sampai, perbuatan tersebut dilandaskan pada sifat munafik, riya, atau hanya ingin mendapatkan rasa tetima kasih dan pujian dari orang-orang. Segala bentuk pekerjaan dinilai sesuai dengan niat pelakunya. Oleh sebab itu, proses pendidikan dapat bernilai ibadah apabila orang yang melaksanakannya mempunyai niat yang ikhlas. Agar mendapat pahala, pendidik harus mendidik atau mengajar dengan hiat mengerjakan perintah Allah 3 dan mengharapkan ridha-Nya. Nit merupakan salah sata motivast intrinik (orongan yang bey di dalam ditt seseorang). Motivai ini sangat besar pengaruhn,, tethadap hail pekesjuan seseorang, Oleh sebab itu, dalam kevin, belajar mengajar, pendidik dan peserta didik harus mempy, motivasi yang benar. 6. Pendidik Harus Berlapang Dada Berlapang dada adalah sikap tidak mudah marah dan apabila marah dapat mengendalikan diri secara normal. Sehubungan dengan inj, ditemukan hadis berikut. Ns fat dys Dari Abu Musa ia berkaa, “Seseorang bertanya kepada Nabi mengenat perkara yang dak dsukaibeliau. Tatala orang. iw tral banyak bertanya, Nabi menjadi marah. Kemudian beliaa berkata, ‘Tanyakanlah apa yang hendak kamu tanyakan,’ Seorang laki-laki bernya, ‘Siapakah ayahu” Nabi menjawab, ‘Ayah, Hudzafah,’” Bertanya pula yang lan, ‘Siabakah ayahlu, wahai Rasudlah? Nobi menjawab, “Ayam Sain, hamba sahaya Syaibah,’ Tatkala Una, bin ALKhaththab melihat rasa kurang senang tergambar wajah Rasululluk karena sernlah pereonyaan yang tidak menenn, mg segera ia berkata, ‘Wahai Rasullah, kami bertaubat kepada Alon, Yang Mailoasa dan Yang Mahaagung.” (HR. AL-Buleha Dalam hadis di atas dapat dipahami bahwa Rasulullah % juga merasa marah ketika ada hal-hal yang tidak diinginkan ditampilkan di depannya, Dalam kasus ini, sahabat banyak bertanya tentang hari kiamat. Akan tetapi, kemarahan beliau tidak menghilangkan sifat lapang dadanya. Menurut Ibnu Hajar bahwa orang yang memberi nasihat boleh, menampakkan sikap marah, karena ia sebagai orang yang memberi peringatan. Begitu juga dengan seorang guru yang mengkritik kesalahan muridnya. Kadang hal itu terpaksa dilakukan agar murid dapat menerima kebenaran darinya. Akan tetapi, hal itu harus disesuaikan dengan keadaan psikologi masing-masing murid.!” Sikap lapang dada dan jauh dari kedengkian akan mewujud- kan keseimbangan jiwa bagi manusia dan akan membiasakannya untuk selalu cinta kepada kebaikan bagi masyarakat. la juga akan memberikan jalan bagi kebaikan pada jiwa manusia untuk sampai kepada puncaknya. Nabi telah memberikan bimbingan kepada Anas bin Malik ketika masih kecil agar mencuci noda-noda jiwa setiap pagi dan petang dengan cara memberikan maaf kepada setiap orang yang berbuat jahil kepadanya. Beliau juga memintanya untuk mengosongkan hatinya dari sisa-sisa embusan setan di dalam pikiran."' Kelapangan dada Nabi # juga terlihat dalam kasus s¢, ane ‘Arab Badui yang buang air kecil di dalam masjid seperti terel.,, dalam hadis di bawah ini. Dari Anas, bahwasanya ada seorang Arab buang air kecil di dalam masjid. Lalu orang-orang berdiri dan menghadang ke sana, Rasulullah 3 bersabda, “Biarkanlah ia (sampai selesai), jangan hentikan.” Setelah selesai, beliau meminta seember air lalu menyiram air seni laki-laki itu. (HR. Al-Bukhari) Laki-laki yang buang air kecil itu adalah orang Arab Badui. Ta melakukan hal itu mungkin kerena ketidaktahuannya akan naj atau karena sebab lain. Namun yang jelas, Rasulullah 3 tidak marah kepadanya dan melarang sahabat untuk memarahinya. Dalam kasus ini, beliau sendiri yang langsung menyiram atau membasuh najis itu. Dalam hadis ini, terlihat betapa berlapang dadanya beliau sebagai rasul dan pendidik. D. SIFAT-SIFAT PENDIDIK 1. Sifat Lemah Lembut dan Kasih Sayang LAN obs I Assis Aol sh 532 Hel Xiu Abu Sulaiman Malik bin Al-Huwairits berkata, “Kami, beberapa orang pemuida sebaya mengunjungi Nabi 3, lalu kami menginap bersama beliau selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami telah merindukan keluarga dan menanyakan apa yang kami tinggalkan pada keluarga. Lalu, kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau adalah seorang yang halus perasaannya dan penyayang. Nabi bersabda, ‘Kembalilah kepada keluarga kalian. Ajarilah mereka, suruhlah