Anda di halaman 1dari 7

RESUME SHORTCOURSE

NAMA : Sukma Dewi Hapsari


NIM : 2107052032
RESUME MATERI PEMBICARA I (600 KATA)
Narasumber : Dr. Mhd. Lailan Arqam, M.Pd.
How is Educational Field Being Prepared to Face The Digital Century of Smart
Society 5.0 in The Post Pandemic
Maraknya penyebaran virus Covid-19 yang terjadi pada tahun 2019 lalu
menjadikan banyak perubahan di segala bidang termasuk juga pendidikan, salah
satunya yang sangat besar pengaruh yang di rasakan oleh seluruh orang di dunia
adalah percepatan teknologi. Dalam menanggapi hal tersebut bidang pendidikan
perlu mempersiapkan untuk menghadapi era selanjutnya dengan model learning
society 5.0 dan menjadi masyarakat yang cerdas di masa depan seperti halnya
teknologi yang di ciptakan. Kecenderungan kehidupan saat ini tidak terlepas
dari peran teknologi informasi dan komunikasi dengan segala dampak positif
dan negatifnya, sehingga mendorong terjadinya pergeseran pembiasaan positif
dan negatif dalam setiap elemen kehidupan manusia di dunia.
Pendidikan di society 5.0 memiliki pola childhood, teacher, school,
system, character, & habituation. Pola tersebut dilakukan dengan
mengedepankan teknologi sebagai sesuatu yang perlu dihadapi tanpa
kehilangan karakter dan nilai-nilai nasionalisme. Dengan berbagai fenomena
yang muncul, sehingga memunculkan suatu kebijakan akan membawa sisi
positif dalam dunia pendidikan itu sendiri, salah satunya dengan mengenalkan
pendidikan pada teknologi. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang
sedang mempersiapkan generasi emas abad 21 yang siap menghadapi era
society 5.0.
Era super smart society 5.0 sendiri di perkenalkan oleh Pemerintah
Jepang pada tahun 2016, yang di buat khusus untuk mengantisipasi gejolak
distrupsi akibat revolusi industri 4.0 yang menimbulkan ketidakpastian yang
kompleks dan ambigu. Hasilnya konsep society 5.0 disiapkan untuk
menghadapi badai dan distrupsi teknologi serta di bersamai dengan nilai-nilai
positif bagi pelakunya. Kualitas sistem lama yang mengandalkan membaca,
menulis dan matematika harus di perkuat dengan menyiapkan literasi baru,
yaitu literasi data, teknologi dan sumber daya manusia. Literasi data adalah
kemampuan untuk membaca, menganalisis dan menggunakan informasi dari
data di abad digital.
Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh dunia pendidikan di Indonesia
untuk menghadapi society 5.0 yaitu yang pertama dilihat dari infrastruktur,
pemerintah harus berusaha untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan
perluasan koneksi internet ke semua wilayah Indonesi, karena seperti yang kita
ketahui bahwa saat ini belum semua wilayah Indonesia dapat terhubung dengan
koneksi internet. Kedua, dari segi SDM yang bertindak sebagai pengajar harus
memilikiketerampilan dibidang digital dan berfikir kreatif. Di era masyarakat
5.0 (society 5.0) guru dituntut untuk lebih inovatif dan dinamis dalam mengajar
di kelas. Ketiga, pemerintah harus bisa menyinkronkan antara pendidikan dan
industri agar nantinya lulusan dari perguruan tinggi maupun sekolah dapat
bekerja sesuai dengan bidangnya dan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan
oleh industri sehingga nantinya dapat menekan angka pengangguran di
Indonesia. Ada empat hal yang harus menjadi perhatian perguruan tinggi untuk
menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi.
Pertama, pendidikan berbasis kompetensi menjadi salah satu misi utama
perguruan tinggi di era sekarang. Setiap mahasiswa mempunyai bakat dan
kemampuannya masing–masing oleh karena itu, pendekatan teknologi
informasi dibutuhkan untuk membantu menentukan program studi yang tepat
sesuai dengan kemampuannya. Kedua, pemanfaatan (IoT) Internet of things
pada dunia pendidikan. Dengan adanya IoT dapat membantu komunikasi antara
dosen, mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Tiga, pemanfaatan
virtual/augmented reality dalam dunia pendidikan. Dengan digunakannya
augmented reality dapat membantu mahasiswa dalam memahami teori – teori
yang membutuhkan simulasi tertentu sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Teknologi 3D pada augmented reality membuat pemakainya merasakan
simulasi digital, layaknya kegiatan fisik nyata.Misalkan pada simulasi pesawat
terbang yang digunakan oleh para siswa penerbangan untuk lolos uji coba,
sebelum melakukan praktik terbang langsung dengan pesawat sebenarnya.
Keempat, pemanfaatan Artifical Intelligence (AI) dalam dunia pendidikan
untuk mengetahui serta mengidentifikasikebutuhan pembelajaran yang
dibutuhkan oleh pelajar. Proses identifikasi kebutuhan siswa akan lebih cepat
dengan teknologi mechine learning yang tertanam artifical intelligence.
Dunia pendidikan harus mengikuti aturan di mana teknologi berjalan agar
pendidikan dapat menghadapi teknologi terbaru yaitu smart society 5.0 di era
pascapandemi. Teknologi tersebut diprediksi akan menjadi pedoman bagi
masyarakat termasuk dalam bidang pendidikan yang di sebut abad digital.
Semuanya menggunakan teknologi digital termasuk pembelajaran. Inovasi ini
dapat menjadi alternatif untuuk mendapatkan pengetahuan yang lebih mudah,
tidak hanya untuk membuat proses kehidupan masyarakat menjadi lebih baik
tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan wawasan manusia tentang
teknologi itu sendiri.
RESUME MATERI PEMBICARA II (600 KATA)
Narasumber : Unik Hanifah Salsabila, M.Pd
The Use of Media in Islamic Education during & post Pandemic
Penggunaan media pembelajaran selama masa Covid-19 meningkat
tajam, bahkan sampai sekarang yang orang menyebut sudah pasca pandemi. Hal
ini juga terjadi di pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tentunya ini menjadi
tantangan tersendiri bagi guru Pendidikan Agama Islam dan yang lain untuk
membuat pembelajaran jarak jauh ini seperti pembelajaran tatap muka dengan
bantuan media pembelajaran yang banyak sekali jenisnya, sehingga nantinya
bisa menjadi lingkungan belajar mengajar yang membuat peserta didik menjadi
pembelajar sepanjang hidup dan mempersiapkan peserta didik dalam
menghadapi abad ke-21.
Desain pembelajaran model flipped learning dinilai lebih masuk akal
dan kompatibel di masa teknologi seperti sekarang ini, khususnya pada
pelajaran agama yang cenderung tradisional. Materi-materinya tidak hanya
dijumpai secara tertulis di kitab, tetapi juga dapat digali melalui video dan
media lainnya. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri, sebab konsep awal
penerapan pembelajaran terbalik itu sendiri muncul karena adanya
perbedaan yang terjadi pada peserta didik. Beberapa dari mereka
memiliki orangtua berpendidikan yang mampu membantu tugas mereka,
sementara yang lain tidak. Pada kasus demikian, mereka hanya
mengandalkan bantuan dari para ahli di lapangan (pendidik di
sekolah). Maka desain flipped learning tersebut memberikan dukungan
kepada peserta didik untuk menyelesaikan tugas mereka. Desain tersebut
menyediakan waktu kepada mereka untuk menganalisis konten yang telah
diberikan.
Namun mengingat desain ini bersinggungan langsung dengan
teknologi, tentunya ia memiliki keterbatasan. Diantaranya
adalah kemungkinan timbulnya pembelajaran yang tidak efektif. Hal ini
dapat terjadi sebab peserta didik menggunakan alat-alat mereka sendiri.
Sebagai contoh mereka mengakses video pembelajaran sembari melihat
siaran sepak bola atau mendengarkan musik. Hal tersebut tentu
mengurangi perhatian mereka terhadap konten materi yang telah
diberikan. Namun keterbatasan tersebut dapat diatasi dengan adanya
pengawasan dan pendampingan intensif orang tua ataupun orang terdekat
peserta didik.
Pemberdayaan desain model flipped learning menjadi efektif pada
setiap tingkat pendidikan, tergantung pada kualitas pendidik dan peserta
didik, sumber daya dan efisiensi waktu yang ditentukan. Desain
pembelajaran terbalikini juga cukup bagus untuk memperoleh
pengetahuan secara prosedural. Dalam taksonomi Bloom yang telah
direvisi oleh Lorin Anderson, tujuan pembelajaran pada ranah kognitif
terbagi menjadi 6 tingkatan, dimulai dari Remembering (mengingat),
Understanding (memahami), Applying (menerapkan), Analyzing
(menganalisis), Evaluating (mengevaluasi) dan Creating (menciptakan).
Untuk menerapkan desain model flipped learning tersebut, tahapan
mengingat (remembering) dan memahami (understanding) sebagai
tingkatan ranah kognitif yang paling rendah, dilakukan di luar
kelas. Sedangkan kegiatan pembelajaran peserta didik di ruang kelas
lebih fokus pada empat tingkatan kognitif teratas, yaitu tahap
applying, analyzing, evaluatingdan creating. Sebagai gambaran, para peserta
didik disajikan berbagai konten materi dalam bentuk ceramah yang
direkam maupun video yang diakses di luar kelas. Kemudian segala
bentuk pengetahuan dan pemahaman materi melalui bacaan, audio-
visual tersebut akan mengantarkan peserta didik kepada tingkatan kognitif
yang lebih tinggi ketika berada di ruangan kelas.
Dengan desain model pembelajaran terbalik ini, peserta didik
mampu mencapai tahap pengetahuan teratas dengan efisiensi waktu yang
lebih banyak dihabiskan berdiskusi, bertukar gagasan, presentasi dan
kegiatan belajar lainnya di ruangan kelas. Secara teknis agar penerapan
flipped learning berjalan dengan baik, para guru harus menyiapkan
beberapa hal sebagaimana berikut:
a. Kemampuan melek teknologi atau TIK (Teknologi, Informasi
dan Komunikasi) yang ada pada diri guru. Hal ini karena merekalah
yang membuat konsep, mengatur panjang-pendek, banyak-sedikitnya
materi yang diberikan kepada peserta didiknya. Atau setidaknya
mereka lebih up-to-datemenggunakan konten-konten video
terkenal seperti YouTube dan sebagainya. Mereka tidak harus
membacakan kitab klasik seperti pada umumnya dengan
berceramah, melainkan juga dengan berkreasi melalui alat teknologi
yang ada.
b. Media pembelajaranonline seperti e-book, video, rekaman dan
sebagainya.
c. Perangkat teknologi yang memadai seperti komputer,
laptop, handphone dan sebagainya
d. Jaringan internet yang stabil. Hal ini menjadi penting jika
seorang pendidik ingin menyiarkan video pembelajarannya secara
live seperti video call, streamingdan sebagainya.
Dengan memperhatikan langkah-langkah tersebut, pendidik
akan mudah mengimplementasikan pembelajaran model flipped learning.
Pendidik juga mampu memanfaatkan teknologi dan informasi
melalui pendekatan pedagogis tanpa menyita waktu peserta didiknya
untuk mendengarkan ceramah dariawal hingga akhir proses belajar-
mengajar. Di satu sisi, pendidik tersebut akan dapat menghemat tenaga,
baik secara fisik maupun mental ketika mereka menghadapi peserta
didiknya.

RESUME MATERI PEMBICARA III (600 KATA)


Narasumber : Dr. Djamaluddin Perawironegoro, M.Pd.I
Building Organizational System on Educational Institution
Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efesiensi untuk mencapai tujuan tertentu. Ini berarti sumber daya manusia
berperan penting dan dominan dalam manajemen. Tugas penting bagi seorang
manager adalah menyeleksi menempatkan, melatih dan mengembangkan
sumber daya manusia. Manajemen pendidikan sebagai suatu proses
atau sistem pengelolaan. Kegiatan-kegiatan pengelolaan pada suatu sistem
pendidikan bertujuan untuk keterlaksanaan proses belajar mengajar yang baik.
Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam suatu
organisasi atau perusahaan. Sumber daya manusia dipahami sebagai kekuatan
yang timbul dari potensi dirinya dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia
yang baik kemungkinan besar akan dapat mengantarkan suatu organisasi
mencapai tujuannya. Tanpa sumber daya manusia yang baik
kemungkinan besar sulit untuk mencapai sebuah tujuan organisasi. Ini
yang termasuk salah satu fungsi dari manajemen sumber daya
manusia.Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya lainnya agar mencapai tujuan organisasi.Oleh karena itu
seluruh anggotaataukompenen suatu lembaga pendidikanyang baik sebagai
salah satu bagian dari suatu organisasi harus melaksanakan manajemen
yang baik agar tujuan visi dan misi sekolah tercapai dengan baik dan tepat
waktu. Fungsi manajemen dibagi menjadi 2 (dua) macam yatiu Manajemen
operatif dan manajemen administratif lebih berurusan dengan penetapan tujuan
dan kemudian perencanaan, penyusunan kepegawaian, dan pengawasan
kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi untuk mencapaitujuan. Sedangkan
manajemen operatif lebih mencakup kegiatan memotivasi, supervisi dan
kamunikasi dengan karyawan untuk mengarahkan mereka mencapai hasil-
hasil yang efektif.
Manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian
kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama
sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan,
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan
sebelumnya, agar efektif dan efesien. Manajemen pendidikan
sebagai suatu proses atau sistem pengelolaan. Kegiatan-kegiatan
pengelolaan pada suatu lembaga pendidikan bertujuan untuk
terlaksananya proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yang baik.
Pada konteks manajemen pendidikan Islam, sekurang-kurangnya
ada 3 (tiga) cara pengkajian dan penulisan risalah manajemen
pendidikan Islam. Cara pertama dengan menggali teori-teori
fungsional untuk kemudian diaplikasikan ke dalam pendidikan Islam. Cara
kedua dengan menempatkan isi dan proses pendidikan Islam sebagai
suatu sistem dalam pendidikan nasional. Tolak ukurnya adalah
peraturan perundang-undangan terkait pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran. Cara ketiga ialah dengan mengikuti standar manajemen
pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan berdasarkan peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007 tentang standar
pengelolaan Pendidikan.
Persoalan mutu tidak hanya menyangkut soal input, proses, dan
outputsaja tapi juga outcome. Input pendidikan yang bermutu adalah
pendidik, karyawan, peserta didik, kurikulum, sarana dan prasarana serta
aspek penyelenggaraan pendidikan lainnya. Proses pendidikan yang
bermutu adalah proses pembelajaran dan penyelenggaraan pendidikan.
Output yang bermutu adalah lulusan yang memiliki kompetensi yang
dipersyarakatkan dan Outcome yang bermutu adalah lulusan yang mampu
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Membangun sebuah organisasi sistematis di suatu institusi pendidikan
Islam yang efektif membutuhkan banyak elemen-elemen pendukung, yaitu:
a. Visi dan misi yang jelas.
b. Kepala sekolah yang profesional.
c. Guru yang profesional.
d. Lingkungan belajar tang kondusif.
e. Ramah siswa.
f. Manajemen yang kuat.
g. Kurikulum yang luas dan berimbang.
h. Penilaian dan pelaporan prestasi siswa yang bermakna.
i. Pelibatan masyarakat yang tinggi.
Manajemen peningkatan mutu pendidikan Islam di sekolah
merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan Islam yang berfokus pada
pelanggan (peserta didik / orang tua / masyarakat), keterlibatan seluruh
kompenen sekolah, lulusan yang berkualitas, komitmen seluruh kompenen
di sekolah untuk mencapai tujuan dan dilakukan usaha perbaikan secara terus
menerus dan berkelanjutan. Dalam mencapai mutu pendidikan antara lain
ditandai dengan prestasi siswa di lembaga pendidikan dan sangat
diperlukan pengelolaan input secara maksimal. Oleh karena itu diperlukan
pengetahuan pemimpin atau manajer untuk mengetahui bagaimana fungsi
kepemimpinan dan manajer agar pencapaian tersebut dapat dilaksanakan secara
menyeluruh sehingga pencapaian tujuan lembaga dapat dicapai secara efektif
dan efesien.

Anda mungkin juga menyukai