Anda di halaman 1dari 16

27

BAB III
IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

3.1 IDENTIFIKASI MASALAH


Permasalahan yang timbul akibat kerusakan, mungkin terjadi pada peralatan
elektronika dan listrik di gedung ANZ Tower yang diakibatkan oleh LEMP (Lighting
electro magnetik pulse). Sambaran ini menghasilkan kecuraman arus (I max/detik) 10
kA/detik sampai dengan 200 kA/detik yang langsung maupun tidak langsung, maka
dapat di identifikasikan masalah-masalah yang timbul sebagai berikut:
a. Apakah sambaran petir masih berbahaya untuk peralatan elektronika dan listrik di
gedung ANZ Tower yang telah dilengkapi dengan sistem penangkal petir.
b. Apakah sistem penangkal petir yang ada di gedung ANZ Tower sudah sepenuhnya
mampu melindungi peralatan elektronika dan listrik terhadap bahaya sambaran
listrik.
c. Kalau belum, sistem penangkal petir yang bagaimana yang seharusnya di gedung
ANZ Tower, sehingga dapat mengantisipasi pengaruh sambaran petir terhadap
peralatan elektronika listrik.
Bangunan tinggi merupakan suatu objek di bumi, karena ketinggiannya
terhadap daerah sekitar mengakibatkan bangunan mudah terkena sambaran petir. Oleh
karena itu untuk mencegah kerusakan-kerusakan yang timbul akibat sambaran petir.
Maka pada gedung ANZ Tower yang mempunyai tinggi bangunan 102,5 meter terdiri
atas 25 lantai dengan ukuran lantai dasar 38 x 32 meter dibutuhkan pelindung
(proteksi) petir.
Metode untuk menentukan perlindungan terhadap petir diberikan dalam
Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir di Indonesia[7]. Untuk hal tersebut,
digunakan 5 indeks yang didasarkan pada 5 kondisi yaitu: macam struktur bangunan,
konstruksi bangunan, tinggi bangunan, pengaruh kilat dan situasi bangunan.
Cara standar instalasi penangkal petir telah banyak diajukan, antara lain oleh
British Standard Code Cp 326.1965, Standar VDE (Jerman) dan peraturan umum
instalasi penangkal petir di Indonesia. Perlindungan bangunan terhadap petir sangat
bergantung pada bentuk atap, bentuk bangunan secara keseluruhan, material dari atap
dan komponen-komponen pada bangunan.
27
28

3.2 PERUMUSAN MASALAH


Pada bangunan gedung ANZ Tower dilengkapi dengan sistem penangkal petir luar,
sistem penangkal petir yang ada adalah sistem penangkal petir Franklin. Dengan 1
(satu) buah penangkal petir utama dan 3 (tiga) buah penangkal petir pendek (finial)
yang dihubungkan dengan konduktor penghantar dengan sistem pertahanan.

3.3 PERATURAN PERLINDUNGAN BANGUNAN TERHADAP PETIR


Suatu sistem pelindung bangunan terhadap petir haruslah dapat melindungi semua
bagian dari bangunan, termasuk manusia yang ada di dalamnya terhadap bahaya dan
kerusakan akibat sambaran petir.
Sistem tersebut harus mempunyai keandalan yang baik yang melindungi
bangunan dan isinya agar terlindung dari bahaya sambaran petir secara langsung. Hal-
hal tersebut di atas mengingat bahwa petir yang menyambar suatu objek di bumi
merupakan pengosongan muatan awan dalam orde mikro detik dan arus puncak yang
tinggi. Oleh karena hal tersebut sambaran kilat dapat mengakibatkan:
a. Beban termal (panas) pada bagian yang dialiri arus petir
b. Beban mekanis karena timbulnya gaya elektrodinamis akibat tingginya arus
puncak
c. Korosi akibat proses elektrokimia dalam rangka pengosongan muatan awan
d. Getaran akibat timbulnya suara guntur
e. Beban tegangan lebih akibat adanya induksi tegangan dan pergeseran-pergeseran
potensial di dalam bangunan
Di samping gambaran terhadap objek-objek tertentu (bangunan), sambaran
petir juga berbahaya bagi kehidupan manusia. Bila arus listrik akibat sambaran petir
mengalir melalui tubuh manusia maka organ-organ tubuh manusia yang dilalui arus
akan mengalami kejutan. Arus tersebut akan mempengaruhi kerja jantung dan dapat
mengakibatkan terhentinya kerja jantung. Dapat ditekankan di sini bahwa bukan saja
sambaran langsung yang dapat berakibat fatal akan tetapi sambaran tak langsung
dapat juga mengakibatkan kematian. Karena di sekitar tempat (titik) yang terkena
sambaran akan terdapat muatan, dan muatan tersebut akan meyebar di dalam tanah
dengan arah radial. Hal ini menyebabkan adanya gradient tegangan dan menimbulkan
29