mereka, dan shalatlah kalian sebagaimana kaliam melthatlae shalat, Apabila waktu shalat telah masuk, hendaklah salah seorang di antara kalian mengumandangkan adzan dan yang lebih tua hendakdah menjadi imam.” (HR. Al-Bukbari) 1s Jet gusts Fle ‘5 Di antara informasi yang didapat dari hadis di atas adalah {@) ada sekelompok pemuda sebaya datang dan menginap di rumah, Rasulullah 3, (b) para pemuda itu belajar masalah agama (ibadah) kepada beliau, (c) beliau mempertakukan mereka dengan santun dan kasih sayang, dan (d) beliau menyuruh mereka mengajarkan shalat kepada keluarga masing-masing seperti beliau mengajar mereka. Di antara informasi tersebut, yang berl inj adalah beliau memperlakukan para $2 kasih sayang. aitan erat dengan subtema Jhabat dengan santun dan Pendidik yang mampu bersikap santun kepada pesert™ didiknya sesuai dengan tuntunan Allah 3 dalam Alquran, dijelaskan dalam dalil berikut. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlakw ler lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi beth, kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karens itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam wrusan itu. Kerudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesunyzulnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-N3a, (QS. Ali ‘Imnrin (3): 159) Abmad Musthafa Al-Maraghi menjel (Muhammad) bersikap kasar dan yal an, andaikata engkau h_ dengan ka akan bercerai (bubar) meningyalkan engkau dun tidak menyenanginn, Den mereka (kaum muslimin), niscaya mere fan desnikian, ayah dan bimbingan ke Hn tafsit ini, seorang pendidik “ap peserta didiknya. Jika adi penghalang bayinya untuk engkau tidak dapat menyampaikan hid; mereka ke jalan yang lurus.!? Berd harus memiliki rasa santun kepada se tidak, maka sikap kasar itu akan menj mencapai tujuan pendidikan, Sejalan dengan itu, Rasulullah » menyampa agar umatnya (termasuk pendidik) memiliki tas ‘a Tebih sil sayangs sebagaimana terlihat dalam haclis berikut ini. J fag ale) Jo AN pts JE US ol yl I of Hay Syl thy AS Boy Uae ox dl Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah 3 bersabda, “Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayongi yang lebih muda, tidak memuliakan yang lebih tua, tidak menyuruh berbuat ma’ruf, dan tidak mencegah perbuatan mungkar." (HR. At- Tirmidzi) Kandungan hadis ini bersifat umum, berlaku untuk selurub umat Nabi Muhammad 3. Pendiik harus memiliki sifat kasih sayang kepada para peserta didik agar mereka dapat menerima pendidikan dan pengajaran dengan hati yang senang dan nyaman. Segala proses edukatif yang dilakukan oleh pendidik harus diwarnai oleh sifat ini. 2. Mengembalikan Ilmu kepada Allah Seorang pendidik harus memiliki sifat tawadhu, tidak merasa paling tahu atau serba tahu. Apabila ada hal-hal yang tidak diketahui dengan jelas, ia sebaiknya mengembalikan persoalan itu kepada ‘Allah 3. Sehubungan dengan hal ini terdapat hadis berikut. ale Bi Lo a Sys cylste V6 Jel pale 9) 2) UB GS Lal VG ye doy Ibnu Abbas -s meriwayatkan bahwa Rasulullah 3 ditanya tentang anak-anak orang yang musyrik. Lalu beliaw menjawab, “Allah Maha Mengetalé apa yang akan mereka kerjakan pada saat merekat diciptakan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Dalam hadis ini dinyatakan bahwa Rasulullah 3 ditanya of, ak-anak orang musyrik “Allah lebih mene mengetahui apa yang mereka Takukan.” Di sini terlihat baby, beliaw tidak selalu menjawab pertanyaan Yank d keendatipun beliau adalah Rasulllah. Beliau tidak merase sth deg sikap tidak memberikan jawaban yang pasti Itulah sesungituhny, sikap yang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Apabila temyata ata hal yang diragukan atau belum diketahui sama sekali, jangan seyan mengatakan, “Allah Yang Mabhatahu.” Itu adalah salah satu bentuk sikap tawadhu seorang hamba. sahabat tentang nasib an: nanti. Beliau menjawab, 3, Mempethatikan Keadaan Peserta Didi ‘Agar pendidikan dan pembelajaran dapat terlaksana dengan efekaif pendidik perlu memperhatikan keadaan peserta didiknya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah minat, perhatian, kemampuan, dan kondisi jasmani peserta didik, Pendidik jangan sampai memberikan beban