1. Penyimpangan Bahasaa. Penyimpangan leksikal, yaitu menyimpang dari kata-kata yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 1) Melulur 2) Kemayaanb.. Penyimpangan sematis, yaitu menunjukkan pada makna ganda.1) Tengadah => melihat ke atas, memohon, berfikir dalam.2) Bulan => bulan di langit, bulan (nama) di kalender, bulan nama orang. 2. Metode puisia. Diksi Kata-kata yang dipilih oleh penyair, puitis, artinya mempunyai efek keindahan dan berbeda dari kata-kata yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari.Contoh:/Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil/Kata-kata tersebut, kalau dalam kehidupan sehari- hari biasanya:/setiap bertemu pengemis/Selain itu, kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair bersifat absolut dan tidak bisa diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak berbeda. Jika kata itu diganti akan mengganggu komposisi dengan kata lainnya dalam konstruksi keseluruhan puisi tersebut.Contoh:/Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil/Kata-kata dalam baris puisi itu tidak boleh dibolak-balik, seperti menjadi: /bertemu setiap kali, gadis kecil berkaleng kecil/Dan kata-kata tersebut tidak boleh diganti dengan kata lain yang semakna, seperti menjadi: /setiap kali berjumpa, gadis imut berkaleng imut/1) Perbendaharaan kataDalam puisi tersebut, dapat dilihat bahwa pengarang memiliki perbendaharaan kata yang cukup banyak dan bernilai estetis, serta mendukung tema dan judul dari puisi tersebut. Kata-kata dalam kehidupan sehari- hari diberi makna baru oleh penyair, sebaliknya kata-kata yang tidak bermakna diberi makna.Contoh:/ Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa/, dalam kehidupan sehari-hari bermakna hilangnya kota karena tak ada jiwa. Sedangkan makna baru dari penyair adalah hilangnya identitas kota yang memiliki banyak peminta-minta.2) Urutan kata Urutan kata bersifat beku atau tidak dapat dipindah-pindahkan tempatnya, meskipun maknanya tidak berubah. Jika urutan katanya diubah, maka perasaan dan nada yang ditimbulkan akan berubah pula.Contoh:· Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka => Untuk kenal duka senyummu terlalu kekal.· Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil => Gadis kecil berkaleng kecil, aku ingin ikut.· Bulan di atas itu tak ada yang punya => Tak ada yang punya bulan di atas itu.· Hidupnya tak lagi punya tanda => Tak lagi punya tanda hidupnya.Dari keempat contoh di atas, terlihat bahwa pergantian urutan kata tersebut menimbulkan berkurangnya nada duka.3) Daya sugesti kata-kataDari puisi di atas, kata-kata yang mampu mensugesti pembaca yaitu:/Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok//Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan//Gembira dari kemayaan riang/Dari kata-kata tersebut, penyair menyatakan bahwa ia berharap agar kotanya atau masyarakatnya mempunyai rasa belas kasih kepada gadis peminta-minta sehingga kehidupannya tidak lagi sengsara. Karena keadaan gadis peminta-minta, yang memiliki tempat tinggal yang cukup untuk dirinya sendiri, dan memiliki kebahagiaan yang semu.b. Pengimajian (pencitraan)1) Imaji visual· Gadis kecil berkaleng kecil· Senyummu· Kotaku· Jembatan· Menara katedral· Air kotor. Bulan2) Imaji taktil (rasa)· Gembira· Riang· Duka· Gemerlapan· Jiwa begiru murni c. Kata konkret Kalimat /gadis kecil berkaleng kecil/ memperkonkret kata peminta-minta. Kalimat /Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok/ memperkonkret keadaan gadis peminta-minta yang memiliki tempat tinggal yang cukup untuk dirinya sendiri. Kalimat /Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan/ memperkonkret keadaan gadis peminta-minta yang memiliki kebahagiaan yang semu. Sedangkan kalimat yang menunjukkan keempatian penyair terhadap gadis peminta-minta adalah /Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral/. Kalimat ini menunjukkan tingginya martabat gadis peminta-minta yang sama dengan manusia yang lainnya. 3. Majas a. Kiasan1) Personifikasi /Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa/ baris ini menunjukkan bahwa kota memiliki jiwa sedangkan yang memiliki jiwa hanyalah manusia. Makna yang dapat diungkap oleh baris ini adalah hilangnya identitas kota yang memiliki banyak peminta-minta.2) Metafora /Tengadah padaku, pada bulan merah jambu/ pada baris ini diibaratkan bahwa bulan berwarna merah jambu sedangkan seharusnya adalah putih. Makna yang dimaksud oleh baris ini adalah pengemis itu menengadah tanpa harapan.b. Perlambangan · Lambang benda, yang ditunjukkan oleh /kaleng kecil/ dan /jembatan yang melulur sosok/.· Lambang warna, yang ditunjukkan oleh /pada bulan merah jambu/.· Lambang suasana, ditunjukkan oleh /Gembira dari kemayaan riang/.
