Anda di halaman 1dari 22

1

TAUHID DALAM EKONOMI ISLAM

Makalah ini Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ekonomi Islam

Disusun Oleh
MARDIANTO (2131118)
Tadrian (2131119)
Azinta Nabila Chandra (2131109)
Angelia Puja Mayzi (2131110)
Ercha Velanda (2131124)

Dosen Pengampu

Mifta Farizqi, M.E

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH KELAS D

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

2022
2

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Filsafat Ekonomi Islam, dengan judul:
“Tauhid Dalam Ekonomi Islam”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Bangka Belitung

Disusun Oleh Kelompok : 1


3

DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. Pengertian Tauhid................................................................................................6
B. Pengertian Ekonomi.............................................................................................8
1. Ekonomi Syariah..............................................................................................9
2. Ekonomi Kapitalis..........................................................................................10
3. Ekonomi Sosialis.............................................................................................10
C. Pendekatan Islam terhadap Ekonomi...............................................................11
D. Hubungan Maqashid Syariah dengan Ekonomi..............................................13
1. Pengertian Maqashid Syariah.......................................................................13
2. Maqashid Syariah dan Ekonomi...................................................................14
E. Membangun Ekonomi dengan Prinsip Tauhid................................................16
BAB III............................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
Kesimpulan.................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam Memiliki tiga pondasi pokok, yaitu iman, islam, dan ihsan. Dalam
era kontemporer ini, iman sering disebut dengan teologi, ilmu kalam, aqidah,
ataupun tauhid. Adapun Islam, sering diistilahkan dengan syariat atau fiqih.
Sedangkan ihsan sendiri terkadang diistilahkan dengan tasawuf atau akhlaq. Iman
atau tauhid itu sendiri merupakan unsur utama dalam agama islam. Ia merupakan
ilmu yang bersifat global, sedangkan ilmu-ilmu yang lain bersifat parsial atau
cabang dari ilmu tauhid itu sendiri. Sehingga ilmu-ilmu lain yang bersifat parsial
itu harus dilandasi dengan ilmu tauhid yang bersifat global.

Ilmu tauhid sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan dan
segala sesuatu yang berkaitan dengannya, seperti sifat-sifat Allah atau yang
lainnya. Adapun dalam konteks islam sendiri, tauhid dimaksudkan untuk
mengesakan Allah SWT, atau menisbatkan hanya kepada Allah, atau bisa juga
diartikan sebagai penyerahan diri yang bulat terhadap kehendak Allah, baik
menyangkut ibadah ataupun muamalah, dalam rangka menciptakan kehidupan
yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Tauhid menjadi dasar seluruh konsep
dan aktifitas umat islam, baik dalam ibadah, juga dalam bermuamalah, seperti
dalam hal ekonomi, politik sosial maupun budaya.

Nilai-nilai tauhid dalam beribadah, tampak jelas dan merupakan sesuatu yang
lumrah, karena ibadah sendiri pasti didasari oleh keimanan kepada Allah SWT.
Berbeda halnya dengan bermuamalah, kebanyakn justru tidak menampakkan
sedikitpun nilai-nilai tauhid yang ada pada dirinya. Padahal seharusnya umat
islam tidak hanya tekun dalam beribadah, tetapi harus benar dalam bermuamalah.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana peran tauhid dalam
ilmu atau kegiatan ekonomi.
5

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian tauhid?


2. Apa pengertian ekonomi?
3. Bagaimana pendekatan islam terhadap ekonomi?
4. Apa hubungan Maqashid Syariah dengan ekonomi?
5. Bagaimana cara membangun ekonomi dengan prinsip tauhid?
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid

Pengertian Tauhid adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan


keesaan Allah. Hakikat tauhid adalah penyerahaan diri yang bulat kepada
kehendak Ilahi, baik menyangkut ibadah maupun muamalah, dalam rangka
menciptakan pola kehidupan yang sesuai kehendak Allah. Fondasi utama
seluruh ajaran islam adalah tauhid. Tauhid menjadi dasar seluruh konsep dan
aktivitas umat islam, baik ekonomi, politik, sosial maupun budaya.

