Tugas Paper Gerontik Dimensia - Syahfril Ariawan hidayat-ALJ-211314201831.
Tugas Paper Gerontik Dimensia - Syahfril Ariawan hidayat-ALJ-211314201831.
NIM : 211314201831
Kelas : ALJ
2022
DIMENSIA
A. Latar Belakang
Lansia adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, dimana manusia tersebut pastinya akan mengalami
perubahan baik secara fisik maupun mental. Proses penuaan merupakan proses alami yang dapat menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada pada jaringan tubuh yang dapat mempengaruhi fungsi,
kemampuan badan dan jiwa. Proses penuaan otak yang merupakan bagian dari proses degenerasi menimbulkan
berbagai gangguanneuropsikologis. Salah satu masalah kesehatan yang paling umum terjadi padakelompok
lansia adalah demensia.
Demensia merupakan suatu gangguan fungsi daya ingat yang terjadi perlahan-lahan, dan dapat mengganggu
kinerja dan aktivitas kehidupan sehari -hari .Gangguan kognitif (proses berpikir) tersebut adalah gangguan
mengingat jangka pendek dan mempelajari hal -hal baru, gangguan kelancaran berbicara (sulit
menyebutkan nama benda dan mencari kata -kata untuk diucapkan), keliru mengenai tempat,waktu,orang
atau benda, sulit hitung menghitung, tidak mampu lagi membuat rencana, mengatur kegiatan, mengambil
keputusan, dan lain – lain.
B. Analisis Jurnal
NO JUDUL JURNAL KESIMPULAN
1 PE MENUHAN KEBUTUHAN kebutuhan aktualisasi diri keluarga dapat memantau perkembangan
DASAR MANUSIA PADA aktualisasi diri lansia yaitu dengan cara mengajak lansia untuk
LANSIA DEMENSIA OLEH berdiskusi, memberikan kebebasan pada lansia dalam mengambil
KELUARGA keputusan, dan sebagainya. Bagi perawat terutama perawat komunitas
diharapkan dapat membantu dalam memberikan intervensi kepada
lansia, serta memberikan informasi atau pendidikan kesehatan baik
kepada keluarga maupun komunitas mengenai pemenuhan kebutuhan
dasar manusia pada lansia, dan bagi peneliti selanjutnya diharapkan
peneliti dapat menelusuri lebih lanjut mengenai faktor – faktor yang
dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada
lansia
2 DEMENSIA DAN GANGGUAN 1. Lansia yang menderita demensia mayoritas berjenis kelamin
AKTIVITAS KEHIDUPAN perempuan (69,70 %).
SEHARI–HARI (AKS)LANSIA DI 2. Lansia yang menderita demensia paling banyak berada pada
PANTI SOSIAL TRESNA
rentang usia 60–74 tahun (59,46%).
WERDHA WARGATAMA
INDERALAYA 3. Lansia yang mengalami gangguan aktivitas makan sebanyak 26
orang (43,33%) dan dialami oleh 54,55 % lansia yang demensia.
Aktivitas ini yang banyak terganggu selain aktivitas ambulasi.
4. Lansia yang mengalami gangguan aktivitaskontinensia sebanyak 17
orang (28,33%)dan dialami oleh 30,30 % lansia yang demensia.
5. Lansia yang mengalami gangguan aktivitas berpakaian ada 19
orang(31,67%). Gangguan ini dialami oleh 42,42% lansia mengalami
demensia
6. Lansia yang mengalami gangguan aktivitastoileting sebanyak 23
orang (38,33%).Gangguan ini dialami oleh 48,49% lansia yang
demensia.
7. Lansia yang mengalami gangguan aktivitas ambulasi sebanyak
28 orang (46,67%). Gangguan ini dialami oleh 54,55 % lansia
yang demensia. Aktivitas ini yang banyak terganggu selain
aktivitas makan.
8. Lansia yang mengalami gangguan aktivitasmandi sebanyak 20
orang (33,33%) . Gangguan ini dialami oleh 10 orang (30,30%)
lansia yang demensia.
