Adoc - Pub - Bab III Identifikasi Dan Perumusan Masalah
Adoc - Pub - Bab III Identifikasi Dan Perumusan Masalah
BAB III
IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
tegangan langkah pada manusia atau hewan yang ada di sekitar titik sambaran dan
dapat membahayakan.
Untuk mencegah hal tersebut, maka dibutuhkan dan dibuat suatu peraturan
pelindung bangunan terhadap sambaran petir. Banyaknya bentuk dan konstruksi
bangunan maka perlu suatu peraturan umum untuk aturan dalam merencanakan sistem
pelindung terhadap sambaran petir. Banyak peraturan instalasi yang ada dan dipakai
di antaranya standard Inggris (BS code of practice, cp 326,1965) dan standard Jerman
VDE. Untuk Indonesia, telah ada suatu standarisasi yang diterbitkan atas prakarsa
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan (DPMB) dan LAPI ITB[7].
Faktor pertimbangan dalam merencanakan dan memasang sistem penangkal
petir di antaranya:
a. Keamanan teknis
b. Penampang penghantar pertanahan
c. Ketahanan mekanis
d. Ketahanan terhadap korosi
e. Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi
f. Faktor ekonomis
2 0
4 1
8 2
16 3
32 4
64 5
128 6
256 7
Pada bangunan yang akan diberi pengaman petir, perlu memperhatikan juga
jenis atap yang digunakan apakah menggunakan atap dasar atau atap runcing. Dengan
demikian teknik penangkal petir dan susunan penghantar di atas atap dapat
ditentukan.
Pada dasarnya instalasi penangkal petir tidak menambah atau mengurangi
kemungkinan terkena sambaran petir. Akan tetapi kalau terjadi sambaran petir, arus
petir akan disalurkan ke tanah lewat instalasi penyalur, sehingga bangunan dan isinya
terlindung dari sambaran petir. Besarnya kebutuhan tersebut dapat ditentukan secara
empiris berdasarkan pada indeks-indeks tersebut. Jelas bahwa semakin besar nilai R,
semakin besar pula bahaya serta kerusakan yang ditimbulkan oleh sambaran petir,
berarti semakin besar pula kebutuhan bangunan tersebut akan adanya suatu sistem
penangkal petir.
Berdasarkan pada indeks-indeks tersebut, pada gedung ANZ Tower dapat
dihitung perkiraan bahaya akibat sambaran petir.
Konstruksi pada bangunan ini dapat dogolongkan pada indeks B dengan nilai
2 yaitu bangunan dengan konstruksi beton bertulang, atau rangka besi dan atap bukan
logam.
Sedangkan tinggi bangunan/gedung ini adalah 102,5 meter. Jadi dapat di
golongkan pada indeks C dengan nilai 4. Situasi bangunan pada tanah datar sehingga
dapat digolongkan pada indeks D dengan nilai 0.
Hari guruh Indonesia pertahun menurut Badan Meterologi Indonesia untuk
daerah Jakarta adalah 53.81º, sehingga dapat digolongkan pada indeks E dengan nilai
5.
Berdasarkan pada indeks-indeks di atas, maka perkiraan bahaya akibat
sambaran petir dapat dihitung dengan menjumlahkan indeks tersebut seperti yang
diberikan pada rumus berikut.
R=A+B+C+D+E (3.1)
= 3 + 2 + 4+ 0 + 5 = 14
Berdasarkan pada table 3.6, nilai R (perkiraan bahaya) besar sehingga
pengamanan gedung ini akan adanya instalasi penangkal petir dianjurkan
Suatu instalasi penangkal petir harus dapat melindungi semua bagian dari
bangunan, termasuk juga manusia yang ada di dalamnya terhadap bahaya kerusakan
akibat sambaran petir.
terkena sambaran akan terdapat muatan listrik dengan kerapatan muatan yang cukup
besar, dimana muatan tersebut akan menyebar di dalam tanah dengan arah radial.