pelajaran yang melebihi batas kemampuan peserta didik. Schubungan dengan ini terdapat hadis: Dari Ibnu Mas'ud, ia menceritakan, “Nabi % selalu menyelingt havi-hari belajar untuk kami untuk menghindari kebosanan kari.” (HR. Al-Bukhari) Ds ae = ini terdapat informasi bahwa Rasulullah % mengaia" sahabat idk seap hai, tetapi ada wakeu belajar dan ad pula aktu istirahat, Hal itu dilakukannya untuk menghindari kebosana" kepada pelajaran. Itu berarti bahwa beliau memperhatikan kondisi para sahabat (peserta didik) dalam mengajar. Mereka membutuhkan selingan waktu untuk beristirahat. Menurut Muhammad Utsman Najati, di antara temuan riset mutakhir dalam proses belajar adalah jadwal waktu belajar. Dengan kata lain, dalam proses belajar harus ada rentang waktu untuk istirahat. Hal ini sangat penting dalam proses belajar yang tepat dan cepat. Dengan mengatur jadwal waktu belajar, pelajaran yang akan disampaikan berikutnya dapat dicerna dengan baik." Oleh karena itu, prinsip belajar dengan membagi waktu belajar dapat menghilangkan rasa lelah dan bosan. Sebelum para abli kejiwaan modern menemukan prinsip ini, empat belas abad yang silam Alquran telah mempraktikkannya. Prinsip ini ditandai dengan peristiwa diturunkannya Alquran secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Tujuannya adalah mem- berikan waktu yang dapat memungkinkan kaum muslim mudah menghafalkannya. Dalam hadis di atas, Rasulullah % juga mempraktikkan prinsip Pembagian waktu belajar. Ini sebagai metode mendidik jiwa para sahabatnya agar mereka tidak merasa bosan. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud «& bahwa Nabi % dalam beberapa hari Pernah memberi nasihat kepada kami sehingga perasaan benci dan bosan muncul pada diri kami semua. Abu Wail berkata, “Setiap hari Kamis, Abdullah memberi ceramah kepada sekelompok orang. ee Salah seorang di antara mereka berkata kepadanya, Wahai ays Abdurrahman, al : kepada kami.’ la menjawab, “Aku tidak bisa setiap hati kareny sestunggubnya aku tidak suka metihac kalian bos ceramah kepada kalian seperti Nabi s¢ memberi petingatan kepady kami. Kami takut apabila rasa bosan menimpa kami semua." Kar berharap engkau setiap hari memberi ceramah, san, AKU memberi Secara praktis, prinsip ini dilakukan Nabi # ketika menyuruh ahabat mempelajari 10 ayat Alquran. Mereka tidak diperboleh- pai kan mempelajari lebih dari itu, kecuali setelah mereka benar-benar memahami dan mengamalkannya. Abdullah bin Mas’ud .é berkata, ia Nabi tidak belajar ayat Alguran hingga kami benar-benar mendalami 10 ayat Alquran. Setelah itu, kami “Kami belajar kepa 10 ayat tersebut.” Ditanya oleh remannya, “Apakah karena meng amalkannya?” la menjawab, “Benar.” Bf dag ale Ji Js ail Ips JS C18 Sse op Vas lalas (ste 3S, Wats Vy Lede Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah 4 bersabda, “Sesunggul- nya Allah tidak mengutuska sebagai oramg yang menyusahkan dan merendahkan orang lain. Akan tetapi, Allah mengutusku sebagai seorang pengajar (guru) dam pemberi kemudahan.” (HR. Muslim) 4. Berlaku dan Berkata Jujur Seorang pendidik harus bersifat jujur kepada peserta didiknya sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nabi dalam hadis herikut Japll e Jb HLA 42 B58 UG. GILLI 5 oF oe oo Sle ge deb Ge Umar bin Al-Khaththab meriwayatkan, “... Jibril berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat.’ Rasulullah menjawab, ‘Tentang masalah ini, saya tidak lebih tahu dari engkau.”” (HR. Al- Bukhari dan Muslim) Dalam hadis di atas dikatakan bahwa ketika Nabi 3 ditanya oleh Malaikat Jibril tentang hari kiamat, beliau menjawab, “Saya tidak lebih tahu daripada engkau.” Beliau tidak mentang-mentang sebagai Rasulullah lalu menjawab semua yang ditanyakan kepadanya. Beliau tidak segan-segan mengatakan tidak tahu, apabila yang ditanyakan seseorang memang tidak diketahui jawabannya. Inilah sifat yang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Seorang ilmuwan, guru, dan pendidik harus bersifat jujur dan verbuka, Apabila ditanya seseorang tentang suatu hal yang tidak diketahuinya, ia harus berani mengatakan tidak tahu. Jangan bergaya serba tahu, Jangan mengada-ada untuk menjaga gengsi keilmuan.

Anda mungkin juga menyukai