Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

MELALUI ASPEK EKONOMI DAN PELAYANAN PUBLIK

Oleh :

Dio Prasetyo

C1A017023

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN 2018
FORM PENGAJUAN JUDUL OUTLINE PROPOSAL PENELITIAN
(SKRIPSI)
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU

1. Judul
“Evaluasi Pemekaran Wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah Melalui Aspek Ekonomi Dan
Pelayanan Publik”

2. Latar Belakang
Otonomi daerah menjadi sebuah cara meringankan tugas pemerintahan pusat dalam
memimpin dan menjalankan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui
otonomi daerah, setiap daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan menjalankan
pemerintahan daerahnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mulai
dari mengatur sumberdaya manusianya secara mandiri, hingga mengatur sumberdaya alam
yang terdapat di wilayah pemerintahannya. Kewenangan tersebut dimaksudkan untuk
mencapai pemerataan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat setempat. Melalui
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,
banyak daerah yang telah mengajukan dirinya untuk tumbuh secara mandiri, lepas dari
pemerintahan pusat dalam mengatur daerahnya. Pemekaran daerah menjadi cara
mewujudkan otonomi daerah. Menurut Rustiadi (2009), beberapa landasan logis yang harus
dijadikan pondasi dalam melakukan pemekaran wilayah yaitu:
1. Mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan memberikan kewenangan lebih kepada
masyarakat lokal untuk mengelola potensi sumber daya wilayah secara arif sesuai
kapasitasnya.
2. Partisipasi dan rasa memiliki dari masyarakat meningkat.
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas perekonomian serta menjaga keberlanjutannya.
4. Memberikan akumulasi nilai tambah secara lokal dan kesejahteraan masyarakat
meningkat.
5. Menciptakan prinsip keadilan dalam mencapai kesejahteraan dan pencapaian
kesejahteraan yang berkeadilan, sehingga dapat memperkuat ketahanan nasional.
Berdasarkan data pada tahun 1999 setelah lepasnya Timor Timur, Indonesia hanya memiliki
26 Provinsi. Namun pada tahun 2018, terdapat 8 daerah yang telah berhasil mengajukan
dirinya untuk tumbuh mandiri dan mengatur rumah tangga daerahnya. Artinya hingga saat
ini Indonesia telah memiliki 34 provinsi.
Otonomi daerah memberikan konsekuansi bagi setiap wilayah untuk mengatur dan
memaksimalkan semua potensi yang ada di wilayahnya, dengan tujuan utama untuk
mensejahtrakan masyarakat di wilayah tersebut. Salah satu indikasi kesejahtraan masyarakat
adalah jika pembangunan disuatu wilayah mampu memberikan dampak positif terhadap
perekonomian masyarakat (Ramdhani, 2007). Masalah-masalah yang terjadi dalam masa
pemekaran daerah salah satunya adalah aspek ekonomi (Bapenas, 2008). Pemekaran wilayah
tidak lepas dari kemungkinan kegagalan bagi daerah yang telah melepaskan diri dari daerah
pusatnya. Gagalnya daerah otonom baru dikarenakan ada beberapa syarat yang mungkin
dapat dikatakan jarang diperhatikan dalam proses pemekaran wilayah yaitu: (Harian
Ekonomi Neraca.2011:1).
1. Mengenai pelayanan publik dari birokrasi kepada masyarakatnya. Sebenarnya langkah
awal yang harus menjadi tolak ukur dalam usaha pemekaran wilayah adalah bagaimana
birokrasi setempat dalam melayani dan memberikan keterbukaan informasi yang
diperlukan oleh masyarakat. Artinya ketika suatu daerah telah memberikan pelayanan
yang baik bagi masyarakatnya dan masyarakatnya merasa puas dengan pelayanan
tersebut kenapa tidak jika dilakukan pemekaran nantinya citra sebagai birokrasi yang