B. Analisis Struktur Batin
1. Tema Tema puisi “Gadis Peminta-minta” adalah kemanusiaan. Penyair bermaksud menunjukkan betapa tingginya martabat seorang gadis peminta-minta dan meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki martabat yang sama. Bagi penyair perbedaan kedudukan, pangkat, dan kekayaan tidak sepatutnya dijadikan landasan perlakuan pada seseorang. Toto menyatakan bahwa /Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral/ dan /Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal/. Kalimat ini menunjukkan penyair ingin mengetuk hati pembaca untuk ikut meratapi tokohnya. Itulah mengapa penyair menyatakan bahwa tidak hanya dunianya lebih tinggi dari katedral, namun juga dia menyatakan bahwa jiwa tokohnya itu begitu murni karena tidak bisa merasakan perasaan penyair yang sangat memikirkan deritanya, seperti yang dinyatakan dalam kalimat /Jiwa begitu murni, terlalu murni untuk bisa membagi dukaku/. 2. Rasa atau Feeling Puisi “Gadis Peminta-minta” mampu mengungkapkan isi hati penyair yang begitu meninggikan seorang peminta-minta. Penggunaan kata-katanya sederhana namun dapat membangkitkan perasaan pembaca yang menganggap rendah para peminta- minta. Dalam kalimat /Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil/, /Bulan di atas itu tak ada yang punya/, /dan kotaku, oh kotaku/, /Hidupnya tak lagi punya tanda/ penyair mengungkapkan rasa harunya yang mendalam terhadap gadis kecil berkaleng kecil apabila telah tak ada di kotanya. Penyair begitu kuatnya mengajak pembaca agar mengubah pendirian mereka yang kebanyakan sangat merendahkan para peminta- minta 3. Nada dan Suasana Puisi “Gadis Peminta-minta” bernada kesedihan dan keharuan seperti yang ditunjukkan oleh kalimat /senyummu terlalu kekal untuk kenal duka/. Kesedihan dan keharuan penyair bukan karena keadaan dirinya yang menderita tetapi dia merasakan keharuan dan kesedihan karena keadaan gadis peminta-minta pembawa kaleng kecil. Kesedihan penyair lebih dikarenakan rasa solidaritas kemanusiaan. Penyair juga menunjukkan betapa ia sangat meninggikan gadis peminta-minta di mana, iapun tak kuasa membagi kedukaannya kepada gadis peminta-minta itu. Suasana yang timbul akibat nada yang disodorkan penyair tersebut membuat pembaca ikut merasa terharu dan berempati pada gadis kecil pembawa kaleng kecil itu. 4. Amanat (Pesan) Amanat puisi “Gadis Peminta-minta” adalah ajakan penyair agar pembaca tidak meremehkan para peminta-minta karena mereka juga manusia. Dalam puisinya ini penyair menyatakan bahwa peminta-minta merupakan identitas kota besar namun juga mengharapkan agar tokoh semacam itu tidak ada lagi. Kalimat /di bawah jembatan yang melulur sosok/ menunjukkan bahwa penyair berharap agar kotanya mempunyai rasa belas kasih kepada gadis peminta-minta sehingga kehidupannya tidak lagi sengsara Beijing, Bolong.id – April Mop, budaya Barat, adalah hari dimana orang boleh melucu atau berbohong tanpa dianggap bersalah. Tiongkok punya budaya serupa, dikenal sebagai “Hari Leci Busuk” ( 烂荔节 ). Tapi festival ini sudah tidak dirayakan lagi pada dinasti Qing (1616 –1911 ).Dilansir dari theworldofchinese.com, penemuan contoh paling awal dari peristiwa tersebut adalah pada akhir Dinasti Tang (618 – 907), pada ukiran gua di dekat desa Douxingdui di provinsi Gansu timur. Ukiran tersebut menggambarkan adegan: Seorang anak laki-laki membawa kuda ayahnya dari tempat persembunyiannya di balik dinding halaman, kepada ayahnya yang tersenyum.Menurut prasasti yang menyertainya, anak tersebut berpura-pura kehilangan kudanya, lalu sang ayah memaafkan putranya dan hanya menghela nafas karena kehilangan harta yang begitu berharga. “Keranjang yang ada di atas kuda dipenuhi dengan leci, simbol artistik untuk tes mengenai kebajikan secara tradisional