tegangan langkah pada manusia atau hewan yang ada di sekitar titik sambaran dan
dapat membahayakan.
Untuk mencegah hal tersebut, maka dibutuhkan dan dibuat suatu peraturan
pelindung bangunan terhadap sambaran petir. Banyaknya bentuk dan konstruksi
bangunan maka perlu suatu peraturan umum untuk aturan dalam merencanakan sistem
pelindung terhadap sambaran petir. Banyak peraturan instalasi yang ada dan dipakai
di antaranya standard Inggris (BS code of practice, cp 326,1965) dan standard Jerman
VDE. Untuk Indonesia, telah ada suatu standarisasi yang diterbitkan atas prakarsa
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan (DPMB) dan LAPI ITB[7].
Faktor pertimbangan dalam merencanakan dan memasang sistem penangkal
petir di antaranya:
a. Keamanan teknis
b. Penampang penghantar pertanahan
c. Ketahanan mekanis
d. Ketahanan terhadap korosi
e. Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi
f. Faktor ekonomis

3.4 KEBUTUHAN PELINDUNG PADA BANGUNAN


Telah disebutkan pada bagian 3.3, sambaran petir berakibat timbulnya kerusakan pada
bangunan dan isinya. Faktor pelindung petir ditentukan oleh besarnya kemungkinan
kerusakan dan bahaya bila bangunan tersebut disambar petir. Pengelompokan
didasarkan pada kriteria-kriteria seperti dapat dilihat pada tabel 3.1 sampai dengan 3.5
untuk menentukan kebutuhan faktor perlindungan. Pada tabel-tabel tersebut,
dihasilkan harga indeks yang ditentukan secara empiris. Sedangkan tabel 3.6
merupakan penjumlahan dari indeks yang dipilih dari tabel sebelumnya dan
penjumlahannya (R) merupakan indeks perkiraan bahaya akibat sambaran petir.
Semakin besar nilai R. Semakin besar pula bahaya dan kerusakan yang timbal akibat
sambaran petir. Hal ini berarti semakin besar pula faktor perlindungan bangunan
tersebut terhadap sambaran petir.

Tabel 3.1 Penggunaan dan isi bangunan


Penggunanan isi Indeks A
Bangunan biasa yang tak perlu diamankan baik -10
30

bangunan maupun isinya.


Bangunan dan isi jarang digunakan seperti dangau 0
ditengah sawah, gudang, menara atau tiang metal.
Bangunan yang berisi peralatan sehari-hari atau tempat 1
tinggal orang, seperti tempat tinggal rumah tangga,
toko, pabrik kecil, tenda atau stasiun kereta api.
Bangunan yang berisi banyak sekali orang seperti 2
bioskop, mesjid, gereja, sekolah, monument bersejarah
yang sangat penting
Bangunan yang berisi banyak orang atau isinya cukup 3
penting, seperti kantor, pabrik, gedung/instansi
pemerintah, menara air, hotel, apartemen atau menara
bukan dari logam
Instalasi gas, minyak atau bensin, rumah sakit 5
Bangunan yang mudah meledak 15 15