Tauhid adalah inti ajaran Islam, bahkan juga inti ajaran semua agama samawi.
Para Nabi dan Rasul silih berganti diutus Allah ke muka bumi sesungguhnya
bertugas untuk menyampaikan paham tauhid ini. Tauhid –dalam banyak
tempat di tulis tawhid-merupakan kata benda kerja (verbal noun) sebuah
derivasi atau tashrif dari kata-kata “wahid” yang artinya “satu” atau “esa.”

Pengertian tauhid dalam bahasa arab, merupakan mashdar (kata suatu benda
dari sebuah kata kerja) berasal dari kata wahhada. yang dimaksud
wahhadasyai’a berarti menjadikan sesuatu itu menjadi satu. Sedangkan
menurut ilmu syariat mempunyai arti mengesakan terhadap Allah dan segala
hal yang merupakan kekhususan-Nya. Maka makna harfiah tauhid adalah
“menyatukan,” atau “mengesakan.” Bahkan dalam makna generiknya juga
digunakan untuk arti mempersatukan hal-hal yang terserak-serak atau
terpecah-pecah.

Pembagian yang sangat populer di kalangan para ulama adalah pembagian


pemahaman tauhid menjadi tiga bagian, yaitu tauhid berupa rububiyah,
uluhiyah, dan asma’ wa shifat. Tauhid rububiyah artinya adalah mengesakan
Allah di dalam hal penciptaan, kepemilikan serta pengurusan. Seperti firman
Allah dalam Surat Al A’raf ayat 54;

ُ ‫َأالَ لَهُ ْال َح ْل‬


‫ق َو ااْل َ ْم ُر‬
7

“ Ingatlah segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya ”

Tauhid uluhiyah ataupun tauhid ibadah. Disebut tauhid uluhiyah dikarenakan


penisbatanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan disebut tauhid ibadah
dikarenakan penisbatannya kepada makhluknya atau hambanya. Adapun
maksud tersebut ialah pengesaan Allah dalam hal ibadah, yakni bahwasanya
hanya Allah lah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi. Allah Ta’ala
berfirman :

‫اط ُل َو َأ َّن هللاَ هُ َو ْال َعلِ ُّي‬


ِ َ‫ق َو َأ َّن َما يَ ْد ُعوْ نَ ِم ْن ُدوْ نِ ِه ْالب‬
ُّ ‫َذالِكَ بِا َ َّن هللاَ هُ َو ْال َح‬
‫ْال َكبِ ْي ُر‬

“ Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hakiki dan


sesungguhnya yang mereka seru selain Allah adalah yang batil. Dan
sesungguhnya Dialah Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Besar.”

Tauhid asma’ wa shifat. Maksud dari hal ini adalah pengesaan terhadap Allah
‘Azza wa Jalla dengan nama dan sifat-sifat yang jadi milik-Nya.Tauhid ini
mewakili dua hal yaitu ketetapan dan kenafian, berarti kita harus menetapkan
nama-nama dan sifat-sifat bagi Allah seperti halnya yang ditetapkan bagi diri-
Nya. Juga agar kita tidak membuat sesuatu yang sama dengan Allah terhadap
nama dan sifat-Nya. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:

ِ َ‫ْس َك ِم ْثلِ ِه َش ْي ٌء َو هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْالب‬


‫ص ْي ُر‬ َ ‫لَي‬

“ Tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”

Seiring dengan perkembangan sejarah, nama ilmu ini juga berkembang dan
memiliki ciri-ciri tersendiri. Berikut adalah beberapa ilmu yang masih terikat
denga ilmu tauhid:

1. Ilmu ‘aqaid. Aqa’id adalah jamak dari akidah. Kata ini telah menjadi
bahasa Indonesia dan ditulis dengan akidah. Artinya simpul. Dari kata
ini juga lahir kata aqadyang bermakna perjanjian atau kontrak.
8