ini,” Profesor Bao Xinyu dari Universitas Hong Kong, pemimpin ekspedisi, mengatakan kepada The Paper. “DIperkirakan bahwa, keluarga menugaskan untuk membuat ukiran tersebut, guna memperingati festival tersebut. Sang putra berhasil menunjukkan sifat asli sang ayah dengan berpura-pura kehilangan harta miliknya yang paling berharga.Reaksi mulia dari sang ayah seperti itu akan memberikan kehormatan kepada ayah, dan memperkuat hubungan ayah-anak.” Profesor Bao dan timnya memberi tanggal penemuan itu pada tahun 869, yang berarti festival Hari Leci Busuk ini populer dan sudah ada di masa dinasti Tang.Menurut the Old Book of Tang (旧唐书), selir terkenal Yang Guifei, menolak untuk bertemu Kaisar selama seminggu penuh, mengabaikan semua utusan dan surat, karena cemburu pada kemesraan Kaisar Xuanzong dengan selir lain. Kaisar saat itu merasa hatinya tercabik- cabik, namun sebagai putra langit, ia tidak terlihat pergi berlutut mengunjungi selirnya. Dia kemudian memutuskan, cara terbaik untuk menghibur Yang Guifei adalah dengan memesan beberapa buah leci favoritnya, dikirim dari Selatan.Setelah Yang Guifei menerima leci itu, dia menyusun rencana untuk menunjukkan kepada saingannya, mengenai kekuatan yang dia miliki atas Kaisar. Dia mengirim seorang utusan kepadanya, mengatakan bahwa dia akan menemui Kaisar. Tetapi, ketika dia tahu bahwa dikirimi sekotak leci yang telah busuk, dia tahu itu pertanda bahwa dia tidak lagi diterima dan akan meninggalkan kerajaan untuk selamanya.Mendengar pesan tersebut, kaisar segera bergegas mengunjungi Yang Guifei, dan mendapati bahwa Yang Guifei sedang menikmati buah leci yang ia kirimkan. Yang Guifei mengatakan bahwa, sejak mengirim utusan dia telah menggali lebih jauh ke dalam peti dan menemukan leci yang baru berada di bagian bawah peti. “Saya mengagumi kehalusan pesan Yang Mulia. Cinta tampak busuk, tetapi akan berbuah manis bagi mereka yang mengusahakannya.” Secara tradisional, festival ini diadakan pada hari ketiga bulan lunar ke delapan. Festival ini pada awalnya adalah hari ketika nilai-nilai Konfusianisme ditinggalkan sebentar, dan diizinkan untuk menguji kesetiaan, kebajikan, dan integritas hubungan dengan anggota keluarga atau bawahan mereka. Menciptakan taktik licik untuk mencari tahu siapa yang menjadi leci busuk (烂荔人) di keluarga mereka. Tetapi tes yang gagal dapat memiliki konsekuensi serius bagi semua yang terlibat. Cendekiawan Du Fu mencatat dalam Thoughts on Ancient Sites ( 咏 怀 古 迹 ) pada 757 kisah seorang istri petani dari Kuizhou menangis terisak saat mengetahui bahwa suaminya pergi mengunjungi seorang wanita yang kaya dan berkuasa, membawa surat cinta.Festival ini, yang pada awalnya untuk menguji kebajikan dan kesetiaan, namun juga berpotensi memunculkan terjadinya masalah dan menjadi boomerang. The Miscellaneous Tales of Southern Song ( 南 宋 杂 俎 ) menceritakan tentang bagaimana Kanselir Kekaisaran bernama Wang Anshi mengeksekusi putra ketiganya karena sangat malu. Putranya mengerjai dengan merusak kursi yang digunakan untuk rapat kabinet, sehingga ketika Wang duduk di kursi itu untuk memimpin sekelompok menteri junior, kursi itu hancur dan membuatnya jatuh terjungkal.Tidak ada yang yakin bagaimana atau kapan festival itu berakhir. Di provinsi Shanxi, festival ini tercatat masih dilakukan hingga akhir tahun 1845, dimana seorang ayah diadili karena memasukkan opium ke dalam teh putranya sebelum dia mengikuti Ujian Kekaisaran. Tetapi peristiwa seperti itu jarang terjadi. Menurut Profesor Gently, mungkin di bagian dari wilayah Shanxi yang terpencil jauh dari kota-kota besar, banyak tradisi kuno yang masih bisa bertahan. Tapi di seluruh Kekaisaran, Hari Leci busuk telah berhenti dirayakan, dan menjadi tantangan berbahaya bagi keharmonisan masyarakat. (*)