berpihak kepada rakyat dapat tetap dipertahankan. Namun sebaliknya jika dalam tatanan
pemerintahan yang lebih kecil, birokrasi setempat malah tidak melakukan hal yang justru
sangat bertentangan dengan harapan dari masyarakat itu sendiri. Pelayanan kepada
masyarakat sangat buruk, masih banyak pungli yang terjadi, keterbukaan dan
akuntabilitas kepada masyarakat sangat minim sekali. Sehingga dualisme fungsi birokrasi
ini kembali terjadi, birokarsi menjadi suatu hal yang berdiri sendiri tanpa adanya
masyarakat. Nah dari paparan seperti diatas apakah layak birokrasi seperti itu yang
mengurus lingkup lebih kecil saja tidak becus, yang kemudian akan mengurus
masyarakat yang lebih banyak dengan masalah yang lebih kompleks tentunya.
2. Bahwa pemekaran wilayah selama ini lebih banyak merugikan negara ketimbang
menghasilkan manfaat besar bagi rakyat. Pasalnya, dari pemekaran wilayah lebih banyak
dinikmati para elit politik di daerah.
3. Pemekaran wilayah bisa lolos karena ada dana yang dibagikan elit politik di daerah
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sehingga hasilnya jauh dari harapan
masyarakat.
4. Kebanyakan proposal pemekaran yang masuk kepada pemerintah pusat, banyak daerah
yang tidak layak atau tidak memenuhi persyaratan serta belum siap di mekarkan. Namun,
karena para pembuat kebijakan diiming-imingi uang dan juga di bawah tekanan
penguasa, sehingga tidak mengherankan banyak daerah yang di mekarkan tidak berhasil.
5. Minimnya kemampuan kepala daerah dalam memimpin daerah otonom baru, sehingga
mengakibatkan daerahnya tidak mampu memberikan pelayanan maksimal kepada
masyarakatnya. Hal ini di sebabkan persyaratan terkait kapasitas kompetensi aparatur
yang ditunjuk menduduki jabatan penting tidak sesuai yang dibutuhkan. Sehingga
pengangkatan pegawai yang dilakukan daerah otonom baru lebih sering melihat dari
kedekatan secara emosional bukan dari kualitas yang ada pada para calon pegawai.
Seperti halnya pemekaran provinsi baru, tiap provinsi di Indonesia juga mengalami
pertumbuhan pembagian wilayah kekuasaan di dalam pemerintahaan daerahnya. Bukan
hanya pemekaran wilayah menjadi sebuah provinsi baru, di dalam kegiatan pemerintahan
provinsi juga dapat mengajukan pemekaran wilayah membentuk kabupaten atau kota baru.
Mengiringi isu tersebut, Provinsi Bengkulu sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia juga telah mengalami pertumbuhan pembagian wilayah kekuasaan. Tujuan dari
pemekaran ini adalah agar pelayanan pemerintah kepada masyarakat lebih efektif dan
efisien, sehingga diharapkan dapat mempercepat pembangunan daerah. Sampai dengan
tahun 2017 Provinsi Bengkulu terdiri dari 9 (sembilan) kabupaten dan 1 (satu) kota.
Sementara kecamatan berjumlah 128 dan desa/kelurahan berjumlah 1.515 (BPS : 2018).
Kabupaten Bengkulu Tengah sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu, merupakan
hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara. Terbentuk melalui UU No. 24 tahun 2008,
kabupaten ini pada awalnya terdiri dari 6 (enam) kecamatan, yaitu Kecamatan Taba
Penanjung, Kecamatan Pagar Jati, Kecamatan Karang Tinggi, Kecamatan Talang Empat,
Kecamatan Pematang Tiga dan Kecamatan Pondok Kelapa. Kabupaten Bengkulu Tengah
memiliki luas wilayah keseluruhan ± 1.223,94 KM 2 Dengan Penduduk ± 93.557 jiwa pada
tahun 2007 (bengkulutengahkab.go.id). Seiring berjalannya waktu, kabupaten ini telah
memiliki 10 wilayah Kecamatan.
Tabel 1.1
Wilayah Administrasi Kecamatan Kabupaten Bengkulu Tengah
Provinsi Bengkulu tahun 2018