Tabel 3.2 Konstruksi bangunan


Konstruksi bangunan Indeks B
Seluruh bangunan terbuat dari logam (mudah 0
menyalurkan listrik)
Bangunan dengan konstruksi betob\n berulang, atau 1
rangka besi dengan atap logam
Bangunan dengan konstruksi beton berulang, atau 2
rangka besi dengan atap bukan logam
Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3

Tabel 3.3 Tinggi bangunan


Tinggi bangunan (m) Indeks C
Sampai dengan 25 1
50 2
75 3
100 4
125 5

Tabel 3.4 Situasi bangunan


Situasi bangunan Indeks D
Di tanah datar pada semua kegiatan 0
Di kaki bukit sampai ¾ tinggi bukit di 1
pegunungan sampai 1000 m
Di puncak gunung atau pegunungan lebih 2
dari 1000 m

Tabel 3.5 Pengaruh kilat


Hari guruh per tahun Indeks E
31

2 0
4 1
8 2
16 3
32 4
64 5
128 6
256 7

Tabel 3.6 Perkiraan bahaya (R)


R=A+B+C+D+E Perkiraan bahaya Pengamanan
Dibawah (<) 11 Diabaikan Tidak perlu
Sama dengan (=) 11 Kecil Tidak perlu
12 Sedang Agak dianjurkan
13 Agak besar Dianjurkan
14 Besar Sangat dianjurkan
Lebih dari (>) 14 Sangat Sangat besar Sangat perlu
besar sangat perlu

Pada bangunan yang akan diberi pengaman petir, perlu memperhatikan juga
jenis atap yang digunakan apakah menggunakan atap dasar atau atap runcing. Dengan
demikian teknik penangkal petir dan susunan penghantar di atas atap dapat
ditentukan.
Pada dasarnya instalasi penangkal petir tidak menambah atau mengurangi
kemungkinan terkena sambaran petir. Akan tetapi kalau terjadi sambaran petir, arus
petir akan disalurkan ke tanah lewat instalasi penyalur, sehingga bangunan dan isinya
terlindung dari sambaran petir. Besarnya kebutuhan tersebut dapat ditentukan secara
empiris berdasarkan pada indeks-indeks tersebut. Jelas bahwa semakin besar nilai R,
semakin besar pula bahaya serta kerusakan yang ditimbulkan oleh sambaran petir,
berarti semakin besar pula kebutuhan bangunan tersebut akan adanya suatu sistem
penangkal petir.
Berdasarkan pada indeks-indeks tersebut, pada gedung ANZ Tower dapat
dihitung perkiraan bahaya akibat sambaran petir.

3.4.1 Gedung ANZ Tower


Macam penggunaan bangunan ini dapat digolongkan pada indkes A dengan nilai 3
yaitu bangunan yang berisi banyak orang atau isinya cukup penting seperti kantor,
pabrik, gedung/instansi pemerintah, menara air, hotel, apartemen atau menara bukan
dari logam.
32

Konstruksi pada bangunan ini dapat dogolongkan pada indeks B dengan nilai
2 yaitu bangunan dengan konstruksi beton bertulang, atau rangka besi dan atap bukan
logam.
Sedangkan tinggi bangunan/gedung ini adalah 102,5 meter. Jadi dapat di
golongkan pada indeks C dengan nilai 4. Situasi bangunan pada tanah datar sehingga
dapat digolongkan pada indeks D dengan nilai 0.
Hari guruh Indonesia pertahun menurut Badan Meterologi Indonesia untuk
daerah Jakarta adalah 53.81º, sehingga dapat digolongkan pada indeks E dengan nilai
5.
Berdasarkan pada indeks-indeks di atas, maka perkiraan bahaya akibat
sambaran petir dapat dihitung dengan menjumlahkan indeks tersebut seperti yang
diberikan pada rumus berikut.
R=A+B+C+D+E (3.1)
= 3 + 2 + 4+ 0 + 5 = 14
Berdasarkan pada table 3.6, nilai R (perkiraan bahaya) besar sehingga
pengamanan gedung ini akan adanya instalasi penangkal petir dianjurkan
Suatu instalasi penangkal petir harus dapat melindungi semua bagian dari
bangunan, termasuk juga manusia yang ada di dalamnya terhadap bahaya kerusakan
akibat sambaran petir.