C. Pembahasan
Dari kedua jurnal dapat disimpulkan bahwa Dibutuhkan peran keluarga sebagai support system dalam menjaga
serta membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia pada lansia demensia oleh keluarga di Posyandu lansia
Kelurahan Tembalang. Bagi keluarga sebaiknya membantu serta memberikan dukungan kepada lansia agar
masing – masing kebutuhan dapat terpenuhi, misal untuk pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan,
dapat dilakukan dengan cara keluarga lebih memperhatikan kondisi lingkungan yang aman untuk lansia.
D. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Abraham Maslow yang menyatakan individu dapat sehat
optimal apabila kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi yang mencakup kebutuhan fisik, keamanan dan
kenyamanan, cinta dan kasih sayang, harga diri serta aktualisasi diri. Lansia demensia mengalami peningkatan
bantuan untuk memenuhi kebutuhan dan aktifitas sehari – hari. Peran keluarga disini sangat penting karena
keluarga merupakan sumber dukungan terbesar yang berguna untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar
manusia pada lansia.
E. Sehingga dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat
,merupakan kunci utama dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami demensia adalah
berkolaborasi dengan keluarga dalam merencanakan dan mengelola aktivitas yang dapat dilakukan seseorang
untuk menghindari frustasi, penurunan harga diri dan stres yang berkaitan dengan respon prilaku. Misalnya
dengan memberikan motivasi dan dukungan emosional pada lansia dangan meningkatkan rasa keakraban
melalui staf,keluarga dan rutinitas yang konsisiten dan kunjungan yang bersahabat.
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 175 – 182
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing
Abstract
Basic human needs are the elements needed by man to maintain life and health. According
to Abraham Maslow basic human needs consist of physiological needs, self security needs,
love and belonging needs,self esteem, and self actualization. Dementia is a condition in which
a person experiences gradual decline or cognitive impairment that will eventually decrease this
ability. so as to interfere his or him the activity and cause a lack of fulfillment of basic needs of
among elderly. The purpose of the study was to find a picture of the frequency of fulfillment of
basic human needs of the elderly with dementia in the Posyandu elderly Tembalang Village.
The design used in the research is descriptive and mean while the method used is cross
sectional approach. Sampling technique uses total sampling, with 32 people. In analyze the
data the researcher uses descriptive analysis. These results of the research shows that, 59,4%
the physiological needs was fulfilled, 56,2% the self security needs was not fulfilled, 56,2% the
love and belonging needs was fulfilled, 59,4% the self esteem needs was fulfilled, and 46,9%
the self actualization needs was not fulfilled. The role of family as a support system in the
fulfillment basic human needs of the elderly withdementia that registered in Posyandu elderly
Tembalang village.
Abstrak
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia yang bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar
manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan
mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Demensia merupakan
suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan atau gangguan kognitif yang terjadi secara
perlahan yang pada akhirnya akan mengalami penurunan kemampuan sehingga dapat mengganggu
aktivitas dan menyebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan dasar pada lansia seiring dengan
bertambahnya usia. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai
frekuensi dari pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada lansia demensia di Posyandu lansia
Kelurahan Tembalang. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
menggunakan metode pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 176
menggunakan total sampling, besar sampel 32 orang. Analisa data menggunakan analisa deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan fisiologis sebanyak 59,4% terpenuhi, kebutuhan
keamanan dan keselamatan sebanyak 56,2% tidak terpenuhi, kebutuhan mencintai dan dicintai
sebanyak 56,2% terpenuhi, kebutuhan harga diri sebanyak 59,4% terpenuhi dan kebutuhan aktualisasi
diri sebanyak 46,9% tidak terpenuhi. Dibutuhkan peran keluarga sebagai support system dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia pada lansia demensia oleh keluarga di Posyandu lansia Kelurahan
Tembalang.
Pendahuluan
Penuaan penduduk telah berlangsung secara pesat terutama di negara berkembang
pada dekade pertama abad Millennium ini. Pada saat ini penduduk lanjut usia di
Indonesia telah mengalami peningkatan dari sebelumnya yaitu berjumlah sekitar 24
juta dan tahun 2020 diperkirakan akan meningkat sekitar 30-40 juta jiwa
(Komnaslansia, 2011).
Meningkatnya populasi ini akan dapat menimbulkan munculnya masalah –
masalah penyakit pada usia lanjut. Menurut Departemen Kesehatan tahun 1998,
terdapat 7,2 % populasi usia lanjut 60 tahun keatas untuk kasus demensia. Kira –
kira sebanyak 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan akan
meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45% pada usia diatas 85
tahun (Nugroho, 2008).
Lansia adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, dimana manusia tersebut
pastinya akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun mental. Proses penuaan
merupakan proses alami yang dapat menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan
biokimia pada pada jaringan tubuh yang dapat mempengaruhi fungsi, kemampuan
badan dan jiwa (Setiati dkk, 2000). Proses penuaan otak yang merupakan bagian dari
proses degenerasi menimbulkan berbagai gangguan neuropsikologis. Salah satu
masalah kesehatan yang paling umum terjadi pada kelompok lansia adalah demensia.
Demensia merupakan suatu gangguan fungsi daya ingat yang terjadi perlahan
– lahan, dan dapat mengganggu kinerja dan aktivitas kehidupan sehari – hari orang
yang terkena. Gangguan kognitif (proses berpikir) tersebut adalah gangguan
mengingat jangka pendek dan mempelajari hal – hal baru, gangguan kelancaran
berbicara (sulit menyebutkan nama benda dan mencari kata – kata untuk
diucapkan), keliru mengenai tempat - waktu – orang atau benda, sulit hitung
menghitung, tidak mampu lagi membuat rencana, mengatur kegiatan, mengambil
keputusan, dan lain – lain (Sumijatun dkk, 2005).
Menurut Abraham Maslow, individu dapat sehat optimal apabila kebutuhan
dasarnya dapat terpenuhi yang mencakup kebutuhan fisik, keamanan dan kenyamanan,
cinta dan kasih sayang, harga diri serta aktualisasi diri (Sumijatun dkk, 2005). Lansia
demensia mengalami peningkatan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dan aktifitas
sehari – hari. Peran keluarga disini sangat penting karena keluarga merupakan sumber
dukungan terbesar yang berguna untuk membantumemenuhi kebutuhan dasar manusia
pada lansia.
Penelitian yang dilakukan sebelumnya di RW 02 Kelurahan Cawang oleh
Sumijatun, dkk (2005) telah didapatkan hasil bahwa kebutuhan dasar manusia pada
lansia akan terpenuhi apabila keluarga dapat membantu aktivitas lansia sehingga
kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi. Dengan adanya fenomena tersebut, makapeneliti
tertarik untuk mengambil tema tersebut yaitu mengenai pemenuhan kebutuhan dasar
manusia pada lansia penderita demensia oleh keluarga. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menjelaskan serta mengidentifikasi frekuensi dari pemenuhan masing -
masing kebutuhan dasar manusia pada lansia penderita demensia oleh keluarga di
Posyandu Lansia kelurahan Tembalang.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah adalah lansia yang mengalami
demensia oleh keluarga di posyandu lansia kelurahan Tembalang. Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling dengan
metode sampling jenuh atau total sampling yaitu dengan mengambil semua
anggota populasi menjadi sampel. Besar sampel dalam penelitian ini berjumlah 32
orang.
Uji coba instrumen, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih
dahulu. Uji validitas dilakukan dengan dua tahap yaitu construct validity dimana
peneliti berkonsultasi kepada dua orang expert. Setelah mendapatkan persetujuan,
peneliti melakukan content validity dimana peneliti melakukan uji coba instrumen
kepada 20 orang responden yang berasal dari Posyandu lansia kelurahan Kramas yang
siap untuk dilakukan tes uji coba. Uji validitas pada penelitian ini menggunakan rumus
Spearman Rank (Rho), dan didapatkan hasil 34 dari 50 pernyataan dinyatakan valid
karena masing – masing item telah memiliki taraf signifikasi α = <
0.05. Pada uji reliabilitas secara keseluruhan pada ke lima kebutuhan dasar manusia
telah dinyatakan reliabel karena memiliki nilai Alfa Cronbach lebih dari 0,60.
Peneliti sebelum melakukan penelitian melakukan screening terlebih dahulu
terhadap lansia yang berusia > 60 tahun yang terdaftar di Posyandu lansia kelurahan
Tembalang dengan menggunakan Short Portable Mental Status Questionnaire.
Setelah didapatkan hasilnya peneliti menyebarkan kuesioner yang mencakup
kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan mencintai, kebutuhan harga diri dan
kebutuhan aktualisasi diri.
Data di analisa dengan menggunakan analisa deskriptif atau analisa univariat,
sehingga didapatkan gambaran umum mengenai pemenuhan kebutuhan dasar manusia
menurut Abraham Maslow yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan
dan keselamatan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi pada lansia demensia yang terdaftar di Posyandu lansia
Kelurahan Tembalang.
Hasil Penelitian
Berdasarkan analisa univariat yang telah dilakukan oleh peneliti, didapatkan
gambaran umum mengenai pemenuhan kebutuhan dasar manusia menurut Abraham
Maslow yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 178
keselamatan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan
aktualisasi pada lansia demensia yang terdaftar di Posyandu lansia Kelurahan
Tembalang.
Kebutuhan fisiologis (Physiological needs)
Tabel 1
Proporsi responden pada lansia demensia
di Posyandu lansia Kelurahan Tembalang berdasarkan Physiological need
(n = 32)
Total 32 100%
(n = 32)
1. Terpenuhi 14 43,8%
2. Tidak terpenuhi 18 56,2%
Total 32 100%
(n = 32)
Total 32 100%
Tabel. 3 menunjukkan 18 orang dengan presentase 56,2% terpenuhi dan 14 orang
dengan presentase 43,8% tidak terpenuhi kebutuhan mencintai dan dicintainya.
Kebutuhan harga diri (Self esteem)
Tabel 4
(n = 32)
Total 32 100%
(n = 32)
1. Terpenuhi 15 46,9%
2. Tidak terpenuhi 17 53,1%
Total 32 100%
Pembahasan
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang sangat primer dan mutlak harus
dipenuhi untuk memelihara homeostasis biologis dan kelangsungan kehidupan bagi
tiap manusia (Asmadi, 2008).
Hasil penelitian telah didapatkan sebanyak 13 orang tidak terpenuhi kebutuhan
fisiologisnya dengan presentase sebesar 40,6%.
Gizi pada lansia, terutama lansia yang mengalami demensia perlu diperhatikan
karena biasanya lansia itu sendiri lupa untuk makan sehingga asupan nutrisi dari lansia
tersebut akan berkurang. Lansia yang mengalami kekurangan protein maka dapat
berakibat rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, atau mudah terkena
infeksi (DepKes RI, 2000).
Pemenuhan kebutuhan cairan juga penting, karena cairan dapat membantu kinerja
ginjal dalam menetralisir zat- zat sisa. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga ringan
dapat membantu melenturkan otot dan melancarkan sirkulasi darah.
Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi
diri dari berbagai bahaya yang mengancam, baik terhadap fisik maupun psikososial
(Asmadi, 2008).
Hasil penelitian telah didapatkan bahwa sebanyak 18 orang tidak terpenuhi
kebutuhan keamanan dan keselamatannya dengan presentase sebesar 56,2%.
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 180
Jatuh, merupakan penyebab utama kematian akibat kecelakaan pada klien yang berusia
75 tahun atau lebih. Lebih dari 40% orang yang berusia 65 tahun mengalami jatuh
sedikitnya 1 kali dalam setahun, dengan 1% hingga 6% diantaranya menyebabkan
cedera yang serius (Potter, 2005).
Berkurangnya mobilitas sendi, waktu reaksi melambat, penurunan penglihatan,
penurunan pendengaran, penurunan kekuatan dan daya tahan otot juga dapat
mengakibatkan cedera pada orang lanjut usia akibat proses penuaan. Permukaan lantai
yang tidak rata dan licin merupakan daerah yang berbahaya karena potensial
menyebabkan jatuh, sehingga perlu bantuan orang lain terutama keluarga untuk
membantu lansia agar tidak terjatuh (Tamher, 2009). Menurut penelitian (Lee&Yeo,
2009) cedera merupakan masalah yang signifikan yang dialami oleh lansia. Sebagian
besar cedera pada lansia terjadi akibat terjatuh dirumah. Diperlukan beberapa strategi
untuk mencegah terjadinya cedera pada lansia.
Seiring dengan berjalannya waktu akibat penuaan, maka seseorang juga pasti akan
mengalami gangguan atau penurunan fungsi tubuh yang akan menyebabkan
keterbatasan fungsi fisik, psikologis, maupun sosial. Oleh sebab itu, lansia sangat
membutuhkan dukungan, perhatian serta motivasi dari keluarga maupun kerabat
dekatnya.
Hasil penelitian telah didapatkan bahwa sebanyak 18 orang kebutuhan dasar akan
mencintai dan dicintai dapat terpenuhi dengan presentase sebesar 56,2%. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh (Dewi, 2005) didapatkan bahwa kebutuhan mencintai
dan memiliki pada lansia yang mengikuti Posyandu lansia di Desa Jatirejoyoso
Kepanjen adalah terpenuhi karena para lansia beranggapan bahwa mereka mendapatkan
kebutuhan tersebut dari keluarga dan anak-anak mereka sehingga tidak merasa
dikucilkan oleh keluarga dan orang-orang terdekatnya.
Harga diri adalah evaluasi terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif.
Evaluasi ini memperlihatkan bagaimana individu menilai dirinya sendiri, dan diakui
atau tidaknya kemampuan serta keberhasilan yang diperolehnya (Widodo, 2004).
Hasil penelitian telah didapatkan bahwa sebanyak 19 orang kebutuhan dasar akan
harga diri dapat terpenuhi dengan presentase sebesar 59,4%. Dalam masyarakat
tradisional, biasanya lansia cenderung lebih dihargai dan dihormati, sehingga mereka
masih dapat berperan dan berguna bagi masyarakat, lansia tersebut juga merasa masih
mampu bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri
sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik berasal dalam diri maupun di luar diri. Hasil
penelitian telah didapatkan bahwa sebanyak 17 orang kebutuhan dasar akan aktualisasi
diri tidak terpenuhi dengan presentase sebesar 53,1%.
Menurut (Suhartini, 2012), lansia Indonesia pada umumnya masih merasa nyaman
karena anak atau saudara – saudara yang lainnya masih merupakan jaminan yang baik
bagi orangtuanya. Anak berkewajiban menyantuni orangtua yang sudah tidak dapat
mengurus pribadinya sendiri. Nilai tersebut masih berlaku karena anak wajib
memberikan kasih sayangnya kepada orangtuanya. Para usia lanjut memiliki peranan
yang tinggi yaitu sebagai orang yang dituakan, bijak dan lebih berpengalaman
dibandingkan dengan mereka yang berusia lebih muda, meskipun dari segi pendidikan
banyak diantara para lansia tersebut yang tidak menjalaninya.
Kesimpulan dan Saran
Dibutuhkan peran keluarga sebagai support system dalam
menjaga serta membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia pada
lansia demensia oleh keluarga di Posyandu lansia Kelurahan
Tembalang. Bagi keluarga sebaiknya membantu serta memberikan
dukungan kepada lansia agar masing – masing kebutuhan dapat
terpenuhi, misal untuk pemenuhan kebutuhan keamanan dan
keselamatan, dapat dilakukan dengan cara keluarga lebih
memperhatikan kondisi lingkungan yang aman untuk lansia, untuk
kebutuhan aktualisasi diri keluarga dapat memantau perkembangan
aktualisasi diri lansia yaitu dengan cara mengajak lansia untuk
berdiskusi, memberikan kebebasan pada lansia dalam mengambil
keputusan, dan sebagainya. Bagi perawat terutama perawat komunitas
diharapkan dapat membantu dalam memberikan intervensi kepada
lansia, serta memberikan informasi atau pendidikan kesehatan baik
kepada keluarga maupun komunitas mengenai pemenuhan kebutuhan
dasar manusia pada lansia, dan bagi peneliti selanjutnya diharapkan
peneliti dapat menelusuri lebih lanjut mengenai faktor – faktor yang
dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada lansia.
Daftar Pustaka
Komnaslansia. (2010). Diperoleh
dari
http://www.komnaslansia.or.id/d0wnloads/AktiveAgeing.pdf.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik (Edisi 3). Jakarta:
EGC. Setiati, dkk. (2000). Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan (Edisi
1). Jakarta: FK
UI.
Sumijatun, dkk. (2005). Gambaran Kebutuhan Dasar Manusia pada
Lansia diKelurahan Cawang Jakarta.
ABSTRACT
Background : The projection Badan Pusat Statistik Showed number of elderly in Indonesia on 2005 – 2010
increase to 19 million people from 11,3 million people 0n 1990. That’s showing any number of elderly will have
dementia. Dementia is the fourth caused of elderly death after cardiac disease, cancer and stroke. The number
of elderly with dementia in the world is 30 million and 15 % the number of elderly in Indonesia have dementia.
Method : The research is descriptive research to know about dementia and Activity Daily Living (ADL)
disturbance elderly in Panti Sosial Tresna Werdha Wargatama Inderalaya. The research sample is all of elderly
in panti social Wargatama.The researcher was obtained data with active interview using questionnaire.
Result : The result is 69,70 % elderly with dementia are woman and 59,46 % is 60 – 74 years old. The Activity
Daily Living (ADL) disturbance is eating activity (54,5%), continence (30,3%), wearing (42,4%), toileting
(48,5%), ambulasi (54,5%) and bathing (30,3%). In the place, elderly with dementia can do Activity Daily Living
independently.
Conclusion : As a nursing, the keynote to give caregiver elderly with dementia is planing and manage the
activity that can do someone to prevention frustration, self esteem decreased and stress. For example, giving
motivation and emotional support with increasing friendship through staff and consistent activity and friendly
visiting.
ABSTRAK
Latar Belakang : Proyeksi Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah lansia di Indonesia tahun 2005 –
2010 meningkat menjadi 19 juta jiwa dari 11,3 juta jiwa di tahun 1990. Hal ini menunjukkan semakin banyak
lansia yang akan mengalami masalah demensia ( kepikunan ). Demensia merupakan penyebab kematian ke-
4 pada lansia setelah penyakit jantung, kanker dan stroke. Jumlah lansia yang mengalami demensia di dunia
sebesar 30 juta jiwa dan di Indonesia sebesar 15 % dari jumlah lansianya mengalami demensia.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran
demensia dan gangguan aktivitas kehidupan sehari–hari (AKS) lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Wargatama Inderalaya. Sampel penelitian ini adalah lansia yang berada di panti berjumlah 60 orang. Untuk
mengetahui pengaruh demensia tersebut, data diperoleh melalui wawancara aktif dengan menggunakan
kuesioner yang dibuat sendiri dan telah di uji coba.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini didapatkan bahwa demensia mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari
Kesimpulan : Sebagai perawat, kunci utama dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami demensia adalah merencanakan dan mengelola aktivitas yang dapat dilakukan seseorang untuk
menghindari frustasi, penurunan harga diri dan stres yang berkaitan dengan respon prilaku. Misalnya dengan
memberikan motivasi dan dukungan emosional pada lansia dangan meningkatkan rasa keakraban melalui
stafdan rutinitas yang konsisiten dan kunjungan yang bersahabat.
dan gangguan aktivitas kehidupan sehari – mengalami demensia paling banyak pada
hari (AKS ) lansia di Panti Sosial Tresna responden perempuan (69,70%).
Werdha Wargatama Inderalaya.
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Responden
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
deskriptif dengan desain penelitian survei. Jenis kelamin
∑
Demensia Laki-laki Perempuan
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh lansia yang tinggal di PSTW n % n % n %
Wargatama Inderalaya. Peneliti Ya 10 30,3 23 69,7 33 100
tidak 17 62,9 10 37.0 27 100
menggunakan seluruh popoulasi untuk
Total 27 45 33 55 60 100
dijadikan sampel yaitu sebanyak 60 orang
yang terdiri dari 27 laki – laki dan 33 Pada tabel 3, bila dilihat
perempuan. berdasarkan umur didapatkan bahwa
Pengumpulan data tentang pengaruh responden yang mengalami demensia
faktor kondisi kesehatan didapatkan paling banyak pada responden berumur 60
dengan cara observasi dan wawancara – 74 tahun (59,5%).
langsung pada lansia dengan
menggunakan Indeks ADL Barthel, Tabel 3.
kuesional aktivitas fungsional, Mini Distribusi Frekuensi Responden
Mental Status Equipment (MMSE) dan
skala Berdasarkan Umur
depresi Yasvage. Sedangkan data Demensia
∑
tentang
variabel terikat. Ada pun variabel bebas Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
dalam penelitian ini adalah kondisi
kesehatan fisik, psikologis, sosial, dan
ekonomi lansia di Kelurahan Timbangan.
Sedangkan variabel terikatnya adalah
tingkat kemandirian lansia.
HASIL PENELITIAN
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 1, No.1 Maret 2010 • 26
Berdasarkan Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
penelitian
diketahui bahwa pada responden yang Tabel 4.
menderita demensia ada sekitar 54,5% Distribusi Responden yang Mengalami
yang mengalami gangguan aktivitas Gangguan Aktivitas Makan
makan (Lihat tabel 4). Makan
Tabel 5. Tabel 8.
Distribusi Responden yang Mengalami Distribusi frekuensi responden yang
Terganggu Terganggu
n % n % n % n % n % n %
Ya 10 30,3 23 69,7 33 100 Ya 18 54,5 15 45,5 33 100
Tidak 7 25,9 20 74,1 27 100 Tidak 10 37,1 17 62,9 27 100
Total 17 28,3 43 71,7 60 100 Total 28 46,7 32 53,3 60 100
2. Kontinensia
Pada peneltian ini 17 orang ( 28,33 %)
mengalami gangguan aktivitas
3. Berpakaian
Penderita demensia
mempunyai masalah dalam merapikan
pakaian secara mandiri. Pada
penelitian ini didapatkan sebanyak ada
19 orang (31,67%) yang mengalami
gangguan aktivitas berpakaian meliputi
14 orang (42,4%) yang demensia.
Gangguan yang timbul berupa
seringnya lansia lupa mengancingkan
baju/resleting atau tidak tepat
memasukkan kancing ke dalam
lubangnya (66,67%).
Lansia juga sering memakai
pakaian dalam keadaan terbalik
(54,55%). Hal ini dikarenakan
penderita demensia mengalami defisit
kognitif yaitu berkurangnya
kemampuan berpikir seperti agnosia
yaitu kesulitan untuk mengidentifikasi
benda dan apraksia yaitu
ketidakmampuan melakukan gerakan
sehingga mereka kesulitan untuk
5. Ambulasi
Ketidakmampuan ambulasi dan
6. Mandi
Gangguan yang timbul berupa
lansia sering mengalami kesulitan
menemukan kamar mandi (42,42%),
DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjiastuti,S.dkk. Fisioterapi Pada
Lansia.Jakarta : EGC, 2003.
2. Palestin,Bondan.2007. Perawatan
Usila Dalam Keluarga. (http://bondan
palesti.blogspot.com diakses 4
Februari2008).
3. Setiabudhi, T & Hardywinoto. Panduan
Gerontologi (Tinjauan dari Berbagai
Aspek). Jakarta: Gramedia, 1999.
4. Turana,Yudha.2004.Demensia.(http://www
.pikhoospital.co.id diakses 4
Februari 2008).