A2 - Laporan Praktikum Pembekuan Embrio
A2 - Laporan Praktikum Pembekuan Embrio
Oleh :
Kelompok 2
Sinsin Dwi Shintya 200110180052
Anisah 20011018005Error! Bookmark not defined.
Dede Lusi 200110180057
Rifa Nurul Sofa 200110180071
Arya Gumilang 200110180072
Azzahra Febriana 200110180080
Dzaky Fatih Harsa 200110180085
Muhammad Farhan K. 200110180090
Thania Winandita Apsari 200110180098
Dadan Muhammad R. 200110180125
Renata Desay Bogia 200110180136
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
Penulis jug tidak lupa sampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pengampu mata
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan partisipasi untuk
memberikan masukan baik berupa kritikan maupun saran untuk membuat makalah
ini menjadi lebih baik dari segi isi baik segi yang lainnya.
Penulis sampaikan ucapan mohon maaf bila ada hal yang kurang berkenan
dalam penulisan makalah ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan selamat
membaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
4.1 Kesimpulan......................................................................................... 17
ii
I
PENDAHULUAN
Indonesia. Salah satu teknologi dalam bidang reproduksi ternak yang dapat
reproduksi betina produktif yaitu transfer embrio ternak (TE). Transfer Embrio
(TE) adalah suatu teknik memasukkan embrio ke dalam alat reproduksi ternak
betina sehat (resepien) dengan alat tertentu dengan tujuan agar ternak bunting.
al. 2009). Produksi embrio secara in vivo juga dikenal dengan teknologi Multiple
betina donor (penghasil embrio), yang kemudian dipindahkan pada sapi betina yang
lain (betina resipien) atau untuk disimpan dalam keadaan beku (freeze embryo).
Tujuan dari teknologi ini adalah untuk menghasilkan embrio yang banyak dalam
satu kali siklus. Dari uraian berikut maka perlu dilakukan pengamatan mengenai
embrio ternak.
2
Technology Society.
seleksi agar didapatkan ternak unggul yang kemudian akan dimanfaatkan sebagai
ternak donor. Ternak donor dapat didefinisikan sebagai ternak yang memiliki
menghasilkan embrio yang kemudian embrio tersebut akan ditransfer kepada ternak
lain. seleksi donor ternak akan sangat penting mengingat ternak pendonor adalah
penghasil embrio. Sebelum dilakukan program produksi embrio, sapi donor akan
serum gonadotropin (PMSG) dan Folicle stimulant hormone (FSH) dan human
Usaha untuk mencari pendonor terbaik, maka seleksi donor akan sangat
ketat. Terdapat 4 kriteria pokok yang normative untuk menyeleksi pendonor terbaik
yaitu memiliki genetic unggul, memiliki reproduksi, nilai pasar dari keturunannya,
dan fenotipe (Iman Supriatna, 2018). Genetik menjadi dasar dalam seleksi donor
ini. Genetik yang unggul akan mendukung proses TE (Transfer embrio). Pada sapi
potong, pengukuran sifat – sifat genetic dilihat dari breeding value, weaning
breeding value, dan yearly breeding value. Sifat genetic tersebut dilihat dari betina
/ induk ,sedangkan untuk jantan dipilih dengan cara objektif. Pada sapi perah, sifat
– sifat genetic yang ditinjau adalah cow index, keserasian tipe, dan kesehatan dan
makanan. Secara lebih umum maka kriteria sapi donor sebagai berikut :
4
Proses siklus birahi pada ternak donor juga merupakan faktor penting TE.
terjadi abnormalitas pada siklus kelamin maka superovulasi akan gagal. Proses
siklus kelamin. Sapi sangat sulit menghasilkan anak lebih dari satu karena termasuk
kedalam unipara. Dalam periode produktif, sapi rata- rata menghasilkan anak 4 – 5
ekor. Teknik superovulasi sangat dibutuhkan dalam hal ini. superovulasi akan
secara delapan kali suntikan (dosis 6 – 7 mg/ suntikan ). Interval pennyuntikan yaitu
botol penampung media, jarum suntik 18 G, spuit 50cc, 20cc, 10cc, 5cc,
c. Fiksasi ternak pada kandang jepit kemudian keluarkan feses dari rektum dan
tersebut.
atau diantara tulang ekor I-II. Setelah anastesi bereaksi dilakukan fiksasi
diposisikan dalam sepertiga apex depan kornua uteri kiri/kanan dan balon
catheter diisi udara sesuai dengan besar diameter lumen uterus (10-15 ml)
perangkat alat flushing yang dihubungkan dengan media flushing dan wadah
hasil flushing.
