Anda di halaman 1dari 13

“5 PENYAKIT PADA SISTEM REPRODUKSI MANUSIA”

NAMA: DEWI ZAHARANI

KELAS: IX.1

GURU MATA PELAJARAN IPA: NURUL HIKMAH S. Pd

MTSN 1 PEKANBARU

2022/2023
5 PENYAKIT PADA SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

1. GONORE (GO)

Kencing nanah atau gonore adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyebab
penyakit ini adalah infeksi dari bakteri Neisseria gonorhoeae. Penyakit ini dapat dialami
oleh siapa saja, baik pria maupun wanita, meski umumnya dialami oleh pria. Gonore
biasanya terjadi di bagian tubuh yang hangat dan lembap, seperti kelamin, anus, atau
tenggorokan. Jika tidak ditangani dengan tepat, gonore dapat menimbulkan komplikasi
yang serius, seperti radang panggul pada wanita, serta epididimitis pada pria. Oleh
karena itu, pengobatan gonore harus dilakukan secara tepat dan segera.

Gejala-gejala yang ada pada lelaki jika terkena penyakit gonore ialah:
 Rasa sakit pada waktu buang air kecil dan ereksi.
 Keluar nanah dari saluran urine, terutama pada pagi hari.

Gejala-gejala yang ada pada perempuan jika terkena penyakit gonore ialah:

 Nyeri pada perut bagian bawah dan kadang disertai keputihan.


 Alat kelamin terasa sakit atau gatal.
 Rasa sakit atau panas jika buang air kecil.

Pengobatan Gonore

Pengobatan utama penyakit gonore adalah dengan pemberian antibiotik. Perlu


diingat bahwa pasangan seksual penderita juga perlu diobati, karena kemungkinan besar juga
menderita gonore.

Pencegahan Gonore

 Tidak berganti-ganti pasangan seksual.


 Menggunakan kondom setiap berhubungan seks.
 Memastikan pasangan tidak menderita penyakit menular seksual, termasuk gonore.
 Tidak melakukan hubungan seks dengan orang yang tidak diketahui riwayat seksualnya.

2. KLAMIDIA

Klamidia atau klamidiasis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri bernama Chlamydia trachomatis. Penyakit ini bisa menyerang baik pria maupun wanita
melalui kontak seksual. Bakteri Chlamydia trachomatis dapat menginfeksi serviks (leher rahim),
anus, saluran kencing, mata, dan tenggorokan. Penyakit ini sebenarnya tidak terlalu sulit diobati
jika langsung ditangani sejak awal. Namun, jika dibiarkan, klamidia bisa menyebabkan masalah
kesehatan serius. Pasalnya, penyakit chlamydia bisa menyebabkan masalah pada sistem
reproduksi wanita. Akibatnya, wanita yang terserang chlamydia berisiko sulit hamil. Tanda dan
gejala klamidia ini biasanya muncul 1-2 minggu setelah terpapar infeksi.

Gejala-gejala yang ada pada lelaki jika terkena penyakit klamidia ialah:

 Rasa sakit dan terbakar saat buang air kecil.


 Penis mengeluarkan cairan berupa nanah, cairan yang encer, atau putih dan kental
seperti susu.
 Testis bengkak dan nyeri saat ditekan.
 Iritasi pada rektum.

Gejala-gejala yang ada pada wanita jika terkena penyakit klamidia ialah:

 Sakit perut bawah.


 Keputihan yang jauh lebih banyak dari biasanya dengan warna yang cenderung kuning
serta berbau busuk.
 Perdarahan yang terjadi di antara siklus haid.
 Demam ringan.
 Sakit saat seks.
 Perdarahan setelah berhubungan seks.
 Rasa terbakar saat buang air kecil.
 Buang air kecil lebih sering.
 Pembengkakan di vagina atau sekitar anus.
 Iritasi di rektum.

Pengobatan dan Pencegahan Klamidia

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, klamidia disebabkan oleh infeksi bakteri.
Itu sebabnya, satu-satunya obat yang cocok untuk mengobati chlamydia yaitu antibiotik.
Namun, ada beberapa pengobatan alternatif yang diduga mampu membantu meringankan
gejala. Berikut berbagai pengobatan rumahan yang bisa Anda coba untuk meringankan gejala
klamidia:

 Melakukan diet sehat.


 Minum suplemen Echinacea.

Berikut cara untuk mencegah penyakit klamidia:

 Saat berhubungan seks, pakailah kondom.