2. Ilmu Uhsuluddin. Kata Ushuluddin terdiri dari dua kata, ushul berasal
dari kata asal dan a-din. Secara sederhana kata ushuluddin
diterjemahkan dengan dasar-dasar agama atau pokok-pokok agama.
Bisa juga diartikan dengan asas-asas agama. Pada awalnya yang
dimaksud dengan ilmu ini adalah ilmu tauhid. Sehingga keduanya
menjadi identik. Belakangan yang masuk ke dalam bidang Ilmu
ushuluddinadalah ilmu yang mempelajari dasar-dasar agama. Yang
termasuk ke dalam ilmu-ilmu ushuluddin adalah Ulum Al-Qur’an atau
Tafsir, ulum al-Hadits, pemikiran dalam Islam seperti Teologi atau
Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawwuf.
3. Ilmu Kalam. Kata kalam diambil dari salah satu sifat Allah yaitu kalam
Allah yaitu Al Qur’an. Dalam sejarah Islam, persoalan kalam Tuhan
pernah diperdebatkan dikalangan mutakallimun. Oleh sebab itu,
dimensi logika sangat kental dalam diskursus ilmu kalam. Berbeda
halnya dengan ilmu tauhid yang lebih bersifat normatif. Jika
mempertahankan isu-isu yang menjadi bahan perdebatan dikalangan
mutakallimun, kita dapat merasakan kuatnya dimensi logika dalam
argumentasi-argumentasi yang mereka kemukakan. Perhatikanlah
ketika mereka berdebat tentang sifat Allah, perbuatan Allah, qadar atau
takdir sampai persoalan Al-Qur’an.
4. Theology. Nama ilmu ini berasal dari khazanah Barat. Theology terdiri
dari dua kata, theo yang artinya Tuhan dan logos yang artinya ilmu.
Theology dengan demikian bermakna ilmu tentang ketuhanan.1

B. Pengertian Ekonomi

Ekonomi adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan setiap tindakan atau
proses yang bersangkut paut dengan penciptaan barang atau jasa yang dibuat
untuk memenuhi kebutuhan manusia.2

1
H. Abdul Halim Hasan Al-Islahiyah Binjai, JURNAL PERSPEKTIF EKONOMI DARUSSALAM
Volume 2 Nomor 1, Maret 2016, h. 69.
2
Winardi, Kamus Ekonomi (Bandung: Mandar Maju, 1989), cet.ke-9.
9

1. Ekonomi Syariah

Sedangkan ekonomi islam atau ekonomi syariah menurut Dr. Muhammad bin
Abdullah Al Arabi, adalah kumpulan prinsip-prinsip umum tentang ekonomi yang
diambil dari Al Quran juga Sunnah, juga pondasi ekonomi yang dibangun atas
dasar pokok-pokok tersebut dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan
waktu. Berikut merupakan beberapa karateristik ekonomi islam, antara lain:

a. Bersumber dari Tuhan dan agama


Sumber awal ekonomi berbeda dengan sumber sistem ekonomi lainnya
karena merupakan kewajiban dari Allah. Ekonomi islam dihasilkan dari
agama Allah dan mengikat semua manusia tanpa terkecuali.
b. Ekonomi pertengahan dan berimbang
Diantara bukti sifat pertengahan dan keberimbangan ekonomi islam antara
lain posisi tengah yang di berikan kepada negara untuk melakukan
intervensi bidang ekonomi.
“Dan demikian kami menjadikan kamu umat islam, umat yang adil dan
pilihan.” 3
c. Ekonomi berkecukupan dan berkeadilan.\
Ekonomi ini di tunjukan untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan
manusia.
“Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan didalamnya dan tidak akan
telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak
pula di timpa panas matahari dan di dalamnya.”
d. Ekonomi pertumbuhan dan barakah
Beroperasi atas dasar pertumbuhan dan investasi harta dengan cara-cara
legal, agar harta tidak berhenti dari rotasinya dalam kehidupa sebagai
bagian dari mediasi jaminan kebutuhan-kebutuhan pokok bagi manusia.
“Dan orang-orang yang dhalim hanya mementingkan kenikmatan yang
mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang
berdosa”

3
Q.S. Al Baqarah: 143
10

2. Ekonomi Kapitalis

Sistem kapitalis memandang bahwa manusia adalah pemilik satu satunya


terhadap harta yang telah di usahakan. Tidak ada hak orang didalamnya.
Sosok pribadu di pandang memiliki hak untuk memonopoli sarana-sarana
produksi sesuai kekuasaannya.
Faktor pendorong adanya kebebasan tanpa batas antara lain :
a. Pandangan terhadap eksistensi individu sebagai pusat dunia dan tujuan
yang akan di raih.
b. Adanya tujuan untuk merealisasikan kekuasaan terbesar bagi
kepentingan individu.
c. Urgensi kebebasan ekonomi tanpa batas dan persaingan sempurna
yang di harapkan akan memberikan jaminan kebutuhan para
konsumen.