flushing habis, kegiatan tersebut dilakukan pada kornua uteri kanan dan kiri
injektor (gun spool) dan sapi donor diinjeksi dengan preparat Prostaglandin
1. Ruang lingkup
2.1 Embrio
Hasil fertilisasi sel telur oleh spermatozoa melalui proses in vivo atau
2.6 Blastomer
luar
2.8 Morula
antar blastomer dan umumnya terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-6
2.9 Blastosis
diantara blastomer, dan umumnya terjadi pada hari ke-7 atau hari ke-8
2.10 Blastosis
umumnya terjadi pada hari ke-8 atau hari ke-9 setelah terjadi fertilisasi
3. Persyaratan mutu
a. Persyaratan umum
i. Sel telur berasal dari sapi bibit betina yang memenuhi persyaratan mutu
yang telah ditetapkan dalam standar yang terkait dan relevan atau sesuai
ii. Sperma berasal dari sapi bibit pejantan memenuhi persyaratan mutu
yang telah ditetapkan dalam standar yang terkait dan relevan atau sesuai
3.2.3 Mempunyai bentuk simetris dan bulat dengan blastomer seragam dalam
Keterangan :
b. Blastosis awal
c. BlastosisBlastosis expand
4. Kemasan embrio
5. Identitas embrio
6. Penyimpanan embrio
canister serta terendam penuh dalam nitrogen cair suhu -196 °C pada
pemanfaatan embrio
Embrio Transfer Society) dibentuk pada tahun 1974 di Denver, Colorado, AS,
peralatan, dan siswa. Tujuan IETS adalah untuk memajukan ilmu teknologi embrio
mempertahankan standar etika yang tinggi, dan bekerja sama dengan organisasi lain
berbagai spesies, dan dalam penelitian tentang produksi embrio, transgenesis dan
dengan transfer inti sel somatik dan teknik terkait menggunakan sel hewan
embrionik, janin, dan dewasa. IETS percaya bahwa penelitian semacam itu akan
embrio, yaitu Embrio yang dikultur diamati di bawah mikroskop untuk dievaluasi
fase dan kualitasnya yang ditentukan berdasarkan standar yang berlaku. Penilaian
trophoblast yang rata, berwarna khas, kekompakan sel, dan ukuran banyaknya
Fase 1: Unfertilized
Fase 4: Morulla
Fase 6: Blastocysts
• Bentuk embrio simetris dan bulat (spherical) dengan blastomer yang seragam
• Memiliki Minimal 85% material selular dalam keadaan intact dan massa
embrio hidup.
• Zona pelusida harus bulat, mulus, tidak menempel pada cawan petri atau pipet.
12
Kualitas 2: Fair
• Secara umum memiliki bentuk yang tidak teratur (irregular) dalam kategori
sedang dalam hal massa embrio, ukuran, warna dan kepadatan sel-sel
individual.
• Memiliki sel intact dan massa embrio hidup minimal sebanyak 50%.
Kualitas 3: Poor
• Embrio didominasi bentuk yang tidak teratur pada bentuk massa embrio,
• Memiliki sel intact dan massa embrio hidup minimal sebanyak 25%
• Embrio degenerasi
• Oosit
adalah teknik penyimpanan dan pengawetan materi genetik, sel (somatis atau
gamet) dan embrio hewan maupun dalam keadaan beku dalam waktu lama melalui
merupakan teknik penyimpanan yang dilakukan dalam nitrogen cair ( dengan suhu
1. Penyiapan embrio
13
Embrio yang akan dibekukan berasal dari fertilisasi secara invivo maupun
invitro
a. Kelayakan embrio bisa dilihat dari terjadinya fertilisasi atau tidak dan
c. Keutuhan zona pellucida, jika zona pellucida pecah, tidak ada atau ada
3. Pencucian embrio
ke dua media berbeda, glyserol (10 menit) dan ethylene glycol (5 menit).
- Bagian ujung lainnya dari pipet plastik ditutup dengan tepung PVC,
Tahap ini terdiri dari dua tahap yaitu penyesuaian (aklimasi) suhu dan
terkontrol
prosedur berikutnya.
hypertinik CPA.
Embrio.
menurunkan suhu dengan laju 0,5/ menit sampai -34oC. Pada dehidrasi
kemudia tempat kan cane ke dalam canister dalam tabung nitrogen cair
6. Thawing embrio
7. Transfer embrio
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Seleksi pendonor yang baik memiliki empat kriteria pokok yaitu genetik
straw transparan dengan ukuran 0,25 ml, kondisi kemasan harus tertutup,
setiap straw berisi satu embrio, dan diberi identitas jelas. Penyimpanan
kartu petunjuk.
DAFTAR PUSTAKA
Alcivar AA, Maurer RR, Anderson LL. 1984. Superovulatory responses in FSH on
Pergonal treated heifers [Respon superovulatori dalam FSH pada sapi betina
ETD Unsyiah.