No. Kecamatan Kabupaten Bengkulu Tengah Luas (Km2)

1. Karang Tinggi 137.47


2. Talang Empat 93,62
3. Pondok Kelapa 165,20
4. Pematang Tiga 129,64
5. Pagar Jati 188,57
6. Taba Penanjung 148,38
7. Merigi Kelindang 98.42
8. Merigi Sakti 99.93
9. Pondok Kubang 92
10. Bang Haji 70,71
Sumber : bengkulutengahkab.go.id
Tolak ukur keberhasilan pembangunan dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi, struktur
ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar daerah dan antar sektor.
Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan dan hasil
pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati semua lapisan masyarakat. Menurut pandangan ekonomi
klasik Adam Smith pada dasarnya ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu
(i) jumlah penduduk, (ii) jumlah stok barang modal, (iii) luas tanah dan (iv) kekayaan alam serta
tingkat teknologi yang digunakan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau
berkembang apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi dari pada apa yang
dicapai pada masa sebelumnya (Desilvia, 2016).
Oleh karena itu melalui penelitian ini dilakukan evaluasi dampak pemekaran Kabupaten
Bengkulu Tengah dengan mengangkat judul “Evaluasi Pemekaran Wilayah Kabupaten Bengkulu
Tengah Melalui Aspek Ekonomi dan Pelayanan Publik”.
3. Rumusan Masalah
Dengan dilatar belakangi masalah diatas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu : Bagaimanakah dampak pemekaran Kabupaten Bengkulu Tengah melalui aspek
perekonomian dan pelayanan publik masyarakat Bengkulu Tengah setelah menjadi daerah
pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara?

4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk dapat mengetahui dampak pemekaran Kabupaten
Bengkulu Tengah melalui aspek perekonomian dan pelayanan publik masyarakat Bengkulu
Tengah setelah menjadi daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara

5. Penelitian Terdahulu
1. Judul : ANALISIS DAMPAK PEMEKARAN DAERAH DITINJAU DARI ASPEK
PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENINGKATAN KUALITAS
PELAYANAN PUBLIK. Oleh : Abdul Hakim
2. Judul : EVALUASI DAMPAK PEMEKARAN DAERAH TERHADAP KINERJA
EKONOMI DAN KINERJA PELAYANAN PUBLIK DI KOTA SERANG. Oleh : Ratri
Furry P.R
3. Judul : ANALISIS DAMPAK PEMEKARAN DAERAH TERHADAP KINERJA DAN
PEMERATAAN EKONOMI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA. Oleh : Raden Hady
Santika
4. Judul : DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN DAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA/KABUPATEN DI
PROVINSI BANTEN. Oleh : Gagas Ariasakti Winata
5. Judul : STUDI DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT DI DESA TAFAGAPI KECAMATAN MANUI KEPULAUAN
KABUPATEN MOROWALI. Oleh : Hasriani

6. Landasan Teori
2.11. Otonomi Daerah
2.12. Pemekaran Wilayah
2.13. Pembangunan Ekonomi

7. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Uji Independent
Sampel T-Test, yaitu membandingkan dua kelompok mean dari dua sampel yang berbeda.
Sebelum melakukan uji independent sampel t-test, data terlebih dahulu diuji dengan
menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan uji homogenitas
dimaksudkan untuk mengetahui apakah data tersebut terdistribusi normal atau homogen. Apabila
data tidak berdistribusi normal maka data tersebut akan diolah dengan menggunakan Metode two
independent samples test atau uji Mann Whitney. Program Statistical Product and Service
Solution (SPSS) menjadi alat yang digunakan untuk dapat melakukan uji normalitas, uji
homogenitas, uji t-test, maupun uji Mann Whitney.

Anda mungkin juga menyukai