Adapun beberapa kelemahan pada ekonomi dengann sistem kapitalis,


antara lain:

a. Munculnya kesenjangan perimbangan dalam distribusi kekayaan


antara individu
b. Timbulnya krisis dan merajalelanya kejahatan
c. Meningkatnya praktek monopoli secaraempiris-aplikatif dan yuridis
sebagai bagian dari usaha untuk melemahkan semangat persaingan.

3. Ekonomi Sosialis

Memandang bahwa segala bentuk sumber kekayaan dan alat-alat produksi


adalah milik bersama masyarakat. Para anggota masyarakat secara individu
tidak memiliki hak kecuali pada retribusi yang mereka peroleh sebagai bentuk
pelayanan publik.4

Adapun perbedaan antara Ekonomi Islam dengan Ekonomi Sekuler dapat kita
perhatikan dalam tabel di bawah ini :

4
Abdullah Abdul Husain At Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar, dan Tujuan, (Yogyakarta:
Magistra Insania Press, 2004).
11

Ditinjau dari Segi Ekonomi Islam Ekonomi Sekuler

Tujuan Mengejar tujuan spiritual; Mengejar tujuan material


ketaatan kepada aturan
tuhan sebagai bentuk
penghambaan tertinggi

Penggerak Utama Kerjasama dan semangat Individualisme


persaudaraan

Perhatian Utama Kesejahteraan seluruh Maksimisasi keuntungan


umat manusia Personal

Rasionalitasdari Menggabungkan aspek Hanya berfokus pada


Kebenaran atau spiritual maupun aspek aspek material,
Realitas material memisahkan aspek
spiritual dan aspek
material

Sumber Pengetahuan Wahyu Tuhan, yaitu Al Pemikiran manusia


Utama Quran dan Sunnah

Cara Berfikir Berbasis kepercayaan Berbasis pada hukum


pada Tuhan alam yang deterministik

C. Pendekatan Islam terhadap Ekonomi

Ekonomi islam yang digali dari Al Quran dan As sunah, jika diaplikasikan secara
baik maka akan sangat berperan penting dalam masyarakat. Ekonomi islam
sendiri bertujuan untuk membumikan syariat islam dalam perekonomian suatu
masyarakat, membebaskan masyarakat muslim dari belenggu barat yang
menganut sistem kapitalis, menghidupkan nilai-nilai islami dalam seluruh
kegiatan ekonomi dan menyelamatkan moral umat dari faham materialism-
hedonisme.5
5
Dr. Rozalinda, M.Ag, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2014).
12

Adapun dalam pengembangan ilmu ekonomi islam, ada beberapa langkah yang
dapat dilalui yaitu, :

1. Mengidentifikasi masalah yang ada


2. Mencari prinsipnya dalam nash yang baik dan dinyatakan secara eksplisit
maupun implisit
3. Dalam mengembangkan teori ekonomi islam harus ditarik antara bagian
dari hukum yang membahas fiqih muamalah dan ekonomi islam.6

Adapun bentuk rasionalitas islam yang umum meliputi

1. Setiap pelaku ekonomi bertujuan untuk mendapatkan maslahah


2. Setiap pelaku ekonomi selalu berusaha untuk tidak melakukan
kemubaziran
3. Setiap perilaku ekonomi selalu berusaha untuk memimimkan resiko

Nilai dasar kepemilikan dalam islam, yakni setiap manusia pasti berusaha
memenuhi kebutuhan sehari-hari serta berusaha dan bekerja untuk
memperoleh kekayaan, namun dalam memperoleh kekayaan tersebut manusia
tidak dibebaskan begitu saja mengambil atau memanfaatkan sesuatu. Oleh
karena itu islam membuat aturan-aturan tertentu, karena semua pasti ada yang
halal dan haram, maka dalam perekonomian tetap dicantumkan prinsip-prinsip
islam.