3.5 TUJUAN PERLINDUNGAN TERHADAP MANUSIA


Bila arus listrik akibat sambaran petir mengalir melalui tubuh manusia, maka organ-
organ tubuh yang dialiri arus itu akan mengalami kejutan, sama halnya seperti tubuh
manusia menyentuh peralatan listrik yang bertegangan. Arus tersebut mempengaruhi
kerja jantung dan dapat mengakibatkan terhentinya kerja jantung. Disamping itu efek
rangsangan dan panas yang timbul akibat arus petir dan organ-organ tubuh dapat juga
melumpuhkan jaringan-jaringan atau otot-otot, terutama otot-otot yang mempengaruhi
kerja sistem pernafasan.
Bila sambaran petir tidak mengakibatkan kematian pada orang yang terkena
sambaran petir baik langsung atau tidak langsung maka biasanya setelah beberapa jam
atau setelah beberapa hari sistem saraf dan jaringan atau otot-otot yang mengalami
kelumpuhan tadi akan normal kembali. Bahaya kematian yang dialami oleh manusia
yang terkena sambaran petir adalah tidak hanya akibat sambaran langsung tetapi juga
dapat diakibatkan oleh sambaran tidak langsung, sebab di sekitar titik atau tempat
33

terkena sambaran akan terdapat muatan listrik dengan kerapatan muatan yang cukup
besar, dimana muatan tersebut akan menyebar di dalam tanah dengan arah radial.
Penyebab muatan ini akan menimbulkan adanya tegangan langsung pada
manusia atau makhluk hidup lainnya yang berada di sekitar titik sambaran yang dapat
membahayakan, seperti tempat-tempat yang berbahaya, tempat yang berbahaya,
tempat yang basah dan berair, tempat terbuka, pohon-pohon yang tinggi, dekat
pentanahan penangkal petir (hantaran pentanahan) dan transformer pada gardu induk
dan lain-lain. Oleh karena itu dianjurkan agar manusia tidak berada dekat tempat-
tempat tersebut pada saat terjadi sambaran petir.
3.6 DAERAH PERLINDUNGAN
Daerah perlindungan suatu alat penangkal petir merupakan daerah yang terlindung
terhadap sambaran petir langsung pada jarak dan radius tertentu, atau dengan kata lain
adalah daerah yang berada di sekitar alat penangkal petir, di mana jika pelopor datang
pada daerah tersebut maka petir akan ditangkap. Jadi secara teoritis daerah tersebut
tidak akan tersambar oleh petir.

3.6.1 Daerah Perlindungan Penangkal Petir Franklin


Penangkal petir ini pertama kali ditemukan oleh Benyamin Franklin[3]. Pengaman
bangunan terhadap sambaran petir dengan sistem penangkal petir Franklin merupakan
cara tertua, namun masih sering digunakan karena hasilnya dianggap cukup
memuaskan, terutama untuk bangunan dengan bentuk tertentu, misalnya menara,
gereja dan bangunan yang beratap runcing seperti dapat dilihat pada gambar 3.1.
Franklin menempatkan sebuah batang penangkal petir dengan ujungnya dibuat
runcing di bagian dari bangunan yang akan dilindungi, tujuannya adalah bila pada
awan terjadi aktivitas pembentukan atau pengumpulan muatan, maka pada permukaan
bumi di bawah awan tersebut terinduksi muatan dengan polaritas yang berlawanan
sehingga menimbulkan medan listrik yang kuat di antara awan dan bumi. Medan
listrik yang amat kuat ini menyebabkan objek-objek di permukaan bumi yang
letaknya relatif tinggi seperti puncak pohon, ujung atau rumah dan bangunan yang
mempunyai bentuk relatif runcing merupakan sasaran untuk melepaskan muatan yang
berasal dari bumi berupa ion-ion positif.
Ion-ion ini membentuk saluran seperti pita di udara yang bergerak ke arah pita
yang dibentuk oleh ion-ion yang berasal dari awan yang bermuatan negatif. Bila
kedua pita tersebut bertemu di suatu titik udara, maka terjadilah sambaran kembali
34

