Anda di halaman 1dari 1

Google.

Atas pertimbangan itu Eagle menyekolahkan putrinya di Waldorf School yang berlandasan pada
filosopi pendidikan “Memanusiakan manusia”. Kelas-kelas di sekolah Waldorf didesain seperti
kelasklasik untuk menyesuaikan dengan kesan tanpa semtuhan digital, dengan dinsing terbuat dari kayu.
Untuk berinteraksi antara guru dan murid disediakan papan tulis dan kapurnya. Buku-buku elektronik
jelas tidak ada, sebagai gantinya adalah buku ensiklopedia. Murid – murid pun mencatat di buku tulis
biasa menggunakan pensil. Para murid secara rutin belajar dan bermain di tanah lapang atau lahan
bercocok tanam milik sekolah sambil berbecek – becek dan bermain kapur. Aktivitas yang bisa jadi
hanya dilakukan di sekolah – sekolah biasa sekali setahun ketika melakukan karyawisata atau diajak
keluarga. Bahkan pelajaran prakarya masih diajarkan di sekolah ini, seperti yang dilakukan oleh Andie,
Putri Eagle tadi. Ia terlihat asyik membuat kaos kaki. Merajut menurut salah seorang guru di waldorf
seperti dikutip dari The New York Times, mampu membantu anak-anak belajar memahami pola dan
matematika menggunakan jarum dan benang dapat mengasah kemampuan murid-murid memecahkan
masalah dan belajar koordinasi. Anak-anak pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar, selalu
memandang dengan kacamata optimistis, ulet kreatif, penuh cinta kasih, berdaya cipta, dan mudah
beradaptasi. Para pendidik di Waldorf sadar bahwa peran sekolah adalah untuk memelihara dan
mengembangkan kualitas-kualitas tersebut sehingga anak-anak itu dapat tumbuh sesuai dengan
kapasitasnya pada

Anda mungkin juga menyukai