Aktivitas ekonomi dalam islam tidak hanya persoalan material saja tetapi
juga spiritual dan moral merupakan hal yang sangat penting. Islam melihat
aktivitas ekonomi adalah salah satu cara untuk menciptakan maslahah
menuju falah(kebahagiaan dunia dan akhirat). Oleh karena itu upaya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya konsumsi yang dilakukan oleh seseorang
muslim akan sangat erat hubunganya dengan etika dan norma dari
konsusmsi itu sendiri.7

6
Eko Suprayitno, Pendekatan Ekonomi Makro Islam, (Yogyakarta: Graha ilmu, 2005).
7
Sumar’in, S.Ei, M.S.I, Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013).
13

D. Hubungan Maqashid Syariah dengan Ekonomi

1. Pengertian Maqashid Syariah

Secara etimologi maqashid syari’ah terdiri dari dua kata, yaitu maqashid
dan syariah. Maqashid adalah bentuk jamak dari Maqshud yang berarti
tujuan. Adapun Syariah bisa dikatakan sebagai jalan menuju arah sumber
kehidupan.8 Beberapa ulama’ terdahulu mengemukakan beberapa pengertian
tentang maqashid syariah, antara lain:

Imam Ghazali :

‫فرعاية المقاصد عبارة حاوية لالبقاء و دفع القواطع و التحصيل على‬


‫سبيل الالبتداء‬

“ Penjagaan terhadap maksud dan tujuan syariah adalah upaya mendasar


untuk bertahan hidup, menahan faktor-faktor kerusakan dan mendorong
terjadinya kesejahteraan.”

Ahmad Al Rasyuni :

‫الغايات التي وضعت الشريعة الجل تحقيقها لمصلحة العباد‬

“ Maqashid syariah merupakan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh


syariah untuk dicapai demi kemaslahatan manusia.”

Abdul Wahab Khallaf :

‫المقصود العام للشارع من تشريعة االحكام هو تحقيق مصالح الناس بكفالة‬


‫ضرورياتهم وتوفير حاجياتهم و تحسينياتهم‬

8
Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc, M.E.I dan Dr. Abdul Kadir Riyadi, Lc, M.S.Sc, Prinsip Dasar
Ekonomi Islam Prespektif Maqashid Al Syari’ah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014),
h. 41.
14

“ Tujuan umum ketika Allah menetapkan hukum-hukumNya Adalah untuk


mewujudkan kemaslahatan manusia dengan terpenuhinya kebutuhan yang
dharuriyah, hajiyah, dan tahsiniyah.”9

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa maqashid


syariah adalah maksud Allah selaku pembuat syariah untuk memberikan
kemaslahatan kepada manusia, agar manusia sendiri bisa hidup dalam
kebaikan dan dapat menjadi hamba Allah yang baik. Jadi bisa dimengerti
bahwa setiap hukum syariah pasti memiliki alasan dan tujuan
pemberlakuannya. Yakni bertujuan untuk membangun dan menjaga
kemaslahatan manusia dari segala aspek.

2. Maqashid Syariah dan Ekonomi

Begitu halnya dalam aspek atau bidang ekonomi, bahwa setiap hukum-
hukum atau syariah dalam ekonomi yang ditetapkan Allah, memiliki alasan
dan tujuannya. Dalam bidang ekonomi sendiri islam memiliki sistem
ekonomi yang secara fundamental berbeda dari sistem-sistem yang tengah
berjalan. Ia memiliki akar dalam syariat yang membentuk pandangan dunia
sekaligus sasaran-sasaran dan strategi (maqashid syariah) yang berbeda
dengan sistem-sistem sekuler yang menguasai dunia saat ini. Sasaran-
sasaran yang dikehendaki islam secara mendasar, bukan materiil.