yaitu peristiwa mengalirnya arus petir ke bumi melalui saluran yang dibentuk oleh
kedua pita tadi.
Oleh karena itu maka ujung batang penangkal petir dibuat runcing dengan
tujuan agar keadaan dimana terjadi aktivitas penumpukan muatan awan, maka di
ujung itulah akan terinduksi muatan dengan rapat muatan yang relatif besar
dibandingkan dengan rapat dari muatan-muatan yang terdapat pada bagian-bagian lain
dari bangunan, dengan demikian diharapkan bahwa petir akan menyambar ujung dari
batang penangkal petir itu terlebih dahulu.

Batang penangkal petir ini kemudian dibumikan melalui hantaran penyalur ke


elektroda pembumian. Tujuan dari hantaran penyalur dan elektroda pentanahan adalah
sebagai jalan bagi muatan bumi dan juga arus petir untuk keluar atau memasuki bumi
dari bangunan yang bersangkutan. Pada sistem penangkal petir Franklin digunakan
batang vertikal dan daerah perlindungan dari penangkal petir ini dinyatakan sebagai
suatu kerucut dari puncak dengan membentuk suatu sudut yang disebut sudut
perlindungan (protective angle).
Untuk bangunan-bangunan dengan permukaan atap yang tidak luas dan bentuk
atap yang runcing seperti menara, gereja dan atap berbentuk joglo, dapat digunakan
sebuah batang penangkal petir dengan ketinggian dan posisi yang dipilih sedemikian
rupa sehingga seluruh bangunan tersebut berada di dalam daerah perlindungan. Untuk
bangunan-bangunan yang mempunyai atap yang luas dapat digunakan beberapa
batang penangkal petir yang terhubung secara listrik satu dengan lainnya.

Gambar 3.1. Daerah perlindungan dari batang penangkal petir Franklin

Sebagai contoh penggunaan penangkal petir Franklin pada sebuah bangunan


dapat dilihat pada gambar 3.2.
35

Gambar 3.2. Contoh penggunan sistem penangkal petir Franklin pada bangunan

3.6.2 Daerah Perlindungan Penangkal Petir Sangkar Faraday


Sistem pengamanan bangunan terhadap sambaran petir dengan menggunakan sistem
Sangkar Faraday merupakan pengembangan dari sistem penangkal petir Franklin,
sehingga dalam banyak segi, prinsip kerja dari sistem Sangkar Faraday dapat
dikatakan sama dengan sistem penangkal petir Franklin. Perbedaannya hanyalah
terletak dalam segi penggunaan kepala penangkal petirnya. Bila pada sistem
penangkal petir Franklin digunakan batang-batang penangkal petir vertikal maka pada
sistem penangkan Sangkar Faraday digunakan penghantar-penghantar horizontal.
Penghantar horizonal digunakan karena sambaran petir yang biasanya
mengenai bagian-bagian yang runcing atau ujung-ujung dari atap bangunan dapat
menghasilkan rapat muatan yang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan rapat
muatan dari bagian-bagian atap bangunan yang lain.
Oleh karena itu, maka pada bagian-bagian yang berbahaya tersebut perlu
dipasang penghantar-penghantar horizontal yang berfungsi sebagai objek sambaran
petir sehingga bagian-bagian lain dari atap bangunan tersebut terlindungi. Untuk
bangunan yang beratap luas perlu ditambahkan beberapa penghantar horizontal.
Penghantar horizontal itu harus terhubung secara listrik satu dengan yang lain. Ini
merupakan prinsip dari sangkar Faraday dimana penghantar-penghantar horizontal
yang dipasang pada bagian teratas dari bangunan seolah-olah membentuk sangkar
36