Penyebab muatan ini akan menimbulkan adanya tegangan langsung pada
manusia atau makhluk hidup lainnya yang berada di sekitar titik sambaran yang dapat
membahayakan, seperti tempat-tempat yang berbahaya, tempat yang berbahaya,
tempat yang basah dan berair, tempat terbuka, pohon-pohon yang tinggi, dekat
pentanahan penangkal petir (hantaran pentanahan) dan transformer pada gardu induk
dan lain-lain. Oleh karena itu dianjurkan agar manusia tidak berada dekat tempat-
tempat tersebut pada saat terjadi sambaran petir.
3.6 DAERAH PERLINDUNGAN
Daerah perlindungan suatu alat penangkal petir merupakan daerah yang terlindung
terhadap sambaran petir langsung pada jarak dan radius tertentu, atau dengan kata lain
adalah daerah yang berada di sekitar alat penangkal petir, di mana jika pelopor datang
pada daerah tersebut maka petir akan ditangkap. Jadi secara teoritis daerah tersebut
tidak akan tersambar oleh petir.
yaitu peristiwa mengalirnya arus petir ke bumi melalui saluran yang dibentuk oleh
kedua pita tadi.
Oleh karena itu maka ujung batang penangkal petir dibuat runcing dengan
tujuan agar keadaan dimana terjadi aktivitas penumpukan muatan awan, maka di
ujung itulah akan terinduksi muatan dengan rapat muatan yang relatif besar
dibandingkan dengan rapat dari muatan-muatan yang terdapat pada bagian-bagian lain
dari bangunan, dengan demikian diharapkan bahwa petir akan menyambar ujung dari
batang penangkal petir itu terlebih dahulu.
Gambar 3.2. Contoh penggunan sistem penangkal petir Franklin pada bangunan
pelindung yang melindungi bagunan tersebut terhadap induksi atau masuknya muatan
dari luar yang dapat membahayakan bangunan tersebut.
Untuk memperbaiki sistem Sangkar Faraday ini perlu ditambahkan beberapa
batang penangkal petir yang pendek (finial) pada bagian-bagian ujung, sisi, bagian
dari atap bagunan yang diperkirakan mudah tersambar petir. Batang pendek ini
dihubungkan secara listrik dengan penghantar horizontal yang terdekat. Tujuan dari
pemasangan (finial) adalah untuk memperlancar mengalirnya arus muatan dari bumi
ke awan dan sebaliknya dari awan ke bumi. Daerah perlindungan dari penghantar
horizontal dapat dilihat pada gambar 3.3 sedangkan contoh penggunaan sistem
penagkal petir jenis sangkar Faraday dapat dilihat pada gambar 3.3.
Gambar 3.4 Contoh penggunaan sistem penangkal petir sangkar faraday pada
bangunan
Table 3.7 Jarak sambar petir h untuk beberapa tingkat perlindungan penangkal petir
Tingkat perlindungan penagkal petir
Normal Tinggi Sangat tinggi
Jarak sambar
petir h dalam meter 140 120 110
38
di
Umaks = L maks (3.5)
dt
dimana:
L = induktansi diri (henry)
#$
(%
& !
#$
&'
'
! !
"
Gambar 3.7 Pemanasan dan gaya tarik menarik pada hantaran disebabkan oleh
kuadrat arus (arus implus).
ρ dalam (Ω.m )
29.10 −9 120.10 −9 17,8.10 −9
α dalam (1/°k)
4,0.10 −3 6,5.10 −3 3,92.10 −3
Harga rata-rata sambaran petir ke tanah dipengaruhi oleh hari guruh rata-rata
pertahun di daerah tersebut, dan diekspresikan sebagai berikut:
Ng = 4.10 −2.T 1, 25 (3.7)
dimana:
T = hari guruh pertahun sebesar 53,81
Menurut IEC, besar Ad diperoleh secara empiris sebagai fungsi dari dimensi
bangunan di tanah datar, yaitu: