Anda di halaman 1dari 23

REVIEW VIDEO PRAKTIKUM

INTRODUKSI BIOTEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK


“Stem Cell”
Oleh :
Kelompok 2
Sisin Dwi Shintya 200110180052
Anisah 200110180054
Dede Lusi 200110180057
Rifa Nurul Sofa 200110180071
Arya Gumilang 200110180072
Azzahra Febriana 200110180080
Dzaky Fatih Harsa 200110180085
Muhammad Farhan K. 200110180090
Thania Winandita Apsari 200110180098
Dadan Muhammad R. 200110180125
Renata Desay Bogia 200110180136
Adibah Zata Dini 200110180139

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
Transgenic Animal

Banyak sekali jenis hewan di dunia ini yang memiliki keunikan. Beberapa

keunikan diindentifikasi karena sebuah ketidaksengajaaan maupun kesengajaan.

Hewan transgenic adalah salah satu dari hewan yang memiliki keunikan karena

disengaja pada saat proses produksinya. Hewan transgenic adalah hewan yang

memiliki genom dari spesies lain yang sengaja dimasukan agar menjadi genom

alternative. Hewan transgenik dibuat dengan serangkaian yang panjang. Namun


demikian, secara konsep genom yang unggul dan berasal dari spesies lain diinjeksikan

kedalam sel/genom yang berasal dari hewan yang akan ditransgenik. Setelah itu, sel

tersebut diinjeksikan kedalam tubuh hewan yang akan menjadi transgenic untuk

menjadi Host. Host akan menghasilkan anak yang dinamakan hewan transgenik dan

hasil – hasil produk dari hewan transgenic diharapkan dapat berguna bagi mahluk hidup

lain. Proses transgenic agar berjalan efesien dan efektif maka dilakukan cloning. Proses

cloning yaitu dengan memanfaatkan nucleus diploid dari adult transgenic animal lalu

dinjeksikan ke sel telur hewan yang akan menjadi host, setelah itu konsep selanjutnya

sama dengan proses pembuatan hewan transgenic.

Proses cloning dengan DNA membutuhkan bakteri sebagai tubuh kembang.


DNA pada manusia yaitu insulin akan diisolasi, kemudian plasmid pada bakteri akan

dipisahkan dan disatukan dengan insulin genom pada manusia. Setelah itu apabila telah

bersatu yang sering disebut rekombinasi DNA , Rekombinasi DNA akan dimasukan

kedalam host cell dan diperbanyakan. Ketentuan hukum pembuatna hewan transgenic

ini mengedepankan konsep Utilitarianism, yaitu sebuah konsep yang mengedepankan

maksimalisasi fungsi – fungsi pemanfaatan sebuah metode. Hewan transgenic yang


akan diuji kemungkinan akan mengalami kesakitan. Akan tetapi daripada harus

mengorbankan 1000 manusia yang tersakiti, lebih baik mengorbankan 1 sapi yang

tersakiti kemudian dikembangkan agar 1000 manusia tersebut terselamatkan. Fungsi

lain dari hewan transgenic adalah menaikan efesiensi agriculture. Hal tersebut

dilakukan untuk menaikan hasil input dibandigkan hasill outpu, selain itu guna

memperkecil polusi yang disebabkan oleh agriculture. Sebagai contoh “ The Enviropig

“. Hewan tersebut dimodifikasi dengan proses transgenic untuk membatasi produksi


phosphor pada feses agar meminimalisir pencemaran.

Hewan transgenic pun dapat resisten terhadap penyakit sehingga pengunaan

obat kimia dapat diminmalisir yang berdampak pada sedikitnya residu yang dihasilkan.

Pemanfaatan maksimal dari hewan transgenic membuat kesehatna manusia meningkat.

Babi yang tinggi akan omega-3 dapat diambil genomnya sehingga hewan lain memiliki

kandungan omega-3 yang tinggi. Fungsi lain yang sudah banyak diketahui yaitu untuk

memperbanyak populasi yang sudah mulai langka sehingga dapat terhindar dari

kepunahan. Pengunaan yang sangat signifikan dalam hewan transgenic adalah

pengembangan obat dan penyakit. Hewan transgenic dapat dijadikan sebagai media

untuk penemuan obat baru, pengembangan obat baru, dan resiko yang akan dihasilkan.
Kontroversi dari hewan transgenic adalah animal right dan agama. Banyak sekali

hewan yang dimodifikasi sehingga merasa kesakitan dan melanggar animal walfare.

Selain itu, banyak yang berargumen bahwa hewna transgenic membuat hewan lepas

dari harfiahnya sebagai hewan yang diciptakan oleh tuhan sebagaimana mestinya

sehingga banyak yang beranggapan bahwa hewan transgenic adalah cara

mempermainkan tuhan. Terakhir, hewan transgenic yang genomnya unggul dapat


disalahgunakan pada manusia sehingga manusia menjadi lebih superior dibandingkan

yang lain
In Vitro Fertilization
(IVF)
ok 2:
p
o m Sinsin Dwi Shintya - 200110180052
Anisah - 200110180054
Kel

Dede Lusi - 200110180057


Rifa Nurul Sofa - 200110180071
Arya Gumilang - 200110180072
Azzahra Febriana - 200110180080
Dzaky Fatih Harsa - 200110180085
M. Farhan K - 200110180090
Thania Winandita A - 200110180098
Dadan Muhamad R - 200110180125
Renata Desay B - 200110180136
Adibah Zata Dini - 200110180139
?

??
IVF
Proses pembuahan dengan cara
mengekstaksi telur, mengambil
sample sperma, kemudian
menggabungkan telur dan
sperma secara manual pada
wadah kaca di laboratorium.
Tahapan IVF
Koleksi Oosit

a Teknik Leparoskopi b Teknik Aspirasi

c Teknik Slicing
Tahapan IVF
Pematangan Oosit

Kapasitasi Spermatozoa
Tahapan IVF
Fertilisasi In Vitro

Teknik Injeksi Sperma Intra Teknik Subzonal


a b
Sitoplasma (ICSI) Sperma

Teknik slicing
Kultur Embrio in Vitro
Oosyte yang digunakan adalah oosyte yang terkoleksi dan
mempunyai kulitas sangat baik (A) atau baik (B) Proses IVF
Dicuci dalam media maturasi dengan TCM 199 + Fetal calf serum
10% + hormone E2 (1μg/ml), hCG (10 μg/ml) dan FSH (10 μg/ml).

Oosit dimasukan ke media maturasi yang telah diekuilibrasi


didalam incubator CO2 5% dengan temperature 38,5 oC dan
dikultur selama 22-24 jam.

Sperma beku yang sudah dipisahkan kemudian di thawing dan


diperiksa motilitas spermanya. Motilitas sperma sekitar 40%
digunakan untuk proses fertilisasi oosit.

setelah thawing, dimasukan ke dalam tabung sentrifugasi yang


ditambah media brackett oliphant dengan kecepatan 1800 rpm
selama 5 menit pada temperature 27oC

Augustus DeKemudian
Morgan endapan sperma 0,5 ml ditambah dengan media
semen dilution solution (SDS) sampai konsentrasi 1 x 106 / ml.
Proses IVF
Spot berisi 100 μl SDS berisi sperma yang dibuat dalam cawan
petri

Ditutup dengan mineral oil dan dikapasitasi dengan melakukan


inkubasi selama 1jam

Setelah itu pencucian oosit yang telah di maturase dengan


media oocyte washig solution

Kemudian ditempatkan kedalam spot SDS ditambah sperma (10


oosyte/ spot) dan dikultur selama 6-7 jam dalam incubator

Oosyte yang difertilisasi dicuci dengan media kultur sambal


menghilangkan sel-sel cumulus dengan pipet.

Zigot kemudian dimasukan ke dalam spot media kultur dan


dimasukan ke incubator CO2 5% dengan temperature 38,5 oC

Pengamatan perkembangan embrio dilakukan setiap 24 jam


sekali selama 6-7 hari dimulai dari embrio 2 sel sampai
morula/ blastosis.
hank you!
T
MAKALAH

INTRODUKSI BIOTEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK

“Cloning”

Oleh :
Kelompok 2

Sisin Dwi Shintya 200110180052


Anisah 200110180054
Dede Lusi 200110180057
Rifa Nurul Sofa 200110180071
Arya Gumilang 200110180072
Azzahra Febriana 200110180080
Dzaky Fatih Harsa 200110180085
Muhammad Farhan K. 200110180090
Thania Winandita Apsari 200110180098
Dadan Muhammad R. 200110180125
Renata Desay Bogia 200110180136
Adibah Zata Dini 200110180139

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Populasi manusia yang semakin meningkat membuat kebutuhan akan

pangan akan meningkat pula. Peningkatan tersebut harus diiringi dengan

peningkatan populasi hewan ternak sebagai salah satu sumber protein hewani.

Peningkatan populasi hewan ternak dilakukan dengan berbagai macam metode.

Metode – metode tersebut dikembangkan dalam waktu yang relative lama sehingga

proses peningkatan populasi hewan ternak akan dibayangi oleh peningkatan

populasi manusia yang terus meningkat. Penemuan metode – metode pada bidang

biologi sering disebut bioteknologi. Proses implementasi dari bioteknologi pada

peternakan disebut teknologi peternakan. Terdapat berbagia macam perkembangan

teknologi peternakan pada aspek breeding hewan ternak.

Perkembangan teknologi peternakna pada aspek breeding akan

menghasilkan hewan – hewan transgenik. Hewan transgenic adalah salah satu dari

hewan yang memiliki keunikan karena disengaja pada saat proses produksinya.

Hewan transgenic adalah hewan yang memiliki genom dari spesies lain yang

sengaja dimasukan agar menjadi genom alternative. Hewan transgenik dibuat

dengan serangkaian yang panjang. Namun demikian, secara konsep genom yang

unggul dan berasal dari spesies lain diinjeksikan kedalam sel/genom yang berasal

dari hewan yang akan ditransgenik. Setelah itu, sel tersebut diinjeksikan kedalam

tubuh hewan yang akan menjadi transgenic untuk menjadi Host. Host akan

menghasilkan anak yang dinamakan hewan transgenik dan hasil – hasil produk dari
hewan transgenic diharapkan dapat berguna bagi mahluk hidup lain. Proses

transgenic agar berjalan efesien dan efektif maka dilakukan cloning. Proses cloning

yaitu dengan memanfaatkan nucleus diploid dari adult transgenic animal lalu

dinjeksikan ke sel telur hewan yang akan menjadi host, setelah itu konsep

selanjutnya sama dengan proses pembuatan hewan transgenic.

Konsep untuk menghasilkan hewan transgenik sering disebut kloning.

Kloning merupakan sebuah bioteknologi yang berfungsi untuk menghasilkan

keturunan yang sama persis dengan induknya secara aseksual melalui host. Fungsi

dari kloning tentu akan sangat membantu dunia peternakan. Dunia peternakan

dituntut untuk menghasilkan hewan – hewan ternak terbaik dimana hewan terbaik

tersebut kemampuan reproduksinya seiring waktu akan menurun. Penurunan

tersebut akan berpengaruh terhadap keturunan – keturunanya sehingga akan

mengalami penurunan performan. Oleh karena itu, dibutuhkan keturunan –

keturunan dari induk yang sama persis dengan para ancestor. Kloning merupakan

salah satu bioteknologi yang tidak hanya berfungsi sebagai upaya memperbanyak

gen terbaik, akan tetapi mencari gen terbaik agar dihasilkan hewan ternak yang

memiliki performan tinggi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik

untuk menulis makalah terkait “Kloning Pada Hewan Ternak “


1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik beberapa permasalahan yaitu:

1.2.1. Apa yang dimaksud kloning pada hewan ternak ?

1.2.2 Bagaimana proses dan metode kloning pada hewan ternak ?

1.2.3 Bagaimana kelebihan dan kekurungan dari kloning pada hewan ternak ?

1.3 Maksud dan Tujuan

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat ditarik beberapa tujuan yaitu :

1.2.1. Mengetahui konsep kloning pada hewan ternak ?

1.2.2 Mengetahui proses dan metode kloning pada hewan ternak ?

1.2.3 Mengetahui kelebihan dan kekurungan dari kloning pada hewan ternak ?
II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kloning

Kloning adalah kreasi secara aseksual dari suatu sel atau organisme yang

merupakan salinan dari genetik organisme pendahulu. Clone adalah salinan genetik

yang iden-tik dari potongan DNA, sel, atau orgisme keseluruhan. Pada ilmu biologi

kloning merupakan proses yang menghasilkan individu dari jeni sama yang identik

secara genetic. Adapun menurut para ahli, kloning merupakan cara bereproduksi

secara aseksual atau untuk membuat salinan atau satu set salinan organisme

mengikuti fusi atau memasukkan inti diploid kedalam oosit (Seidel , GE Jr., 2000

dalam Tong, W F., 2002).

Kloning pada ternak secara umum berarti proses dimana seluruh organisme

direproduksi dari sel yang diambil dari organisme induk sehingga menghasilkan

keturunan yang secara genetik identik. Hal ini berarti setiap hewan kloning

merupakan duplikat sama persis dari induknya, yang berarti juga memiliki DNA

yang sama. Secara alamiah kloning organisme unisel sampai ke yang multisel telah

berlangsung selama ribuan tahun.1,3-5. Contoh, bakteri menghasilkan turunannya

melalui proses reproduksi aseksual, sel kanker yang beranak pinak dalam tubuh

manusia, tumbuhan dalam hutan sejenis, bahkan sampai organisme multisel yang

lebih tinggi yaitu mamalia, termasuk manusia.

2.2 Metode Kloning Pada Ternak

a. Teknik Roslin

Teknik roslin pertama kali dikembangkan oleh Roslin Institute. Teknik ini

dilakukan dengan membiarkan sel-sel somatik terus bertumbuh sampai kehilangan


nutrisi untuk menginduksi sel-sel ke tahap tidak aktif. Kemudian, sel somatik ini
didekatkan dengan sel telur yang intinya telah dilepaskan yang kemudian

memanfaatkan dorongan listrik. Proses tersebut memungkinkan akan berkembang

menjadi embrio yang kemudian ditanamkan ke pengganti. Teknik ini digunakan

untuk mengkloning domba dolly yang merupakan peristiwa penting dalam sejarah

kloning. Teknik ini membangkitkan antusias kloning terhadap binatang dewasa

yang bias disempurnakan.

a. Teknik Honolulu

Teknik Honolulu dikembangkan di University of Hawaii oleh Dr. Teruhiko

Wakayana. Teknik ini dilakukan dengan menghapus inti sel somatik lalu

dimasukkan ke sel telur yang juga telah dihapus intinya. Kemudian telur ditetesi

larutan kimia sehingga tumbuh menjadi embrio yang siap ditanamkan ke pengganti

dan dibiarkan berkembang. Harapan pengembangan teknik ini ialah dapat

digunakan dalam meneliti dan mengobati penyakit manusia dan mengubah genetik

hewan untuk produksi organ transpalntasi manusia

b. Teknik Nuklir Sel Somatik

Istilah transfer inti sel somatik mengacu pada transfer inti dari sel somatik

ke sel telur. Sel somatik adalah sel tubuh apa pun selain sel germinal (sel kelamin).

Contoh sel somatik adalah sel darah, sel jantung, sel kulit, dan lain sebagainya.

Dalam proses ini, inti sel somatik dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam telur yang

tidak dibuahi yang nukleusnya telah dikeluarkan. Telur dengan nukleus yang

disumbangkan kemudian dipelihara dan dibelah hingga menjadi embrio. Embrio

kemudian ditempatkan di dalam ibu pengganti dan berkembang di dalam ibu

pengganti.
2.3 Keunggulan dan Kelemahan Cloning

Teknologi cloning memberikan beberapa dampak positif bagi kehidupan.

Adapun keunggulan cloning diantaranya:

1. Meningkatkan perekonomian, keberhasilan suatu kloning yang dilakukan,

akan menyumbangkan devisa dalam meningkatkan perekonomian suatu

negara.

2. Mengembangkan dan meningkatkan bibit unggul. Tujuan kloning ini sering

dilihat pada hewan ternak. Contoh hewan ternak yang dilakukan kloning

ialah sapi, dimana diambil nuklues sel sapi bibit unggul kemudian

disuntikkan ke dalam nukleus zigot sapi yang dikehendaki. Akhirnya

didapatkan klon dengan gen tambahan yang lebih unggul seperti yang

diharapkan.

3. Mengatasi infertilitas, dimana seluruh organisme direproduksi dari sel yang

diambil dari organisme induk yang akan menghasilkan keturunan yang

identik, sehingga dapat mempertahankan hewan yang hampir punah.

4. Teknik cloning merupakan alternatif untuk melestarikan hewan langka

sehingga keberadaan hewan langka dapat terus dipertahankan.

5. Teknik cloning membantu meningkatkan ketersediaan bahan pangan yang

lebih banyak dengan melakukan cloning pada hewan ternak.

6. Teknik cloning berperan dalam menghasilkan sel, jaringan, atau organ yang

sesuai untuk pengobatan akibat kelainan atau ganggua fungsi organ.

7. Teknik cloning membantu menumbuhkan spesies baru yang bebas penyakit

keturunan.

8. Teknik cloning sangat berperan terhadap kemajuan bidang sains, terutama

dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya

reproduksi-embriologi dan diferensiasi (Tenriawaru, 2013).


Selain memiliki banyak keunggulan, teknik kloning juga dapat

menyebabkan kerugian. Berikut ini beberapa kelemahan dari teknik kloning.

1. Penyalahgunaan teknik kloning seperti menciptakan spesies baru yang

bertentangan dengan nilai kemanusiaan.

2. Individu yang dihasilkan dari teknik kloning sangat rentan terhadap suatu

penyakit dikarenakan teknik kloning menghasilkan individu yang tidak

memiliki sistem imunitas.

3. Teknik kloning akan menyebabkan spesies yang dihasilkan bersifat

monoton, karena DNA maupun sifat dan fisik hasil klonning persis sama

dengan induknya.

4. Individu yang dihasilkan dari teknik kloning cenderung memiliki masa

hidup yang sama dengan induknya, karena sel-selnya diperoleh dari

induknya.

5. Teknik kloning belum sempurna masih terdapat banyak kekurangan,

sehingga tak jarang hewan ternak yang di kloning harus diakhiri hidupnya

secara sengaja (euthanasia).

6. Teknik kloning mengacaukan hubungan antara individu baru dengan sel

induknya.
III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Kloning adalah kreasi secara aseksual dari suatu sel atau organisme

yang merupakan salinan dari genetik organisme pendahulu. Adapun

pengertian menurut para ahli bahwa cloning adalah cara bereproduksi

secara aseksual atau untuk membuat salinan atau satu set salinan

organisme mengikuti fusi atau memasukkan inti diploid kedalam oosit.

Kloning pada ternak secara umum berarti proses seluruh organisme

direproduksi dari sel yang diambil dari organisme induk sehingga

menghasilkan keturunan yang secara genetik identik.

2) Metode / teknik cloning pada ternak terdiri dari : Teknik Roslin, Teknik

Honolulu Teknik Nuklir Sel Somatik.

3) Keunggulan Kloning diantaranya : Meningkatkan perekonomian,

Mengembangkan dan meningkatkan bibit unggul, Mengatasi

infertilitas, Melestarikan hewan langka, Meningkatkan ketersediaan


bahan pangan, menghasilkan sel, jaringan, atau organ yang sesuai untuk

pengobatan, menumbuhkan spesies baru yang bebas penyakit

keturunan dan Kemajuan bidang sains.

Kelemahan dari Kloning diantaranya : Menciptakan spesies baru yang

bertentangan dengan nilai kemanusiaan, Individu baru yang dihasilkan

rentan terhadap penyakit, Menyebabkan spesies yang dihasilkan

bersifat monoton, Individu yang dihasilkan cenderung memiliki masa

hidup yang sama dengan induknya, Teknik cloning masih banyak

kekurangan, dan Teknik kloning mengacaukan hubungan antara

individu baru dengan sel induknya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2019. Berbagai Jenis Teknik Kloning.

https://www.greelane.com/id/sains-teknologi-matematika/ilmu/cloning-

techniques-373338/. Diakses pada 9 Desember 2021.

Ciptadi, Gatot. 2017. Pemanfaatan Teknologi Kloning Hewan untuk Konservasi

Sumber Genetik Teknak Lokal Melalui Realisasi Bank Sel Somatis. Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya

Garner DL, Seidel GE Jr. 2000. Sexing bull sperm. In: Chenoweth PJ (ed). Topics

in Bull Fertility. International Veterinary Information Services IVISO.

Colorado State University, Fort Collins, Colorado, USA.

Tenriawaru, EP. 2013. Kloning Hewan. Jurnal Dinamika. 4 (1) : 49-61.

Wangko, S. and Kristanto, E. 2010. Kloning, jurnal Biomedik 2. 88–94. Universitas

Sam Ratulangi Manado.

Anda mungkin juga menyukai