Mereka didasarkan atas konsep-konsep islam sendiri tentang kebahagiaan


manusia (falah) dan kehidupan yang baik (hayatan thayibatan) yang sangat
menekankan aspek persaudaraan (ukhuwah), keadilan sosioekonomi, dan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan spritiual manusia. Karena pada
hakikatnya manusia sendiri tidak akan dapat merasakan kebahagiaan dan
ketenangan batin kecuali jika telah dicapai melalui pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan materiil dan spiritual.10

9
ibid, h. 43.
10
H. Abdul Halim Hasan Al-Islahiyah Binjai, JURNAL PERSPEKTIF EKONOMI DARUSSALAM
Volume 2 Nomor 1, Maret 2016, h. 69.
15

Tujuan-tujuan syariat (maqashid syariah) mengandung semu yang


dibutuhkan manusia untuk merealisasikan falah dan hayatan thayyibah
dalam batas-batas syariat. Adapun dalam pandangan Al Quran, filsafat
fundamental dari ekonomi islam adalah tauhid. Karena hakikat tauhid itu
sendiri adalah penyerahan diri yang bulat kepada kehendak illahi, baik
menyangkut ibadah maupun muamalah, dalam rangka menciptakan pola
kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Tauhid menjadi dasar
seluruh konsep dan aktifitas umat islam, baik ekonomi, politik, sosial,
maupun budaya.

Filsafat ekonomi islam didasarkan pada konsep triangle: yakni Tuhan,


manusia, dan alam (Athoillah dan Annes, 2012). Kunci filsafat ekonomi
islam terletak pada manusia dengan Tuhan, alam dan manusia lainnya.
Filsafat ekonomi islam inilah yang membedakan ekonomi islan dengan
sistem ekonomi lainnya. Filsafat ekonomi yang islami, memiliki paradigma
yang relevan dengan nilai-nilai logis dan etis yang islami yang kemudian
difungsionalkan ke tengah tingkah laku manusia. Dari filsfatat ekonomi ini
diturunkan juga nilai-nilai instrumental sebagai perangkat peraturan
permainan suatu kegiatan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu poin yang menjadi dasar
perbedaan antara sistem ekonomi islam dengan ekonomi lainnya adalah
pada falsafahnya, yang terdiri dari nilai-nilai dan tujuan. Dalam ekonomi
islam, nilai-nilai ekonomi bersumber pada Al Quran dan hadits berupa
prinsip-prinsip universal. Jika sistem ekonomi lain hanya terfokus pada
hukum sebab akibat dari suatu kegiatan ekonomi, Islam lebih jauh
membahas nilai-nilai dan etika yang terkandung dalam setiap kegiatan
ekonomi tersebut. Nilai-nilai inilah yang selalu mendasari setiap kegiatan
ekonomi islam.

Dalam Islam, pelaku ekonomi akan terdorong untuk memproduksi barang dan
jasa berbasis maslahah dalam tiga tingkatan prioritas, yaitu dharuriyyat (hal-hal
yang mendasar), hajiyyat (segala kebutuhan yang melengkapi hal mendasar) dan
16

tahsiniyyat (segala hal yang memperbaiki atau memperindah hal mendasar).


Semakin tinggi prioritasnya, semakin besar nilai maslahah yang dikandungnya.
Prioritas dalam ekonomi Islam yang berbasis maslahah ini secara radikal berbeda
dari prioritas dalam ekonomi konvensial yang berbasis utility dan profit.

Maqashid memiliki peran penting dalam alokasi dan distribusi sumber daya. Hal
ini dikarenakan keimanan memberi dampak signifikan terhadap hakikat, kuantitas
dan kualitas kebutuhan material dan non-material manusia beserta cara
pemuasannya. Iman juga berfungsi sebagai filter moral yang akan mengkontrol
self-interest dalam batas-batas social-interest. Sedangkan jiwa, akal dan keturunan
adalah kebutuhan moral, intelektual dan psikologis manusia yang sangat penting.
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini akan menciptakan pemenuhan yang
seimbang terhadap semua kebutuhan hidup manusia dan juga akan berpengaruh
signifikan terhadap variabel-variabel ekonomi yang penting, seperti konsumsi,
tabungan dan investasi, lapangan kerja dan produksi, serta distribusi pendapatan.

E. Membangun Ekonomi dengan Prinsip Tauhid

Telah diuraikan bahwa kemunculan ekonomi islam tidak dipandang semata-mata


sebagai instrument alternatif,tetapi juga diharapkan sebagai sebuah instrumen
dekonstruktif ontologi dan epistemologi ekonomi positivistik. Apabila selama ini
mind set individu-individu telah diisi dengan pemahaman bahwa tujuan aktivitas
ekonomi tidak lain untuk mengejar laba berupa materi, maka dekonstruksi dapat
dilakukan dengan cara mengajukan dan memperluas pemahaman baru tentang
profit,dan nilai-nilai lain selain materi yaitu dengan prinsip-prinsip islam.

Dengan kata lain,nilai-nilai islami yang diinterasikan dengan kegiatan ekonomi


menempatkan individu (manusia) sebagai ekologinya (lingkungan keluarga),
manusia dengan anggota masyarakat, manusia dengan alam, tetapi juga manusia
dengan Tuhan. Individu juga diarahkan untuk hidup sesuai dengan kaidah moral
menunjukan eksistensi manusia sebagai makhluk yang bermoral. Moral manusia
berkaitan dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan11 Langkah-langkah
strategis untuk memenuhi prinsip-prinsip syariah: seperangkat regulasi
11
(Danim,2003: Mulyana,2004:103; Soetomo, 1995: 58-9, dan Ulwan, 1992:1)
17

perekonomian yang bijaksana,efisiensi dan persaingan yang operasional,dan


stabilitas yang sistemik.

Nilai-nilai syariah dalam perspektif mikro yang menekankan pada integritas dan
prudensialitas dalam membangun perekonomian dengan prinsip tauhid ada
beberapa kriteria dasar sebagai berikut:

1. Shiddiq : Untuk menjamin moralitas tinggi dalam managemen keuangan


dan perekonomian yang membawa kepada kejujuran.Dalam prinsip ini
harus dijalankan secara jujur,halal,serta menghindari kegiatan subhat dan
haram.
2. Tabligh : Untuk mensosialisasikan dan mendidik masyarakat dengan
prinsip-prinsip syariah,produk dan jasa serta juga memperoleh
kemaslahatan.
3. Amanah : Untuk menjaga kepercayaan bersama antara pemilik modal
(shohibul maal) dan dewan pengawas melalui kejujuran dan prodensialitas
dalam operasi perekonomian.
4. Fathanah : Untuk menjamin pengelolaan secara profesional agar
memperoleh keuntungan dengan resiko yang dapat diatur dan menjamin
jasa pelayanan diberikan dalam ri’ayah dan mas’uliyah.

Nilai-nilai syariah dalam perspektif makro menekankan pada sumbangan riil pada
kesejahteraan social melalui implementasi beberapa norma sebagai berikut:

1. Norma zakat: Untuk merangsang masyarakat berinvestasi. Karena zakat


hanya ditarik dari keuntungan investasi dan atas harta kekayaan pokok.
2. Norma pelarangan riba: Untuk mengangkat keuangan yang berdasarkan
bagi hasil dan untuk melarang riba.
3. Norma pelarangan terhadap spekulasi tidak produktif (maisir): Untuk
menjamin kegiatan ekonomi selalu diperoleh dari kegiatan ekonomi riil.
4. Norma informasi asimetris (mengurangi gharar): Untuk mengangkat
transparansi dalam semua transaksi.12

12
Said Agil Husin Al-Munawwar,Rini M.sumarno Soewandi, Bangunan Ekonomi yang
Berkeadilan.
18

Tipologi Modernis-spiritual

Tipologi individu modernis –spiritual boleh diktakan eksklusif,dalam istilah yang


lebih teknis individu dengan tipologi ini meyakini bahwa aktifitas dunia yang
dilakukan merupakan satu siklus yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan
lain yang kekal dan abadi,yaitu akhirat.

Individu yang melakukan transaksi ekonomi dalam institusi keuangan islami


mengharapkan nilai tambah syaiah,yaitu nilai tambah yang diharapkan diperoleh
dari transaksi ekonomi dengan cara yang baik, halalan thoyban, diproses, serta
didistribusikan kepada yang berhak dengan cara yang halal, sesuai dengan
petunjuk syariah,

1. Ekspektasi menabung, dengan dasar kesalehan material seperti


pemotongan zakat 2,5% dari hasil bagi hasil yang diperoleh
didistribusikan kepada pihak yang memerlukan
2. Ekspektasi kesalehan material, ada 3 unsur yaitu Nilai tambah materi
yang didalamnya melekat aspek mental dan spiritual.
a. Mental, melalui menebarkan sifat-sifat kemanusiaan dan ketuhanan
seperti kasih saying,cinta,damai,adil,jujur,empati,dan lain sebagainya.
b. Spiritual, dapat dilihat secara nyata interaksi individu dengan sesama
manusia dan dengan lingkungannya. Indikator kesalehan spiritual
adalah ihsan,cinta dan takwa.

Tabel perspektif ekonomi individu modernis-spiritualis

No Realitas Perspektif Indikator Orientasi stakeholders


1. Fisik Kesalehan  Nilai tambah Proses Manusia,alam
(materi) keuangan syari’ah zakat dan hasil dan Tuhan
2. Psikis Mental dan  Damai Proses Manusia,alam
(mental) Sosial  Kasih dan Tuhan

 Sayang
 Adil
 Empati
19

 Peduli
 Dsb
3. Spiritual Kesalehan  Ihsan Proses Manusia, alam
spiritual  Cinta dan Tuhan

 Taqwa
 Dsb

Meskipun upaya semacam ini tidaklah mudah,namun dengan kembali kepada satu
dasar pemahaman bahwa realitas ekonomi yang telah mapan selama ini adalah
hasil konstruksi manusia,karena melibatkan manusia dalam proses
konstruksinya,maka dengan menghadirkan aspek-aspek lain yang lebih sempurna
niscaya akan mampu menggoyahkan kemapanannya. Ia (realitas) bisa dirubah dan
bisa mengubah (Polama, 1994 dan Veegar,1993)13

13
Muhammad, Metodologi dan Aplikasi Ekonomi Syari’ah,
20

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pemahaman yang paripurna tentang konsep tauhid ini berimplikasi kepada


keseluruhan kegiatan kehidupan dan perilaku manusia didunia. Syahadah adalah
kesaksian sekaligus pernyataan moral yang mendorong manusia untuk
melaksanakannya dalam kehidupannya secara menyeluruh (kaffah) termasuk
dalam kehidupan ekonomi umat manusia.

Pandangan dunia yang dimulai dari konsep ke-Tuhanan atau keesaan Tuhan akan
berimplikasi kepada kegiatan kehidupan manusia didunia secara keseluruhan. Ada
tuntutan bahwa apapun bentuk formulasi atau konsep ekonomi yang dirumuskan
harus terjaga dalam kerangka kebenaran tauhid., dan ada keyakinan pula bahwa
ada pertanggungjawaban yang harus dijalani yang pada akhirnya oleh setiap
pelaku ekonomi dari setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan. Kebenaran dalam
konsep tauhid adalah mutlak milik Allah SWT.

Menjalankan aktivitas ekonomi dengan senantiasa memastikan sejalan dengan


ketentuan Allah SWT merupakan bentuk rill dari keimanan seseorang sebagai
seorang muslim. Dengan kata lain, pilihan (choice) untuk berekonomi secara
islami adalah merupakan konsekuensi keberislaman seseorang (alasan ideologis).
Mengingkari prinsip-prinsip syariah dalam beraktivitas ekonomi akan membawa
pada kemunafiqan, kefasikan atau bahkan kesyirikan.
21

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Hasan Al-Islahiyah Binjai, H, JURNAL PERSPEKTIF EKONOMI


DARUSSALAM Volume 2 Nomor 1, Maret 2016, h. 69.
Winardi, Kamus Ekonomi (Bandung: Mandar Maju, 1989), cet.ke-9
Abdullah Abdul Husain At Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar, dan Tujuan,
(Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004).
Rozalinda, Dr. M. Ag, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2014).
Eko Suprayitno, Pendekatan Ekonomi Makro Islam, (Yogyakarta: Graha ilmu,
2005).
Sumar’in, S.Ei, M.S.I, Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Islam, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2013).
Ika Yunia Fauzia,Dr. Lc, M.E.I dan Dr. Abdul Kadir Riyadi, Lc, M.S.Sc, Prinsip
Dasar Ekonomi Islam Prespektif Maqashid Al Syari’ah, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2014), h. 41.
Said Agil Husin Al-Munawwar,Rini M.sumarno Soewandi, Bangunan Ekonomi
yang Berkeadilan.
Muhammad, Metodologi dan Aplikasi Ekonomi Syari’ah,

M. Umer Chapra, Dr, Islam dan Tantangan Ekonomi, ( Depok: Gema Insani
Press, Cet.1, 2000)
22

Anda mungkin juga menyukai