pelindung yang melindungi bagunan tersebut terhadap induksi atau masuknya muatan
dari luar yang dapat membahayakan bangunan tersebut.
Untuk memperbaiki sistem Sangkar Faraday ini perlu ditambahkan beberapa
batang penangkal petir yang pendek (finial) pada bagian-bagian ujung, sisi, bagian
dari atap bagunan yang diperkirakan mudah tersambar petir. Batang pendek ini
dihubungkan secara listrik dengan penghantar horizontal yang terdekat. Tujuan dari
pemasangan (finial) adalah untuk memperlancar mengalirnya arus muatan dari bumi
ke awan dan sebaliknya dari awan ke bumi. Daerah perlindungan dari penghantar
horizontal dapat dilihat pada gambar 3.3 sedangkan contoh penggunaan sistem
penagkal petir jenis sangkar Faraday dapat dilihat pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Daerah perlindungan dari penangkal petir sangkar faraday


37

Gambar 3.4 Contoh penggunaan sistem penangkal petir sangkar faraday pada
bangunan

3.7 DAERAH PELINDUNG PENANGKAL PETIR


Daerah lindung penangkal petir adalah daerah yang dilindungi “ finial penangkal
petir” , finial terbuat dari logam. Finial merupakan titik sambaran petir, yang
kemudian mengalir arus petir ke tanah dan mencegah terjadinya sambaran petir di
tempat lain di daerah yang dilindunginya.
Daerah lindung suatu penangkal petir ditentukan oleh jarak sambar, dan
panjang sambaran petir ditentukan oleh tingginya arus petir. Arus petir maksimum
yang dapat menyambar finial diasumsikan sebesar 10-20 kA. Daerah lindung pada
suatu penangkal petir dapat dilihat pada gambar 3.5. Persamaan jarak sambar petir
berdasarkan pada rumus Wagner, dan energi yang tergabung pada saat sambaran petir
diturunkan oleh R.H Golde [4] yaitu:
H = 20.I 0,65 (m) (3.2)
dimana:
I = arus puncak petir (kA)
Rancangan penangkal petir dapat dibuat dengan tingkat perlindungan seperti
yang ditentukan pada table 3.7.

Table 3.7 Jarak sambar petir h untuk beberapa tingkat perlindungan penangkal petir
Tingkat perlindungan penagkal petir
Normal Tinggi Sangat tinggi
Jarak sambar
petir h dalam meter 140 120 110
38

Gambar 3.5 Daerah lindung penangkal petir


3.7.1 Sudut Penagkal Petir
Sudut lindung suatu penangkal petir diperlihatkan pada gambar 3.6 dengan besar
sudut lindung[3].
h
ϕ = Arc sin 1 − (3.3)

dimana:
ϕ = sudut lindung (°)
h = tinggi penangkal petir + tinggi bangunan (m)
h = jarak sambaran petir (m)
Sedangkan jari-jari daerah perlindungan didapat dengan menggunakan
persamaan
Berikut:
r = hf . tan ϕ (3.4)
dimana:
hf = tinggi total bangunan
39

Gambar 3.6. Sudut lindung penangkal petir

Sudut lindung merupakan dasar yang digunakan untuk mengetahui tinggi


penangkal petir yang sesuai dengan tingkat perlindungan. Pada tabel 3.8 dapat dilihat
sudut lindung penangkal petir untuk beberapa tingkat perlindungan yang ditentukan
oleh ketinggian penangakal petir[7].

Tabel 3.8. Sudut lindung suatu penagkal petir dengan tinggi h


Tinggi h (dalam meter) Sudut lindung (dalam º ) Tingkat perlindungan
Suatu penangkal petir
Normal Tinggi Sangat tinggi
5 61 49 30
10 49 30 0
15 39 14 -
20 30 0 -

3.7.2 Kecuraman Maksimum Arus Petir


Akibat yang ditimbulkan kecuraman arus petir, adalah terjadinya tegangan induksi
elektromagnetis pada benda logam di dekat instalasi penangkal petir atau di dekat
konduktor yang dilalui arus petir. Besar tegangan induksi yang didapat adalah:
40

di
Umaks = L maks (3.5)
dt

dimana:
L = induktansi diri (henry)

Sedangkan kecuraman maksimum untuk daerah Jakarta adalah 27,456893


dengan probabilitas 50%. Untuk perlindungan pada bangunan tinggi harus
diperhatikan arus yang mengalir pada panjang konduktor ke tanah, dimana secara
konstan akan menimbulkan tegangan osilasi dengan frekuensi yang ditentukan oleh
induktansi dan kapasitansi sepanjang konduktor tersebut. Sedangkan tegangan dan
osilasi ini ditentukan oleh basarnya tahanan.

3.7.3 Muatan Arus Petir


Muatan arus petir ( ) adalah muatan yang menentukan jumlah energi (W) yang
terwujud pada titik sambaran petir disetiap tempat, dimana arus petir dalam bentuk
busur listrik menembus sela isolasi. Muatan ini menyebabkan pelelehan finial
penangkal petir atau melelehnya atap logam yang digunakan sebagai titik sambar
petir.

3.7.4 Kuadrat Arus Implus


Kuadrat arus implus digunakan untuk penentuan tingginya pemanasan elektrodinamis
pada hantaran yang dialiri arus. Gambar 3.7 menunjukan pemanasan dan gaya tarik
pada hantaran.
41

#$

(%
& !

#$

&'
'
! !
"

Gambar 3.7 Pemanasan dan gaya tarik menarik pada hantaran disebabkan oleh
kuadrat arus (arus implus).

Untuk menetukan dimensi penangkal petir, maka data-data kuadrat arus


implusyang diperoleh dapat dilihat pada table 3.9.

Table 3.9 Nilai batas kuadrat arus implus (Berger 1973)


Tingkat perlindungan penangkal petir Nilai batas kuadrat arus impuls
i 2 dt ( A² . S j/ )
Normal 10 6
Tinggi 10.10 6
Sangat tinggi
100.10 6

Dalam menentukan perhitungan pemanasan pada penghantar atau bagian-


bagian yang mengaliri arus petir, maka efek kulit (skin effect) dapat diabaikan, yang
berarti bahwa arus petir terbagi rata pada seluruh konduktor yang dapat dihitung
temperaturnya pada penghantar terhadap media sekitar. Harga besaran-besaran
tersebut dapat dilihat pada table 3.10.

Table 3.10 Besaran resistivitas dan koefisien temperatur.


Besaran Alumunium Besi Tembaga
γ dalam (kg/m³) 2700 7700 8920
j
Lw dalam 908 469 385
kg.k
42

ρ dalam (Ω.m )
29.10 −9 120.10 −9 17,8.10 −9
α dalam (1/°k)
4,0.10 −3 6,5.10 −3 3,92.10 −3

3.8 HARGA RATA-RATA SAMBARAN PETIR TERHADAP BANGUNAN


Harga rata-rata sambaran petir langsung ke bangunan di dalam IEC publicatio[6],
dituliskan yaitu:
Nd = Ng . Ad .10 −6 (3.6)
dimana:
Ng = kerapatan sambaran petir ke tanah (sambaran/km² tahun)
Ad = luas daerah yang masih memiliki angka sambaran petir (m²)

Harga rata-rata sambaran petir ke tanah dipengaruhi oleh hari guruh rata-rata
pertahun di daerah tersebut, dan diekspresikan sebagai berikut:
Ng = 4.10 −2.T 1, 25 (3.7)
dimana:
T = hari guruh pertahun sebesar 53,81

Menurut IEC, besar Ad diperoleh secara empiris sebagai fungsi dari dimensi
bangunan di tanah datar, yaitu:

Ad = A + 6 P.H + 9πh 2 (3.8)


dimana:
A = luas atap bangunan (m²)
P = keliling atap bangunan (m)
H = tinggi bangunan (m)

Anda mungkin juga menyukai