 Membatasi jumlah pasangan seks (satu saja)
 Menghindari douching.
 Melakukan tes klamidia secara rutin.

3. SIPILIS (RAJA SINGA)

Raja singa atau sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri.
Gejala sifilis diawali dengan munculnya luka yang tidak terasa sakit di area kelamin, mulut, atau
dubur. Luka atau ulkus pada area kelamin yang menjadi gejala sifilis (sipilis) sering kali tidak
terlihat dan tidak terasa sakit sehingga tidak disadari oleh penderitanya. Meski begitu, pada
tahap ini, infeksi sudah bisa ditularkan ke orang lain.

Gejala-gejala

Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum yang menyebar melalui
hubungan seksual dengan penderita raja singa. Bakteri penyebab sifilis juga bisa
menyebar melalui melalui kontak fisik dengan luka di tubuh penderita.
Gejala sipilis digolongkan sesuai dengan tahap perkembangan penyakitnya.

Tiap jenis sifilis memiliki gejala yang berbeda. Berikut adalah penjelasannya:

 Sifilis primer
Sifilis jenis ini ditandai dengan luka (chancre) di tempat bakteri masuk.
 Sifilis sekunder
Sifilis jenis ini ditandai dengan munculnya ruam pada tubuh.
 Sifilis laten
Sifilis ini tidak menimbulkan gejala, tetapi bakteri ada di dalam tubuh penderita.
 Sifilis tersier
Sifilis ini dapat menyebabkan kerusakan otak, saraf, jantung, atau organ lain.

Jenis sifilis berdasarkan gejala


Selain keempat tahap yang disebutkan di atas, terdapat 2 jenis sifilis yang
dikelompokkan berdasarkan gejala yang muncul, yaitu:

1. Neurosifilis
Pada tahap mana pun, penyakit raja singa bisa menyebar dan menyebabkan
kerusakan. Salah satu kerusakan yang mungkin terjadi adalah keruskaan otak dan sistem
saraf (neurosifilis) serta mata (sipilis okular).

2. Sifilis bawaan
Bayi yang lahir dari ibu dengan sifilis dapat terinfeksi melalui plasenta atau selama
proses kelahiran. Kebanyakan bayi baru lahir dengan sifilis bawaan tidak mengalami
gejala apa pun. Namun, beberapa bayi bisa mengalami ruam pada telapak tangan dan
telapak kaki. Tanda dan gejala sipilis pada bayi lainnya mungkin termasuk tuli dan
kelainan bentuk gigi. Bayi yang memiiki raja singa bawaan juga bisa dilahirkan terlalu
dini (prematur), dilahirkan meninggal (stillbirth), atau meninggal setelah lahir. Mungkin
ada beberapa tanda atau gejala yang tidak tercantum di atas. Jika Anda memiliki
kekhawatiran terhadap gejala tertentu, silakan berkonsultasi dengan dokter Anda.

Pengobatan dan Pencegahan Sifilis


Pengobatan siflis akan lebih efektif jika dilakukan pada tahap awal. Selama masa
pengobatan, penderita dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seks, sampai dokter
memastikan infeksi sudah sembuh.

Sifilis dapat dicegah dengan perilaku seks yang aman, yaitu setia pada satu
pasangan seksual dan menggunakan kondom setiap berhubungan intim. Selain itu,
pemeriksaan atau skrining terhadap penyakit sifilis ini juga perlu dilakukan secara rutin
pada orang-orang yang berisiko tinggi mengalami penyakit ini.

4. HERPES

Herpes adalah kelompok virus yang dapat menyebabkan infeksi. Infeksi virus
herpes umumnya ditandai dengan kulit kering, luka lepuh, atau luka terbuka yang
berair. Herpes simplex virus (HSV) dan varicella-zoster virus (VZ) adalah jenis virus
herpes yang umum menyerang manusia.

Virus herpes dapat menyerang siapa saja. Adanya riwayat kontak dengan
penderita infeksi virus ini dan daya tahan tubuh yang sedang lemah adalah faktor yang
dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi virus herpes.

Virus herpes terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu alpha (α) herpesvirus, beta
(β) herpesvirus, dan gamma (γ) herpesvirus. Dari tiga kelompok tersebut, ada delapan
jenis virus herpes yang dapat menginfeksi manusia, yaitu:

 Herpes simplex virus tipe 1 (HSV 1).


 Herpes simplex virus tipe 2 (HSV 2).
 Epstein-Barr virus (EBV).
 Varicella-zoster virus (VZV).
 Cytomegalovirus (CMV).
 Herpesvirus 6 (HBLV).
 Herpesvirus 7.
 Herpesvirus 8 sarkoma Kaposi.

Penyebab Herpes

Meski banyak jenis virus herpes yang dapat menyerang manusia, tetapi kelompok alfa
herpesvirus lah yang paling sering menyebabkan infeksi. Beberapa jenis virus dari kelompok ini
adalah:

1. Herpes simplex virus tipe 1 (HSV 1)

HSV 1 merupakan jenis virus herpes yang sering menyebabkan herpes oral (mulut) atau
herpes labial (bibir). Akan tetapi, HSV 1 juga dapat menyebar dari mulut ke alat kelamin dan
menyebabkan terjadinya herpes kelamin (genital) pada orang yang menerima seks oral dari
penderita herpes oral.

HSV 1 dapat menyebar melalui kontak langsung dari penderita herpes ke orang yang
sehat, misalnya lewat berciuman, berbagi pakai peralatan makan atau kosmetik bibir, seperti
lipstik.

Pada sebagian besar kasus, HSV 1 ditularkan dari penderita HSV 1 yang tidak bergejala.
Namun, risiko penularan akan lebih tinggi jika terjadi kontak dengan penderita yang mengalami
luka terbuka akibat HSV 1.

2. Herpes simplex virus tipe 2 (HSV 2)

HSV 2 merupakan penyebab utama penyakit herpes genital. Infeksi virus ini bisa kambuh
dengan frekuensi kekambuhan yang bervariasi pada tiap penderitanya.

Virus HSV 2 menular melalui kontak langsung dengan luka pada penderita herpes,
misalnya saat berhubungan seksual. Pada kasus yang jarang terjadi, HSV 2 juga dapat ditularkan
dari ibu kepada bayinya pada saat persalinan.
3. Varicella-zoster virus (VZV)

VZV merupakan virus yang menjadi penyebab cacar air (varicella) dan cacar ular (herpes
zoster). Cacar air terjadi ketika virus varicella-zoster menginfeksi seseorang untuk pertama
kalinya.

Sedangkan herpes zoster, atau dikenal juga dengan herpes kulit, terjadi saat virus VZV
yang tidak aktif di dalam tubuh kambuh kembali. Seseorang juga bisa terinfeksi virus ini dari
penderita herpes zoster.

VZV utamanya menular melalui kontak langsung dengan penderita cacar air. Infeksi virus
ini dapat dikenali dengan timbulnya bintil kulit yang berisi cairan (vesikel). VZV juga bisa
menular melalui kontak langsung dengan cairan yang ada di dalam vesikel atau percikan liur
yang keluar saat penderita bersin atau batuk.

Biasanya, virus sudah berada di dalam tubuh penderita selama 7–21 hari sebelum ruam
atau gejala lainnya muncul. Namun, penderita sudah dapat menularkan virus varicella-zoster ke
orang lain sejak 48 jam sebelum munculnya ruam.

Gejala-gejala penyakit herpes yaitu:

 Pegal-pegal pada otot dan kadang disertai demam.


 Pembengkakan kelenjar di lipatan paha.
 Terasa gatal atau terbakar pada alat kelamin, diikuti timbulnya bintil-bintil berisi air di
atas kulit kelamin.

Pengobatan Herpes

Pada umumnya, luka dan lepuh akibat herpes dapat sembuh dengan sendirinya dalam
waktu 2–4 minggu. Hanya saja, virus mungkin tetap ada di dalam tubuh penderita tanpa
menimbulkan gejala.

Hingga kini, belum ada metode pengobatan yang dapat menghilangkan virus herpes dari
dalam tubuh. Fokus pengobatan herpes adalah untuk membantu meredakan keluhan,
mencegah penularan herpes, dan menurunkan risiko terjadinya komplikasi.

Beberapa obat-obatan antivirus dapat digunakan untuk mengatasi infeksi virus herpes adalah:

 Acyclovir
 Valacyclovir
 Famciclovir
 Penciclovir

Selain mengonsumsi obat antivirus, beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meredakan
keluhan dan mempercepat pemulihan akibat infeksi virus herpes yaitu:

 Mengonsumsi paracetamol atau ibuprofen untuk meredakan nyeri


 Mengompres ruam kulit dengan air hangat atau atau air dingin
 Menggunakan air suam kuku untuk mandi
 Menggunakan pakaian longgar
 Menggunakan pakaian dalam berbahan katun
 Menjaga area luka tetap kering dan bersih

Pencegahan Herpes

Untuk menghindari penyebaran virus herpes ke orang lain, beberapa upaya pencegahan yang
dapat dilakukan adalah:

 Hindari kontak fisik dengan orang lain, terutama bagi yang memiliki luka terbuka.
 Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun secara rutin.
 Oleskan obat pada ruam dengan menggunakan kapas agar tangan tidak menyentuh
daerah yang terinfeksi virus herpes.
 Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus, seperti gelas,
cangkir, handuk, pakaian, dan peralatan makeup.
 Jangan melakukan seks oral, ciuman, atau aktivitas seksual lainnya, selama gejala
penyakit herpes muncul.
 Hindari mencium bayi terlalu sering.

Khusus bagi penderita herpes genital, hindari segala bentuk aktivitas seksual selama
gejala herpes masih ada. Perlu diingat bahwa meski sudah menggunakan kondom, virus herpes
dapat menyebar melalui kontak kulit yang tidak terlindungi kondom.

Bagi wanita yang merencanakan kehamilan, jalani tes toksoplasmosis, rubella,


citomegalovirus, dan herpes (tes TORCH) terlebih dahulu. Selain sebagai deteksi dini, tujuan tes
tersebut adalah agar ibu yang terinfeksi bisa menjalani pengobatan sebelum hamil sehingga
mencegah penularan virus ke janin.
4. KUTIL KELAMIN

Kutil kelamin adalah benjolan kecil yang berbentuk seperti jengger ayam dan
tumbuh di area kelamin atau anus akibat infeksi virus HPV (human papillomavirus). Kutil
kelamin berbeda dengan kutil yang tumbuh di bagian tubuh lain, karena kondisi ini
merupakan salah satu jenis infeksi menular seksual.

Kulit kelamin ditularkan melalui hubungan seksual dengan penderitanya, baik


melalui vagina, mulut, atau dubur. Umumnya, kutil kelamin dapat muncul beberapa
bulan setelah melakukan hubungan seksual dengan penderita infeksi HPV. Namun, kutil
kelamin juga bisa muncul setelah bertahun-tahun, atau bahkan tidak muncul sama
sekali.

Gejala jika terkena penyakit kutil kelamin

Gejala yang ditimbulkan oleh kutil kelamin biasanya adalah ditemukannya


tonjolan kulit dengan permukaan yang cenderung kasar. Pada kasus tertentu, kutil dapat
juga disertai dengan rasa gatal, nyeri, dan sensasi terbakar. Kutil yang tumbuh dalam
liang vagina dapat menyebabkan perdarahan dan keputihan.

Beberapa risiko komplikasi atau bahaya dari munculnya kutil kelamin, yaitu:

1. Kanker

Kanker serviks telah dikaitkan erat dengan infeksi HPV genital, termasuk yang
menjadi penyebab kutil kelamin.

Beberapa jenis kanker seperti kanker vulva, kanker anus, kanker penis, kanker
mulut, dan kanker tenggorokan juga termasuk komplikasi dari kutil kelamin.

2. Gangguan selama masa kehamilan

Kutil kelamin bisa juga menjadi penyebab masalah selama kehamilan. Ketika kutil
jadi membesar, ibu hamil sulit untuk buang air kecil. Kutil pada dinding vagina dapat
mengurangi kemampuan jaringan vagina untuk meregang saat proses melahirkan
normal. Kutil besar pada vulva atau di vagina dapat menyebabkan perdarahan saat
proses persalinan.

Pengobatan Kutil Kelamin

Pengobatan kutil kelamin dilakukan dengan pemberian obat salep/krim, seperti


asam trikloroasetat, atau dengan prosedur operasi, seperti krioterapi. Kedua metode
pengobatan tersebut dilakukan untuk menghilangkan kutil kelamin serta meredakan
gejala yang timbul.

Untuk mencegah terjadinya kutil kelamin, upaya terbaik yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan hubungan seksual secara aman. Selain itu, kutil kelamin juga
bisa dicegah dengan menerima vaksin HPV.

Cara mencegah munculnya kutil pada kelamin:

Kutil kelamin adalah kondisi yang dapat diobati.

Namun, pengobatan hanya berfokus pada menghilangkan kutil, bukan


menghilangkan virus HPV yang sudah ada di dalam tubuh. Sekali virus HPV masuk ke
dalam tubuh, virus tersebut tidak dapat dihilangkan. Akan tetapi, seiring dengan
berjalannya waktu dan peningkatan sistem kekebalan tubuh, virus tersebut akan hilang
dengan sendirinya. Oleh karena itu, cara terbaik untuk mencegah munculnya kutil
kelamin adalah dengan menghindari paparan virus penyebab kutil kelamin.

Mencegah kutil kelamin bisa Anda lakukan dengan cara:

 Tidak bergonta-ganti pasangan dan melakukan hubungan seks hanya dengan 1


pasangan.
 Gunakan kondom untuk mengurangi risiko terkena penyakit menular seksual apa
pun.
 Mendapatkan vaksin HPV.
 Menjalani tes skrining secara berkala, terutama jika Anda cukup aktif secara
seksual.
 Konsultasikan lebih lanjut dengan dokter bila Anda mengalami keluhan terkait
kutil kelamin.
5. TRIKOMONIASIS

Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit Trichomonas
vaginalis. Trikomoniasis dapat dicegah dengan perilaku seksual yang aman, yaitu tidak
bergonta-ganti pasangan seksual dan menggunakan kondom.

Trikomoniasis umumnya tidak bergejala. Bila muncul, gejala dapat timbul beberapa hari
setelah terinfeksi. Keluhan yang muncul bisa berupa nyeri saat berhubungan seksual atau
buang air kecil.

Penyebab Trikomoniasis

Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis (protozoa) yang menyebar


melalui hubungan seksual. Parasit ini juga bisa menular akibat berbagi pakai alat bantu seks
yang tidak dibersihkan terlebih dahulu.

Risiko terjadinya trikomoniasis akan meningkat pada seseorang yang:

 Sering bergonti-ganti pasangan seksual.


 Tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual
 Pernah menderita trikomoniasis
 Pernah menderita penyakit menular seksual

Parasit ini tidak bisa menular melalui seks oral, seks anal, ciuman, dudukan kloset, atau
berbagi pakai alat makan.

Gejala Trikomoniasis

Kebanyakan penderita trikomoniasis tidak merasakan gejala apa pun. Meski begitu,
penderita tetap bisa menularkan trikomoniasis kepada orang lain. Bila terdapat gejala, biasanya
keluhan akan muncul 5–28 hari setelah terinfeksi.

Pada wanita, trikomoniasis dapat ditandai dengan gejala berikut:


 Keputihan yang banyak dan membuat vagina bau amis.
 Keputihan berwarna kuning kehijauan, bisa kental atau encer, serta berbusa.
 Gatal yang disertai kemerahan dan rasa terbakar di area vagina.
 Nyeri saat berhubungan seksual atau saat buang air kecil.

Sedangkan pada pria, gejala trikomoniasis yang dapat muncul antara lain:

 Sakit, bengkak, dan kemerahan di area ujung penis.


 Keluar cairan putih dari penis.
 Nyeri saat buang air kecil atau setelah ejakulasi.
 Lebih sering buang air kecil dari biasanya.

Pengobatan Trikomoniasis

Untuk mengobati trikomoniasis, dokter akan meresepkan metronidazole. Obat ini dapat
dikonsumsi sekali minum dalam dosis besar, atau dalam dosis yang lebih kecil selama 5–7 hari,
dua 2 kali sehari.

Perlu diketahui, untuk mencegah reinfeksi, pasangan seksual pasien juga harus
mendapatkan pengobatan yang sama tanpa harus menjalani pemeriksaan terlebih dahulu.

Selama masa pengobatan, pasien dilarang berhubungan seksual sampai dinyatakan


sembuh oleh dokter. Pasien juga tidak boleh mengonsumsi minuman beralkohol sampai 24 jam
setelah minum metronidazole, karena bisa menyebabkan mual dan muntah.

Trikomoniasis biasanya sembuh dalam 7 hari. Meski demikian, pasien perlu periksa
kembali ke dokter dalam 3 minggu hingga 3 bulan setelah pengobatan. Hal ini untuk
memastikan dirinya tidak terinfeksi kembali.

Pencegahan Trikomoniasis

Guna mengurangi risiko terinfeksi trikomoniasis dan penyakit menular seksual lainnya,
lakukanlah beberapa langkah di bawah ini:

 Tidak bergonta-ganti pasangan seksual.


 Menggunakan kondom saat berhubungan intim.
 Tidak berbagi pakai alat bantu atau mainan seks dan membersihkannya setiap selesai
digunakan.

Anda mungkin juga menyukai